PENDAHULUAN
Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia.
Salah satu contoh limbah yaitu limbah rumah tangga. Meskipun sedikit lebih “aman”,
bukan berarti dapat seenaknya saja membiarkan limbah ini dibuang begitu saja. Karena
limbah sekecil apapun bila dalam jumlah yang besar dapat memberikan konstribusi besar
dalam hal pengrusakan terhadap lingkungan.
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar, kandungan oksigennya sangat
rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme
untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang
mudah menguap . Selain dari itu, bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan
oksigen yang terlarut di dalam air organik yang ada di dalam air, makin sedikit sisa
kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Sampel yang diambil berasal dari bak
lumpur aktif yang berada di laboratorium pengolahan limbah industry
Untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi maka dilakukan penelitian dengan
melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air. Cara yang dapat dilakukan yaitu
dengan menguji BOD yang ada dalam perairan tersebut. Biological Oxygen Demand atau
Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati
secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air.
DASAR TEORI
BOD atau biochemical oxygen demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan
jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganime (biasanya bakteri) untuk
mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988
; Metcalf dan Eddy 1991)
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses
mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan
secara biologis (G. Alerts dan SS Santika, 1987).
Untuk mempermudah dalam proses penetapan nilai BOD, maka terlebih dahulu perlu
adanya suatu penetapan “angka KmnO4”. Angka KmnO4 tersebut dipergunakan untuk
mendapatkan pengenceran yang mendekati sehingga dapat terhindar dari pengulangan-
pengulangan yang memerlukan waktu yang lama dalam menentukan jumlah pengencer yang
tepat. Penetapan angka KmnO4 diawali dengan proses pembebasan reduktor dari labu
erlenmeyer.
Pembebasan reduktor ini bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pereduksi yng dapat
mempengaruhi proses penentuan nilai BOD. Labu erlenmeyer ini kemudian akan digunakan
dalam penetapan angka KMnO4 terhadap sampel. Dalam pembebasan reduktor pada labu
erlenmeyer menggunakan air kran yang bertujuan sebagai pelarut yang sangat mungkin masih
mengandung zat pengotor lain yang dapat mereduksi permanganat menjadi mangan dioksida,
jadi dengan timbulnya mangan dioksida ini akan mempercepat reaksi reduksi permanganate.
Pada proses pembebasan reduktor ini dimasukkan beberapa ml KMnO4 , 5 ml larutan H2SO4 6
N dan 3 butir batu didih. Batu didih dimasukkan dengan tujuan untuk meredam dan meratakan
panas yang dihasilkan akibat reaksi yang terjadi serta akibat pemanasan.
Proses pembebasan reduktor dianggap telah selesai apabila warna KMnO4 tidak hilang
dengan pendidihan yang berarti bahwa labu erlenmeyer telah bebas dari reduktor-reduktor
bebas. Reaksi yang terjadi adalah:
10 mL sample Pemanasan
dalam sampai terjadi gelembung cairan
90 mL aquadest
erlenmeyer
tadi
10 mL H2SO4 6 N
1 mL larutan CaCl2
1 mL larutan FeCl3
Pencampuran
1 mL larutan MgSO4 dalam 1 L
aquadest
1 mL cairan bibit/seed
aquadest
sample
Pengenceran
(P1, P2, P3)
pengencer
Biarkan 10 menit
1 mL H2SO4 pekat
1 mL H2SO4 pekat
Berdasarkan literatur, jumlah oksigen terlarut yang ada dalam botol winkler
idealnya sebesar 1-4 mg/L. Pada saat praktikum jumlah oksigen pada botol BOD0 dan
blanko0 masing-masing sebesar 2,9 mg/L dan 1,8 mg/L sehingga dipastikan mikroba
dapat menggunakan oksigen terlarut untuk mendegradasi zat organik pada air sampel.
Setelah ingkubasi selama 5 hari jumlah oksigen terlarut atau DO mengalami penurunan.
Nilai BOD sampel pada bak lumpur aktif sebesar 1.3226 mg/LO2 , artinya 1.3226
mg oksigen dihabiskan oleh mikroorganisme dalam satu liter air limbah selama waktu
lima hari pada suhu 20°C. Dapat diartikan bahwa zat organik yang didegradasi dalam bak
lumpur aktif telah sesuai kadar BOD nya yaitu dibawah 2000 mg/L sehingga
mikroorganisme sanggup untuk mendegradasi air limbah menggunakan oksigen terlarut.
Terjadi permasalahan pada saat melakukan titrasi botol blanko0 yaitu, tidak terjadi
perubahan warna biru saat ditambahkan larutan kanji. Sehingga praktikan tidak dapat
menganalisis oksigen terlarut didalam larutan tersebut karena warna biru itulah yang
menandakan adanya oksigen terlarut. Hal ini dapat disebabkan oleh penambahan larutan
thiosulfat saat titrasi pembebasan iodin terlalu banyak sehingga bukan hanya iodin yang
terbebaskan tapi juga oksigen terlarutnya.
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis BOD (Biochemical Oxygen Demand)
dengan metode Winkler terhadap air limbah hasil proses lumpur aktif. Analisis BOD
bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran air. Analisis BOD dilakukan melalui
beberapa tahap, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Pembebasan Reduktor
Pembebasan reduktor bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pereduksi berupa
ion logam berat pada erlenmeyer, yang jika ada pada erlenmeyer akan mengganggu
proses selanjutnya terutama pada penentuan angka KMnO4. Larutan yang ditambahkan
pada proses pembebasan reduktor adalah KMnO4 0.01 N dan H2SO4 6 N. Penambahan
KMnO4 0.01 N akan menyebabkan larutan berwarna merah muda serta berfungsi sebagai
oksidator kuat sehingga mampu bereaksi dengan reduktor pada erlenmeyer sehingga
erlenmeyer akan terbebas dari reduktor dan H2SO4 6 N berfungsi untuk memberikan
suasana asam sehingga ion permanganat akan mengalami reduksi menjadi ion
mangan(II). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O
Jika setelah dipanaskan selama 10 menit dan warna KMnO4 tidak berubah, artinya
reduktor (logam berat, senyawa anorganik, dan lain sebagainya) pada erlenmeyer telah
hilang.
3. Pembuatan Pengencer
Larutan pengencer berfungsi sebagai nutrisi bagi mikroba dalam mengoksidasi
senyawa organik dalam sampel dan larutan pengencer diperlukan agar masih cukup
tersisa oksigen pada hari ke lima (setelah inkubasi). Larutan pengencer terdiri dari larutan
CaCl2, larutan FeCl3, larutan buffer fosfat, larutan MgSO4, dan bibit mikroba yang
jumlahnya masing-masing 3 mL dalam aquades 3 L. Penambahan larutan penyangga
fosfat berfungsi untuk menjaga kestabilan pH, penambahan bibit mikroba berfungsi
untuk mendegradasi senyawa organik, dan CaCl2, FeCl3, dan MgSO4 adalah nutrient
anorganik bagi mikroba. Kemudian larutan pengencer tersebut di aerasi yang bertujuan
untuk menjamin kebutuhan oksigen tercukupi selama proses penentuan BOD.
Perbandingan antara sampel dan pengencer yang ditambahkan pada botol BOD
adalah 1 : 159. Pada botol BOD 250 mL, sampel yang ditambahkan adalah 1.6 mL dan
larutan pengencer yang ditambahkan adalah 248.4 mL.
Dalam praktikum kali ini dilakukan penentuan BOD dalam air limbah di awal
proses dan pada hari ke-5 setelah pengambilan sampel. Limbah yang digunakan
merupakan limbah dari praktikum lumpur aktif. Pada praktikum kali ini penentuan BOD
menggunakan metode winkler, di mana nilai DO ditentukan oleh DO awal dan DO akhir
serta DO blanko digunakan sebagai acuan kandungan oksigen terlarut dalam air ketika
tidak ada mikroba (sampel). Terdapat beberapa tahap dalam penentuan nilai BOD, yaitu
sebagai berikut:
Pembebasan reduktor
Pembebasan reduktor dilakukan karena apabila masih ada zat atau partikel yang
tertinggal atau menempel pada dinding erlenmeyer yang digunakan, maka
kemungkinan zat tersebut mengganggu dan akan mempengaruhi hasil analisa karena
partikel yang bersifat reduktor akan ikut bereaksi dengan KMnO4 pada titrasi
permanganimetri untuk penetapan angka KMnO4 sehingga volume KMnO4 lebih
banyak dari yang seharusnya. Adanya zat reduktor pada erlenmeyer akan membuat
warna KMnO4 menjadi merah muda hingga bening. Apabila ditambahkan
KMnO4 berlebih hingga warna KMnO4 tidak hilang maka dapat dipastikan semua
zat/pertikel reduktor yang menempel pada erlenmeyer telah habis berekasi dengan
KMnO4 sehingga erlenmeyer telah bebas reduktor. Reaksi yang berlangsung dalam
tahapan ini adalah:
5.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Diperoleh angka KMnO4 yaitu 1125.908 mg/L
2. Nilai oksigen terlarut (Dissolve Oxygen/DO) rata-rata pada hari ke-0 yaitu 2.0485
mg/L O2 dan nilai oksigen terlarut (Dissolve Oxygen/DO) rata-rata pada hari ke-5
yaitu 1.8548 mg/L O2
3. Nilai BOD yang diperoleh adalah 1.3226 mg/L O2
5.2 Saran
1. Saat pembebasan reduktor dilakukan dengan tepat agar tidak terjadi kesalahan saat
penentuan angka KMnO4
Sampel yang digunakan adalah sampel yang bebas dari endapan lumpur
DAFTAR PUSTAKA
G, Alaerts dan S.S. Santika. (1987). Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Kemeterian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (1991), Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-3/MENKLH/II/1991 tentang Baku Mutu
Limbah Cair.
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan
Teluk
Sembiring.2008. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan serta Kaitannya dengan faktor Fisik
Kimia. www.repository.usu.ac.id [ Diakses 15 Mei 2018 ]
Swingle, H.S. 1968. Standardization of Chemical Analysis for Water and Pond Muds. F.A.O.
Fish, Rep. 44, 4 , 379 – 406 pp.
LAMPIRAN
= 1125.908 mg/L
2. Penentuan Pengenceran
Dari nilai angka KMnO4 1125.908 mg/L, maka dilakukan pengenceran P3 = 7 kali
karena nilai angka KMnO4 > 300 mg/L.
1
Volume sampel = 160 x volume botol
159
Volume pengencer = 160 x volume botol
LAMPIRAN GAMBAR
2
Larutan pengencer dipisahkan
dalam botol BOD0 dan Blanko