Anda di halaman 1dari 28

KUMPULAN ASKEP

Kamis, 28 Maret 2013

askep typhoid pada anak

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KASUS TYPHOID

disusun oleh :
SASTRO MINOTO
NIM : 048 010 68

AKADEMI KEPERAWATAN ANTARIKSA JAKARTA


TAHUN 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, oleh karena rahmat dan
berkatNyalah penulis dapat menyelesaikan proposal ini tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan termaksih kepada semua pihak yang sudah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Tak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua dosen-dosen serta kawan-kawan yang telah banyak memberikan
dukungan berupa dukungan moril.

Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh karenanya
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun agar makalah
ini dapat di revisi kembali dan menjadi lebih sempurna.

Akhir kata, penulis mengucakan semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Termakasih
Bekasi... Maret 2013

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................... 1
B. Rumusan masalah......................................................... 2
C. Tujuan penulisan........................................................... 3
D. Metode penulisan.......................................................... 4
E. Sistematika penulisan.................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Typhoid....................................................... 6
B. Etiologi......................................................................... 6
C. Patofisiologi................................................................. 7
1. Proses terjadinya penyakit....................................... 7
2. Manifestasi klinis.................................................... 8
3. Komplikasi.............................................................. 9
4. Pemeriksaan penunjang.......................................... 10
5. Pencegahan.............................................................. 14
D. Penatalaksanaan........................................................... 15

ii
E. Konsep tumbuh kembang anak.................................... 17
F. Konsep hospitalisasi anak........................................... 21
G. Pengkajian keperawatan............................................... 22
H. Diagnosa keperawatan................................................. 24
I. Rencana keperawatan.................................................. 25
J. Pelaksanaan tindakan................................................... 30
K. Evaluasi....................................................................... 31
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 34
LAMPIRAN ................................................................................. 35

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Demam typhoid atau yang juga dikenali dengan nama lain yaitu, Typhus abdominalis, Typhoid
fever atau Enteric fever merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan
kesadaran. Penyakit infeksi dari Salmonela ialah segolongan penyakit infeksiyang disebabkan
oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai
saluran pencernaan.(Hasan & Alatas, 1991, dikutip Sodikin, 2011: hal.240).

Dari berbagai macam penyakit infeksi bakteri yang ada di belahan dunia ini, demam typhoid
menjadi masalah besar di Negara-negara berkembang.Kebanyakan penyakit ini terjadi pada
penduduk Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika latin.

Dampak yang akan terjadi pada pasien penderita typhoid yang tidak segera ditangani
mengakibatkan keadaan yang semakin memburuk, didalam usus bisa terjadi pendarahan usus,
perforasi dan peritonitis, diluar usus mengakibatkan terjadinya lokalisasi peradangan akibat
sepsis (bakterimia), yaitu meningitis, kolestisiasis, ensefelopati.

Peran perawat yang lebih optimal sangat diharapkan dalam menangani pasien dengan masalah
typhoid. Diantaranya peran perawat dari aspek prefentif adalah pencegahan terjadinya thypoid
atapun penularan penyaklit typhoid dengan cara memelihara kebersihan perorangan, pemberia
vaksin atau imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Peran perawat dari aspek
kuratif adalah dengan cara memberikan perawatan secara maksimal kepada pasien,
menganjurkan kepada pasien atau keluarga yang menemani untuk menjaga kebersihan,
pemberian nutrisi yang sesuai dan adekuat, menganjurkan istirahat total atau titah baring bila
terjadi peningkatan suhu tubuh, serta menempatkan pasien di ruangan khusus, atau isolasi.
Peran perawat ditinjau dari aspek promotif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan
atau penjelasan tentang penyakit terhadap klien atau keluarga tentang penyebab, gejala,
perawtan, pengobatan serta pencegahanannya. Dari aspek rehabilitatif peran perawat yaitu
dengan pemulihan keadaan pasien yang mengalami penyakit typhoid, seperti menjaga
kebersihan makanan dan minuman serta pengawasan makanan, jajanan yang bersih dari orang
tua yang ketat kepada anaknya.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian diatas maka didapatlah rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa itu penyakit typhoid ?

2. Apa saja yang menjadi penyebab penyakit Typhoid )

3. Bagaimanakah proses penyakit ini masuk ke dalam tubuh ?

4. Apakah penyakit ini menular ?

5. Bagaimanakah cara mencegahnya ?

6. Komplikasi apa saja yang bisa terjadi pada penyakit ini ?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun teknik yang digunakan yaitu sebagai berikut ;

1. Tujuan umum
Dapat memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien dengan kasus Typhoid.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan Pengkajian pada anak dengan kasus Typhoid

b. Mampu menentukan Masalah Keperawatan klien pada anak dengan masalah typhoid sesuai
prioritas

c. Mampu merencanakan Asuhan Keperawatan pada anak dengan typhoid berdasarkan masalah
yang telah dibuat.

d. Mampu melaksanakan Tindakan Keperawatan pada anak dengan masalah typhoid

e. Mampu melakukan Evaluasi Keperawatan pada anak dengan kasus typhoid

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori dan praktek.

g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi alternatif


untuk pemecahan masalah pada anak dengan kasus typhoid.

h. Mampu mendokumentasi Asuhan Keperawatan pada anak dengan kasus typhoid.

D. METODE PENULISAN

Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam penulisan makalah yaitu;

1. Observasi

Mengamati klien secara langsung untuk memperoleh gambaran secara nyata sesuai kondisi
klien

2. Wawancara

Mengadakan komunikasi secara langsung pada orang tua klien, perawat ruangan, dan dokter
untuk mengetahui dan melengkapi data tentang keluhan dan permasalahan yang dirasakan
oleh klien.

3. Pemeriksaan fisik

Dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik secara menyeluruh dari ujung rambut sampai ujung
kaki ( head to toe ), dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

4. Study dokumentasi
Dengan mengumpulkan data mengenai keadaan klien berasarkan hasil pemeriksaan
penunjang dan catatan medis.

5. Study kepustakaan

Dengan mempelajari literatur keperawatan dan kedokteran yang berhubungan dengan masalah
typhoid.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan makalah ini terbagi atas 2 BAB, yang terdiri atas;

1. BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.

2. BAB II : Tinjauan teori yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yaqng biasanya mengenai saluran cerna, dengan
gejala demam kurang lebih 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.
Penyakit infeksi dari Salmonella ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai saluran
pencernaan. ( Hasan & Alatas, 1991, dikutip Sodikin, 2011: hal.240 ).

Typhoid merupakan penyakit infeksi y6ang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh
salmonella thypi. Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan, mulut, atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman salmonella thypi. ( A.Aziz Alimul Hidayat, 2008: hal. 120 ).

Demam Typhoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan
kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak
dengan bulu getar, tidak berspora. (Ngastiyah, 2005: hal.236 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thiphoid.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses
dan urine dari orang yang sudah terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).

B. Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah jenis salmonella typhosa, kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:

1. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getardan tidak berspora.

2. Memiliki paling sedikit 3 macam antigen O ( somalitik yang terdiri atas zat kompleks
lipopolisakarida ), antigen H ( flagella ), dan antigen V. Berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium pasien, biasanya terdapat zat anti ( aglutinin ) terhadap ketiga macam antigen
tersebut.

3. Masa inkubasi 10 - 20 hari.

Salmonella terdiri atas beratus-ratus spesies, namunmemiliki susunan antigen yang serupa,
yaitu sekurang-kurangnya antigen O ( somatik ), dan antigen H ( flagella ). Perbedaan
diantara spesies tersebut disebabkan oleh faktor antigen dan sifat biokimia.
C. Patofisiologi

Proses yang dilakukan untuk mengetahui mulai dari proses masuknya penyakit sampai
dengan komplikasi dan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui suatu penyakit,
khususnya pada kasus typhoid.

1. Proses perjalanan penyakit

Proses penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food ( makanan ), Fingers ( jari tangan / kuku ), Fomitus ( muntah ), Fly (
lalat ), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pda penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada
orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap di makanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apa bila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangandan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian
kuman masuk kedalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Didalam
jarian limpoid ini kuman berkembangbiak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman kedalam
sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk ke limpa, usus halus
dan kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu ke 2 terjadi nekrosis dan pada minggu ke 3 terjadi
ulserasi plaks player. Pada minggu ke 4 terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan
sikatriks. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu
hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limfa membesar. Gejala demam disebabkan
olehendotoksil, sedangkan gejala pada sistem pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus
halus.

2. Manifestasi klinis

Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan
orang dewasa. Walaupun gejala demam typhoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara garis
besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan dan
gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala mrnyerupai penyakit infeksi
akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi,
serta suhu badan yang meningkat terutama malam hari.

Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten,
lidah typhoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan kesadaran
dari ringan sampai berat. Lidah typhoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang
tebal, dibagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. ( Ranuh, Hariyono, dkk. 2001 ). Sejalan
dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan gambaran ‘anak tangga’.
Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi bertambah toksik.

Demam < 5 hari terutama malam hari, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual dan
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut atau kembung, batuka atau epitaksis,
;idah yang khas ( kotot ditengah, tepi dan ujung merah ), hepatomegaly, splenomegaly,
gangguan mental ( berupa somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis ).

3. Komplikasi

Komplikasai biasanya terjadi pada usus halus, namun hal tersebut jarang terjadi. Apabila
komplikasi ini terjadi pada seorang anak, maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus halus
ini dapat berupa:

a. Perdarahan usus

Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit, perubahan tersebut hanya dapat ditemukan
jika dilakukan pemeriksaan feses dengan benzidin; jika perdarahan banyak, maka dapat terjadi
melena yang bisa disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. Perfotasi usus biasanya
timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian usus distal ileum.

b. Perforasi yang tidak disertai peritonotis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga
peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada
foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis

Peritonitis biasanya menyertai perforasi, namun dapat juga terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (
defense musculair ), dan nyeri tekan.
d. Komplikasi diluar usus

Terjadi lokasi peradangan akibat sepsis ( bakterimia ), yaitu meningitis, kolesistiasis,


ensefelopsti, dan lain-lain.komplikasi diluar usus ini terjadi karena infeksi sekunder, yaitu
bronkopneumonia.

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjangpada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang


terdiri dari:

a. Pemeriksaan leokosit

Didalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataanya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan
kasus demam typhoid adalah jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leokosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemerisaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid sering kali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan dema typhoid, tetapi bila biakan darah negatif
tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan biakan darah
tergantung dari beberapa faktor:

1) Teknik Pemeriksaan Laboraterium

Hasil pemeriksaan satu laboraterium berbeda dengan laboraterium yang lain, hal ini disebabkan
oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakterimia berlangsung.

2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biakkan darah terhadap salmonella tyohi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya. Pda waktu kambuh biakkan darah dapat positif kembali.

3) Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoiddi masa lampau dapat menimbulkan antibody dalam darah
klien, antibody ini dapat menekan bakterimia sehingga biakkan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakkan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan
kuman dalam media biakkan terhambat dan hasil biakkan mungkin negatif.

d. Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antar4a antign dan antibody (aglutinin). Aglutinin yang
spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat
pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan untuk uji widal adalah
suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan di olah dilaboratorium. Tujuan dari uji widal
ini adalah tujuan untuk menentukan adanya agluinin dalam serum klien yang disangka
penderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin
yaitu: aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O ( berasal dari tubuh kuman ),
aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H ( berasal dari flagel kuman ), aglutinin
Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi ( berasal dari simpai kuman ). Dari ketiga aglutin
tersebuthanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya
makin besar klien menderita typhoid.

Faktor-faktor yang mempengaruhi uji widal:

1) Faktor yang berhubungan dengan klien:

a) Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.

b) Saat pemeriksaan selama perjalan penyakit : aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien
sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.

c) Penyakit-penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoidyang
tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamablobulinemia, leukimia dan karsinoma lanjut.

d) Pengobatan dini dengan antibodi : pengobatan dini dengan obatb antimikroba dapat
menghambat pembentukan antibodi.

e) Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat


terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.

f) Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer
aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai
1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab
itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
g) Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadan ini dapat
mendukung hasil uji widal yang positif walaupun dengan hasil titer yang rendah.

h) Reaksi anemnesa : keadaan dimana terjadipeningkatan titer aglutinin terhadap salmonella


typhikarena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseor4ang yang pernah
tertular salmonella di masa lalu.

2) Faktor-faktor teknik

a) Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama,
sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat mnimbulkan reaksia aglutinasi pada spesies
yang lain.

b) Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.

c) Strainsalmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat
bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi
strain lainnya.

5. Pencegahan

Untuk menghindari penularan infeksi Salmonella, sisa kotoran, urin atau muntahan penderita
haruis dibuang dengan hati-hati. Sebab dari sinilah penularan terjadi. Sisa makanan yang
diduga menyebabkan infeksi harus segera dibuang dan jangan sampai bercampur dengan
makanan lain. Piring, pisau maupun alat dapur lainnya yang disentuh makanan yang diduga
mengandung salmonella harus dicuci dengan air panas atau direbus agar bakteri mati. Cara
pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan
khususnya sebelum makan, hindari minum susu mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari
makanan pedas.

D. Penatalaksanaan

1. Perawatan

a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi
pendarahan usus.

b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya transfusi bila ada komplikasi
perdarahan.
2. Terapi

a. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 100mg/kg BB/hari, maksimum pemberian 2g/hari.
Dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas.

b. Tiamfenikol.dosis yang diberikan 4x500mg/hari.

c. Kortimoksazol. Dosis 48mg/kg BB/hari ( sibagi 2 dosis ) per oral sela 10 hari.

d. Ampicilin dan Amokcilin. Dosis berkisar 100mg/kg BB, selama 2 minggu.

e. Sefalosporingenerasi ketiga seperti seftriakson dosis 80mg/kg BB IM atau IV. 1x1, sela 5 -7
hari. Atau seiksim oral dosis 20mg/kg BB/haridibagi 2 dosis selama 10 hari.

f. Golongan Fluorokuinolon

 Norfloksasin : dosis 2 x 400mg/hari selama 14 hari

 Siprofloksasin : dosis 2 x 500mg/hari selama 6 hari

 Ofloksasin : dosis 2 x 400mg/hari selama 7 hari

 Pefloksasin : dosis 1 x 400mg/hari selama 7 hari

 Fleroksasin : dosis 1 x 400mg/hari selama 7 hari

g. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada headaan tertentu seperti: tifoid toksik,
peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam
organisme dalam kultur darah selain kuman salmonella typhi. ( Widiastuti S, 2001 ).

3. Diet

a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.

b. Pada penderita yang akut dpat diberi bubur saring.

c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

E. Konsep Tumbuh Kembang Anak Masa Remaja ( 12 sampai 18 tahun )

1. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik ( anatomi ) dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multipilkasi. Bertambah banyaknya sel-sel tubuh dan
juga karena bertambah besarnya sel. ( Nursalam, 2008: hal. 32 ).
a. Pertumbuhan fisik: merupakan tahap pertumbuhan yang sangat pesat, tinggi badan 25%, berat
badan 50%, semua sistem tubuh berubah dn paling banyak perubahan adalah sistem endikrin,
bgian-bagian tubuh tertentu memanjang, misalnya tangan, kaki, proporsi tubuh memanjang.

b. Social emosional: kemampuan akan sosialisasi meningkat, relasi dengan teman wanita/pria
akan tetapi lebih penting dengan teman yang sejenis, penampilan fisik remaja sangat penting
karena mereka supaya diterima oleh kawan dan disamping itu pula persepsi terhadap badannya
akan mempengaruhi konsep dirinya, peranan orang tua/keluarga sudah tidak begitu penting
tetapi sudah mulai beralih pada teman sebaya.

2. Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih


kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasildari proses
diferensiasisel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi. (IDAI, 2002).

Terdapat berbagai pemandangan tentang teori pertumbuhan dan perkembangan anak. Berikut
ini akan diuraikan teori perkembangan psikoseksual, psikososial, dan perkembangan moral.

a. Perkembangan psikoseksual (Freud)

Freud mengemukakan bahwa perkembangan psikoseksual anak terdiri atas fase oral, fase anal,
fase falik, dan fase genital.

* Fase genital (12 sampai 18 tahun)

Tahapan akhir masa perkembangan menurut freud adalah tahapan genital ketika anak mulai
masuk fase pubertas, yaitu dengan adanya proses kematangan organ reproduksi dan produksi
hormone seks.

b. Perkembangan psikososial (Erikson)

Pendekatan erikson dalam membahas proses perkembangan anak adalah dengan menguraikan
5 tahapan perkembangan psikososial, yaitu percaya versus tidak percaya, industy versus
inferiority, identitas dan keracuan pesan, berikut ini akan diuraikan.

 Identitas dan kerancuan peran (12 sampai 18 tahun)

Anak remaja akan berusaha untuk menyesuaikan perannya sebagai anak yang sedang berada
pada fase transisi dari kanak-kanak menuju dewasa.mereka menunjukan perannya dengan
bergaya sebagai remaja yang sangat dekat dengan kelompoknya,bergaul dengan mengadopsi
nilai kelompok dan lingkungannya, untuk dapat mengambil keputusan sendiri. Kejelasan
identitas diperoleh apabila ada kepuasan yang diperoleh dari orang tua atau lingkungan tempat
ia berada, yang membuatnya melalui proses pencarian identitas diri sebagai remaja, sedangkan
ketidakmampuan dalam mengatasi konflik akan mengakibatkan kerancuan peran yang harus
dijalankan.

 Perkembangan kognitif (piaget)

 Formal operation (11 sampai 15 tahun)

Tahapan in ditunjukan dengan karakteristik kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan


kemampuan untuk fleksibel terhadap lingkungannya. Anak remaja dapat berfikir dengan pola
yang abstrak menggunakan tanda atau symbol dan menggunakan kesimpulan yang logis.
Mereka dapat membuat dan mengujinya dengan pemikirannya yang abstrak. Teoretis dan
filosofis . pola berfikir logis menbuat mereka mampu berfikir tentang ap yang orang lain juga
memikirkannya dan berfikir untuk memecahkan masalah.

 Perkembangan moral (Kohlberg)

Perkembangan moral anak yang dikemukakan Kohlberg didasarkan pada perkembangan


kongnitif anak dan terdiri atas 3 tahapanutama, yaitu preconventional, conventional,
postconventional, fase postconventional.

Anak usia remaja telah mampu membuat pilihan berdasar pada prinsip yang dimiliki dan
diyakininya. Apapun tindakan yang diyakininya dipersepsikan sebagai suatu kebaikan. Ada
dua fase yaitu orientasi pada hukum dan orientasi pada prinsif etik yang umum. Pada fase
pertama, anak mendapatkan nilai budaya, hukum, dan perilaku yang tepatdan menguntungkan
bagi masyarakat sebagai sesuatu yang baik. Mereka mempersiapkan kebaikan sebagai sesuatu
yang dapat menyejahterakan individu. Tidak ada yang dapat mereka terima dari lingkungan
tanpa membayarnya dan apabila menjadi bagian dari kelompok, mereka harus berkontribusi
untuk mencapai kelompok. Fase kedua dikatakan sebagai tingkat nilai moral tertinggi, yaitu
anak dapat menilai perilaku yang baik dan buruk dari dirinya sendiri. Apabila mereka dapat
melakukan sesuatu yang benar, hal ini dipersepsikannya sebagai kebaikan mereka. Anak sudah
dapat mempertahankan perilaku berdasarkan standar moral yang ada seperti menaati aturan
dan hukum yang berlaku dimasyarakat.
F. Konsep Hospitalisasi Anak Usia Remaja (12 sampai 18 tahun)

Hospitalisasi merupakan suatu proseeskarena suatu alasan yang berencana atau


darurat, mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, (Yupi Supartini, 2004: hal.1988).

1. Reaksi terhadap penyakit

Pada usia remaja mempersepsikan perawatn dirumahsakit menyebabkan timbulnya perasaan


cemas karena harus pisah dari teman sebayanya. Telah diuraikan pada kegiatan belajar
sebelumnya bahwa anak remaja percaya dan sering kali terpengaruh oleh kelompok sebayanya
(geng). Apabila harus dirawat dirumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan
cemas karena perpisahan tersebut, pembatasan aktifitas dirumah sakit membuat anak
kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau petugas
kesehatan dirumah sakit. Reaksi yang sering muncul terhadap pembatasan aktifitas ini adalah
dengan menolak perawat atau tindakan yang dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif
dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien dan petugas kesehatan
(isolasi). Perasaan sakit karena perlukaan atau pembedahan menimbulkan respon bertanya-
tanya, menarik diri dari lingkungan/menolak kehadiran orang lain.

2. Reaksi anak terhadap hospitalisasi

Seperti telah dikemukakan diatas, anak akan menunjukan berbagai perilaku sebagai reaksi
sebagai pengalaman hospitalisasi. Reaksi tersebut bersifat individual, dan sangat bergantung
pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem
pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya, reaksi
anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisan, kehilangan, pelukan tubuh, rasa nyeri.
Berikut inireaksi anak terhadap sakit dan dirawat dirumah sakit sesuai dengan tahapan
perkembangan anak.

G. Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari perkumpulan, verifikasi, dan komunikasi
data tentag klien.

1. Identitas pasien

Meliputi data-data umum/demografi


a. Keluhan utama

Demam tinggi sekitar 3 minggu, mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri kepala.

b. Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan kepada keluarga sejak kapan klien mulai demam dan merasakan keluhan-keluhan
seperti diatas, tindakan apa yang sudah dilakukan keluarga untuk menanggulanginya.

c. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

d. Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan tentang riwayat penyakit infeksi terdahulu, apakah klien pernah menderita penyakit
ini sebelumnya.

e. Riwayat psikososial

Tanyakan tentang kebiasaan kliaen dan keluarga sehari-hari baik tentang kebersihan diri
ataupun lingkungan, kebiasaan makan, tingkat pengetahuan keluarga tentang kesehatan.

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Tingkat kesadaran, keadaan umum seperti keringat banyak, demam, mual, muntah, lidah kotor,
gangguan eliminasi, (diare/obstipasi).

b. Palpasi

Untuk mengetahui peningkatan suhu tubuh, turgor kulit dan maraba apakah ada pembesaran
hati dan limpa.

c. Perkusi

Untuk mendengarkan peristaltikusus pada abdomen.

d. Auskultasi

Untuk mengetahui adanya bunyi timpani apabila terdapat kembung (distensi) pada abdomen.

3. Studi diagnostik

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan:

a. Biakkan darah positif terhadap kuman salmonella


b. Pada widal test didapatka peningkatan titer aglutitin O dan H sejak minggu kedua dan tetap
positif selama beberapa bulan atau bebeapa tahun. Titer reaksi wadal diatas 1/200 menyokong
diagnosis.

c. Pada pemeriksaan hematologi didapatkan anemi ringan, LED meningkat, SGOT dan SGPT
serta alakali pospatase meningkat.

d. Pemeriksaan feses dan urine ditemukan adanyasalmonella, begitu pula pada pemeriksaan sum-
sum tulang dan cairan duodenum.

H. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

Adanya pernyataan yang menggambarkanrespon aktual atau potensial klien terhadap masalah
kesehatan yang dimana perawat mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya.
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Demam Typhoid pada
anak adalah:

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan,
muak dan kembung.

3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan


dan peningkatan suhu tubuh.

4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.

5. Cemas/takutpada anak berhubungan dengan perpisahan dengan orag tua, lingkungan tidak
dikenal, prosedur yang menimbulkan stress.

I. Perencanaan Keperawatan

Prencanaan keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensikeperawatan dipilih
untuk mencapai tujuan tersebut.

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan :

Hipertermi berkurang ataupun hilang

Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal 360C -37,50C.

Rencana Tindakan :

a. Observasi suhu tubuh klien

R: mengetahui peningkatan pengeluaran cairan tubuh, semakin tinggi derajat suhu, semakin
besar cairan tubuh yang keluar.

b. Beri minum yang cukup.

c. Anjurkan keluarga untuk membatasi aktifitas klien.

R: mengistirahatkan atau meminimalisir kerja organ tubuh sehingga peningkatan panas dapat
dikurangi.

d. Beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi
panas.

R: untuk mengurangipanas tubuh klien.

e. Anjurkan keluarga untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun.

R: dapat menyerap keringat dan menghindari penyerapan keringat kedalam tubuh kembali.

f. Pemberian obat antipireksia

R: mengurangi panas tubuh klien.

g. Pemberian cairan parenteral yang adekuat.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan,
mual, kembung.

Tujuan :

Nutrisi terpenuhi malnutrisi

Kriteria hasil :

Anak mengkonsumsi makanan yang adekuat(1 porsi habis), tidak ada mual, muntah, anak
menunjukan perubahan berat badan kearah normal(sesuai usia anak), TTV normal(sesuai usia),
Hb12 – 16 g/dl, nilai bising usus/paristaltik usu normal(6-12 kali/menit), konjungtiva dan
membran mukosa bibir tidak pecah.

Rencana tindakan :

a. Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai klien


R: dapat mengantisipasi pemberian diet kepada pasien agar pemberian diet dan pemasukan
nutrisi dapat maksimal.

b. Observasi pemberian diet

R: supaya dapat diketahuijumlah pemasukan nutrisi pasien

c. Beri makanan dalam keadaan hangat

R: memanimalisir rasa mual pada pasien supaya tidak terasa cepat ‘neg’ pada saat makan.

d. Timbang berat badan setiap hari pada waktuyang sama dan dengan skala yang sama.

R: kecukupan gizi dapat diketahui dengan melakukan penimbangan berat badan.

e. Anhurkan kepada keluarga untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering.

R: mencegah adanya mual, muntah.

f. Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.

R: supaya orang tua klien dapat mengerti dan semakin mendukung intake nutrisi lebih
adekuat.

g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
sepertiHb, Ht, dan Albumin dan kolaborasi juga dengan dokter dalam pemberian obat
antiemetikseperti(ranitidine).

R: dapat mengetahui perkembangan pasien dan melakukan tindakan yang tepat kepada
pasien.

3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake cairan, peningkatan suhu tubuh.

Tujuan :

Kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Membran mukosa bibir lembab, TTV(TD, Suhu, Nadi dan RR), dalam batas normal sesuai
usia, tanda-tanda dehidrasi tidak ada.

Rencana tindakan :

a. Observasitanda-tanda vital(suhu tubuh), paling sedikit setiap 4 jam.

R/ hipotensi, takikardi dan demam dapat menunjukan respon terhadap kehilangan cairan.

b. Ukur intake output

R/ memberikan informasi sebagai pedoman untuk penggantian cairan.


c. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekuragan cairan: turgor tidak elastis, membrane mukosa
kering, bibir pecah-pecah.

d. Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat(IWL) dengan memberikan komprew dingin.

e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan parenteral.

R/ untuk mengganti cairan yang hilang.

4. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan penurunan kesadaran.

Tujuan :

Penurunan kesadaran tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis.

Rencana tindakan :

a. Kaji statusneurologis

b. Istirahatkan anak hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil.

c. Hindari aktifitas yang berlebihan

d. Pantau tanda-tanda vital

5. Cemas/takut berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan tidak dikenal,
prosedur yang menimbulkan stress.

Tujuan :

Kecemasan tidak terjadi, klien menunjukan tanda-tanda kenyamanan.

Kriteria hasil :

Cemas pada anak berkurang ataupun hilang, klien tidak menangis lagi bila perawat melakukan
tindakan keperawatan.

Rencana tindakan :

a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dan orang tuanya.

b. Kaji tingkat pendidikan keluarga klien

c. Kaji pengetahuan ibu klien mengenai typhoid.


d. Ajarkan keluarga untuk mencegah timbulnya typhoid.

e. Berikan pendidikan kesehatan tentang typhoid kepada keluarga.

J. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang


dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencan tindakan yang telah disusun setiap tindakan
keperawatan yang dilakukan dan dicatan dalam pencatatan keperawatan agar tindakan
keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu
cara pendekatan kepadaklien efektif, teknik komunikasi terapeti serta penjelasan untuk setiap
tindakan yang diberikan kepada klien.

Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independen, dependen,
interdependen. Tindakan keperawatan secara independen adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya, dependen
adalah tindakan yang sehubungan dengan tindakanpelaksanaan rencana tindakan medis dan
interdependen adalah tindakan keperatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan
suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi dan
dokter,keterampilan yang harus perawat punya dalam melaksanakan tindakan keperawatan
yaitu kongnitif dan sifat psikomotor.

K. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi
sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi dilakukan
yaituevaluasi proses dan evaluasi hasil.

Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
Sedangkan, evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan keperawatan
secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ad pada tujuan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit Typhoid merupakan penyakit yang
terjadi pada saluran pencernaan atau usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan, kuku, lalat, feses, mulut, atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii.

Didalam manipestasi klinis typhoid pada anak, pada umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi
dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam typhoid pada anak lebih
bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan
saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala
mrnyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat terutama malam hari.

Komplikasi biasanya terjadi pada pradangan usus halus,namun hal tersebut jarang terjadi.
Komplikasi pada usus halus ini dapat berupa ; pendarahan usus, perforasi yang tidak disertai
peritonitis, peritonitis, komplikasi diluar usus.

Pemeriksaan penunjang biasanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan leukosit, pemeriksaan


SGOT dan SGPT, biakan darah, dan uji widal.

Dalam penatalaksanaan medis yang dapat kita lakukan yaitu dengan cara perawatan, terapi obat
– obatan dan diit atau makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana Dian. ( 2011 ). Tumbuh Kembang danTerapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba
Medika.

Hidayat, A.A. ( 2008 ). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Nursalam. ( 2008 ). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Priska Ani. ( 2012 ).Kutipan ; Karya Tulis Ilmiah. Bekasi. Akper Antariksa.
LAMPIRAN

BAGAN PATOFISIOLOGI

Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus


Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid usus


halus Hati Endotoksin

Tukak Hepatomegali Demam

Perdarahan dan perforas Nyeri perut Limpa

Splenomegali
Diposkan oleh Sastro Minoto di 13.12
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
 ▼ 2013 (6)
o ► Mei (2)
o ▼ Maret (4)
 PENERAPAN PANCASILA DALAM PROFESI KEPERAWATAN
 STRUKTUR PENGURUS IKM AKPER ANTARIKSA JAKARTA MASA...
 LPJ PENTAS SENI AKPER ANTARIKSA JAKARTA TAHUN 2012...
 askep typhoid pada anak
Mengenai Saya

Sastro Minoto
sesosok
anak
manusia
yang tidak
pernah
mengenal
menyerah
dalam
setiap
tantangan
Lihat profil
lengkapku

Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai