Anda di halaman 1dari 3

PENENTUAN BERAT MOLEKUL DENGAN MASSA JENIS

Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan satu sama lain
sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara molekul-
molekulnya sehingga gas akan mengembang dan mengisi seluruh ruang yang ditempatinya,
bagaimana pun besar dan bentuknya. Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini
baiklah dibayangkan adanya suatu gas ideal yang mempunyai sifat-sifat antara lain
(Panjaitan, 2012).

1. Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.


2. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan.
3. Tidak ada perubahan energi dalam (internal energy = E) pada pengembangan.

Sifat-sifat ini dimiliki oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap Hg dalam keadaan
yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di alam (gas sejati) misalnya: N2, O2, CO2,
NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas ideal.

Kerapatan gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas, ialah dengan
cara membendungkan suatu volume gas yang akan dihitung berat molekulnya dengan berat
gas yang telah diketahui berat molekulnya (sebagai standar) pada temperatur atau suhu dan
tekanan yang sama. Kerapatan gas diidenfinisikan sebagai berat gas dalam gram per liter.
Untuk menentukan berat molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu kemudian diukur
pV dan T-nya. Menurut hukum gas ideal :

𝑚
p V = n R T dimana n = 𝐵𝑀

sehingga,

𝑚
p V = (𝐵𝑀) RT

BM : Berat molekul T : Suhu absolut

R : Tetapan gas ideal ρ : Massa jenis

p : Tekanan gas V : Volume gas


Suatu aliran dari udara kering yang bersih dilewatkan cairan yang diukur tekanan
uapnya. Ketelitian dari pengukuran ini tergantung pada kejenuhan udara tersebut. Untuk
menjamin kejenuhan ini maka udara dilewatkan cairan tersebut secara seri. Bila V adalah
volume dari w gram cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol cairan dan tekanan uap
dari cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap dapat dihitung dengan hukum gas
ideal (Respati, 1992).

Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk
menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal,
yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama
(Haliday dan Resnick, 1978).

PENENTUAN BERAT MOLEKUL DENGAN PENURUNAN TITIK BEKU

Dalam menggambarkan pengaruh zat terlarut pada penurunan tekanan uap larutan,
kenaikan titik didih dan penurunan titik beku, satu-satunya pembahasan yang kita berikan
ialah bahwa zat terlarut harus takarsiri, susunan kimia zat terlarut tidak menjadi masalah,
tetapi konsentrasi partikel zat terlarutnya yang penting. Karena itu, kita dapat menggunakan
gejala-gejala ini untuk menghitung massa molekul zat (Anzar, 2011).

Titik leleh (atau titik beku), suatu zat adalah temperature pada mana fase padat dan
cair ad dal;am kesetimbangan. Jika kesetimbangan semacam itu diganggu dengan
menembahkan atau menarik energy panas, system akan berubah dengan membentuk lebih
banyak zat cair atau lebih banyak zat padat. Namun temperature akan tetap pada titik leleh
selama kudua fase itu masih ada (Handayana, 1989 : 304).

Jika suatu zat yang tidak mudah menguap dilarutkan dalam suatu zat pelarut, maka
akan terjadi penurunan tekanan uap, yang akhirnya pada temperatur tertentu tekanan uap zat
pelarut dalam karutan akan lebih rendah dari keadaan murninya. Besarnya tekanan uap
tergantung dari banyaknya zzat yang dilarutkan. Semakin besar penambahan zat terlarut
makan makin besar pula penurunan tekanan uapnya. Perubahan tekanan megakibatkan
adanya gangguan kesetimbangan dinamis dari larutan tersebut.

Menurut hukum Raoult :

P = 𝑃𝑜 . Xp
P = Tekanan uap larutan, 𝑃𝑜 = Tekanan uap pelarut murni, Xp = fraksi mol pelarut, Xt =
fraksi mol terlarut

𝑃
Xt + Xp = 1 𝑙𝑛 𝑃𝑜 = ln 𝑋𝑝

Menurut hukum Clausius Clapeyron :

𝑃 −∆𝐻𝑓 (𝑇−𝑇𝑜)
𝑙𝑛 𝑃𝑜 = 𝑅 𝑇 𝑇𝑜

𝑃 −∆𝐻𝑓 ∆𝑇𝑏
𝑙𝑛 𝑃𝑜 = 𝑅 𝑇𝑜 2

To = Titik beku pelarut, T = Titik beku larutan, To dan Tb hampir sama (∆𝑇𝑏 = 𝑇 − 𝑇𝑜)

Dari kedua persamaan diatas, maka didapatkan :

𝑅 𝑇𝑜2
∆𝑇𝑏 = 𝑋𝑡
∆𝐻𝑓

𝑅 𝑇𝑜2 𝐺2/𝑀2
∆𝑇𝑏 = .
∆𝐻𝑓 𝐺1/𝑀1

𝑅 𝑇𝑜2 𝑀1 1000 . 𝐺1 1000. 𝐺2


∆𝑇𝑏 = . = 𝐾𝑏 .
∆𝐻𝑓 . 1000 𝑀2. 𝐺1 𝑀2 . 𝐺1

1000. 𝐾𝑏. 𝐺2
𝑀2 =
∆𝑇𝑏. 𝐺1

G1 = Berat Pelarut G2 = Berat Terlarut

M1 = BM Pelarut M2 = BM Terlarut

∆𝐻𝑓= Panas Peleburan Pelarut

Anda mungkin juga menyukai