Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

MATA KIRI ENDOFTALMITIS POST OPERATIF (H 44.099)

Disusun oleh:
Yustiadenta Widya Andika

Pembimbing :
dr. Liana Ekowati, MSi.Med, Sp.M(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I


ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018

1
LAPORAN KASUS

MATA KIRI ENDOFTALMITIS POST OPERATIVE (H 44.099)

Pembimbing : dr. Liana Ekowati, MSi.Med, Sp.M(K)


Dibacakan oleh : dr. Yustiadenta Widya Andika

I. PENDAHULUAN

Endoftalmitis adalah peradangan intraokuler yang melibatkan vitreous dan


segmen anterior bola mata, serta dapat melibatkan struktur yang berdekatan seperti
retina dan koroid. Endoftalmitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu infectious
endoftalmitis dan sterile endoftalmitis. Selanjutnya Infectious endoftalmitis dibagi lagi
menjadi 2 berdasarkan cara organisme penyebab endoftalmitis menginfeksi mata
yaitu endoftalmitis eksogen (postoperative, post traumatic) dan endoftalmitis endogen
(hematogen). Agen infeksi penyebab endoftalmitis dapat disebabkan oleh bakteri dan
jamur. 1,2
Beberapa referesi menyebutkan bahwa angka kejadian endofthalmitis post
operatif antara anak dan dewasa sama. Pada studi yang dilakukan oleh Sumita
Agarkar (2016) selama 12 tahun dengan total 2390 operasi katarak yang dilakukan
oleh satu operator, 9 orang yang dalam follow up nya menunjukkan klinis
endofthalmitis. Secara keseluruhan rate endofthalmitis dalam periode tersebut adalah
0,376% dengan CI 0.357-0.395. 3
Laporan ini menyajikan kasus anak yang menderita Mki endofthalmitis post
operatif. Hasil pemeriksaan oftalmologis, gambaran klinis, dan progresifitas penyakit
serta penunjang menjadi bahan diskusi dalam penegakan diagnosis serta
penatalaksanaan yang tepat.

II. IDENTITAS PENDERITA


Nama : An. NH
Umur : 11 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Grobogan
No CM : C690046

2
Pekerjaan :-
Tanggal Periksa : 21 Juni 2018

III. ANAMNESIS
Autoanamnesis (21 Juni 2018)

Keluhan Utama : Mata kiri ada putih-putih

Riwayat Penyakit Sekarang :


10 bulan sebelum masuk rumah sakit (umur 40 hari) ibu menyadari tampak putih-
putih dikedua mata pasien namun tidak dibawa kedokter karena merasa tidak
mengganggu.
4 bulan sebelum masuk rumah sakit ibu menyadari putih-putih di kedua mata pasien
semakin jelas dan kedua mata pasien terkadang tampak kocak. Ibu kemudian
membawa pasien kedokter mata setempat dan disarankan ke RS Kariadi karena
menderita katarak dan harus dioperasi. Ibu membawa anak ke RS Kariadi dan dokter
di kariadi juga menyatakan kedua mata pasien menderita katarak yang kemungkian
bawaan dari lahir dan menyarankan untuk operasi pada kedua mata.
1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mendapat panggilan untuk operasi dan
dilakukan operasi pada mata kanan (17 Mei 2018) dan dinyatakan hasil operasi baik.
Pasien rutin kontrol ke poli dan menunggu panggilan untuk operasi mata kiri.
2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mendapat panggilan untuk operasi, pasien
kemudian masuk rumah sakit kariadi dan dilakukan operasi pada mata kiri (21 Juni
2018). Setelah operasi ibu merasa mata kiri pasien masih ada putih-putih di mata kiri
pasien.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Penderita lahir secara spontan di rumah sakit setelah umur kehamilan 9 bulan.
Berat badan lahir anak 2.5 kg. Anak langsung menangis ketika lahir namun lemah
sehingga beberapa hari di inkubator. Selama kehamilan ibu penderita tidak pernah
menderita sakit demam ataupun ruam-ruam kemerahan ataupun mengkonsumsi obat-
obatan, namun pernah gatal-gatal selama beberapa hari. Ibu penderita memeriksakan
kehamilan ke bidan. Riwayat Ibu menderita kencing manis atau penyakit yang lain
disangkal.

3
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Tumbuh kembang anak sesuai dengan anak seusianya
- Status gizi kesan cukup
- Riwayat kejang disangkal
- Riwayat trauma pada mata disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti ini atau kelainan pada mata.

Riwayat Sosial Ekonomi :


Ayah penderita bekerja sebagai karyawan swasta, ibu penderita tidak bekerja. Kesan
sosial ekonomi kurang. Biaya perawatan ditanggung oleh BPJS.

IV.PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata (22 Juni 2018)
Keadaan umum : Baik, komposmentis
Tanda vital :
Nadi : 90 x/mnt
Respirasi : 20 x/mnt
Berat badan : 11 kg
Suhu : afebris
Kepala : mesosefal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal

4
Status Oftalmologi (22 Juni 2018)

Mka Mki

Visus central, steady, maintain uncentral, steady, maintain


Bola Mata Nistagmus (-) Nistagmus (-), ET 7o
Palpebra Edema (-) Edema (-), spasme (-)
Konjungtiva Injeksi (-) Injeksi (-) hiperemis minimal
Kornea Jernih (+), mikrokornea (-) Jernih
COA Kedalaman cukup Udara (+) minimal, hipopion (+)
2 mm
Iris Kripte (+) Detail kripte sulit dinilai
Pupil Bulat, sentral, reguler, Ǿ 6 mm, Bulat, sentral, reguler, Ǿ 7 mm,
RP (-) post SA RP (-) post SA
Lensa Afakia Afakia
Fundus reflek Cemerlang (+) suram

Funduskopi MKa (MKi tidak dapat dinilai)


- Papil N.II : bulat, batas tegas, CDR 0,3 kuning kemerahan
- Vasa : AVR 2/3, perjalanan vasa dalam batas normal
- Retina : perdarahan (-), eksudat (-), massa (-)
- Makula : reflek fovea (+) cemerlang

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hematologi nilai normal
Hemoglobin : 12.10 mg/dl (13.00 – 16.00) N
Hematokrit : 37.7 % (36.0 – 44.0) N
Eritrosit : 4.53 juta/mmk (4.50 – 6.50) N

5
Lekosit : 8.74 ribu/mmk (6.00 – 18.00) N
Trombosit : 237 ribu/mmk (150.0  400,0) N
Plasma Prothrombin Time
Waktu Prothrombin : 10.4 detik (10.0  15.0)
PPT kontrol : 10.5 detik

Partial Thromboplastin Time


Waktu Thromboplastin : 40.6 detik (23.4  36.8)
PTTK : 29.7 detik
Kimia klinik
GDS : 110 mg/dl (80 – 110) N
Ureum : 31 mg/dl (15  39) N
Creatinin : 0.72 mg/dl (0.60  1.3) N
Albumin : 3,5 gr.dL (3,4 – 5,0) N
Natrium : 132 mmol/L (136  145) N
Kalium : 4.1 mmol/L (3.5 5.1) N
Chlorida : 100 mmol/L (98  107) N

Pemeriksaan USG Orbita mata kiri (22 Juni 2018):

Mata kiri:
Mass like lesion (-)
Membrane like lesion (-)
Point like lesion (-)

6
Rekam medis terdahulu (Pemeriksaan fisik dan Penunjang)
18 April 2018
Pemeriksaan USG pre operasi

Mata kanan dan kiri:


Mass like lesion (-)
Membrane like lesion (-)
Point like lesion (-)

17 Mei 2018
Pemeriksaan pre operasi
Mka Mki
Visus central, unsteady, unmaintain uncentral, unsteady, unmaintain
Bola Mata Nistagmus (+) halus Nistagmus (+) halus, ET 7o
Palpebra Edema (-) Edema (-), spasme (-)
Konjungtiva Injeksi (-) Injeksi (-)
Kornea Jernih (+), mikrokornea (-) Jernih (+), mikrokornea (-)
COA Kedalaman cukup Kedalaman cukup
Iris Kripte (+) Kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, reguler, Ǿ 3mm Bulat, sentral, reguler, Ǿ 3mm

7
MPP (-) MPP (-)
Lensa Keruh hampir merata Keruh hampir merata
Fundus reflek Suram Suram

Dilakukan tindakan
Mka ekstraksi lensa + PPC + vitrektomi anterior/ GA
dr.Liana Ekowati Sp.M(K)/ TIA, RP
Kamis 17 Mei 2018/ OK Garuda 2/ 07.30-08.30
Terapi post operatif
- Moxifloxacin ED/ 3 jam mka
- Prednisolone asetat ED/ 3 jam mka
- Sulfas Atropin 0.5% ED/ 12 jam mka Mata kanan post operatif

18 Mei 2018
Pemeriksaan follow up post operasi mata kanan
Mka Mki

Visus central, unsteady, unmaintain uncentral, unsteady, unmaintain


Bola Mata Nistagmus (+) halus Nistagmus (+) halus, ET 7o
Palpebra Edema (-) Edema (-), spasme (-)
Konjungtiva Injeksi (-) Injeksi (-)
Kornea Jernih (+), mikrokornea (-) Jernih (+), mikrokornea (-)
COA Terbentuk, udara ½ COA Kedalaman cukup
Iris Kripte (+) Kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, reguler, Ǿ 6mm Bulat, sentral, reguler, Ǿ 3mm,
RP (-) post SA RP (+), MPP (-)
Lensa Afakia Keruh hampir merata
Fundus reflek Suram Suram

8
20 Juni 2018
Pemeriksan pre operasi
Mka Mki

Visus central, unsteady, unmaintain uncentral, unsteady, unmaintain


Bola Mata Nistagmus (+) halus Nistagmus (+) halus, ET 7o
Palpebra Edema (-) Edema (-), spasme (-)
Konjungtiva Injeksi (-) Injeksi (-)
Kornea Jernih (+), mikrokornea (-) Jernih (+), mikrokornea (-)
COA Kedalaman cukup Kedalaman cukup
Iris Kripte (+) Kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, reguler, Ǿ 6mm, RP Bulat, sentral, reguler, Ǿ 3mm
(-) post SA MPP (-)
Lensa Afakia Keruh hampir merata
Fundus reflek Cemerlang Suram

Dilakukan tindakan
Mki ekstraksi lensa + PPC + vitrektomi anterior/ GA
dr.Liana Ekowati Sp.M(K)/ TIA, RP
Kamis 21 Juni 2018/ OK Garuda 1/ 07.30-08.05
Terapi post operatif
- Moxifloxacin ED/ 3 jam mki
- Prednisolone asetat ED/ 3 jam mki
- Sulfas Atropin 0.5% ED/ 12 jam mki Mata kiri post operatif

9
RESUME
Keluhan Utama : Mata kiri masih terdapat putih-putih
Riwayat Penyakit sekarang :
10 bulan sebelum masuk rumah sakit (umur 40 hari) ibu menyadari tampak
leukokoria (+).
4 bulan sebelum masuk rumah sakit ibu menyadari leukokoria (+), nistagmus
(+). Ibu kemudian membawa pasien kedokter mata setempat dan disarankan ke RS
Kariadi karena menderita katarak dan harus dioperasi. RS Kariadi menyatakan kedua
mata pasien menderita katarak kongenital, saran operasi pada kedua mata.
Dilakukan operasi pada mata kanan (17 Mei 2018) dan dinyatakan hasil
operasi baik.
Dilakukan operasi pada mata kiri (21 Juni 2018). Setelah operasi ibu merasa
mata kiri pasien masih ada putih-putih di mata kiri pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada keluarga yang sakit seperti ini sebelumnya.

Pemeriksaan :
Status praesen : dalam batas normal

Status ophthalmologi
Mka Mki
Visus central, steady, maintain uncentral, steady, maintain
Bola Mata Nistagmus (+) Nistagmus (+), ET 7o
Palpebra Edema (-) Edema (-), spasme (-)
Konjungtiva Injeksi (-) Injeksi (-) hiperemis minimal
Kornea Jernih (+), mikrokornea (-) Jernih
COA Kedalaman cukup Udara (+) minimal, hipopion (+)
2 mm
Iris Kripte (+) Detail kripte sulit dinilai
Pupil Bulat, sentral, reguler, Ǿ 6 mm, Bulat, sentral, reguler, Ǿ 7 mm,
RP (-) post SA RP (-) post SA
Lensa Afakia Afakia
Fundus reflek Cemerlang (+) suram

10
Funduskopi MKa : dalam batas normal (MKi tidak dapat dinilai)
Pemeriksaan laboratorium : dalam batas normal
Pemeriksaan USG B scan
- Mata kiri dalam batas normal

DIAGNOSIS BANDING
Mata Kiri Endoftalmitis H 44.099
Mata Kiri Toxic anterior segment syndrome (TASS) H 59.8

DIAGNOSIS TAMBAHAN
Mata kanan kiri nistagmus suspek deep ambyopia
Mata kiri esotropia sensoris

DIAGNOSIS
Mata Kiri Endoftalmitis H 44.099

PENATALAKSANAAN :
- Moxifloxacin ED/ jam mki
- Prednisolone asetat ED/ jam mki
- Sulfas Atropin 0.5% ED/ jam mki
- Cefixime syrup 1 Cth/ 12 jam PO

EDUKASI / SARAN :
- Menjelaskan kepada keluarga penderita bahwa putih-putih yang masih ada
pada mata kiri pasien merupakan suatu reaksi radang, bukan lensa yang belum
diambil.
- Radang pada mata bisa diakibatkan karena respon radang pasien yang hebat
atau bisa disebabkan oleh kuman yang masuk kedalam mata.
- Menjelaskan kepada keluarga penderita bahwa obat yang diberikan harus
benar-benar dipakai agar reaksi radang atau infeksi tidak makin hebat.
- Menjelaskan kepada keluarga, bahwa bila terjadi perburukan kemungkinan
dapat dilakukan operasi lanjutan untuk mengatasi radang atau infeksi yang
terjadi.

11
PROGNOSIS :
MKa Mki
Quo ad Visam Ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad Sanam Ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad Kosmetikam Ad bonam
Quo ad Vitam Ad bonam

12
FOLLOW UP
Tanggal Status Opthalmologis Terapi /Tindakan
Mka Mki
25 Juni 2018 Visus central,unsteady, unmaintain uncentral,unsteady, unmaintain - Moxifloxacin ED/ jam mki
Palpebra Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Prednisolone asetat ED/jam
Bolamata Nistagmus (+) Nistagmus (+), ET 7o
mki
Konjungtiva tidak ada kelainan tidak ada kelainan
- Sulfas Atropin 0.5% ED/12
Kornea jernih jernih
COA Kedalaman cukup Kedalaman cukup jam mki
Iris Kripte (+) Kripte (+)
- Cefixime syrup 1 Cth/ 12 jam
Pupil bulat, bulat,
sentral,reguler,Ǿ7mm,RP(-) sentral,reguler,Ǿ7mm,RP(+) PO
Lensa afakia afakia
- Konsul sub bagian IIM 
FR (+) cemerlang (-)
TIO T dig N T dig N klinis keseluruhan kurang
mendukung untuk diagnose
Pemeriksaan USG B Scan endoftalmitis. Saran konsul sub
Mka
bagian vitreoretina.
Point like lession (-)
Membran like lession (-) - Konsul sub bagian VR
Kesan dalam batas normal
kemungkinan endophtalmitis
Mki dan retinal detachment ada.
Point like lession (+)
Saran  Vitrektomi dan
Membran like lession (+) spike
setinggi retina vitreus tap.
Kesan endoftalmitis + retinal
detachment

13
Tanggal Status Ophthalmologis Terapi/ Tindakan
Mka Mki
29 Juni 2018 Visus central,unsteady,unmaintain uncentral,unsteady,unmaintain - Dilakukan tindakan
(pre operasi) Palpebra Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Bolamata Nistagmus (+) Nistagmus (+), ET 7o Mki Vitrektomi pars plana
Konjungtiva tidak ada kelainan tidak ada kelainan + Vitreus tap/ GA
Kornea jernih jernih dr.Afrisal H. K Sp.M(K)
COA Kedalaman cukup Hipopion minimal Jumat, 29 Juni 2018
Iris Kripte (+) Kripte (+) OK Garuda 1/07.30-08.30
Pupil bulat, bulat,
sentral,reguler,Ǿ6mm,RP(-) sentral,reguler,Ǿ7mm,RP(-) (post operasi)
Lensa afakia afakia
FR (+) cemerlang suram
TIO T dig N T dig N

Pemeriksaan Intraoperatif
Vitreus tampak keruh
PVD (+)
Retina flat (+)
Atrofi retina (+)
Kesan vaskulitis (+) Terapi post operasi
Makula On (+) - Moxifloxacin ED/ jam
mki
- Prednisolone asetat ED/
jam mki
- Sulfas Atropin 0.5% ED/
jam mki
- Cefixime syrup 1 Cth/ 12
jam PO
- Paracetamol 1Cth/8jam
(Segmen posterior intraoperatif) PO

14
Tanggal Status Ophthalmologis Terapi/ Tindakan
Mka Mki
30 Juni 2018 Visus central,unsteady,unmaintain uncentral,unsteady,unmaintain
Palpebra Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Terapi post operasi
Bolamata Nistagmus (+) Nistagmus (+), ET 7o - Moxifloxacin ED/ jam
Konjungtiva tidak ada kelainan tidak ada kelainan mki
Kornea jernih jernih - Prednisolone asetat ED/
COA Kedalaman cukup kedalaman cukup, hipopion (-) jam mki
Iris Kripte (+) Kripte (+) - Sulfas Atropin 0.5%
Pupil bulat, bulat, ED/ jam mki
sentral,reguler,Ǿ6mm,RP(-) sentral,reguler,Ǿ7mm,RP(-) - Cefixime syrup 1 Cth/
Lensa afakia afakia 12 jam PO
FR (+) cemerlang (+) cemerlang - Paracetamol 1Cth/8jam
TIO T dig N T dig N PO
- Boleh pulang, kontrol
rawat jalan 1 minggu.

15
DISKUSI KASUS

Endoftalmitis merupakan salah satu rintangan yang tersisa dari operasi katarak dan
seringkali menimbulkan perburukan visus. Data yang dikumpulkan sebelumnya dari multipel
operator, estimasi dari insiden endopthalmitis yang terjadi setelah operasi segmen anterior
pada pediatrik berkisar dari 0.071% sampai 0.45%. Imunitas bawaan yang dapat saja
terganggu yang disebabkan karena suatu sindrom atau kelainan metabolik yang juga
menyebabkan katarak pada anak menyebabkan pola dan response terapi endophtalmitis
berbeda dibandingkan dengan dewasa. Bakteri komensal pada mata anak juga berbeda,
karena semakin besar umur organisme anaeron juga semakin meningkat, terlebih lagi anak-
anak tidak dapat mengungkapkan symptom awal yang dialami. 3
Terjadinya tingkat keparahan dan perjalanan klinis endoftalmitis bergantung pada
rute infeksi, virulensi, dan jumlah patogen yang diinokulasi. Pada 29% - 43% operasi katarak,
terjadi kontaminasi intraokular oleh bakteri patogen fakultatif dari permukaan okular namun
tidak mengakibatkan endoftalmitis. Mekanisme perlindungan imunologis baik pada bagian
anterior maupun posterior bola mata sangat efektif untuk mencegah terjadinya endoftalmitis
Mekanisme perlindungan ini bertindak sebagai penghalang dan dapat membatasi reaksi
inflamasi. 1,2
Endoftalmitis terjadi dalam tiga tahapan yakni fase inkubasi, fase percepatan dan
fase destruktif. Fase inkubasi berlangsung paling sedikit 16 sampai 18 jam. Durasi fase
inkubasi tetap sama bahkan pada mikroorganisme yang virulen. Fase inkubasi ditentukan
terutama oleh waktu perkembangbiakan patogen dan karakteristik spesifik dari patogen
seperti produksi toksin. Infeksi primer pada segmen posterior diawali oleh peradangan di
segmen anterior. Perdangan tersebut akan sampai ke vitreus dimediasi oleh respon imun
spesifik oleh makrofag dan limfosit. Tiga hari pasca infeksi, antibodi spesifik telah terbentuk
dan berkontribusi terhadap proses eliminasi patogen melalui proses opsonisasi dan
fagositosis. Proses tersebut berlangsung dalam 10 hari. Disisi lain, proses eliminasi tersebut
dapat mengakibatkan hasil kultur negatif namun kondisi klinik tetap menunjukkan reaksi
inflamasi yang parah. Mediator inflamasi berupa sitokin, tidak hanya memediasi kerja
leukosit namun juga mengakibatkan proses destruktif berupa cedera retina dan proliferasi
vitreoretina.1,2
Bakteri penyebab endoftalmitis dapat saja berasal dari intrumen operasi, kornea
pasien, konjungtiva pasien yang dapat saja masuk kedalam mata saat periode operasi. Pada

16
Endoftalmitis Vitrectomy Study mengemukakan bahwa pada pemeriksaan kultur 9.9%
disebabkan oleh S. Aureus, 9.0% disebabkan oleh spesies Streptoccocus dan 2.2% spesies
Enteroccocus. Mikroba penyebab endophtalmitis akan secara lengkap dijabarkan pada tabel
1. 4
Tabel 1 Mikroba penyebab endoftalmitis 4

(Infectious Diseases 4th Edition, Volume 1, 2017, Pages 158-164)

Faktor risiko endoftalmitis pada operasi katarak


Mikroba pada lingkungan sekitar mata pasien dimulai dengan transfer pada
instrumen operasi yang diawali pada insisi kornea, demikian juga dengan pengulangan keluar
masuk instrument yang makin sering juga meningkatkan resiko endoftalmitis, resiko juga
meningkat saat terdapat sisa masa lensa, ruptur kapsul posterior dengan hilangnya vitreus, iris
prolapse, dan pada kebocoran luka. Pada operasi katarak pediatrik pengangkatan kapsul
posterior (PPC) akan meningkatkan resiko endoftalmitis dibandingkan dengan dewasa.
Faktor resiko lain yaitu insisi clear cornea, dibandikan dengan insisi korneosklera pasien
dengan insisi clear cornea 5.88 kali lebih mungkin mengalami endoftalmitis. Implantasi IOL
berbahan silicon juga 3.13 kali lebih mungkin mengalami endoftalmitis dibandingkan dengan
bahan lensa lain. Faktor resiko menurut studi ESCRS dapat dilihat pada tabel 2. 4-7

17
Tabel 2: Faktor resiko yang teridentifikasi dalam studi ESCRS 5

Profilaksis Endoftalmitis
- Antisepsis
Untuk antisepsis kulit dan periorbita disarankan menggunakan 10 persen larutan
povidone-iodine selama 3 menit. Jika terjadi alergi, larutan chlorhexidine (0,05
persen) dapat digunakan sebagai pengganti. Povidone-iodine dapat mengurangi
jumlah bakteri 10 - 100 kali lipat lebih kecil dikonjungtiva pada pemberian minimal 3
menit. 5
Tabel 3: Ringkasan proses antisepsis yang wajib dilaksanakan

(ESCRS Guidelines, 2013, hal. 16)

18
- Antibiotik
Antibiotik Profilaksis Preoperatif: Walaupun belum terdapat consensus tentang
pemberian antibiotik profilaksis preoperatif, studi analisis retrospektif terbaru
menyebutkan tingkat endoftalmitis yang lebih rendah pasca penggunaan ofloksasin
topikal preoperatif dibandingkan dengan ciprofloxacin.Pemberian levofloxacine
topikal tiap 6 jam, satu hari sebelum operasi dan tiga tetes satu jam sebelum operasi
kemudian dikombinasikan dengan povidone-iodine dilaporkan sangat efektif dalam
mengurangi jumlah bakteri dibandingkan hanya dengan irigasi povidone iodine saja. 5
- Profilaksis Intraoperatif
Injeksi antibiotik intracameral diakhir operasi dapat dilakukan dengan
menggunakancefuroxime, gentamicin, vancomicin atau kombinasi grentamcin-
clindamicin. Penggunaan cefuroxime intracameral terbukti signifikan mencegah
kejadian endoftalmitis pada penelitian terhadap 400.000 operasi katarak di Swedia.5
- Profilaksis Post Operatif
Pemberian quinolone topikal selama 2 minggu pasca operasi terutama pada insisi
clear cornea sangat dianjurkan untuk mecegah endoftalmitis. Pemberian quinolone
dapat diberikan setiap 1-2 jam pada hari pertama pasca operasi kemudian tiap 6 jam
dihari berikutnya. Sebagai alternatif dapat digunakan kloramfenikol atau sediaan
kombinasi polymixin, bacitracin dan neomycin. 5
- Profilaksis Pada Kamar Operasi
Aliran udara harus dilengkapi dengan filter yang layak (HEPA) dan secara rutin di
pelihara. Kamar operasi harus terus berada pada tekanan positif dengan pintu yang
selalu tertutup kecuali untuk transfer pasien. Semua instrument harus steril dan sekali
pakai. Peralatan seperti tube dan semua yang menjadi basah selama prosedur operasi
sangat dianjurkan untuk sekali pakai. Botol dari larutan seperti BSS (balanced salt
solution) tidak boleh disimpan dan tidak boleh digunakan lebih dari satu sesi operasi.
Semua katub yang berhubungan dengan botol ini harus dilindungi dengan filter
bakteri. 5,8,9

Tanda dan Gejala


Endoftalmitis akut pasca operasi katarak dapat terjadi mulai hari pertama hingga dua
minggu pasca operasi. Variasi onset terjadinya endoftalmitis dapat dilihat pada tabel 4. Pada
pasien anak, tanda dan gejala dapat saja dikenali secara lambat karena pasien anak cenderung

19
belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakan. Secara umum tanda dan gejala
endoftalmitis dapat dilihat pada tabel 5. 5,10

Tabel 4: Karakteristik klinis post operatif endoftalmitis5

(ESCRS Guidelines, 2013, hal. 16)

Tabel 5: Onset terjadinya endoftalmitis5

(ESCRS Guidelines, 2013, hal. 16)

Diagnosis Banding
Toxic Anterior Segment Sindrom (TASS)
Toxic anterior segment syndrome (TASS) adalah peradangan akut pada kamera
okuli anterior. TASS terkait dengan penggunaan larutan irigasi, obat-obatan atau bahan lain
yang diaplikasikan secara intracameral. TASS juga dapat disebabkan oleh sterilitas instrumen
yang tidak baik. Beberapa kasus TASS dikaitkan dengan pembentukan endotoksin dari
bakteri gram negatif. Tanda-tanda umum TASS antara lain penglihatan kabur, radang pada
segmen anterior, pembentukan hipopion serta fibrin intrakameral. Pewarnaan gram dan kultur
biasanya menunjukkan hasil negatif. Gejala klinis menunjukkan adanya edema kornea yang
menyebar secara klasik dari limbus ke limbus. Kerusakan endotel dapat terjadi 12-48 jam
pasca operasi katarak. TASS biasanya berespon baik dengan pengobatan kortikosteroid. 5,11

20
Penatalaksanaan
Gold standard tatalaksana endoftalmitis postoperatif akut adalah dengan pars plana
vitrektomi. Namun apabila tindakan tersebut tidak dapat segera dilakukan maka pilihan dapat
ditatalaksana sementara dengan silver standard. Standar ini dilakukan dengan melakukan
injeksi antibiotik intravitreal yang didahului dengan tapping vitreus. Aspirasi sederhana
dengan jarum terkadang tidak memberikan hasil maksimal, oleh karena itu biopsi vitreus
sebaiknya dilakukan menggunakan vitrektor.5
Pemberian antibiotik intravitreal dilakukan berulang dengan interval 49-72 jam.
Dosis antibiotik diperkecil untuk menghindari toksisitas retina. Rentang dosis untuk
aminoglikosida sangat sempit sehingga penghitungan dosis yang tepat sangat diperlukan.
Pilihan pertama kombinasi antibioitk adalah vancomicin (1 mg) dan ceftazidime (2mg).
Pilihan kedua adalah menggunakan amikasin (0,4 mg) dan vancomicin (2 mg). Cairan yang
disuntikkan adalah sebesar 0,1 ml dari masing-masing antibiotik. Penyuntikan dilakukan
secara terpisah dengan jarum dan spuit yang berbeda. Antibiotik harus secara baru didilusi
oleh farmasi. Antibiotik lain yang dapat digunakan untuk injeksi intravitreal dapat dilihat
pada tabel 6. 5

Tabel 6: Jenis antibiotik dan dosis umum yang digunakan untuk injeksi intravitreal 5

21
Pembahasan Kasus
Onset endoftalmitis pada pasien kemungkinan adalah 1-3 hari paska operasi, pada
hari pertama paska operasi didapatkan adanya hipopion sebesar 2mm namun tidak didapatkan
adanya tanda radang lain seperti injeksi konjungtiva atau siliar, dari USG B Scan juga tidak
didapatkan adanya tanda-tanda endoftalmitis seperti point like lesion sehingga pasien masih
didiagnosa banding sebagai TASS.
Pada saat kontrol di poli (5 hari paska operasi) hipopion Nampak masih ada
walaupun jumlahnya tidak bertambah, dilakukan USG ulang dan hasil USG menunjukkan
adanya membrane like lesion dan point like lesion yang mendukung diagnosis endoftalmitis.
Pasien kemudian dikonsulkan ke sub bagian vitreoretina dan diprogramkan untuk dilakukan
pars plana vitrektomi dan vitreus tap sesuai dengan terapi gold standard.
Pada saat pemeriksaa pre operasi vitrektomi pars plana didapatkan hipopion minimal
dan reaksi radang pada segmen anterior tidak hebat, tidak terdapat injeksi konjungtiva atau
siliar dan vitreus menunjukkan kekeruhan maka pemeriksaan vitreus tap selain diperiksa
mikrobiologi juga diperiksa sitologi selnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Peyman G, Lee P, Seal D. Endophthalmitis - diagnosis and management London: Taylor


& Francis; 2004.

2. Sherwood DR, Rich WJ, Jacobs JS. Bacterial contamination of intraocular and
Extraocular fluids during extracapsular cataract extraction. Eye. 1989; 1(308).

3. Agarkar S, Desai R, Jambulingam M, all e. Incidence, management, and visual outcomes


in pediatric endophthalmitis following cataract surgery by a single surgeon. AAPOS.
2016 Mei ; 10(10).

4. Drancourt M, Matonti F. Endophthalmitis. In Infectious Disease.: Elsevier; 2017. p. 158-


163.

5. Barry P, Cordoves L, Gardner S. ESCRS Guidelines for Prevention and Treatment of


Endophthalmitis Following Cataract Surgery Dublin: ESCRS; 2013.

6. Gasper C, Trivedi RH, Wilson ME. Complications of Pediatric Cataract Surgery. Nucci
P(ed). 2016; 57.

7. Artsi EB, Katz G, Kinori M, Moisseiev J. Endophthalmitis today: a multispecialty


ophthalmology department perspective. EJO. 2016 Juni; 26(1).

8. Zang M, Xu G, Jiang R, all e. Pediatric Infectious Endophthalmitis: A 271-case


Retrospective Study at a Single Center in China. Chinnese medical journal. 2016
December; 129(24).

9. Frisch L, Dick HB. Incidence of Endophthalmitis in Ophthalmic Surgery. Dev


Ophthalmol. 2002; 33.

10. Safneck JR. Endophthalmitis: A review of recent trends. Saudi Journal of


Ophthalmology. 2012; 26.

11. Whitman MC, Vanderveen DK. Complications of Pediatric Cataract Surgery. Informa
Healthcare USA, Inc. 2014; 29(5-6).

23

Anda mungkin juga menyukai