Anda di halaman 1dari 37

CASE REPORT

BRONKOPNEUMONIA

Disusun oleh:

Haura Nida Nurakbar

1361050271

Pembimbing :

dr. Keswari Aji Patriawati, MSc, SpA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 7 MEI 2018 – 21 JULI 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Bronkopneumonia adalah peradangan paru biasanya dimulai di
bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat
mukopurulen membentuk bercak- bercak konsolidasi di lobulus yang
bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari
saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang
melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang
lemah, pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.1
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru, sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil
disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll).3 Pneumonia adalah infeksi pada
saluran nafas bawah yang mengenai saluran nafas dan parenkim paru disertai
dengan adanya konsolidasi pada ruang alveolus.1

II. KLASIFIKASI

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang


memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan
etiologi.1,2

1. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia interstitiali,


Bronkopneumonia.1
2. Berdasarkan asal infeksi yaitu Pneumonia yang didapat dari
masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang
didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia).2
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab Pneumonia bakteri, Pneumonia virus,
Pneumonia mikoplasma dan Pneumonia jamur.2,3

III. ETIOLOGI

Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada


perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi,
gambaran klinis, dan strategi pengobatan. Spektrum mikroorganisme penyebab
pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus grup B dan bakteri gram
negative seperti E. coli, Pseudomonas s, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang
lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi
Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza tipe B,dan Staphylococcus
aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri
tersebut, sering juga ditemukan Mycoplasma pneumonia.2

Di Negara maju, pneumonia pada anak terutama di sebabkan oleh virus,


di samping bakteri, atau campuran bakteri dan virus. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan pada kasus pneumonia anak, ditemukan etiologi virus saja
sebanyak 32%, campuran bakteri dan virus 30% dan bakteri saja 22%.2,3

Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain


virus, jamur, dan bakteri. S. pneumonia merupakan penyebab tersering pada
semua kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5
tahun. Respiratory Synctial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering
pada anak kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus,
parainfluenza virus, dan influenza virus juga ditemukan. Mycoplasma
pneumonia dan Chlamidya pneumonia, lebih sering ditemukan pada anak-anak,
dan biasanya merupakan penyebab tersering yang ditemukan pada anak yang
lebih dari 10 tahun.3
Daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia dapat
dilihat pada table 1.

Tabel 1. Etiologi pada anak sesuai kelompok usia.2

Etiologi yang sering Etiologi yang jarang


Bakteri Bakteri
E.colli Bakteri anaerob
Streptococcus grup B Streptococcus grup D
Lahir - 20 hari Listeria monocytogenes Haemophillus influenza
Streptococcus pneumonie
Virus
CMV
HMV
Bakteri Bakteri
Clamydia trachomatis Bordetella pertusis
Streptococcus Haemophillus influenza
pneumonia tipe B
3 minggu – 3 Virus Moraxella catharalis
bulan Adenovirus Staphylococcus aureus
Influenza Virus
Parainfluenza 1,2,3 CMV

Bakteri Bakteri
Clamydia pneumoniae Haemophillus influenza
tipe B
Mycoplasma pneumonia Moraxella catharalis
Streptococcus Staphylococcus aureus
pneumonia
Virus Neisseria meningitides
Usia 4 bulan – 5 Adenovirus Virus
tahun Rinovirus Varisela Zoster
Influenza
Parainfluenza
Bakteri Bakteri
Clamydia pneumonia Haemophillus influenza
Mycoplasma pneumonia Legionella sp
Streptococcus Staphylococcus aureus
pneumonia
Virus
Usia 5 tahun – Adenovirus
remaja Virus epstein-barr
Virus influenza
Virus parainfluenza
Virus rino
Respiratorysyncytial
virus
Virus varicella zooster

IV. PATOGENESIS

Awal mulanya mikroorganisme penyebab pneumonia terhisap ke paru


bagian perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat
reaksi jaringan yang mempermudah proses proliferasi dan penyebaran kuman
ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu
terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya
kuman di alveoli. Stadium ini disebut hepatisasi merah. Selanjutnya deposisi
fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan
terjadinya proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut
stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan
tetap normal tanpa reaksi peradangan.2

1. Stadium kongesti (4 – 12 jam pertama)


Stadium ini disebut kongesti atau hiperemia (stadium I) karena terjadi
respon peradangan awal pada daerah yang terinfeksi mikroorganisme. Pada
stadium ini terjadi proses peningkatan daripada aliran darah dan permeabilitas
kapiler di tempat lokasi infeksi sehingga terjadi hiperemia. Hiperemia dimulai
dengan pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah
teraktivasinya sel imun dan respon terhadap cedera jaringan. Mediator inflamasi
tersebut seperti histamin dan prostaglandin.4 selanjutnya, Degranulasi sel mast
akan mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen akan bekerja sama dengan
histamin dan prostaglandin untuk melunakan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas dari kapiler paru. Hal ini menyebabkan perpindahan
eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan
edema antar kapiler dan alveolus. Maka permulaan awal dari proses peradangan
adalah edema. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus memperbesar
jarak tempuh oksigen dan karbondioksida maka pertukaran gas ini dalam darah
sangat signifikan dan sering mengakibatkan penurunan kandungan oksigen
dalam hemoglobin. Dan pada manifestasinya dapat terjadi sesak.1,2
2. Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Stadium hepatisasi merah (stadium II) terjadi sewaktu alveolus paru
terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh respon
peradangan pejamu (host). Bagian dari Lobus yang terinfeksi konsistensinya
menjadi padat oleh karena terdapat penumpukan dari leukosit, eritrosit dan
cairan. Oleh karena hal itu warna paru menjadi merah dan pada stadium ini
udara di alveoli sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium
ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. 1,2

3. Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)


Pada Stadium hepatisasi kelabu (stadium III) akan menimbulkan
akumulasi dari sel darah putih pada daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
terdapat akumulasi endapan fibrin di seluruh daerah yang terinfeksi dan mulai
terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai di
reabsorbsi kembali, namun lobus masih tetap padat karena terisi oleh fibrin dan
leukosit, warna merah yang terjadi akan menjadi pucat kelabu dan kapiler darah
2
tidak lagi mengalami kongesti. karena warna kelabu yang terjadi akibat
akumulasi fibrin maka stadium ini disebut hepatisasi kelabu.1,2

4. Resolusi (7 – 11 hari)
Stadium resolusi (stadium IV) terjadi saat respon imunologis terhadap
peradangan akan mereda atau peradangan sudah tidak lagi hebat, sisa dari sel
fibrin dan eksudat lisis akan diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan akan
kembali ke strukturnya semulanya.1,2

V. MANIFESTASI KL.INIS

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara


ringan hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil
yang berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga
memerlukan perawatan di RS.2

Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada


anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab
yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pad bayi,
terbatasnya penggunaan prosedur diagnostic invasif, etiologi non infeksi yang
relatif lebih sering dan faktor patogenesis. Disamping itu, kelompok usia pada
anak merupakan faktor penting yang menyebabkan karakteristik penyakit
berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam tatalaksana pneumonia.2

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:2,3

 Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,


penurunan napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau
diare, kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner2,3
 Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada,
takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.2,3

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis etiologik berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan/atau


serologis merupakan dasar terapi yang optimal. Akan tetapi, penemuan bakteri
penyebab tidak selalu mudah karena memerlukan laboratorium penunjang yang
memadai. Oleh karena itu, pneumonia pada anak umumnya didiagnosis
berdasarkan gambaran klinis yang menunjukkan keterlibatan sistem respiratori,
serta gambaran radiologis. Prediktor paling kuat adanya pneumonia adalah
demam, sianosis, dan lebih dari satu gejala respiratori sebagai berikut: takipnea,
batuk, napas cuping hidung, retraksi, ronki, dan suara napas melemah.2

Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan batuk yang awalnya kering,


kemudian menjadi produktif dengan dahak purulen bahkan bisa berdarah, sesak
nafas, demam, kesulitan makan/minum, tampak lemas, dan apakah kelihan
berupa serangan pertama atau berulang untuk membedakan dengan kondisi
imunokompromais, kelainan anatomi bronkus atau asma.3

Pada pemeriksaan fisik, penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas,


dan nadi harus dilakukan pada saat awal pemeriksaan sebelum pemeriksaan
yang lain dapat menyebabkan anak gelisah atau rewel. Penilaian keadaan umum
antara lain meliputi kesdaran dan kemampuan makan dan minum anak. Dapat
juga ditemukan gejala distress pernapasan seperti takipnea, retraksi subcostal,
batuk, krepitasi, dan penurunan suara paru. Anak di bawah 5 tahun mungkin
tidak menunjukan gejala pneumonia yang klasik. Pada anak yang demam dan
sakit akut, terdapat gejala pernapasan tak teraktur dan hipopnea.3

Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan sebagai berikut; darah


perifer lengkap, C-Reactive Protein (CRP), uji serologis, pemeriksaan
mikrobiologis, pemeriksaan rontgen toraks.2

1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan sebagai berikut; darah


perifer lengkap, C-Reactive Protein (CRP), uji serologis, pemeriksaan
mikrobiologis, pemeriksaan rontgen toraks. Pada pneumonia virus dan juga
pneumonia mikoplasma umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal
atau sedikit meningkat. Akan tetapi pada pneumonia bakteri didapatkan
leukositosis yang berkisar antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan
PMN. Leukopenia (<5.000/mm3) menunjukkan prognosis yang buruk.
Leukositosis hebat (>30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan adanya
infeksi bakteri, sering di temukan pada keadaan bakteremi dan risiko
terjadinya komplikasi lebih tinggi.2

2. C-Reactive Protein (CRP)

C-Reactive Protein (CRP) adalah suatu protein fase akut yang


disintesis oleh hepatosit. Sebagai respons infeksi atau inflamasi jaringan,
produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama interleukin
(IL)-6, IL-1 dan TNF. Meskipun fungsi pastinya belum diketahui, namun
CRP sangat mungkin berperan dalam opsonisasi mikroorganisme atau sel
yang rusak.2

3. Uji Serologis

Uji serologik untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi


bakteri tipik mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah. Akan
tetapi, diagnosis infeksi Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan
peningkatan titer antibodi seperti antistreptolisin O, streptozim, atau
antiDnase B.2

4. Pemeriksaan Mikrobiologis

Pemeriksaan mikrobiologis untuk diagnosis pneumonia anak tidak


rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk
pemeriksaan mikrobiologis specimen dapat berasal dari usap tenggorokan,
secret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru.2

5. Pemeriksaan Rontgen Toraks

Pemeriksaan rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin


dilakukan, hanya direkomendasikan pada pneumonia berat yang di rawat.
Kelainan foto rontgen toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan
dengan gambaran klinis. Kadang-kadang bercak sudah ditemukan pada
gambaran radiologis sebelum timbul gejala klinis. Akan tetapi, resolusi
infiltrat sering memerlukan waktu yang lebih lama setelah gejala klinis
menghilang. Pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi, ulangan foto
rontgen toraks tidak diperlukan. Ulangan foto rontgen toraks diperlukan bila
gejala klinis menetap, penyakit memburuk atau untuk tindak lanjut. Secara
umum gambaran toraks terdiri dari:2

 Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan


bronkovaskular, peribronchial cuffing , dan hiperaerasi.2
 Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram
.konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut pneumonia lobaris, atau
terlihat sebgai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis,
berbatas tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru,dikenal
sebagai round pneumonia.2
 Bronkopneumonia,ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua
paru, berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.2

Klasifikasi Pneumonia

WHO merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi napas dan


retraksi subkosta untuk mengklasifikasikan pneumonia dalam rangka
mengembangkan pedoman diagnosis dan tatalaksana yang sederhana.

Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun

• Pneumonia Berat
• Bila ada sesak napas
• Harus dirawat dan diberikan antibiotik
• Pneumonia
• Bila tidak ada sesak napas
• Ada napas cepat dengan laju napas :
• > 50 x/mnt untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun
• > 40 x/mnt untuk anal >1-5 tahun
• Tidak perlu dirawat, berikan antibiotik oral
• Bukan pneumonia
• Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
• Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan
pengobatan simptomatis seperti penurun panas

Bayi berusia di bawah 2 bulan

• Pneumonia
• Bila ada naps cepat ( > 60 x/mnt) atau sesak napas
• Harus di rawat dan di berikan antibiotik
• Bukan pneumonia
• Tidak ada napas cepat atau sesak napas
• Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis

VII. PENATALAKSANAAN

Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
perawatan terutama berdasarkan berat-ringanya penyakit, misalnya toksis,
distress pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang
lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan
bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.2
Kriteria Rawat Inap

 Bayi:
- Saturasi oksigen ≤92%, sianosis.
- Frekuensi napas >60x/menit.
- Distress pernapasan, apnea intermitten, atau grunting
- Tidak mau minum atau menetek.
 Anak
- Saturasi oksigen <92%, sianosis
- Frekuensi napas >50x/menit
- Distress pernapasan
- Grunting
- Terdapat tanda dehidrasi
- Keluarga tidak bisa merawat di rumah

Dasar tatalaksana pneumonia rawat inapadalah pengobatan kausal


dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif
meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan
keseimbangan asam-basa, elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam
dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti
efektif. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang
mungkin terjaedi harus dipantau dan diatasi.2

Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan


pengobatan. Terapi pengobatan harus segera diberikan pada anak dengan
pneumonia yang diduga disebabkan bakteri.2
Penatalaksaan Umum

1. Pasien dengan saturasi ≤92% pada saat bernapas diudara harus


suberikan terapi oksigen dengan nasal kanul, head box, atau sungkup.
2. Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
intraena dan dilakukan balans cairan ketat.
3. Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk
anak dengan pneumonia.
4. Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan
pasien dan mengontrol batuk.
5. Nebulisasi dengan β2 agonis dan atau NaCl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucocilliary clearance.
6. Pasien yang mendapat terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap
4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.3

Penatalaksanaan Pneumonia Rawat Jalan

Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotic lini


pertama secara oral:2

- Amoksisilin: Dosis 25 mg/kgBB


- Kotrimoksazol: Dosis 4 mg/kgBB TMP – 20 mg/kgBB sulfametoksazol

Penatalaksanaan Pneumonia Rawat Inap

Pilihan antibiotik lini pertama dpat menggunakan antibiotik gologan


beta laktam atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsive
terhadap beta laktam dan kloramfenikol, dapat diberikan antibiotic lain seperti
gentamisin, amikasin, atau sefalosporin sesuai dengan etiologinya. Terapi
antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien pneumonia tanpa
komplikasi.2
BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

 Nama : An. R. A.
 Tanggal lahir : 28 November 2014
 Usia : 3 tahun 5 bulan
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Pendidikan :-
 Alamat : Jl. Cawang no. 3 RT 02 / RW 08, Kelurahan Kebon
Pala, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur.
 Tanggal datang : 21 Mei 2018
 Identitas orang tua
Ayah Ibu
Nama Tn. B Ny. S
Umur 31 thn 27 thn
Pekerjaan Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga
Agama Islam Islam
Perkawinan 1 1

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis oleh ibu kandung pasien, di Poli


RS UKI

Keluhan utama : Batuk


Keluhan tambahan : Sesak

Demam

Riwayat perjalanan penyakit:

Pasien datang ke Poli RS UKI dengan keluhan batuk sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan batuk awalnya berupa batuk kering kemudian beberapa
hari kemudian disertai dahak bewarna putih, kental, darah (-). Batuk dirasakan terus-
menerus sepanjang hari terutama malam hari saat pasien tidur dan ibu pasien
mengaku keluhan batuk yang dialami pasien sampai mengganggu tidur. Ibu pasien
mengatakan sudah pernah membawa pasien berobat ke puskesmas, dan diberikan
obat puyer batuk namun keluhan tidak kunjung membaik.

Pasien juga mengeluhkan sesak nafas yang diakui pasien sebagai nafas cepat
yang diakui ibu pasien sebagai nafas cepat yang dirasakan sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, sesak nafas tidak disertai adanya suara nafas berbunyi atau
mengorok. Keluhan sesak pada pasien juga tidak disertai kebiruan pada ujung-ujung
jari maupun sekitar mulut, sesak dirasakan hingga pasien gelisah , rewel dan sulit
tidur. Ibu pasien mengatakan keluhan sesak dirasakan sepanjang hari dan pasien
mengeluhkan selalu merasakan sakit pada dadanya.

Keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu demam yang timbul sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan demam dirasakan hilang timbul, tidak disertai
menggigil, keringat malam hari, kejang maupun penurunan kesadaran. Ibu pasien
mengaku sudah mengukur dengan menggunakan termometer, didapatkan suhu 39oC,
dan ibu pasien sudah memberi obat penurun panas (paracetamol syrup) untuk
mengurangi keluhan. Setelah diberikan obat penurun panas, ibu pasien mengaku
keluhan demam sempat turun namun selang beberapa lama demam naik kembali.
Semenjak demam pasien mengalami penurunan nafsu makan, ibu pasien mengaku
pasien hanya memakan 3-4 sendok makan nasi dan lauk, namun ibu pasien
menyangkal adanya penurunan berat badan yang drastis selama 1 bulan terakhir ini.
Keluhan mual (-), muntah (-). Buang air kecil pasien tidak ada keluhan.

Riwayat penyakit dahulu:

Pasien memiliki riwayat TB Paru pada bulan Februari 2016 dengan pengobatan sudah
tuntas selama 6 bulan, dan sudah dinyatakan sembuh.

Riwayat penyakit keluarga:


Keluarga pasien tidak pernah ada yang mengalami keluhan seperti pasien.

Riwayat kehamilan
Perawatan Antenatal Care:

Perawatan Antenatal Care:

 Trimester I 1x/bulan di Bidan


 Trimester II 1x/bulan di Bidan
 Trimester III 2x/bulan di Bidan

Penyakit Kehamilan: disangkal

Riwayat kelahiran:
 Cara persalinan : Spontan
 Tempat lahir : Puskesmas
 Penolong persalinan : Bidan
 Penyulit : Tidak ada
 Masa gestasi : Cukup bulan (38 minggu)
 Berat lahir : 2000 gram
 Panjang lahir : 45 cm
 Nilai APGAR : Ibu tidak ingat
 Kelainan bawaan : Tidak ada

Riwayat tumbuh kembang

 Pertumbuhan gigi pertama : usia 6 bulan


 Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
 Psikomotor
o Tengkurap : 4 bulan
o Duduk : 5 bulan
o Berdiri : 10 bulan
o Berjalan : 14 bulan
o Berbicara : 14 bulan
o Membaca/menulis: -
Kesan: Pertumbuhan fisis dan mental anak sesuai usia

Riwayat imunisasi : Imunisasi dilaksanakan di Puskesmas

Vaksin Dasar (Umur) Ulangan (Umur)

BCG 1 Bulan

DPT / DT 2 Bulan 4 Bulan 6 Bulan

POLIO 0 Bulan 2 Bulan 4 Bulan 6 Bulan

Campak Bulan 9 -
Hepatitis B 0 Bulan 1 bulan 6 bulan

MMR -

TIPA -

Kesan : Imunisasi tidak lengkap sesuai dengan jadwal IDAI tahun 2014

Riwayat makanan

 0 - 2 bulan : ASI Ekskulsif tiap 2-3 jam sekali, selama 10-15 menit, hisapan
kuat, di payudara kanan dan kiri bergantian
 2 - 6 bulan : ASI tiap 5 jam sekali, selama 5-10 menit, hisapan kuat, payudara
kanan dan kiri. Susu kedelai 5 botol (120 cc)/hari, habis 5x/hari
 6 - 12 bulan : Susu kedelai 5 botol (120 cc)/hari, habis dalam 3x/hari, nasi tim
berisi wortel : 2x/hari ukuran piring anak
 12 bulan – sekarang : susu kedelai 3 botol (120 cc) dalam sehari sebanyak 3x,
nasi dengan sayur + daging/ayam/ikan 3x/hari ukuran piring anak

Kesan: kualitas dan kuantitas makan pasien cukup sesuai usia.

Data Perumahan
Kepemilikan rumah adalah rumah sendiri, luas rumah 3x40 m2. Keadaan
rumah adalah dinding rumah tembok, kamar mandi di dalam rumah. Sumber air
bersih dari tanah. Terdapat jamban keluarga. Limbah buangan ke saluran atau selokan
yang ada. Keadaan lingkungan jarak antara rumah berdekatan, cukup padat.
Penyinaran matahari, pertukaran udara dan kebersihan rumah kurang. Ventilasi di
rumah terdaapat 1 jendela di tiap ruangan. Terdapat penerangan listrik.
III. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan di BANGSAL RS UKI


Tanggal : 21 Mei 2018
Pukul : 13.00 WIB
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Composmentis
 Tekanan darah : 90/60 mmhg
 Frekuensi nadi : 124 x/menit, kuat angkat, isi cukup, teratur
 Respiratory Rate : 52 x/menit
 Suhu : 37,8 °C

Data Antropometri

 Berat Badan : 13 kg
 Tinggi Badan : 89 cm
 Lingkar lengan atas : 14 cm

Menurut kurva WHO

 BB/U : Kesan berat badan baik (0 s/d -2SD)


 TB/U : Kesan normal (< -2SD)
 BB/TB : Kesan status gizi normal ( +1SD s/d +2SD)

Kepala

 Kepala : Normocephali
 Mata : Kelopak mata tampak cekung -/-, Sklera ikterik -/-,
konjungtiva anemis -/-
 Telinga : Normotia, lapang+/+, Serumen -/-, sekret -/-
 Hidung :Pernafasan cuping hidung (+), cavum nasi lapang-/-,
epistaksis (-), sekret -/-
Mulut : Sianosis sirkum oral (-)

 Bibir : Mukosa bibir lembab


 Gigi Geligi : Tidak ada karies, pertumbuhan sesuai usia
 Lidah : Letak di tengah, coated tongue(-)
 Tonsil : T1-T1, tenang
 Faring : Faring hiperemis (-)

Leher : Tidak ada pembesaran KGB

Thoraks

Paru

 Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela


iga (+)
 Palpasi : vokal fremitus simetris
 Perkusi : Sonor/sonor
 Auskultasi : Bunyi Nafas Dasar bronkovesikuler, Rhonki
+/+, Wheezing -/-
Jantung:
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 mid clavicula
sinistra
 Perkusi : Batas jantung kanan ICS 4 linea parasternal
Batas jantung kiri ICS 5 linea midclavicula
 Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler , murmur (-),
gallop(-)
Abdomen
 Inspeksi : Perut tampak mendatar

 Auskultasi : BU (+), 4x/menit

 Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)

 Palpasi : Nyeri tekan (-), supel, hepar dan lien tidak


teraba

 Ekstremitas Kiri Kanan


Atas : Normotonus Normotonus
akral hangat akral hangat
CRT <2”, edema (-) CRT <2”, edema (-)
Bawah : Normotonus, akral hangat normotonus, akral hangat
CRT <2”, edema (-) CRT <2”, edema (-)

Pemeriksaan Neurologis
Nervus Cranialis

 I : Penciuman baik
 II : Visus kasar baik
 III : Refleks cahaya langsung +/+
 IV : Refleks cahaya tidak langsung +/+
 V : Rasa raba simetris kanan dan kiri
 VI : Normal ke segala arah
 VII : Wajah simeris
 VIII : Nistagmus (-), pendengaran baik
 IX : Disfonia (-), disfagia (-)
 X : Tidak dilakukan
 XI : Menoleh dan angkat bahu normal
 XII : Tremor (-), fasikulasi (-), deviasi (-)

Pemeriksaan Refleks

Refleks Fisiologis: Refleks Patologis:

Biseps: ++/++ Babinski: -/-

Triseps: ++/++ Chaddock: -/-

KPR: ++/++ Gordon: -/-

APR: ++/++ Schaefer: -/-

Oppenheim: -/-

IV. Pemeriksaan Penunjang

Hematologi

 Laju Endap Darah : 11 mm/jam


 Hb : 12.9 g/dl
 Leukosit : 12.3 ribu/uL
 Eritrosit : 4.91 10^6/ul
 Ht : 39.9%
 Trombosit : 597 ribu/uL
 Hitung jenis leukosit
- Basophil :0%
- Eosinophil : 6%
- Neutrofil batang : 4%
- Neutrofil Segmen : 30%
- Limfosit : 58%
- Monosit : 2%
- MCV : 81.2 fl
- MCH : 26.3 pg
- MCHC : 32.4 g/dl

Pemeriksaan foto thoraks :


Hasil :
- Cor dalam batas normal
- Sinus dan diafragma dalam batas normal
- Costae dan tulang-tulang normal
- Pulmo: Terdapat infiltrat di parakardial kanan dan kiri.
Kesan: Bronkopneumonia

IV. Diagnosis Kerja

 Bronkopneumonia

V. Diagnosis Banding

 TB Paru
 Bronkhitis Akut
VII. Penatalaksanaan

o Rawat inap
o Diet : lunak
o IVFD RL 10 tetes per menit (makro)
o Medikamentosa
- Ceftriaxon 2x600 mg (IV)
- Puyer batuk 3x1 pulv (PO)
- Kenacort 2½ tab
- Mucopect 2½ tab
- Ryvell 1 tab (10 mg)
- Puyer sesak 3x1 pul (PO)
- Teofilin 25 mg
- Salbutamol 0,2 mg
- Inhalasi ventolin 1 cc + pulmicort 1 cc + Nacl 0,9% 2cc 2xsehari
- Paracetamol syrup 3x1 cth (PO) (K/P)

VIII. Pemeriksaan Anjuran

 Tes Mantoux

IX. Prognosis
 Ad Vitam : Dubia ad Bonam
 Ad Fungsionam : Dubia ad Bonam
 Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
FOLLOW UP HARIAN

Follow Up Hari 1, tanggal 22 Mei 2018

PH: 1

PP: 15

S/ Batuk (+) masih namun mulai berkurang, dirasakan terutama saat malam, sesak
sudah berkurang, demam sudah mulai turun, nafsu makan masih kurang. Mual (-),
muntah (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan.

O/ KU: Tampak sakit sedang

Kesadaran: Composmentis

TD : 100/60mmhg

HR: 126 x/menit

RR: 44 x/menit

Suhu: 37,2oC

Hidung : Pernafasan cuping Hidung (-)

Mulut : Sianosis sirkum oral (-)

Thorax:

I : Pergerakan dinding dada simetris, Retraksi (+) minimal

P : VF simetris

P : Sonor-Sonor

A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Ronkhi +/+, Wheezing -/-.

Ekstremitas: Akral hangat, CRT 1,5”, edema -/-, sianosis –


A/ Bronkopneumonia

P/ Diet Lunak

IVFD RL 10 tpm (makro)

Medikamentosa

- Ceftriaxon 2x600 mg (IV)


- Puyer batuk 3x1 pulv (PO)
- Kenacort 2½ tab
- Mucopect 2½ tab
- Ryvell 1 tab (10 mg)
- Puyer sesak 3x1 pul (PO)
- Teofilin 25 mg
- Salbutamol 0,2 mg
- Inhalasi ventolin 1 cc + pulmicort 1 cc + Nacl 0,9% 2cc 2xsehari
- Paracetamol syrup 3x1 cth (PO) (K/P)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------
Follow up hari 2 tanggal 23 Mei 2018

PH: 2

PP: 16

S/ Batuk sudah berkurang dari hari sebelumnya, sesak (-), demam (-), nafsu makan
mulai membaik, anak sudah lebih aktif. Mual (-), muntah (-), BAB dan BAK tidak
ada keluhan.

O/ KU: Tampak sakit sedang

Kesadaran: composmentis

TD : 100/70mmhg

HR: 120x/menit

RR: 38x/menit

Suhu: 36,8oC

Hidung : Pernafasan cuping Hidung (-)

Mulut : Sianosis sirkum oral (-)

Thorax:

I : pergerakan dinding dada simetris, Retraksi (-)

P : Stem Fremitus simetris

P : Sonor/Sonor

A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Ronkhi +/+, Wheezing -/-.

Ekstremitas: Akral hangat, CRT 1,5”, edema -/-, sianosis –

A/ Bronkopneumonia
P/ Diet Lunak

IVFD RL 10 tpm (makro)

Medikamentosa

- Ceftriaxon 2x600 mg (IV)


- Puyer batuk 3x1 pulv (PO)
- Kenacort 2½ tab
- Mucopect 2½ tab
- Ryvell 1 tab (10 mg)
- Puyer sesak 3x1 pul (PO)
- Teofilin 25 mg
- Salbutamol 0,2 mg
- Inhalasi ventolin 1 cc + pulmicort 1 cc + Nacl 0,9% 2cc 2xsehari
- Paracetamol syrup 3x1 cth (PO) (K/P)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------
BAB III

ANALISIS KASUS

Pasien anak R.A usia 3 tahun 5 bulan di diagnosa Bronkopneumonia.


Diagnosa ditegakkan berdasarkan Anamnesis, Pemeriksaan fisik, dan Pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan kepada pasien.

1. Berdasarkan anamnesis:

Pasien datang ke Poli RS UKI dengan keluhan batuk sejak 2 minggu


sebelum masuk rumah sakit. Keluhan batuk awalnya berupa batuk kering
kemudian beberapa hari kemudian disertai dahak bewarna putih, kental, darah
(-). Batuk dirasakan terus-menerus sepanjang hari terutama malam hari saat
pasien tidur dan ibu pasien mengaku keluhan batuk yang dialami pasien
sampai mengganggu tidur. Ibu pasien mengatakan sudah pernah membawa
pasien berobat ke puskesmas, dan diberikan obat puyer batuk namun keluhan
tidak kunjung membaik. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas yang diakui
pasien sebagai nafas cepat yang diakui ibu pasien sebagai nafas cepat yang
dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas tidak disertai
adanya suara nafas berbunyi atau mengorok. Keluhan sesak pada pasien juga
tidak disertai kebiruan pada ujung-ujung jari maupun sekitar mulut, sesak
dirasakan hingga pasien gelisah , rewel dan sulit tidur. Ibu pasien mengatakan
keluhan sesak dirasakan sepanjang hari dan pasien mengeluhkan selalu
merasakan sakit pada dadanya. Keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu
demam yang timbul sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan demam
dirasakan hilang timbul, tidak disertai menggigil, keringat malam hari, kejang
maupun penurunan kesadaran. Ibu pasien mengaku sudah mengukur dengan
menggunakan termometer, didapatkan suhu 39oC, dan ibu pasien sudah
memberi obat penurun panas (paracetamol syrup) untuk mengurangi keluhan.
Setelah diberikan obat penurun panas, ibu pasien mengaku keluhan demam
sempat turun namun selang beberapa lama demam naik kembali. Semenjak
demam pasien mengalami penurunan nafsu makan, ibu pasien mengaku
pasien hanya memakan 3-4 sendok makan nasi dan lauk, namun ibu pasien
menyangkal adanya penurunan berat badan yang drastis selama 1 bulan
terakhir ini. Keluhan mual (-), muntah (-). Buang air kecil pasien tidak ada
keluhan.

Pada anak ini terdapat gejala umum maupun spesifik dari pneumonia yaitu :

 Gejala umum : Demam yang dirasakan hilang timbul

 Gejala Respiratori :

- Batuk sejak 2 minggu yang lalu

- Demam sejak 4 hari yang lalu dirasakan hilang timbul

- Saat malam hari dan adanya batuk, pasien selalu merasakan sakit pada
dadanya

- Sesak napas

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda umum dan spesifik dari Pneumonia
yaitu :

 Tanda umum

 Keadaan umum : tampak sakit sedang (gelisah, rewel, dan lemas)

 Kesadaran : Komposmentis.
 Tekanan darah : 90/60 mmHg.

 Nadi : 124 x/m.

 Suhu: 37,8ºC (aksila).  demam

 Tanda respiratori

 RR: 52 x/m  Berdasarkan WHO usia 1-5 tahun diatas 40 x/menit


dikatakan takipneu

 Pada pemeriksaan fisik lainnya didapati Pernafasan cuping Hidung


(+), pemeriksaan thoraks didapati retraksi sela iga (+) ronkhi basah
halus nyaring (+/+).

3. Pemeriksaan Penunjang :

a. Laboratorium

 Laju Endap Darah : 11 mm/jam (3-13 mm/jam)


 Hb : 12.9 g/dl
 Leukosit : 12.3 ribu/uL (meningkat)
 Eritrosit : 4.91 10^6/ul
 Ht : 39.9%
 Trombosit : 597 ribu/uL (meningkat)
 Hitung jenis leukosit
- Basophil :0%
- Eosinophil : 6% (meningkat)
- Neutrofil batang : 4%
- Neutrofil Segmen : 30% (menurun)
- Limfosit : 58% (meningkat)
- Monosit : 2%
- MCV : 81.2 fl
- MCH : 26.3 pg (menurun)
- MCHC : 32.4 g/dl

Pasien sudah pernah foto thoraks pada tanggal 25 Mei 2018 dan hasil
interpretasinya yaitu : terdapat infiltrat parakardial kanan dan kiri.
Kesan: Bronkopneumonia
Dimana secara teori Gambaran difus pada kedua lapang paru berupa
bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial.
Berdasarkan kriteria diagnosa Bronkopneumonia pada bayi dan anak usia
1-5 tahun, diagnosa dapat ditegakan apabila ditemukan :

 Suhu tubuh ≥ 38,5o C

 Pernapasan terdapat retraksi interkostal.

 Napas cepat ≥ 40 x/menit

 Pada foto thorax ditemukan perselubungan komplit homogen paru

Diagnosis Bronkopnemuonia ditegakan berdasarkan kondisi pasien yang


didapatkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan
pada pasien dan telah memenuhi kriteria diatas.

Tatalaksana untuk Bronkopneumonia adalah dengan perawatan di Rumah


sakit dengan pemberian antibiotik untuk eradikasi kuman, kemudian diberikan
sebagai terapi simptomatik dapat diberikan obat batuk yaitu mukolitik dan obat
penurun demam yaitu antipiretik.
4. Terapi

o Rawat inap
o Diet : 1300 kalori/ hari
- Kebutuhan kalori :
Usia 1-3 tahun  100kkal/kgBB Ideal
100 kkal x 13 = 1300kkal
o IVFD : Ringer Laktat 12 tpm
- Kebutuhan cairan :
10 x 100 = 1000cc
3 x 50 = 150
(1150 x 15) : (24 x 60) = 17.250 : 1440 = 11,9 TPM ~ 12 tetes per menit
(makro)

Medikamentosa
 Ceftriaxon 2x600 mg (IV)  Untuk terapi mengikuti ketentuan dari WHO
yang mengeluarkan pedoman baru, dimana antibiotik lini pertama bagi anak
dengan pneumonia adalah golongan beta laktam, yaitu amoksisilin karena
keuntungannya yang lebih efektif dibanding antibiotik lain dalam mengatasi
infeksi paru pada bronkopneumonia. Dengan dosis 25-40 mg/kgBB/kali -> 13
x (25~40)= 325~520 mg diberikan 2 kali dalam satu hari
 Inhalasi ventolin 1 cc + pulmicort 1 cc + Nacl 0,9% 2cc 2xsehari  menurut
pedoman pelayanan medis IDAI, nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau NaCl
dapat diberikan untuk memperbaiki mucociliary clearance.
 Paracetamol syrup 3x1 cth (PO) diberikan jika anak kembali demam sebagai
terapi simptomatik dan untuk menjaga kenyamanan pasien.
 Puyer batuk 3x1 pulv (PO)
- Kenacort 2½ tab
- Mucopect 2½ tab
- Ryvell 1 tab (10 mg)
 Puyer sesak 3x1 pul (PO)
- Teofilin 25 mg
- Salbutamol 0,2 mg
diberikan sebagai terapi simptomatik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kliegman RM, Stanton BMD, St. Geme J, Schor NF, Behrman RE.
Nelson Essentials of Pediatrics.. Edisi ke-7. Chapter 110. Philadelphia:
Elsevier. 2015; Hal. 358-64
2. Said M. Pneumonia dalam: Buku ajar respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI. 2015; Hal. 350-64.
3. Ikatan Kedokteran Anak Indonesia (IDAI). Pedoman Pelayanan Medis.
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009; hal. 250-5.

Anda mungkin juga menyukai