Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 7 (2) (2015): 155-161

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis

Penerapan Well-Being Therapy Untuk Meningkatkan


Psychological Well-Being pada Penderita Kanker Payudara

Maqhfirah DR *
*Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Medan Area, Indonesia

Diterima Agustus 2015; Disetujui Oktober 2015; Dipublikasikan Desember 2015

Abstrak
Penyakit kanker payudara berkaitan dengan kualitas hidup penderitanya. Salah satu bentuk penurunan kualitas hidup yang
banyak dialami penderita kanker payudara adalah penurunan kesejahteraan psikologis (psychological well-being). Psychological
well-being merupakan gambaran kesehatan psikologis individu berdasarkan pemenuhan enam dimensi dari kriteria fungsi
psikologis positif, yakni penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup
dan pertumbuhan pribadi. Untuk meningkatkan level psychological well-being pada penderita kanker payudara, dilakukan well
being therapy. Partisipan penelitian terdiri dari dua orang wanita penderita kanker payudara post mastectomy, mengalami
metastase setahun terakhir, dan sedang menjalani pengobatan medis berupa kemoterapi. Well-being therapy dilakukan selama
satu bulan, dengan lima kali sesi pertemuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan well-being therapy telah
mengubah psychological well-being kedua partisipan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mereka sudah lebih bisa menerima
kondisi kesehatan mereka dan sudah lebih baik dalam hubungan dengan orang-orang di sekitar mereka. Keberhasilan well-being
therapy dalam penelitian ini dipengaruhi oleh motivasi yang dimiliki oleh kedua partisipan, dukungan dari orang-orang terdekat
selama proses terapi dan pemanfaatan aspek religiusitas sebagai salah satu cara dalam pendekatan eudomanic pada well-being
therapy. Selain itu, rapport yang terjalin antara peneliti dan kedua partisipan tergolong baik sehingga menunjung keberhasilan
terapi.

Kata Kunci: Kanker Payudara, Psychological Well-Being, Well-Being Therapy

Abstract
Having breast cancer have a huge impact on quality of life of survivors. One of it is decreased psychological well-being. Psychological
well-being is a description of the psychological health of individuals based on the fulfillment of the criteria that individual positive
psychological functioning, encompassing self-acceptance, positive relations with others, autonomy, environmental mastery, purpose
in life and personal growth. Well-being therapy can apply to increase the level of psychological well-being in breast cancer survivors.
Participants this study are two women with post-mastectomy breast cancer, metastases experienced last year, and is undergoing
medical treatment such as chemotherapy. Well-being therapy conducted within a month, in five sessions. Results indicate that
application of well-being therapy has changed their psychological well-being level to the better. They were more accepting with their
health condition and have better relationships with the significant people. This is clout by good motivation, support from their
significant people during the therapy of process and using of religious aspects as one way in eudomanic approach to well-being
therapy. In addition, the good rapport between researcher and participants is important to supported therapeutic effect.

Keywords: breast cancer, psychological well-being, well-being therapy

How to Cite: DR, Maghfirah. (2015). Penerapan Well-Being Therapy Untuk Meningkatkan Psychological Well-Being
pada Penderita Kanker Payudara. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (2) (2015): 155-161.

*Corresponding author: p-ISSN 2085-482X


E-mail: maghfirahdr@gmail.com e-ISSN 2407-7429

155
Maghfirah DR. Penerapan Well-Being Therapy Untuk Meningkatkan Psychological Well-Being Pada Penderita

PENDAHULUAN mengangkat benjolan serta area kecil


Penyakit kronis yang cukup sering terjadi sekitarnya dan menggantikannya dengan
pada saat ini adalah kanker (WHO, 2008). Ada jaringan otot lain. Pembedahan dilakukan
banyak jenis kanker yang diderita orang-orang berdasarkan ukuran kanker, letak kanker dan
di seluruh belahan dunia, salah satunya adalah penyebarannya (Ogden, 2004).
kanker payudara (Cancer Statistics, 2003). Masalah yang sering dihadapi setelah
Kanker payudara merujuk pada pertumbuhan proses pembedahan adalah perubahan cara
serta perkembangbiakan sel abnormal yang berpikir tentang tubuh dan efeknya terhadap
muncul pada jaringan payudara (Chyntia, perasaan dan aktivitas seksual. Kebanyakan
2009). Kanker bisa mulai tumbuh di dalam wanita melihat payudaranya sebagai bagian
kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak yang penting dari feminitas dan identitas
maupun jaringan ikat pada payudara (Rahayu, seksual (Ogden, 2004). Apalagi di kebanyakan
1991). Umumnya, pengobatan kanker payudara budaya, terdapat stereotip seksual yang kuat
terbagi menjadi dua golongan besar, yakni dimana payudara dianggap secara simbolik
pengobatan untuk kanker tahap awal, dan berkaitan dengan kehangatan, keibuan, dan
pengobatan untuk kanker tahap lanjut dan kasih sayang. Jika bagian tubuh terpenting yang
kambuh (Smeltzer & Bare, 2002). tampak diamputasi atau dimutilasi, hal ini
Beberapa alternatif cara pengobatan kemudian menjadi sebuah alasan bahwa body
yang dapat dilakukan diantaranya mastektomi image akan ikut terpengaruh. Oleh karena itu,
saja, mastektomi dengan radioterapi, sulit bagi wanita untuk menerima bahwa
kemoterapi atau terapi hormon, mastektomi pengobatan diartikan sebagai mutilasi atau
dengan kombinasi dari radioterapi, kemoterapi kehilangan sesuatu yang sangat terkait dengan
dan terapi hormon, dan radioterapi atau seksualitas mereka. Kehilangan dari satu atau
kemoterapi tanpa mastektomi (Wagman, 1996). keduanya akan menambah beban akan fakta
Kanker payudara beserta pengobatannya, bahwa mereka terkena kanker (Ogden, 2004).
memiliki dampak fisik maupun psikologis Ryff, dkk (1989; 1995; 2002)
(Osborn, Kathleen, Wraa, & Watson, 2010; menekankan pentingnya menjalin hubungan
Reich, Lesur, & Chevallier, 2008). positif dengan orang lain, yang meliputi
Salah satu dampak psikologis berkaitan kemampuan untuk mencintai orang lain,
dengan kualitas hidup penderitanya. Bentuk membina hubungan interpersonal yang hangat
penurunan kualitas hidup yang banyak dialami dan saling percaya, mempunyai rasa afeksi dan
pasien kanker payudara adalah terjadinya empati yang kuat terhadap orang lain. Pada
penurunan kesejahteraan psikologis wanita penderita kanker payudara, perubahan
(psychological well-being), yang mencakup body image yang dialami akan berdampak pada
dimensi penerimaan diri, hubungan positif fungsi psikologis dan seksual mereka. Mereka
dengan orang lain, kemandirian, penguasaan dapat mengalami distress karena hal tersebut
lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan sehingga biasanya mereka akan mulai memakai
pribadi (Ryff, 1989). baju yang sangat longgar untuk menyamarkan
Penerimaan diri merupakan ciri utama bentuk payudara mereka atau menjadi phobia
dari konsep psychological well-being, yang sosial dan menarik diri dari interaksi dengan
ditandai dengan kemampuan menerima diri apa orang lain (Tavistock & Routledge, 2002).
adanya dari segi positif maupun negatif dan Kehilangan payudara pada akhirnya dapat
memiliki pandangan positif terhadap masa lalu menciptakan disfungsi seksual yang parah
(Ryff, 1989; Ryff dan Keyes, 1995 dalam Keyes, sebagai bentuk hilangnya self-image, rendahnya
Smothkin dan Ryff, 2002). Pada penderita self-esteem, hilangnya perceived atrractiveness,
kanker payudara yang diketahui sejak dini, rasa malu, dan kehilangan gairah (Tavistock &
maka pembedahan (mastectomy) adalah Routledge, 2002).
tindakan yang dianjurkan. Dokter akan

156
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 7 (2) (2015): 155-161

Selanjutnya Ryff, dkk (1989; 1995; 2002) mengurangi partisipasi mereka dalam kegiatan
juga menjelaskan mengenai kemandirian sehari-hari (Baradero, 2007).
sebagai penentuan diri (self-determination), Menurut Ryff, dkk (1989; 1995; 2002),
pengendalian perilaku dalam diri, dan individu harus memiliki tujuan dan arah dalam
pengunaan locus of control yang bersifat hidupnya, ia juga merasa bahwa kehidupan di
internal dalam mengevaluasi diri. Pada masa lalu dan masa sekarang dapat
sejumlah pasien kanker payudara melaporkan memberikan makna dalam hidupnya, memiliki
masalah-masalah yang timbul setelah keyakinan yang dapat memberikan tujuan
dilakukannya pembedahan. Mulai dari rasa dalam hidupnya, dan memiliki target yang ingin
ketidaknyamanan segera setelah pembedahan dicapai dalam menjalani hidupnya. Selanjutnya
sampai dengan masalah-masalah kronik seperti Ryff, dkk (1989; 1995; 2002) mengatakan
kaku, mati rasa, bengkak, dan lelah yang dapat bahwa salah satu yang penting dalam
dirasakan selama berminggu-minggu sampai pertumbuhan pribadi adalah adanya kebutuhan
bertahun-tahun. Efek samping lainnya adalah untuk mengaktualisasikan diri, memiliki
terjadinya infeksi dan munculnya sejumlah keinginan untuk terus berkembang,
cairan pada luka bekas pembedahan (Ricks, merealisasikan potensinya, serta dapat melihat
2005). Dalam jangka panjang, terdapat risiko kemajuan baik dalam diri maupun perilakunya.
komplikasi yang besar dinamakan lymphedema Dalam hal ini, para penderita kanker payudara
dimana lengan akan membengkak yang sering menganggap bahwa penyakit yang
meskipun dapat diatasi namun tidak dapat mereka derita kanker merupakan penyakit
disembuhkan (Ogden, 2004). seumur hidup. Transisi dari wanita yang sehat,
Permasalahan mendasar lainnya adalah aktif, dan bahagia menjadi seseorang yang
tingkat kekambuhan walaupun telah dioperasi. menderita kanker payudara serta segala
Bahkan sekitar 90% penderita yang sembuh diagnosa dan treatment dapat terjadi dengan
setelah dioperasi ternyata masih memiliki sangat cepat yang memungkinkan terjadinya
resiko kekambuhan. Individu yang pernah beberapa kesulitan penyesuaian diri (Tavistock
menderita kanker payudara beresiko tinggi & Routledge, 2002).
terkena lagi karena faktor DNA (Jemal, 2003). Seperti penyakit kronis lainnya, kanker
Kondisi ini tentu saja mengganggu dan payudara menimbulkan sejumlah ancaman
menghambat kemandirian mereka dalam yang seringkali semakin parah dari waktu ke
menjalankan peran dan aktivitas sehari-hari. waktu. Mereka mengenali penyakitnya sebagai
Penguasaan lingkungan melihat “real killer”, yang dapat mengakibatkan rasa
kemampuan individu dalam menghadapi sakit, cacat, dan pengrusakan. Pengobatan yang
berbagai kejadian di luar dirinya dan mengatur panjang dan melelahkan akibat penyakit
sesuai keadaan dirinya sendiri. Individu dapat tersebut merupakan stresor traumatik
memilih atau menciptakan lingkungan yang tersendiri bagi diri mereka, sebagaimana
sesuai dengan keadaan dirinya sendiri (Ryff, adanya kebutuhan yang berkelanjutan untuk
dkk, 1989; 1995; 2002). Pada penderita kanker melakukan pemeriksaan setelah perawatan
payudara, vonis dan segala tindakan medis yang berakhir, dan kemungkinan dari kambuhnya
dilakukan membuat mereka tidak nyaman di penyakit tersebut (Bargai, 2009). Pengobatan
lingkungan, yang muncul dari respon psikologis yang dijalani bukan hanya tidak menyenangkan,
terkait dengan persepsi mereka tentang akan tetapi juga kompleks dan mengandung
ancaman dan stres yang disebabkan oleh tuntutan.
penyakit yang diderita meliputi cemas, depresi, Adanya pengaruh faktor psikologis
menurunnya harga diri, permusuhan dan terhadap kualitas hidup pasien kanker
mudah marah. Hal ini juga termasuk dalam efek payudara berarti diperlukan suatu penanganan
sosiologis, yaitu berkurangnya interaksi dengan yang komprehensif antara medis dan
keluarga dan teman-teman, serta dapat psikologis. Dalam hal ini peranan bidang

157
Maghfirah DR. Penerapan Well-Being Therapy Untuk Meningkatkan Psychological Well-Being Pada Penderita

Psikologi lebih ditekankan dalam upaya METODE PENELITIAN


membantu penderita kanker payudara dalam Partisipan adalah dua orang wanita
strategi penanganan stres yang dialaminya, penderita kanker payudara post mastectomy,
untuk membantunya meningkatkan mengalami metastase setahun terakhir, dan
kesejahteraan psikologis (psychological well- sedang menjalani pengobatan medis berupa
being). Pada sebagian penderita kanker kemoterapi. Partisipan diambil dengan
payudara yang dalam kondisi setelah menggunakan metode purposive sampling.
mastectomy dan munculnya kembali kanker Mereka berpartisipasi secara sukarela, tanpa
payudara di tubuh mereka, memicu masalah pemberian reward.
emosi yang muncul dari tidak optimalnya Prosedur dan Metode Pengambilan Data,
dimensi-dimensi psychological well being yang dengan mempelajari fenomena pada dua
terganggu berkaitan dengan kondisi kesehatan partisipan yang ditemui dengan melakukan
mereka. Nuansa emosi yang mereka miliki assesment berupa wawancara, observasi dan tes
cenderung negatif, sehingga perlu upaya untuk psikologi untuk mengetahui gambaran
membantu mereka memiliki emosi yang positif permasalahan yang sedang dihadapi.
dengan meningkatkan emosi-emosi positif dan Berdasarkan assesment tersebut, diperoleh data
meminimalkan emosi-emosi negatif dalam diri bahwa kedua partisipan mengalami
mereka. Emosi-emosi positif nantinya akan permasalahan berupa tidak optimalnya
membuat mereka lebih mudah untuk psychological well-being, terutama untuk dua
menyelesaikan masalah berkaitan dengan dimensi yakni dimensi self accepted dan
kondisi kesehatan mereka. dimensi positive relational with others. Data
Salah satu terapi yang dapat membantu yang telah diperoleh sekaligus juga merupakan
mengoptimalkan psychological well-being data baseline.
adalah well-being therapy (Linley & Joseph, Selanjutnya peneliti merancang modul
2004). Terapi ini berupa meningkatkan enam well-being therapy yang disesuaikan dengan dua
dimensi dari psychological well-being yang dimensi yang bermasalah, menggunakan teknik
dikemukakan Ryff (1989), yaitu penerimaan cognitive restructuring dengan membimbing
diri, hubungan positif dengan orang lain, kedua partisipan melalui transisi dari impaired
otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup level menuju optimal level. Terapi dilakukan
dan pertumbuhan pribadi. Terapi well-being selama satu bulan, dengan lima kali sesi
memiliki dua sudut pandang, yaitu hedonic dan pertemuan. Pada setiap sesinya dilakukan
eudomanic (Ryan & Deci, 2001). Pendekatan identifikasi terhadap episodes of well-being yang
hedonic memandang well-being dalam konteks dimiliki kedua partisipan, dengan melakukan
kebahagiaan (happiness) yang dialami oleh tugas berupa self report dan diskusi.
individu. Sementara itu pendekatan eudomanic Pada akhir terapi dilakukan follow-up
berfokus pada makna hidup dan realisasi diri untuk melihat konsistensi dari perilaku yang
(self-realization). Sehubungan dengan hal terbentuk dan untuk melihat kontinuitas dari
tersebut, peneliti menerapkan well-being perubahan perilaku yang telah dilakukan
therapy kepada wanita penderita kanker selesai sesi terapi. Peneliti mencatat proses
payudara dengan menggunakan sudut pandang penerapan well-being therapy, termasuk data-
eudomanic, yaitu agar mereka memiliki data yang diperoleh dari hasil wawancara
pemaknaan diri berkaitan dengan kondisi terapi, observasi, tugas rumah atau lembar
kesehatan mereka dengan membantu mereka kerja yang telah dikerjakan kedua partisipan.
untuk memiliki emosi-emosi yang lebih positif Evaluasi dilakukan untuk menganalisa dampak
dalam diri mereka. perubahan yang terjadi dengan melakukan
wawancara kembali dengan kedua partisipan,
dan juga orang-orang terdekat dari kedua
partisipan. Analisa tersebut dibuat berdasarkan

158
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 7 (2) (2015): 155-161

penemuan yang diperoleh dalam terapi dengan dihadapi, individu mungkin menyangkal bahwa
membuat tabel rekapaitulasi data, yang hal tersebut ada. Hal ini merupakan suatu
mencatat tentang hasil fase baseline, fase terapi sistem pertahanan diri yang disebut denial atau
dan fase hasil. penyangkalan. Individu akan melakukan
tindakan menghindar dari hal-hal yang
HASIL DAN PEMBAHASAN menimbulkan rasa sakit. Metode refleksi dan
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini konfrontasi yang dilakukan terapis didasarkan
adalah bahwa well-being therapy dapat pada apa yang diungkapkan Corey (1997),
meningkatkan psychological well-being pada bahwa ada saatnya terapis harus melakukan
kedua partisipan, dimana psychological well- konfrontasi terhadap tingkah laku menyangkal
being kedua partisipan menjadi lebih baik dari dan menghindar (Corey, 1997). Walau
sebelumnya. Mereka sudah lebih bisa menerima demikian, terlalu memusatkan perhatian
kondisi kesehatan mereka dan sudah lebih baik terhadap konfrontasi dapat menjadi batasan
dalam hubungan dengan orang-orang di sekitar yang tidak perlu dalam terapi.
mereka. Sama halnya ketika membuat partisipan
Berdasarkan data hasil yang diperoleh terbuka terhadap masalahnya, untuk membuat
pada penelitian ini ditemukan bahwa kedua mereka tetap termotivasi dan disiplin juga
partisipan mengalami peningkatan bukanlah hal yang mudah. Perlu upaya dari
psychological well-being terutama untuk terapis untuk meyakinkan mereka lebih jauh
dimensi self-acceptance dan dimensi positive bahwa motivasi dan kedisiplinan sangat
relational with others, setelah melakukan penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan
serangkaian kegiatan well-being therapy. terapi untuk membantu masalah psikologis
Peningkatan pada kedua dimensi tersebut, telah mereka, seperti ketika terapis meminta
mengubah dimensi yang lainnya menjadi lebih kesediaan mereka untuk mengisi lembar self-
baik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan report untuk episodes of well-being yang mereka
Linley & Joseph (2004), bahwa well-being alami. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Ryff
therapy merupakan salah satu terapi yang dapat (1989), bahwa individu sering menolak
meningkatkan level psychological well-being mengerjakan pekerjaan rumah tersebut, karena
pada individu, sesuai dengan enam dimensi bagi mereka tidak ada situasi sejahtera dalam
yang dikemukakan oleh Ryff (1989). Dalam hal hidup mereka. Dalam hal ini terapis dapat
ini kesejahteraan (wellness) dan hidup yang membantu dengan meyakinkan bahwa saat-
sehat dapat dicapai dengan membantu individu saat tersebut sebenarnya terjadi, namun
menyadari potensi diri yang sesungguhnya, terlewatkan tanpa diperhatikan. Untuk itu,
memiliki keterlibatan secara penuh dengan perlu memonitornya dengan baik sehingga
orang lain, dan meraih potensi yang optimal. identifikasi terhadap situasi-situasi
Menurut Ryff (1989), teknik yang psychological well-being untuk saat-saat dan
digunakan dalam well-being therapy perasaan well-being dapat terus ditingkatkan.
menekankan pada pemikiran dan kepercayaan Pemanfaatan kekuatan-kekuatan yang
yang mengarah pada interupsi premature. dimiliki kedua partisipan telah mendukung
Selama proses pelaksanaannya, terapis perlu keberhasilan terapi dalam penelitian ini.
mengantisipasi defense-defense yang muncul. Kekuatan tersebut diantaranya adalah motivasi,
Pada penelitian ini terapis melakukan metode kedisiplinan, dukungan dari orang-orang
refleksi dan konfrontasi untuk mengahadapi terdekat dan tingkat religiusitas dari kedua
partisipan dengan defense dalam bentuk denial. partisipan. Hal ini sesuai dengan apa yang
Seperti yang diungkapkan oleh Sarafino (1994), dikemukakan Rogers (dalam Corey, 1997)
bahwa terapi bertujuan untuk membuat bahwa prasyarat dasar bagi terapi adalah
perubahan dan biasanya diiringi dengan rasa individu mempersepsi bahwa dirinya memiliki
sakit. Jika sesuatu terlalu menyakitkan untuk suatu masalah sehingga menimbulkan motivasi

159
Maghfirah DR. Penerapan Well-Being Therapy Untuk Meningkatkan Psychological Well-Being Pada Penderita

untuk berubah. Individu yang kemudian psychological well-being mereka. Selanjutnya


berhasil mendapatkan manfaat dalam terapi hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu
biasanya memperlihatkan kesediaan yang tinggi sumber bacaan untuk masyarakat untuk
untuk berubah dan memiliki pengharapan yang menambah wawasan dalam memahami dan
positif atas perbaikan pribadi. Mereka juga bisa mensejahterakan para penderita kanker
terlibat dalam eksplorasi diri yang dalam dan payudara yang memiliki masalah yang kurang
ekstensif. Kondisi ini tentu saja membuat lebih sama dengan kedua partisipan.
individu disiplin dalam proses terapi, dan tetap
mempertahankan hal yang sudah berhasil DAFTAR PUSTAKA
didapatkan selama terapi. Baradero, M. 2007. Seri Asuhan Keperawatan Pada
Klien Kanker. Jakarta: EGC
KESIMPULAN Bargai, N., & Hochhauser, C. 2009. Medical resilience.
[on-line] www. Israel Center for the
Hasil penelitian ini memberikan
Treatment of Psychotrauma.com. [8
implikasi teoritis bahwa pelaksanaan well-being
September 2012]
therapy pada wanita penderita kanker Chyntia, E. 2009. Akhirnya Aku Sembuh dari Kanker
payudara akan lebih mudah jika menggunakan Payudara. Yogyakarta: Maximus
contoh-contoh sederhana dan konkrit Corey, G. 1997. Theory and Practice of Counseling and
berdasarkan situasi dan pengalaman yang Psychotherapy. (5 ed.). USA: Brooks/Cole
dialami partisipan dalam hidupnya untuk Publishing Company
kemudian mengaitkannya dengan aspek religi Jemal, A. 2003. Cancer Statistic. CA. Cancer J Clin ;
yang mereka miliki. Hal ini disesuaikan dengan 53:5
Linley, P. A., & Joseph, S. 2004. Positive Psychology in
kondisi religiusitas yang dimiliki partisipan.
Practice. New Jersey: John Wiley dan Sons, Inc
Selain itu perlu juga untuk melihat kekuatan
Odgen, J. 2004. Understanding Breast Cancer.
dan kelemahan partisipan akan memudahkan England: John Willey & Sons, Ltd
proses pelaksanaan well-being therapy pada Osborn, Kathlen, S., & Watson. 2010. Medical Surgical
partisipan penderita kanker payudara. Nursing: Preparation for Practice. Volume 2.
Implikasi praktis dari penelitian ini USA: Pearson
diberikan kepada partisipan, keluarga Rahayu, T. A. 1991. Kanker Payudara. Surabaya:
partisipan, profesi lain, dan masyarakat. Yayasan Kanker Wisnuwardhana
Partisipan diharapkan dapat mempertahankan Reich, M. C., Lesur., & Chevallier, P. 2008. Depresion,
Quality of Life and Breast Cancer: A Review of
dan meningkatkan motivasi, serta
The Literature. Breast Cancer Res Treat, 110,
memanfaatkan hal-hal dan kegiatan-kegiatan
9-17
yang sudah dilakukan untuk terus Ricks, D. 2005. Breast Cancer, Basics and Beyond:
meningkatkan dan mengoptimalkan Treatment, Resources, Self-Help, Good News,
psychological well-being. Keluarga partisipan Updates. USA: Hunter House Inc., Publishers
dapat terus memberikan dukungan sosial dan Smeltzer, S., & Bare, B. 2002. Keperawatan Medikal
moral kepada partisipan dalam upaya Bedah. Volume 3 Edisi 8 (alih bahasa oleh
mengoptimalkan psychological well-being di Kuncara, dkk) Jakarta: EGC
masa mendatang setelah kegiatan terapi Tavistock & Routledge. 2002. The Experience of
Illness Series. USA: Springer Publishing
berakhir.
Company, Inc
Pemanfaatkan hasil penelitian ini bagi
Ryan, R. M., & Deci, E. L. 2001. On Happiness and
profesi lain dapat sebagai salah satu sumber Human Potensials: A Review of Research on
informasi intervensi yang dapat diberikan Hedonic and Eudomanic Well-Being. Annual
kepada penderita kanker payudara yang Reviews: University of Illinois, 52: 141-166
mengalami gangguan-gangguan psikologis Ryff, C. D. 1989. Happiness Is Everything or Is It?
terkait permasalahan kesehatannya sehingga Exploration on The Meaning of Psychological
dapat mencegah gangguan yang lebih berat, dan Well-Being. Journal of Personality and Social
sekaligus juga untuk meningkatkan Psychology, 57 (6): 1069-1081

160
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 7 (2) (2015): 155-161

Ryff, C. D., & Keyes, C. L. 1995. The Structure of Sarafino, E. P. 1994. Health Psychology:
Psychology Well-Being Revisited. Journal of Biopsychosocial Interaction. (2 ed.). New York:
Personality and Social Psychology, 69, 719-727 John Wiley & Sons, Inc
Ryff, C. D., Keyes, C. L., M., & Smotkin, D. 2002. Wagman, R. J. 1996. Medical and Health Encyclopedia.
Optimizing Well-Being: The Empirical of Two New York: J. G. 1, 2 Ferguson Publishing
Traditions. Journal of Personality and Social Company
Psychology, 82: 6, 1007-1002 World Health Organization. (2008). Breast Cancer:
Prevention and Control. [Online].
http://www.who.int/cancer/detection/breas
tcancer/en/indexl.htm [8 September 2012]

161

Anda mungkin juga menyukai