Anda di halaman 1dari 26

REAKSI KULIT

TERHADAP TRAUMA MEKANIS


Elysia Gita Pascadea
1361050099
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
PERIODE 26 FEBRUARI – 31 MARET 2018
LATAR BELAKANG
 Kulit mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi
pada lingkungan, trauma mekanis, kecelakaan, dan pekerjaan.

 Tekanan atau gesekan yang terjadi berulang kali dengan intensitas yang rendah dapat
menyebabkan hiperkeratosis dan akantosis  kalus, klavus, black heel, dan ulkus dekubitus.
ANATOMI
KULIT
Proteksi

Absorbsi

Ekskresi
FUNGSI KULIT
Presepsi

Termoregulasi

Pembentukan
Vitamin D
REAKSI KULIT

KALUS ULKUS
DAN KLAVUS DEKUBITUS
BLACK HEEL
KALUS DAN KLAVUS
 Reaksi kulit akibat pajanan tekanan atau gesekan yang berlebihan pada kulit secara terus –
menerus dalam jangka waktu yang lama dan rentan terjadi pada setiap orang yang harus
menumpu berat badannya.

 Setiap orang rentan mengalami kalus dan klavus dan dapat terjadi pada semua jenjang
ekonomi, kecuali pada bayi.
ETIOPATOGENESIS

Permukaan
Kalus
yang luas
Pajanan tekanan atau
Faktor Predisposisi + gesekan berulang dan Hiperkeratinisasi
berlebihan
Terdapat inti
(radix atau Klavus
nuclei)
KALUS
Hiperkeratosis yang merata, berbatas tegas, dan
tidak terdapat penetrasi dibagian tengahnya.
Predileksi: Tempat penonjolan tulang (persendian)

Hiperkeratosis berbatas tegas yang tidak merata,

KLAVUS tampak seperti kerucut terbalik dengan alas di


permukaan kulit dan puncaknya pada dermis.
Predileksi: Tempat yang mengalami eksostosis
GEJALA KLINIS
 Nyeri  akibat robekan mikro pada kulit yang menebal dan kaku.

 Rasa terbakar  terutama ketika daerah yang tumpuan berat dan/atau daerah kaki yang
bersentuhan dengan sepatu.
BENTUK LESI KULIT
 Plak hiperkeratosis setempat

KALUS  Berbatas tegas dan merata


 Ukuran antara 1 – 3 cm

 2 jenis bentuk: klavus lunak (heloma molle) dan klavus


keras (heloma durum)
KLAVUS  Hiperkeratosis tidak merata
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
 Kalus dan klavus  menunjukkan adanya perubahan pada lapisan epidermis, dermis, dan
adipose.

 Kalus: Penebalan stratum korneum namun tidak terdapat perubahan pada stratum
granulosum.

 Klavus:
 Sumbatan parakeratotik pada stratum korneum.
 Tekanan  stratum granulosum hilang dan atropi stratum spinosum.
 Dermis  tampak fibrosis, dilatasi saluran kelenjar ekrin dan pembuluh darah, hipertrofi pembuluh
saraf.
TATALAKSANA
 Tindakan utama  menghilangkan faktor tekanan dan gesekan.

 Kalus:
 Salap asam salisilat 20 – 40% atau krim urea 40%.
 Bahan pelunak  campuran propilen glikol dan air dengan perbandingan 2:1 dan digunakan secara
oklusif.

 Klavus:
 Salap asam salisilat 40% atau suspense triklorasetat 40 mg/dl atau krim urea 40%.
 Cara lain  mengeluarkan inti atau eksisi total.
PENCEGAHAN
 Mengurangi atau menghindar dari kegiatan yang menyebabkan terjadinya trauma mekanis.
BLACK HEEL
 Disebabkan oleh trauma fisis dengan tekanan kuat  pecahnya pembuluh darah kapiler di daerah
papilla dermis.

 Lesi asimtomatik dan pada umumnya tidak mengganggu aktivitas.

 Rentan terhadap atlet dewasa muda.

 Gambaran Klinis: Plak biru kehitaman dengan purpura di sekitarnya dengan predileksi di tumit bagian
posterior atau posterolateral, atau kalkaneus.

 Tidak perlu pengobatan.


ULKUS DEKUBITUS
 Merupakan ulkus yang terjadi akibat tekanan (pressure ulcer) yang lama yang menyebabkan
iskemia.

 Lansia > 70 tahun.

 Mayoritas kasus ulkus dekubitus: Bagian bawah tubuh


 65% terjadi di area pelvis
 30% di ektremitas bawah
 Sisanya di area lain
ETIOLOGI
Faktor yang paling berperan  dapat mengganggu sirkulasi
TEKANAN dan oksigenasi jaringan.

Gerakan relative tulang dan jaringan subkutan terhadap


PERGESERAN kulit ketika kulit terfiksasi.

Gaya melawan atau menahan pergerakan relatif yang


GAYA GESEK terjadi diantara 2 permukaan yang bersentuhan  berulang
 kerusakan pada lapisan luar kulit.

Diakibatkan oleh inkontinensia urin dan fekal, perspirasi,


KELEMBABAN atau drainase luka yang berlebihan  maserasi kulit.
LOKASI
UMUM
GEJALA KLINIS
 Mengidentifikasi resiko ulkus dekubitus  skala Braden, Norton, dan Waterlow.

 Mengetahui derajat lesi menurut NPUAP (National Pressure Ulcer Advisory Panel):
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium
 Biopsi
 Radiologi
PENGOBATAN
 Bersifat individual untuk setiap pasien dan melibatkan manajemen luka.

 Prinsip – prinsip umum terapi untuk ulkus dekubitus:


1. Merubah dan Mengatur Posisi Baring
2. Perawatan Luka
PENGOBATAN
1. Merubah dan Mengatur Posisi Baring
• Di tempat tidur  pasien harus diposisikan untuk menghindari tekanan diatas ulkus yang ada atau
tekanan diatas tulang yang menonjol.
• Memposisikan pasien miring ke kiri atau ke kanan dengan membentuk sudut 30 o dan mengganti
posisi setiap 2 jam.
• Absorbing underpads, popok, kateter urin, atau pipa rektum untuk membantu pasien
inkontinensia  menghindari kelembaban.
• Menghindari pemakaian bantal jenis donat harus dihindari karena dapat  kongesti vena dan
dapat memperburuk ulkus.
• Pasien harus didorong dan dimotivasi untuk mereposisi diri mereka sesering mungkin.
PENGOBATAN
2. Perawatan Luka
a. Pembersihan Luka
 Menggunakan cairan normal salin.
 Dilakukan secara lembut agar meminimalisir trauma mekanik sehingga proses penyembuhan
luka menjadi lebih cepat.
b. Debridement
 Membuang jaringan nekrotik.
c. Wound Dressing
 Melindungi luka dari lingkungan, menghindari terjadinya infeksi, mengurangi nyeri pada luka,
dan menstimulasi pertumbuhan jaringan granulasi dan epitelisasi.
 Perawatan luka pada lingkungan yang lembab menyebabkan penyembuhan 40% lebih cepat
dibandingkan luka yang terpapar dengan udara.
PENCEGAHAN
 Menjaga kebersihan diri dan mempertimbangkan penggunaan lotion yang mengandung asam lemak.

 Memastikan kebutuhan nutrisi disertai hidrasi sudah cukup.

 Memposisikan ulang tubuh setiap 2 jam saat diatas tempat tidur dan setiap jam saat berada diatas kursi. Apabila dalam
keadaan waspada dan pasien mampu, pasien harus diajarkan untuk mengubah posisi duduknya setiap 15 menit saat
berada diatas kursi.

 Menggunakan bantalan busa.

 Mempertahankan posisi kepala pasien tidak lebih dari 30 o.

 Mencegah terjadinya kontraktur.


KESIMPULAN
 Kulit merupakan pembungkus elastis yang terletak paling luar dan merupakan organ terbesar pada
tubuh manusia yang mempunyai fungsi sebagai barier utama dalam proteksi tubuh terhadap trauma
mekanis seperti gesekan dan tekanan berulang dapat menyebabkan kelainan kulit, yaitu kalus, klavus,
black heel, dan ulkus dekubitus.

 Prognosis kelainan yang terjadi baik ditunjang dengan menghilangkan atau menghindari faktor
penyebab.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Djuanda, dkk. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p.
3-7, 259-61.

DeLauro TM, DeLauro NM. Corns and Calluses. Dalam: In: Goldsmith LA, Katz Si, Gilchrest BA, Paller AS, Laffel DJ, Woff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8 th ed. New York: McGraw Hill; 2012.p.1111-4.

Powers JG, Odo L, Phillips TJ. Decubitus (pressure) Ulcers. Dalam: In: Goldsmith LA, Katz Si, Gilchrest BA, Paller AS, Laffel
DJ, Woff K. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8 th ed. New York: McGraw Hill; 2012.p. 1121-8.

Prevention and Treatment of Pressure Ulcers: Quick Reference Guide. 2014.


https://www.npuap.org/wp-content/uploads/2014/08/Updated-10-16-14-Quick-Reference-Guide-DIGITAL-NPUAP-
EPUAP-PPPIA-16Oct2014.pdf. Diakses: 25 Maret 2018.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai