Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“PERAN DAN FUNGSI PERAWAT”

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 8 :


1. ARIE RUSYANA 4002160144
2. ARIE PRATAMA HIZATULLOH 4002160141
3. DEDE JUARSIH 4002160088
4. DENI FITRI 4002160169
5. FIRZA ARFANDY 4002160129
6. ISEP SUPRIADI 4002160152
7. KHARISMA DEWI KANIA 4002160172
8. NENG RINA ROBY HANDAYAMI 4002160136
9. SAADDILAH FARID 4002160112
10. SUHRI SUPRYADI 4002160107
11. YESTY NARULITA 4002160170

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


DHARMA HUSADA BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai
salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan
kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di
berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan
pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran
pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi
klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Untuk mengetahui/ menjelaskan peran dan fungsi perawat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah
bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.
(Kozier Barbara, 1995:21).
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang
berarti merawat atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian
dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara,
membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan proses penuaan dan
perawat Profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang
memberikan pelayanan Keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan
tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya.(Depkes RI,2002).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat
dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan
diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung
keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional.
Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada.
Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun
sakit dimana segala aktifitas yang di
lakukan berguna untuk pemulihan Kesehatan berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki, aktifitas ini dilakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan
kemandirian Pasien secepat mungkin dalam bentuk Proses Keperawatan yang terdiri
dari tahap Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan,
Implementasi dan Evaluasi.

2.2 Peran Perawat


Dipandang dari keamanan
Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait dengan ketidakterpenuhinya
kebutuhan keamanan. Adapun peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan
.
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan kedudukan dan system, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien
mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat
memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi
upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan
memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien dengan menggunakan energi
dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya
dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
2. Pembuat Keputusan Klinis
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk
memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir
kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan,
baik dalam pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi
hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik
bagi klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien
dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan
berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan profesional lainnya (Keeling
dan Ramos,1995).
3. Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu
tindakan diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai pelindung
adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan
memberikan imunisasi melawat penyakit di komunitas. Sedangkan peran perawat
sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara
hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.
Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang sedang
berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat
juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak
aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau
menentang hak-hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien
dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak
untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat
kelalaian.[A.Aziz Alimul hidayat,2007]. Sebagai contoh, perawat memberikan
informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan
yang terbaik baginya (Potter & Perry, 2005).
4. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas
anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika
mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya
model praktik memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur
karier yang ingin ditempuhnya. Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat
memilih antara peran sebagai manajer asuhan keperawatan atau sebagai perawat
asosiat yang melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer,
perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan
mengawasi tenaga kesehatan lainnya.

5. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi
yang mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator
dengan membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan
tersebut. (Potter & Perry, 2005).
6. Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus
ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka
memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan
bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik.
Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai
tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan
fisiknya.(Potter&Perry,2005)
Peran sebagai pemberi kenyamanan, merupakan merawat klien sebagai
seorang manusia, merupakan peran tradisional dan historis dalam keperawatan dan
telah berkembang sebagai sesuatu peran yang penting dimana perawat melakukan
peran baru. Sebagai pemberi kenyamanan, perawat sebaiknya membantu klien
untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi
dan fisiknya (Potter & Perry, 2005).
7. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar
sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas.
Dalam memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien
dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas
komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan
individu, keluarga dan komunitas. (Potter & Perry, 2005).
8. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data
tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri,
menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi
kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber
yang lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya. Misalnya,
ketika perawat mengajarkan cara menyuntikkan insulin secara mandiri pada klien
yanng diabetes (Potter & Perry, 2005).
9. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
10. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.[A.Aziz Alimul,2007]
11. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
12. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan keperawatan.

2.3 Fungsi Perawat


Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan
kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga
diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila
bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan
seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai
penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan
tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi onat
yang telah diberikan.
Peranan perawat sangat menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung
jawab untuk memelihara dan mengelola asuhan keperawatan serta mengembangkan
diri dalam meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan keperawatan

Saatnya Perawat Terjun ke Dunia Politik


Akhir – akhir ini banyak masalah yang melanda profesi keperawatan, ini
berkaitan dengan tidak adanya seseorang perawat yang menjadi pemegang kebijakan
baik di eksekutif maupun legislatif. Disamping itu juga disinggung mengenai undang–
undang keperawatan yang sampai kini belum juga terselesaikan karena tidak adanya
keterwakilan seorang perawat dalam posisi tersebut.
Arti politik secara umum adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan
dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam Negara. Disebutkan juga bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih
kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Dalam teori politik
menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang tidak
dikehendakinya.
Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hukum dan perundang-undangan dan
perangkat struktural yang akan terus mendorong terpolanya perilaku demokratis
sampai bisa menjadi pandangan hidup. Karena diyakini bahwa dengan demikian
kesejahteraan yang sesungguhnya baru bisa dicapai, saat tiap individu terlindungi hak-
haknya bahkan dibantu oleh Negara untuk bisa teraktualisasikan, saat tiap individu lain
sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam berperan secara
aktif maupun pasif dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki
dalam bidang politik hingga talenta yang harus dimiliki mengenai “Sense of Politic”.
Dalam wilkipedia Indonesia disebutkan bahwa seseorang dapat mengikuti dan berhak
menjadi insan politik dengan mengikuti suatu partai politik , mengikuti ormas atau
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Maka dari hal tersebut seseorang berkewajiban
untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku
politik yang telah disusun secara baik oleh UUD dan perundangan hukum yang
berlaku. Dari hal tersebut, perawat yang merupakan bagian dari insan perpolitikan di
Indonesia juga berhak dan berkewajiban ikut serta dan mengambil sebuah kekuasaan
demi terwujudnya regulasi profesi keperawatan yang nyata. Dari hal tersebut juga
terlihat bahwa perawat dapat memperjuangkan banyak hal terkait dengan umat maupun
nasib perawat itu sendiri.
Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan adalah bahwasanya dunia
politik bukanlah dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya mungkin
akan terasa asing bagi profesi keperawatan. Hal ini ditunjukkan belum adanya
keterwakilan seorang perawat dalam kancah perpolitikan Indonesia. Tidak dipungkiri
lagi bahwa seorang perawat juga rakyat Indonesia yang juga memiliki hak pilih dan
tentunya telah melakukan haknya untuk memilih wakil-wakilnya sebagai anggota
legislatif namun seakan tidak ada satu pun suara yang menyuarakan hati nurani profesi
keperawatan. Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena profesi kita
pun membutuhkan penyampaian aspirasi yang patut untuk didengar dan
diselesaikannya permasalahan yang ada, yang tentunya akan membawa kesejahteraan
rakyat seluruh profesi keperawatan. Sulitnya menjadikan RUU Keperawatan seringkali
dikaitkan dengan tidak adanya keterwakilan seorang perawat di badan legislative sana.
Menjadi bagian dari dunia perpolitikan di Indonesia, diharapkan seorang perawat
mampu mewakili banyaknya aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di
profesi keperawatan salah satunya seperti yang disebutkan diatas yaitu mengenai
bagaimana meregulasi pendidikan keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan
tercapainya kualitas perawat bisa dipertanggung jawabkan.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang perawat sehingga mampu terjun
ke dunia politik. Salah satu yang paling umum dilakukan adalah mendukung salah satu
partai politik. Partai politik ini akan menjadi motor penggerak pembawa di kancah
perpolitikan Indonesia. Banyak partai yang menawarkan posisi legislatif, ada partai
yang melakukan pengkaderan dari awal yang mampu menyiapkan calon-calon
legislatif dari embrio yang akan diberikan suntikan ideologi dari partai tersebut, ada
juga partai yang memberikan kesempatan kepada siapa saja yang siap untuk berjuang
bersama-sama mendukung partainya dan menjadi calon legislatif.
Organisasi Keperawatan, Partai Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah
organisasi keperawatan tingkat nasional yang merupakan wadah bagi semua perawat
Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1974. Menurut catatan yang ada
sebelum PPNI, telah terdapat beberapa macam organisasi keperawatan. PPNI pada
awalnya terbentuk dari penggabungan beberapa organisasi keperawatan, seperti: IPI
(Ikatan Perawat Indonesia), PPI (Persatuan Perawat Indonesia), IGPI (Ikatan Guru
Perawat Indonesia), IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia).
Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang syah dapat
mendaftarkan diri sebagai anggota PPNI dan semua mahasiswa keperawatan yang
sedang belajar dapat disebut calon anggota. PPNI setiap 4 tahun sekali
menyelenggarakan musyawarah nasional. Dalam musyawarah ini selain pengurus
pusat juga hadir para pejabat dan pengurus cabang. Berbagai masalah keperawatan
dibahas dalam MUNAS tersebut yang kemudian memberikan hasil yang berupa
rekomendasi atau keputusan organisasi.
Untuk mempertahankan dan mengembangkan profesi, maka organisasi profesi
keperawatan harus melakukan 5 fungsi, yaitu:
1. Definisi dan pengaturan professional melalui penyusunan dan penentuan standar
pendidikan dan praktik bagi perawat umum dan spesialis. Pengaturan dapat
ditempuh melalui pemberian izin praktik (lisensi), sertifikat, dan akreditasi.
Pengaturan juga dapat dilakukan melalui adopsi kode etik dan norma perilaku
(Styles, 1983).
2. Pengembangan dasar pengetahuan untuk praktik dalam komponen luas dan
sempit. Sumbangan utama untuk pengembangan ilmu keperawatan telah diberikan
oleh berbagai ahli teori. Tujuan utama teori keperawatan adalah netralisasi ilmu
keperawatan. Tantangan bagi para perawat di masa depan adalah menggerakkan
pertanyaan dan memformulasikan teori dari teori yang telah dipublikasikan ini dan
kemudian melakukan uji hipotesa melalui penelitian keperawatan. Karena hanya
penelitian yang dapat menentukan manfaat suatu teori, penelitian memberikan
sumbangan utama bagi pengembangan pengetahuan keperawatan.
3. Transmisi nilai-nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan kepada anggota
profesi untuk diterapkan dalam praktik. Fungsi ini dilakukan melalui pendidikan
para perawat dan berbagai proses sosialisasi.
4. Komunikasi dan advokasi tentang nilai-nilai dan sumbangsih bidang garap kepada
masyarakat dan konstitusi. Fungsi ini menuntut organisasi perawat untuk berbicara
pada perawat dari suatu posisi kesepakatan luas. Penting bagi perawat untuk
berpartisipasi secara aktif dalam penyusunan UU dan kebijakan pemerintah.
5. Memperhatikan kesejahteraan umum dan sosial anggota. Fungsi ini dilakukan oleh
organisasi perawat dimana organisasi perawat ini memberikan dukungan moral
dan sosial bagi anggota untuk menjalankan peranannya sebagai tenaga profesional
dan mengatasi masalah profesional anggotanya.
Pada akhir makalah ini kami ingin lebih menegaskan bahwasannya politik
harusnya disikapi secara serius oleh semua pihak agar perawat Indonesia ke depan lebih
siap untuk berkompetisi di era globalisasi. Semua pihak yang terkait harus segera
bersinergi dalam rangka menciptakan perbaikan dan perubahan untuk menciptakan
sistem yang lebih baik, pihak – pihak tersebut antara lain adalah: Pemerintah Swasta,
Organisasi profesi (PPNI) Lembaga pendidikan Perawat dan calon perawat.
Ada beberapa hal yang menurut kami perlu segera dilakukan agar perbaikan
keperawatan
di Indonesia dapat segera tercapai, antara lain: Pengesahan UU Praktek Keperawatan,
Pembentukan Nursing Council (Nursing Board), Reformasi sistem pendidikan
keperawatan Indonesia, Peningkatan fungsi organisasi profesi.

Dipandang dari aspek hukum


1. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan
UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan. Bab II (Tugas Pemerintah),
pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur kedudukan hukum,
wewenang dan kesanggupan hukum.
2. UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.
UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana
meliputi dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga
bukan sarjana, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan
tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu
kepada tenaga pendidikan rendah dapat diberikan kewenangan terbatas untuk
menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.
3. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan
UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis.
Pada pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah
dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun.
Yang perlu diperhatikan bahwa dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan
sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis, sehingga dari
aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung
jawab terhadap pelayanannya sendiri.
4. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan
SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979
Membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan
(temasuk bidan) dan paramedis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal
yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga
termasuk katagori tenaga keperawatan.
5. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan
Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980
Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga
keperawatan dan bidan. Bidan seperti halnya dokter, diijinkan mengadakan praktik
swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Peraturan ini
boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi profesi keperawatan. Kita ketahui
negara lain perawat diijinkan membuka praktik swasta.

6. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan


SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986,
tanggal 4 November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan
sistem kredit point.
Dalam sistem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau
naik pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu.
Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak
tergantung kepada pangkat/golongan atasannya.
7. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan
1) UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, merupakan UU yang banyak memberi
kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik keperawatan profesional
karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien,
kewenangan maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk
keperawatan.
2) Beberapa pernyataaan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai
acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah :
a) Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi
dan hak-hak pasien ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
b) Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas
menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang
keahlian dan kewenangannya
c) Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan
hukum bagi tenaga kesehatan.
Namun kenyataannya sampai sekarang UU praktek keperawatan belum juga
disahkan.

Dipandang dari segi agama [agama islam]


Mulianya Profesi Perawat
Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud Syaltout
(l973: l24), banyak sekali petunjuk Nabi Muhammad SAW yang jelas sekali menuntut
perlunya profesi keperawatan. Perintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit
menular, perintah mengasingkan diri terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-
makanan sehat untuk tubuh, dll, menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun
tersirat Islam sangat menuntut hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia.
Sebab orang yang memiliki kompetensi di bidang pengobatan dan perawatan kesehatan
tidak lain adalah institusi beserta individu perawat yang mengabdi di dalamnya.
Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang
ia mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang
mulia. Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang
membahas tentang penyakit dan pengobatan (kitab al-maridh wa al-thib).
Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan
keperawatan merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi
Isa bin Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu
menyebut nama Allah sebagai penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan semua
aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan adalah sebagian dari ilmu
Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia apa yang tidak
diketahuinya.
Allah berfirman:
Iqra wa rabbukal akram, alladzi allama bil qalam, allamal insana ma lam ya’lam
(Bacalah dan Tuhanmulah yang paling mulia, yang mengajar manusia dengan
perantaraan qalam (baca tulis), dan Dia mengajarkan kepada manusia segala apa
yang tidak diketahuinya. (QS al-Alaq: 3-5).
Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap organisme
dan anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan Tuhan, melalui
baca tulis, eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin
banyaknya studi di bidang kedokteran dan kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda
kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhluk-Nya.

Dipandang dari segi ekonomi


Tujuan Ekonomi keperawatan adalah untuk memajukan peran perawat dalam
industri pelayanan kesehatan sebagai bagian bisnis dan berfokus ke masa depan. Ini
dilakukan melalui penyediaan informasi dan analisis teori keperawatan yang
memunculkan praktek asuhan keperawatan bermutu dalam manajemen kesehatan,
kekuatan finansial dan ekonomi serta pengambilan kebijakan kesehatan di masa
mendatang.
Diharapkan nantinya perawat administrator/ manajer dan praktisi keperawatan
memahami teori dan praktek aplikasi ekonomi dan memasukkan konsep-konsep ini
dalam manajemen keperawatan (Memperjuangkan Jasa Perawatan di Indonesia).
Tulisan ini diharapkan dapat menjelaskan ekonomi keperawatan dari perspektif
ekonomi dalam pendidikan-riset dan praktek askep. Yang juga relevan untuk bidang
SDM tenaga kerja perawat dan masalah staffing, dalam menghadapi issue ekonomi,
dan tantangan profesi perawat Indonesia di masa depan.
Dalam membahas ekonomi keperawatan maka nantinya akan ditemukan issu-issu
menarik seperti :
 Mekanisme suplay-demand tenaga keperawatan
 Penetapan Gaji Perawat
 Dasar ekonomi keperawatan dalam Asuhan keperawatan
 Tehnik analisa biaya pelayanan keperawatan
 Dampak TI terhadap ekonomi keperawatan
 Nursepreneur dan Dasar Investasi dalam Keperawatan
 Analisa Keuangan
 Aspek Bisnis Keperawatan
Sejalan dengan perkembangan pelayanan kesehatan di negara maju dimana telah
tercipta sistem pay-for-performance (P4P)/dibayar-untuk-kinerja pembayaran gaji
perawat berdasarkan kinerja; fokus terhadap mutu dan biaya kesehatan, konsep
providers (penyedia layanan) – payer’s (pasien yang membayar), kebijakan kesehatan
dan riset yang melibatkan perawat dalam menentukan efektifitas pembiayaan, dan
peningkatan kualitas asuhan keperawatan.

Dipandang dari segi pendidikan


Organisasi keperawatan professional terus-menerus menekankan pentingnya
pendidikan bagi perawat dalam mendapatkan dan memperluas peran baru. Sejak
diakuinya keperawatan sebagai profesi dan ditumbuhkannya Pendidikan Tinggi
Keperawatan (D3 Keperawatan) dan berlakunya UU No.23 Tahun 1992,dan
PERMENKES No.1239/2000; proses registrasi dan legislasi keperawatan, sebagai
bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan praktik keperawatan
profesional. Ada 4 model praktik yang diharapkan ada yaitu: model praktik di Rumah
Sakit, rumah, berkelompok, dan individual. Akan tetapi pelaksanaan PERMENKES
tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan.
Regulasi pendidikan akan menjadikan tidak bermunculnya institusi pendidikan
keperawatan yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak
melakukan penjaminan mutu akan output perawat yang di luluskan setiap periodenya.
Dengan regulasi pendidikan keperawatan, semua menjadi terstandarisasi, profesi
keperawatan yang mempunyai nilai tawar, nilai jual, dan menjadi profesi yang
dipertimbangkan.
Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik tidak kalah pentingnya dengan
regulasi pendidikan, dimana regulasi pendidikan merupakan bagaimana kita
melakukan persiapan yang matang sebelum membuat dan memulai (perencanaan),
dimana kita melakukan pembangunan fondasi yang kokoh dan sistem yang mensupport
akan terbentuknya generasi perawat-perawat yang siap tempur. Regulasi kewenangan
perawat dilahan klinik akan menjadikan profesi keperawatan semakin mantap dalam
langkahnya. Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur dan ranah yang jelas akan
menjadikan perawat semakin profesional dan proporsional sesuai dengan tanggung
jawab yang harus dipenuhi. Selain itu, dalam regulasi kewenangan ini di harapkan tidak
terjadi adanya overlap dan salah satu yang paling penting adalah menghindari
terjadinya malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi.

Dipandang dari aspek sosial budaya


Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena
informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada
dan agama yang dianut. Budaya mencakup jaringan komunikasi baik formal maupun
informal. Budaya mencakup peran yang berhubungan dengan karakteristik seseorang.
Suatu kebudayaan berfokus pada kehidupan kerja, ada potensial konflik antara
pengumpulan normal individu yang berbeda dan normal kebudayaan yang berlawanan.
Budaya yang kuat yang mendorong partisipasi dan keterlibatan karyawan dalam
pembagian pembuatan keputusan mempengaruhi kinerja secara positif. Perawat dalam
memberikan pelayanan tidak memandang status sosial maupun budaya dari orang yang
membutuhkan perawatan.
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan
peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut:
1. Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada
tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan terhadap keperawatan
individu, keluarga, dan masyarakat.
2. Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya dibidang keperawatan,
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga, dan
masyarakat.
3. Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan
tradisi luhur keperawatan.
4. Perawat menjalin hubungan kerja sama dengna individu, keluarga, dan
masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya
kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas
dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.

Tanggung Jawab Perawat terhadap Tugas


1. Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.
2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali jika diperlukan oleh pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilann keperawatan
yang dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.
4. Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan
sosial.
5. Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam
melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannya dengan keperawatan.

Tanggung Jawab Perawat terhadap Sejawat


Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain
adalah sebagai berikut:
1. Perawat memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan tenaga kesehatan
lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada
sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam
rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.

Tanggung Jawab Perawat terhadap Profesi


1. Perawat berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-
sendiri dan/atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
2. Perawat menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan
perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
3. Perawat berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan
keperawatan, serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
4. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

Tanggung Jawab Perawat terhadap Negara


1. Perawat melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang telah
digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
2. Perawat berperan aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan profesional mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut yaitu :
Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah khususnya pelayanan atau
asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
Dengan demikian peran dan fungsi perawat itu sangat penting untuk pelayanan
kesehatan, demi meningkatkan dan melaksanakan kualitas kesehatan yang lebih baik.

3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat mengetahui dan memahami peran dan fungsi perawat.

DAFTAR PUSTAKA
M. Muhammad, Siswanto. 2009. Trend dan Perkenbangan Kebutuhan Pelayanan
Keperawatan dalam Persaingan Global. Dalam Simposium Nasional Keperawatan
Universitas Airlangga
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam. 2007. Manajement Keperawatan. Konsep dan Praktik. Edisi 2. Jakarta.
Salemba Medika
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Reformasi Keperawatan Indonesia. Website URL: http: //www.inna-ppni.or.id
Priharjo, Robert. 1995. Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar Dan Hukum.
Jakarta: EGC
Phenomenological Study of Becoming a Foreign Nurse. International Nursing Review
http://pioners07.blogspot.com/2009/02/saatnya-perawat-terjun-ke-dunia-politik.html
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. 2 edition

Anda mungkin juga menyukai