Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA II

Plate Heat Exchanger


Dosen Pembimbing : Ir. Herawati Budiastuti, M.Eng.Sc.,

Kelompok/Kelas : 8 / 2A-TKPB

Nama: 1. Agus Hermawan NIM : 151424003

2. Aprillia Nurul’A NIM : 151424006

3. Dyah Eka Lestari NIM : 151424009

Tanggal Praktikum: 3 Mei 2017

Tanggal Pengumpulan Laporan: 10 Mei 2017

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2017
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 2


1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 2
1.2 Tujuan Praktikum............................................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 3
2.1 Perpindahan Kalor .......................................................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Penukar Kalor ............................................................................................... 3
2.3 Plate Heat Exchanger ...................................................................................................... 3
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Transfer Panas ................................................................... 6
2.5 Kelebihan dan Kekurangan PHE .................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ................................................................................. 8
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................................................ 8
3.2 Skema Kerja .................................................................................................................... 8
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................................... 1
4.1 Data Pengamatan ........................................................................................................... 1
4.3 Pembahasan..................................................................................................................... 5
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 9
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 9
5.2 Saran ............................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alat perpindahan kalor banyak sekali digunakan di industri kimia, terutama
pada industri kimia dengan bahan baku dan produknya sebagian besar berupa cairan
atau gas. Pada umumnya namanya berbeda-beda tergantung pada fungsinya. Nama
alat perpindahan kalor dalam industri kimia antara lain disebut; Heater (Pemanas),
preheater( pemanas awal), cooler (pendingin), evaporator (penguap), kondensor
(pengembun) dan lain-lain.

PHE adalah suatu alat perpindahan panas berbentuk frame yang diberi plate
sebagai sekat-sekat. Perpindahan panas yang ada terjadi lewat plate-plate yanng
berfungsi sebagai sekat konduktor tersebut. Kelebihan PHE dibandingkan HE yang
lain adalah plate mempunyai permukaan yang luas sehingga heat transfernya akan
lebih cepat

1.2 Tujuan Praktikum


1. Memahami fungsi alat penukar kalor jenis pelat

2. Memahami mekanisme operasi alat penukar kalor jenis pelat

3.Mengetahui komponen-komponen utama alat penukar kalor jenis pelat

4. Mengetahui cara menghitung total heat transfer coefficient alat penukar kalor pelat
yang ada di laboratorium pilot plant

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perpindahan Kalor


Perpindahan kalor adalah ilmu yang memperkirakan terjadinya perpindahan
energi yang disebabkan oleh adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Ilmu perpindahan kalor menjelaskan bagaimana energi berpindah dari suatu benda ke
benda lain dengan memperkirakan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi
tertentu.(Holman, 1986).
Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu
fluida ke fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan dengan
pemprosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat penukar kalor ini mempunyai
peran yang penting dalam suatu proses produksi atau operasi.

2.2 Jenis-Jenis Penukar Kalor


Jenis-jenis penukar kalor yang umum antara lain ialah jenis plat-rata ( flat-
plate ), selongsong dan tabung ( shell and tube ) dan jenis aliran silang (crossflow).
Contoh penukar kalor pipa ganda ( double pipe exchanger ), yang merupakan salah
satu bentuk yang paling sederhana dari jenis shell and tube. Jika kedua fluida
mengalir menurut arah yang sama, maka penukar kalor itu termasuk jenis aliran
sejajar (parallel flow); jika kedua fluida mengalir berlawanan arah, maka penukar
kalor itu disebut jenis aliran lawan arah ( counterflow). (R.Pitts dan E.Sissom,1987).
Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah Plate Heat
Exchanger. Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar panas yang
terdiri atas paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan profil lain, yang
dipisahkan antara satu dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak. Pelat-pelat ini
dipersatukan oleh suatu perangkat penekan dan jarak antara pelat-pelat ditentukan
oleh sekat-sekat tersebut.

2.3 Plate Heat Exchanger


PHE adalah suatu alat perpindahan panas yang berbentuk frame yang diberi
plate sebagai sekat-sekat. Perpindahan panas yang ada terjadi lewat plate-plate yang
berfungsi sebagai sekat konduktor tersebut. Kelebihan PHE dibandingkan HE yang
lain adalah luas permukaan perpindahan panas yang lebih besar dengan jumlah fluida
yang sama, sehingga dari segi pinch analysis hal ini lebih menguntungkan karena
perpindahan panas yang terjadi lebih efisien. Dari segi manufaktur, hal ini
menguntungkan karena tidak memerlukan tempat yang terlalu luas.
Plate Heat Exchanger (PHE) berfungsi sebagai sistem pemanas atau pendingin
dari suatu sistem produksi. Meskipun terdapat beberapa sistem lain, tetapi dari
pengalaman di lapangan dapat disimpulkan bahwa PHE memiliki kinerja yang baik
dan sulit ditandingi sistem yang lain, salah satu contoh nyata, pada industri permen,
sistem PHE digunakan sebagai sebagai pemanas permen (hard candy) yang akan
dicetak, dengan digunakannya sistem PHE maka permen yang dihasilkan jauh lebih
bening dibandingkan dengan menggunakan sistem pemanas yang lainnya.

3
PHE yang banyak dijumpai di industri dapat dikelompokkan menjadi dua jenis :

a. Glue Type : Tipe glue ini memerlukan lem untuk memasang gasket pada plat
PHE. Lem yang digunakan hendaknya ialah lem yang mempunyai ketahanan
terhadap panas yang baik.
b. Clip Type : Di sisi luar gasket tipe ini terdapat clip-clip, sehingga dalam
pemasangannya cukup menancapkan clip-clip tersebut ke lubang yang
terdapat pada plat. Pemasangan gasket tipe ini lebih mudah dan ringkas jika
dibandingkan dengan tipe glue.

Dalam peralatan PHE, panas dapat dipindahkan dengan semua cara, namun
yang dominan terjadi dengan dua cara secara simultan, yaitu dengan konduksi dan
konveksi.

Perpindahan Panas Secara Konduksi


Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling
berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh
perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik, biasanya perpindahan terjadi
pada benda padat. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat
dibandingkan molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan dingin.
Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan kepada molekul di
sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan
memberikan panas.

Perpindahan Panas Secara Konveksi


Perpindahan kalor secara konveksi merupakan perpindahan panas dari
suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat tersebut secara
fisik Perpindahan ini terjadi karena adanya aliran massa yang berpindah. Aliran
massa tersebut bisa terjadi secara difusi maupun adanya tenaga dari luar. Tenaga
dari luar tersebut bisa berupa pengadukan maupun fluida mengalir. Penukar panas
pada PHE terdiri dari susunan lempeng sesuai dengan luas permukaan yang
diperlukan.

Gambar 1. Plate Heat Exchanger

4
Menghitung Koefisien Pindah Panas Keseluruhan (U)
a. Menggunakan Neraca Energi

Q = 𝑈. 𝐴.△ 𝑇𝑙𝑚

𝑄
𝑈=
𝐴.△ 𝑇𝑙𝑚
Harga Q dapat dihitung dari :
Q = (M.Cp.△T)1 .. Kalor yang diberikan fluida panas
Q = (M.Cp.△T)2 .. Kalor yang diterima fluida dingin

Efisiensi kalor yang dipertukarkan :

(M.Cp.△T)2
𝜂= (M.Cp.△T)1
𝑥 100 %

Q = Laju Alir Kalor (Watt)


A = Luas Permukaan (m2)
U = Koefisien Pindah panas Keseluruhan (W/m2.K)
△Tlm = Perbedaan Suhu logaritmik (K)

△ 𝑇1 −△ 𝑇2
△ 𝑇𝑙𝑚 = △𝑇
𝑙𝑛 △𝑇1
2
△T1 = Thi – Tco
△T2 = Tho – Tci

b. Menghitung (U) Menggunakan Persamaan Empiris

Untuk satu (1) lempeng

1
𝑈. 𝐴 =
1⁄ + △ 𝑋⁄ + 1⁄
ℎ𝑖 𝐾 ℎ𝑜

△X = Tebal Lempeng (m); hi,ho = Koefisien pindah panas konveksi insde dan
outside (W/m2.K) dan K = Koefisien Konduksi (W/m.K)

5
Harga △X dapat diukur dari alat, harga K bahan SS-204 dapat diperoleh dari
buku referensi dan hi dan ho dihitung dari persamaan empiris.

Dari buku referensi Christie John Geankoplis :

Untuk Nre ≤ 3. 105 ( Laminar )

0,5 1/3
𝑁𝑁𝑢 = 0,664 𝑁𝑅𝑒 . 𝑁𝑃𝑟

Untuk Nre ≥ 3. 105 ( Turbulen )

0,8 1/3
𝑁𝑁𝑢 = 0,0366 𝑁𝑅𝑒 . 𝑁𝑃𝑟

𝐿𝜈𝜌⁄ 𝐶 𝜇
𝑁𝑅𝑒 = 𝜇 𝑁𝑁𝑢 = ℎ𝐿/𝑘 𝑁𝑝𝑟 = 𝑝 ⁄𝑘
Harga ν, L diperoleh dari percobaan, kemudian memasukkan harga sifat fisik
air yang diperoleh dari buku referensi, dapat dihitung hi dan ho.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Transfer Panas


Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu
konduksi, konveksi, dan radiasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju konduksi kalor :
1. Beda suhu antara kedua permukaan (∆T) makin besar beda suhu, makin cepat
perpindahan kalor.
2. Jarak antara kedua permukaan /tebal /panjang (l), makin tebal, makin lambat
perpindahan kalor.
3. Luas permukaan (A), makin luas permukaan makin cepat perpindahan kalor.
4. Konduktivitas termal zat (k), merupakan ukuran kemampuan zat menghantarkan
kalor; makin besar nilai k, makin cepat perpindahan kalor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju konveksi kalor :


 Luas permukaan benda (A), semakin luas permukaan benda yang bersentuhan
dengan fluida, semakin cepat kalor dipindahkan.
 Perbedaan suhu (∆T), semakin besar beda suhu benda dengan permukaan
fluida, semakin cepat kalor dipindahkan
 Koefisien konveksi (h), bergantung pada bentuk, kedudukan permukaan dan
diperoleh dengan percobaan. Misal h tubuh manusia adalah 7,1 Js-1m-2K-1

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju kalor radiasi :


(dinyatakan dalam hukum Stefan-Boltzman)
“Energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan hitam dalam bentuk radiasi
kalor tiap satuan waktu (Q/t) sebanding dengan luas permukaan (A) dan sebanding
dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan (T4)”

6
(Sari, 2015)
2.5 Kelebihan dan Kekurangan PHE
Kelebihan PHE
1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat besar pada volume alat yang
kecil, sehingga perpindahan panas yang efisien.
2. Mudah dirawat dan dibersihkan
3. Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika proses pembersihan
4. Waktu tinggal media sangat pendek
5. Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental (viskos)
6. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah
7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya dalam segi bahan (Stainless
Steel, Titanium, dan logam lainnya)
8. Aliran turbulensinya mengurangi peluang terjadinya fouling dan sedimentasi

Kekurangan PHE

1. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan. Plate and
Frame Heat Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih dari 30 bar.
2. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
3. Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 250 ̊C dikarenakan performa
dari material gasket yang sesuai.

7
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


 Seperangkat alat PHE  Thermometer
 Gelas beaker Plastik 2000 mL  Stopwatch
 Gelas kimia 1000 mL  Air

3.2 Skema Kerja

Memanaskan air dalam drum sampai


suhu yang diinginkan tercapai

Air dingin Tangki air dingin

Mempersiapkan PHE dan peralatan yang akan digunakan

Melakukan kalibrasi alat dengan mengukur waktu pada


kecepatan

Setelah suhu air panas tercapai, nyalakan pompa & atur laju
alir

Menghubungkan pompa dengan aliran listrik

Diamati & data diambil pada suhu yang berbeda-beda

Setelah data terkumpul, matikan kompor pemanas air drum

Matikan aliran fluida panas, aliran fluida dingin tetap


mengalir

Matikan aliran fluida dingin

Rapikan & bersihkan semua peralatan

Gambar 3.1 Skema percobaan


8
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1. Kalibrasi Laju Alir
4.1.1.1. Laju Alir Air Dingin
Tabel 4.1 Data laju alir air dingin.
Suhu Pembacaan Rotameter Waktu Volume Laju Alir
(oC) (L/jam) (s) (m3) (m3/s)
23 100 5 0.00011 0.000022
23 200 5 0.00023 0.000046
23 300 5 0.00036 0.000072
23 400 5 0.00068 0.000136
23 500 5 0.0007 0.00014

Kurva Kalibrasi Laju Alir Air Dingin


0.00016
Laju Alir Air Dingin (m3/s)

0.00014 y = 3E-07x - 1E-05


0.00012 R² = 0.9431
0.0001
0.00008
0.00006
0.00004
0.00002
0
0 100 200 300 400 500 600
Pembacaan Rotameter (L/jam)

Gambar 4.1 Kurva kalibrasi laju alir air dingin.

4.1.1.2 Laju Alir Air Panas

Tabel 4.2 Data laju alir air panas.


Suhu Pembacaan Rotameter Waktu Volume Laju Alir
(oC) (L/jam) (s) (m3) (m3/s)
70 100 5 0.00014 0.000028
70 200 5 0.0003 0.00006
70 300 5 0.00037 0.000074
70 400 5 0.00058 0.000116
70 500 5 0.00084 0.000168

1
Kurva Kalibrasi Laju Alir Air Panas
0.00018

Laju Alir Air Panas (m3/s)


0.00016
0.00014
0.00012
0.0001
0.00008
0.00006
0.00004
0.00002
0
0 100 200 300 400 500 600
Pembacaan Rotameter (L/jam)

Gambar 4.2 Kurva kalibrasi laju alir air panas.

4.1.2 Pengamatan Setiap RUN


4.1.2.1 Laju Alir Air Panas Tetap
4.1.2.1.1 RUN 1 (Laju alir air panas 200 L/jam pembacaan rotameter
atau laju alir sesungguhnya 0.00006 m3/s).
Tabel 4.3 Data Pengamatan RUN 1
Laju Alir
Laju Alir Air T1 T2 T3 T4
Air Panas 3 o o o o
Dingin (m /s) ( C) ( C) ( C) ( C)
(m3/s)
0.00006 0.000022 60 45 23 39
0.00006 0.000046 65 48 23 40
0.00006 0.000072 64 46 23 39
0.00006 0.000136 63 44 23 36
0.00006 0.00014 62 42 23 33
Keterangan:
T1: Suhu air panas masuk T3: Suhu air dingin masuk
T2: Suhu air panas keluar T4: Suhu air dingin keluar

4.1.2.1.2 RUN 2 (Laju alir air panas 400 L/jam pembacaan rotameter
atau laju alir sesungguhnya 0.000116 m3/s).
Tabel 4.4 Data Pengamatan RUN 2
Laju Alir
Laju Alir Air T1 T2 T3 T4
Air Panas 3 o o o o
Dingin (m /s) ( C) ( C) ( C) ( C)
(m3/s)
0.000116 0.000022 59.5 47 23 42
0.000116 0.000046 59.5 43 23 43
0.000116 0.000072 59 43 23 42
0.000116 0.000136 59 42 23 39
0.000116 0.00014 58 45 23 37
Keterangan:
T1: Suhu air panas masuk T3: Suhu air dingin masuk
T2: Suhu air panas keluar T4: Suhu air dingin keluar
2
4.1.2.2 Laju Alir Air Dingin Tetap
4.1.2.1.1 RUN 5 (Laju alir air dingin 200 L/jam pembacaan rotameter
atau laju alir sesungguhnya 0.000046 m3/s).
Tabel 4.5 Data Pengamatan RUN 2
Laju Alir
Laju Alir Air T1 T2 T3 T4
Air Panas 3 o o o o
Dingin (m /s) ( C) ( C) ( C) ( C)
(m3/s)
0.000028 0.000046 55 41.5 25 39
0.00006 0.000046 55 43 25 40
0.000074 0.000046 56 44 24 40
0.000116 0.000046 57 46 24 41
0.000168 0.000046 57 47 24.5 43
Keterangan:
T1: Suhu air panas masuk T3: Suhu air dingin masuk
T2: Suhu air panas keluar T4: Suhu air dingin keluar

4.1.2.1.2 RUN 6 (Laju alir air dingin 300 L/jam pembacaan rotameter
atau laju alir sesungguhnya 0.000072 m3/s).
Tabel 4.6 Data Pengamatan RUN 6
Laju Alir
Laju Alir Air T1 T2 T3 T4
Air Panas 3 o o o o
Dingin (m /s) ( C) ( C) ( C) ( C)
(m3/s)
0.000028 0.000072 56 54 25 35
0.00006 0.000072 57 47 25 36
0.000074 0.000072 59 44 25 37
0.000116 0.000072 60 45 24 39
0.000168 0.000072 60 46 24 42
Keterangan:
T1: Suhu air panas masuk T3: Suhu air dingin masuk
T2: Suhu air panas keluar T4: Suhu air dingin keluar

4.2.1. Laju Alir Air Panas Tetap


4.1.2.1. RUN 1 (Laju alir air panas 200 L/jam pembacaan rotameter atau
laju alir sesungguhnya 0.00006 m3/s).
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan RUN 1
WAir dingin ∆T Q ∆th ∆tc LMTD U
(kg/s) (0C) (J/s) (0C) (0C) (0C) (watt/m2.oC)
0.022 16 1478.4 21 22 21.496 1107.045
0.046 17 3284.4 25 25 25 2114.704
0.072 16 4838.4 25 23 23.986 3246.949
0.136 13 7425.6 27 21 23.874 5006.465
0.14 10 5880 29 19 23.648 4002.25

3
4.1.2.2. RUN 2 (Laju alir air panas 400 L/jam pembacaan rotameter atau
laju alir sesungguhnya 0.000116 m3/s).
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan RUN 2
WAir dingin ∆T Q ∆th ∆tc LMTD U
0 0 0 0
(kg/s) ( C) (J/s) ( C) ( C) ( C) (watt/m2.oC)
0.022 19 1755.6 17.5 24 20.5792 1373.19
0.046 20 3864 16.5 20 18.19393 3418.568
0.072 19 5745.6 17 20 18.45939 5010.16
0.136 16 9139.2 20 19 19.49573 7545.747
0.14 14 8232 21 22 21.49612 6164.228

4.2.2. Laju Alir Air Dingin Tetap


4.2.2.1. RUN 5 (Laju alir air dingin 200 L/jam pembacaan rotameter atau
laju alir sesungguhnya 0.000046 m3/s).
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan RUN 5
WAir dingin ∆T Q ∆th ∆tc LMTD U
0 0 0 0
(kg/s) ( C) (J/s) ( C) ( C) ( C) (watt/m2.oC)
0.046 14 2704.8 16 16.5 16.24872 2679.474
0.046 15 2898 15 18 16.45444 2834.971
0.046 16 3091.2 16 20 17.92568 2775.779
0.046 17 3284.4 16 22 18.84104 2805.98
0.046 18.5 3574.2 14 22.5 17.91518 3211.376

4.2.2.2. RUN 6 (Laju alir air dingin 300 L/jam pembacaan rotameter atau
laju alir sesungguhnya 0.000072 m3/s).
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan RUN 6
WAir dingin ∆T Q ∆th ∆tc LMTD U
(kg/s) (0C) (J/s) (0C) (0C) (0C) (watt/m2.oC)
0.072 17 5140.8 14 29 20.59765 4017.414
0.072 10 3024 21 22 21.49612 2264.41
0.072 11 3326.4 23 19 20.93635 2557.449
0.072 13 3931.2 23 21 21.98484 2878.295
0.072 15 4536 21 22 21.49612 3396.615

4
Kurva U terhadap Laju Alir Air Dingin
8000
7000
6000
U (watt/kg.oC)
5000
4000
RUN 1
3000
RUN 2
2000
1000
0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
Laju Alir Air Dingin (m3/s)

Gambar 4.3 Pengaruh laju alir air dingin terhadap nilai U


(koefisien perpindahan kalor keseluruhan)

Kurva U terhadap Laju Alir Air Panas


4500
4000
3500
U (watt/kg.oC)

3000
2500
2000 RUN 5
1500 RUN 6
1000
500
0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
Laju Alir Air Panas (m3/s)

Gambar 4.4 Pengaruh laju alir air panas terhadap nilai U


(koefisien perpindahan kalor keseluruhan)

4.3 Pembahasan
Pembahasan Oleh Agus Hermawan (151424003 )

Praktikum yang telah dilakukan adalah praktikum PHE dimana praktikum ini
melakukan perpindahan panas. Prinsip kerja dari PHE adalah fluida panas
dikontakkan dengan fluida pendingin melalui plate dan frame yang tersusun pada
PHE. Pada PHE terdapat 2 konsep perpindahan panas yaitu konduksi dan konveksi.

5
Konduksi terjadi didalam pelat-pelat yang tersusun berhimpitan dan konveksi terjadi
Karena terdapat aliran fluida yang bergerak untuk proses perpindahan panas tersebut.

Hal pertama yang dilakukan adalah proses kalibrasi laju alir. Proses ini
dilakukan untuk mendapatkan laju alir yang sebenarnya. Kalibrasi laju alir ini
dilakukan pada awal proses, dimana jika dilakukan pada akhir proses kemungkinan
suhu air yang terdapat pada penampung sudah terlalu panas. Dan yang perlu
diperhatikan air dingin yang telah digunakan tidak dimasukkan kembali kedalam
tempat penampungan air dingin, hal ini dikarenakan agar suhu air dingin harus dijaga
konstan (pada praktikum suhu air dijaga kontan 230C)

Selanjutnya dilakukan 2 variasi yaitu, variasi yang pertama adalah laju alir air
panas diubah dan laju alir air dingin tetap, dan yang kedua adalah variasi laju alir air
panas tetap dan laju alir air dingin diubah. Variasi pertama dalah laju air panas diubah
dan laju air dingin diubah, dari data yang diperoleh, semakin tinggi laju alir fluida
panas maka panas yang dilepas oleh fluida panas dan panas yang diserap oleh fluida
dingin akan semakin tinggi, tetapi panas yang dilepas selalu lebih besar jika
dibandingkan dengan panas yang diserap, sehingga dapat dikatakan ada energi yang
hilang. Pengaruh variasi laju alir fluida dingin terhadap nilai U dari hasil percobaan
adalah semakin tinggi laju alir fluida panas maka nilai U akan semakin tinggi. tetapi
terjadi penurunan pada data terakhir. Dapat dilihat pada kurva dibawah ini

Kurva U terhadap Laju Alir Air Dingin


8000
7000
6000
U (watt/kg.oC)

5000
4000
RUN 1
3000
RUN 2
2000
1000
0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
Laju Alir Air Dingin (m3/s)

Variasi yang kedua adalah mengubah laju alir fluida dingin dan laju alir fluida
panas tetap. Dari data yang diperoleh, semakin tinggi laju alir fluida dingin maka

6
panas yang dilepas oleh fluida panas dan panas yang diserap oleh fluida dingin akan
semakin rendah. Nilai U yang diperoleh setiap kenaikan laju alir fluida dingin adalah
semakin besar, tetapi pada run 1 saat laju alir 5880 J/s nilai U mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan karena ketinggian level pada tangki fluida dingin utama tidak
dijaga dan didalam PHE sudah mengalami banyak kontak.

Pembahasan Oleh Aprillia Nurul’Aina (151424006 )

Pada kali ini dilakukan praktikum plate Heat Exchanger (PHE). Pada
praktikum ini didapat data variasi laju alir dan perbedaan suhu pada setiap aliran
masuk dan keluar plate heat exchanger. Karena suhu pencampuran pada plate phe
atau distribusi suhunya berbeda, maka pendekatan dalam mencari temperatur dengan
cara dihitung LMTD (Beda Temperatur Rata-Rata Logaritma). LMTD tersebut
digunakan untuk mencari koefisien perpindahan panas keseluruhan. Dari data tersebut
dibuat grafik menjadi sebagai berikut.

1. Koefisien pindah panas keseluruhan pada Laju Alir air dingin

Kurva U terhadap Laju Alir Air Dingin


8000
7000
6000
U (watt/kg.oC)

5000
4000
RUN 1
3000
2000 RUN 2
1000
0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
Laju Alir Air Dingin (m3/s)

Pada percobaan pertama laju alir panas dibuat tetap dengan dua kali run dan
laju alir dingin divariasikan. Sehingga terlihat dari grafik tersebut semakin
bertambahnya variasi laju alir panas pada run 1 sebesar 0.00006(m3/s) dan pada run 2
sebesar 0.000116 (m3/s) maka nilai koefisien perpindahan panas keseluruhanya
semakin besar. Hal itu dikarenakan panas yang berada pada aliran masuk air panas
berpindah ke aliran air dingin sehingga ada perpindahan panas yang terjadi.

7
2. Koefisien pindah panas keseluruhan pada Laju Alir air panas

Kurva U terhadap Laju Alir Air Panas


5000

U (watt/kg.oC) 4000
3000
2000 RUN 5
1000 RUN 6

0
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002
Laju Alir Air Panas (m3/s)

Pada grafik 2. Laju air dingin yang di set tetap dengan dua kali run , dan laju
alir panas yang divariasikan, terlihat pengaruh koefisien perpindahan panas terhadap
laju alir air panas terjadi fluktuatif, hal ini disebabkan pada saat praktikum air dingin
pada bak penampung tidak dijaga level nya. Pada saat variasi laju alir ke-3 sudah
mengalami peningkatan hal ini sesuai karena pada kalibrasi laju alir, Aliran panas laju
alirnya lebih besar dibandingkan dengan laju alir dingin pada nilai rotameter yang
sama. Sehingga suhu panas lebih berpengaruh dibandingkan dengan suhu air dingin.

Pembahasan Oleh Dyah Eka Lestari (151424009 )

1. Pengaruh laju air panas terhadap nilai koefisien perpindahan panas (U)
Berdasarkan gambar 4.3 setiap kenaikan laju alir dingin diikuti meningkatnya
koefisien perpindahan panas (U) akan tetapi, terjadi penurunan ketika laju alir
dingin 500 L/jam (pembacaan rotameter). Hal ini dikarenakan karena ketinggian
level pada tangki fluida dingin utama tidak dijaga dan didalam PHE sudah
mengalami banyak kontak.
2. Pengaruh laju air dingin terhadap nilai koefisien perpindahan panas (U)
Berdasarkan gambar 4.4 pada RUN 5 dan RUN 6 koefisien perpindahan panas
mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya laju alir air dingin. Tetapi pada
RUN 4, koefisien perpindahan panas mengalami penurunan seiring dengan
meningkatnya laju alir air dingin. Hal ini dikarenakan pada saat membaca suhu
dialiran air dingin keluar, suhu tersebut masih cukup panas, dimana pada RUN 3
laju aliran dingin diperkecil, dan didiamkan cukup lama sehingga suhu naik. Maka
ketika akan memulai RUN 4 suhu awalnya lebih tinggi dibandingkan sesudahnya.
Hal inilah yang menyebabkan nilai U pada RUN 4 mengalami penurunan.

8
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
 Perpindahan panas yang paling efisien adalah terjadi pada laju alir panas tetap:
o Laju alir 0.000116 dengan U sebesar 7545.747 (watt/m2.oC)
o Laju alir 0.00006 dengan U sebesar 5006.645 (watt/m2.oC)

5.2 Saran
Pada saat membaca temperatur pada termometer pada setiap aliran, tunggu hingga
pembacaan konstan, pemutaran valve aliran fluida panas dan dingin harus hati-hati
agar tidak mempengaruhi suhu yang diukur

9
DAFTAR PUSTAKA

Buku Petunjuk Praktikum Laboratorium Teknik Kimia. Plate Heat Exchanger (PHE).
Jurusan Teknik Kimia – Politeknik Negeri Bandung.

Heriyanto, Dedi. 2010. ‘Heat Exchanger’ [online],

http://id.scribd.com/doc/127155281/makalah-heat-exchanger-docx, [diakses 8 Mei


2017]

Holman, J.P , “Perpindahan Panas”, edisi keenam, Erlangga, Jakarta

Muttaqin,Z. 2012. ‘Proses Perpindahan Kalor’ [online],

http://eprints.undip.ac.id/41578/3/BAB_II.pdf [diakses 8 Mei 2016]

R.Pitts and E.Sissom, 1987, ”Perpindahan Kalor”, Erlangga, Jakarta

Sari, Nainy. 2015. Perpindahan Kalor. http://nainysari.lecture.ub.ac.id.

10

Anda mungkin juga menyukai