Kelompok/Kelas : 8 / 2A-TKPB
1
BAB I
PENDAHULUAN
PHE adalah suatu alat perpindahan panas berbentuk frame yang diberi plate
sebagai sekat-sekat. Perpindahan panas yang ada terjadi lewat plate-plate yanng
berfungsi sebagai sekat konduktor tersebut. Kelebihan PHE dibandingkan HE yang
lain adalah plate mempunyai permukaan yang luas sehingga heat transfernya akan
lebih cepat
4. Mengetahui cara menghitung total heat transfer coefficient alat penukar kalor pelat
yang ada di laboratorium pilot plant
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
PHE yang banyak dijumpai di industri dapat dikelompokkan menjadi dua jenis :
a. Glue Type : Tipe glue ini memerlukan lem untuk memasang gasket pada plat
PHE. Lem yang digunakan hendaknya ialah lem yang mempunyai ketahanan
terhadap panas yang baik.
b. Clip Type : Di sisi luar gasket tipe ini terdapat clip-clip, sehingga dalam
pemasangannya cukup menancapkan clip-clip tersebut ke lubang yang
terdapat pada plat. Pemasangan gasket tipe ini lebih mudah dan ringkas jika
dibandingkan dengan tipe glue.
Dalam peralatan PHE, panas dapat dipindahkan dengan semua cara, namun
yang dominan terjadi dengan dua cara secara simultan, yaitu dengan konduksi dan
konveksi.
4
Menghitung Koefisien Pindah Panas Keseluruhan (U)
a. Menggunakan Neraca Energi
Q = 𝑈. 𝐴.△ 𝑇𝑙𝑚
𝑄
𝑈=
𝐴.△ 𝑇𝑙𝑚
Harga Q dapat dihitung dari :
Q = (M.Cp.△T)1 .. Kalor yang diberikan fluida panas
Q = (M.Cp.△T)2 .. Kalor yang diterima fluida dingin
(M.Cp.△T)2
𝜂= (M.Cp.△T)1
𝑥 100 %
△ 𝑇1 −△ 𝑇2
△ 𝑇𝑙𝑚 = △𝑇
𝑙𝑛 △𝑇1
2
△T1 = Thi – Tco
△T2 = Tho – Tci
1
𝑈. 𝐴 =
1⁄ + △ 𝑋⁄ + 1⁄
ℎ𝑖 𝐾 ℎ𝑜
△X = Tebal Lempeng (m); hi,ho = Koefisien pindah panas konveksi insde dan
outside (W/m2.K) dan K = Koefisien Konduksi (W/m.K)
5
Harga △X dapat diukur dari alat, harga K bahan SS-204 dapat diperoleh dari
buku referensi dan hi dan ho dihitung dari persamaan empiris.
0,5 1/3
𝑁𝑁𝑢 = 0,664 𝑁𝑅𝑒 . 𝑁𝑃𝑟
0,8 1/3
𝑁𝑁𝑢 = 0,0366 𝑁𝑅𝑒 . 𝑁𝑃𝑟
𝐿𝜈𝜌⁄ 𝐶 𝜇
𝑁𝑅𝑒 = 𝜇 𝑁𝑁𝑢 = ℎ𝐿/𝑘 𝑁𝑝𝑟 = 𝑝 ⁄𝑘
Harga ν, L diperoleh dari percobaan, kemudian memasukkan harga sifat fisik
air yang diperoleh dari buku referensi, dapat dihitung hi dan ho.
6
(Sari, 2015)
2.5 Kelebihan dan Kekurangan PHE
Kelebihan PHE
1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat besar pada volume alat yang
kecil, sehingga perpindahan panas yang efisien.
2. Mudah dirawat dan dibersihkan
3. Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika proses pembersihan
4. Waktu tinggal media sangat pendek
5. Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental (viskos)
6. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah
7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya dalam segi bahan (Stainless
Steel, Titanium, dan logam lainnya)
8. Aliran turbulensinya mengurangi peluang terjadinya fouling dan sedimentasi
Kekurangan PHE
1. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan. Plate and
Frame Heat Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih dari 30 bar.
2. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
3. Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 250 ̊C dikarenakan performa
dari material gasket yang sesuai.
7
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Setelah suhu air panas tercapai, nyalakan pompa & atur laju
alir
1
Kurva Kalibrasi Laju Alir Air Panas
0.00018
4.1.2.1.2 RUN 2 (Laju alir air panas 400 L/jam pembacaan rotameter
atau laju alir sesungguhnya 0.000116 m3/s).
Tabel 4.4 Data Pengamatan RUN 2
Laju Alir
Laju Alir Air T1 T2 T3 T4
Air Panas 3 o o o o
Dingin (m /s) ( C) ( C) ( C) ( C)
(m3/s)
0.000116 0.000022 59.5 47 23 42
0.000116 0.000046 59.5 43 23 43
0.000116 0.000072 59 43 23 42
0.000116 0.000136 59 42 23 39
0.000116 0.00014 58 45 23 37
Keterangan:
T1: Suhu air panas masuk T3: Suhu air dingin masuk
T2: Suhu air panas keluar T4: Suhu air dingin keluar
2
4.1.2.2 Laju Alir Air Dingin Tetap
4.1.2.1.1 RUN 5 (Laju alir air dingin 200 L/jam pembacaan rotameter
atau laju alir sesungguhnya 0.000046 m3/s).
Tabel 4.5 Data Pengamatan RUN 2
Laju Alir
Laju Alir Air T1 T2 T3 T4
Air Panas 3 o o o o
Dingin (m /s) ( C) ( C) ( C) ( C)
(m3/s)
0.000028 0.000046 55 41.5 25 39
0.00006 0.000046 55 43 25 40
0.000074 0.000046 56 44 24 40
0.000116 0.000046 57 46 24 41
0.000168 0.000046 57 47 24.5 43
Keterangan:
T1: Suhu air panas masuk T3: Suhu air dingin masuk
T2: Suhu air panas keluar T4: Suhu air dingin keluar
4.1.2.1.2 RUN 6 (Laju alir air dingin 300 L/jam pembacaan rotameter
atau laju alir sesungguhnya 0.000072 m3/s).
Tabel 4.6 Data Pengamatan RUN 6
Laju Alir
Laju Alir Air T1 T2 T3 T4
Air Panas 3 o o o o
Dingin (m /s) ( C) ( C) ( C) ( C)
(m3/s)
0.000028 0.000072 56 54 25 35
0.00006 0.000072 57 47 25 36
0.000074 0.000072 59 44 25 37
0.000116 0.000072 60 45 24 39
0.000168 0.000072 60 46 24 42
Keterangan:
T1: Suhu air panas masuk T3: Suhu air dingin masuk
T2: Suhu air panas keluar T4: Suhu air dingin keluar
3
4.1.2.2. RUN 2 (Laju alir air panas 400 L/jam pembacaan rotameter atau
laju alir sesungguhnya 0.000116 m3/s).
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan RUN 2
WAir dingin ∆T Q ∆th ∆tc LMTD U
0 0 0 0
(kg/s) ( C) (J/s) ( C) ( C) ( C) (watt/m2.oC)
0.022 19 1755.6 17.5 24 20.5792 1373.19
0.046 20 3864 16.5 20 18.19393 3418.568
0.072 19 5745.6 17 20 18.45939 5010.16
0.136 16 9139.2 20 19 19.49573 7545.747
0.14 14 8232 21 22 21.49612 6164.228
4.2.2.2. RUN 6 (Laju alir air dingin 300 L/jam pembacaan rotameter atau
laju alir sesungguhnya 0.000072 m3/s).
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan RUN 6
WAir dingin ∆T Q ∆th ∆tc LMTD U
(kg/s) (0C) (J/s) (0C) (0C) (0C) (watt/m2.oC)
0.072 17 5140.8 14 29 20.59765 4017.414
0.072 10 3024 21 22 21.49612 2264.41
0.072 11 3326.4 23 19 20.93635 2557.449
0.072 13 3931.2 23 21 21.98484 2878.295
0.072 15 4536 21 22 21.49612 3396.615
4
Kurva U terhadap Laju Alir Air Dingin
8000
7000
6000
U (watt/kg.oC)
5000
4000
RUN 1
3000
RUN 2
2000
1000
0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
Laju Alir Air Dingin (m3/s)
3000
2500
2000 RUN 5
1500 RUN 6
1000
500
0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
Laju Alir Air Panas (m3/s)
4.3 Pembahasan
Pembahasan Oleh Agus Hermawan (151424003 )
Praktikum yang telah dilakukan adalah praktikum PHE dimana praktikum ini
melakukan perpindahan panas. Prinsip kerja dari PHE adalah fluida panas
dikontakkan dengan fluida pendingin melalui plate dan frame yang tersusun pada
PHE. Pada PHE terdapat 2 konsep perpindahan panas yaitu konduksi dan konveksi.
5
Konduksi terjadi didalam pelat-pelat yang tersusun berhimpitan dan konveksi terjadi
Karena terdapat aliran fluida yang bergerak untuk proses perpindahan panas tersebut.
Hal pertama yang dilakukan adalah proses kalibrasi laju alir. Proses ini
dilakukan untuk mendapatkan laju alir yang sebenarnya. Kalibrasi laju alir ini
dilakukan pada awal proses, dimana jika dilakukan pada akhir proses kemungkinan
suhu air yang terdapat pada penampung sudah terlalu panas. Dan yang perlu
diperhatikan air dingin yang telah digunakan tidak dimasukkan kembali kedalam
tempat penampungan air dingin, hal ini dikarenakan agar suhu air dingin harus dijaga
konstan (pada praktikum suhu air dijaga kontan 230C)
Selanjutnya dilakukan 2 variasi yaitu, variasi yang pertama adalah laju alir air
panas diubah dan laju alir air dingin tetap, dan yang kedua adalah variasi laju alir air
panas tetap dan laju alir air dingin diubah. Variasi pertama dalah laju air panas diubah
dan laju air dingin diubah, dari data yang diperoleh, semakin tinggi laju alir fluida
panas maka panas yang dilepas oleh fluida panas dan panas yang diserap oleh fluida
dingin akan semakin tinggi, tetapi panas yang dilepas selalu lebih besar jika
dibandingkan dengan panas yang diserap, sehingga dapat dikatakan ada energi yang
hilang. Pengaruh variasi laju alir fluida dingin terhadap nilai U dari hasil percobaan
adalah semakin tinggi laju alir fluida panas maka nilai U akan semakin tinggi. tetapi
terjadi penurunan pada data terakhir. Dapat dilihat pada kurva dibawah ini
5000
4000
RUN 1
3000
RUN 2
2000
1000
0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
Laju Alir Air Dingin (m3/s)
Variasi yang kedua adalah mengubah laju alir fluida dingin dan laju alir fluida
panas tetap. Dari data yang diperoleh, semakin tinggi laju alir fluida dingin maka
6
panas yang dilepas oleh fluida panas dan panas yang diserap oleh fluida dingin akan
semakin rendah. Nilai U yang diperoleh setiap kenaikan laju alir fluida dingin adalah
semakin besar, tetapi pada run 1 saat laju alir 5880 J/s nilai U mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan karena ketinggian level pada tangki fluida dingin utama tidak
dijaga dan didalam PHE sudah mengalami banyak kontak.
Pada kali ini dilakukan praktikum plate Heat Exchanger (PHE). Pada
praktikum ini didapat data variasi laju alir dan perbedaan suhu pada setiap aliran
masuk dan keluar plate heat exchanger. Karena suhu pencampuran pada plate phe
atau distribusi suhunya berbeda, maka pendekatan dalam mencari temperatur dengan
cara dihitung LMTD (Beda Temperatur Rata-Rata Logaritma). LMTD tersebut
digunakan untuk mencari koefisien perpindahan panas keseluruhan. Dari data tersebut
dibuat grafik menjadi sebagai berikut.
5000
4000
RUN 1
3000
2000 RUN 2
1000
0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
Laju Alir Air Dingin (m3/s)
Pada percobaan pertama laju alir panas dibuat tetap dengan dua kali run dan
laju alir dingin divariasikan. Sehingga terlihat dari grafik tersebut semakin
bertambahnya variasi laju alir panas pada run 1 sebesar 0.00006(m3/s) dan pada run 2
sebesar 0.000116 (m3/s) maka nilai koefisien perpindahan panas keseluruhanya
semakin besar. Hal itu dikarenakan panas yang berada pada aliran masuk air panas
berpindah ke aliran air dingin sehingga ada perpindahan panas yang terjadi.
7
2. Koefisien pindah panas keseluruhan pada Laju Alir air panas
U (watt/kg.oC) 4000
3000
2000 RUN 5
1000 RUN 6
0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
Laju Alir Air Panas (m3/s)
Pada grafik 2. Laju air dingin yang di set tetap dengan dua kali run , dan laju
alir panas yang divariasikan, terlihat pengaruh koefisien perpindahan panas terhadap
laju alir air panas terjadi fluktuatif, hal ini disebabkan pada saat praktikum air dingin
pada bak penampung tidak dijaga level nya. Pada saat variasi laju alir ke-3 sudah
mengalami peningkatan hal ini sesuai karena pada kalibrasi laju alir, Aliran panas laju
alirnya lebih besar dibandingkan dengan laju alir dingin pada nilai rotameter yang
sama. Sehingga suhu panas lebih berpengaruh dibandingkan dengan suhu air dingin.
1. Pengaruh laju air panas terhadap nilai koefisien perpindahan panas (U)
Berdasarkan gambar 4.3 setiap kenaikan laju alir dingin diikuti meningkatnya
koefisien perpindahan panas (U) akan tetapi, terjadi penurunan ketika laju alir
dingin 500 L/jam (pembacaan rotameter). Hal ini dikarenakan karena ketinggian
level pada tangki fluida dingin utama tidak dijaga dan didalam PHE sudah
mengalami banyak kontak.
2. Pengaruh laju air dingin terhadap nilai koefisien perpindahan panas (U)
Berdasarkan gambar 4.4 pada RUN 5 dan RUN 6 koefisien perpindahan panas
mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya laju alir air dingin. Tetapi pada
RUN 4, koefisien perpindahan panas mengalami penurunan seiring dengan
meningkatnya laju alir air dingin. Hal ini dikarenakan pada saat membaca suhu
dialiran air dingin keluar, suhu tersebut masih cukup panas, dimana pada RUN 3
laju aliran dingin diperkecil, dan didiamkan cukup lama sehingga suhu naik. Maka
ketika akan memulai RUN 4 suhu awalnya lebih tinggi dibandingkan sesudahnya.
Hal inilah yang menyebabkan nilai U pada RUN 4 mengalami penurunan.
8
BAB V
5.1 Kesimpulan
Perpindahan panas yang paling efisien adalah terjadi pada laju alir panas tetap:
o Laju alir 0.000116 dengan U sebesar 7545.747 (watt/m2.oC)
o Laju alir 0.00006 dengan U sebesar 5006.645 (watt/m2.oC)
5.2 Saran
Pada saat membaca temperatur pada termometer pada setiap aliran, tunggu hingga
pembacaan konstan, pemutaran valve aliran fluida panas dan dingin harus hati-hati
agar tidak mempengaruhi suhu yang diukur
9
DAFTAR PUSTAKA
Buku Petunjuk Praktikum Laboratorium Teknik Kimia. Plate Heat Exchanger (PHE).
Jurusan Teknik Kimia – Politeknik Negeri Bandung.
10