Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perdarahan antepartum didefinisikan sebagai perdarahan signifikan dari jalan


lahir yang terjadi setelah kehamilan minggu ke-20.1 Plasenta previa adalah
plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan, vias = jalan). Jadi yang
dimaksud ialah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali
hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.2 Implantasi plcenta yang
normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim di daerah fundus
uteri.3 Plasenta berimplantasi, baik parsial atau total, pada segmen bawah uteri
dan terletak di bawah (previa) bagian presentasi janin. Plasenta previa terjadi pada
0,5 persen dari semua kehamilan, dan bertanggung jawab terhadap 20 persen
kasus perdarahan antepartum. Plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita
multipara daripada primipara, dan belum terdeteksi faktor etilogik lain.1
Perdarahan pada plasenta previa terjadi tanpa rasa sakit pada saat tidur atau
sedang melakukan aktivitas. Perdarahan yang tidak nyeri dan biasanya belum
muncul sampai menjelang akhir trimester kedua atau setelahnya.2,4 Mekanisme
perdarahan karena pembentukan segmen bawah rahim menjelang kehamilan
aterm sehingga plasenta lepas dari implantasi dan menimbulkan perdarahan.
Bentuk perdarahan dapat sedikit atau banyak menimbulkan penyulit pada janin
maupun ibu. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan anemia sampai syok.
Sedangkan untuk janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim.2 Diketahui terdapat 4 derajat kelainan4 yaitu; Plasenta previa totalis,
Plasenta previa parsialis, Plasenta previa marginalis, Plasenta letak rendah. Pada
kasus ini pasien dilakukan pemeriksaan USG dan hasilnya berupa plasenta previa
totalis. Berikut akan dilaporkan sebuah kasus ibu hamil berusia 38 tahun dengan
plasenta previa totalis yang datang ke RSUD Raden Mattaher Jambi.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


Nama : Ny. M
Umur : 38 Tahun
Suku/bangsa : Melayu/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Nama suami : Tn. S
Umur : 35 Tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Pulau Aro, Kec. Pelawan, Kab. Sarolangun
MRS : 24/03/2018. Pukul 09.56 WIB

2.2. Anamnesis

Keluhan Utama : Keluar darah segar dari jalan lahir ± sejak 2 jam SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien Rujukan dari Bidan Dewi Syafitriani dengan G4P2A1 gravida 25-26
minggu dengan diagnosis Plasenta Previa. Sejak ± 2 jam SMRS pasien mengeluh
keluar darah dari jalan lahir berwarna merah segar sedikit-sedikit, Nyeri perut (-)
mules (-), keluar air-air (-), keluar lendir darah (-). Riwayat jatuh (-), riwayat
minum jamu-jamuan / obat-obatan tertentu (-), riwayat diurut-urut (-). Namun,
Sejak ± 2 jam SMRS (pendarahan dimulai pukul 07.00 WIB) pasien mengeluh
keluar darah dari jalan lahir berwarna merah segar sehingga pasien di bawa ke
Bidan Dewi, dan Dirujuk ke RSUD Raden Mattaher Jambi. Pasien di USG ± 2
hari SMRS dengan dr. Yogi, Sp. OG di Sarolangun. Menurut pasien, pasien

2
mengaku hamil sekitar 6 bulan dan gerakan anak masih dirasakan, BAB dan BAK
normal. Di IGD perdarahan (+), Pasien sampai di ruangan VK jam 11.15 WIB.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Hipertensi (-)
- Asma (-)
- DM (-)
- PJK (-)
Riwayat Obstetri
- GPA : G4P2A1
- HPHT : 9-2017 (lupa)
- TP : 6-2018
- UK : 25-26 minggu
- Menarche : Umur 14 tahun
- Siklus haid : Teratur 28 hari
- Lama haid : 7 hari
- Riwayat Perkawinan : Pasien menikah 2 kali yaitu pada usia 19 tahun
- Riwayat Persalinan :
N Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Anak Ket
o Partus Partus kehamilan persalinan
JK BBL

1. 1999 Rumah Aterm Normal Bidan LK 2700 g Hidup

2. 2010 2 bulan Abortus Meninggal

3. 2012 RS Aterm SC Dokter PR 3100 g Hidup


4. ini

- Riwayat Kontrasepsi : Pernah menggunakan alat kontrasepsi berupa


suntik
- Imunisasi TT : -

- ANC : 2 x selama kehamilan dengan Bidan


- Riwayat keluarga kembar : (-)

3
2.3. Pemeriksaan Fisik
TD : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36°c
Berat badan sebelum hamil : 70 kg
Berat badan saat hamil : 85 kg
Tinggi Badan : 165 cm

Status Generalisata
Kepala : normocephale, rambut hitam tidak mudah dicabut.
Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek cahaya +/+
THT : dalam batas normal
Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)
Thorak : Pergerakan dinding dada simetris
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : membesar, bising usus (+)
Ekstremitas : akral dingin, sianosis -/-, edema (-)

Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Leopold I : TFU 28 cm, teraba bagian lunak tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian besar di kanan & bagian kecil di kiri
Leopold III : Teraba bagian besar, keras & melenting
Leopold IV : Konvergen
TBJ : 2635 gram
HIS :-
Auskultasi : DJJ = 146x/i
Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan

4
2.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin (24-03-2018)
Hb : 10,4 gr/dl
Ht : 30,3 L%
Leukosit : 9,8 x 103/mm3
Trombosit : 165 x 103/mm3

2. USG (22 Maret 2018)

Catatan: plasenta Previa total

5
2.5 Diagnosis
G4P2A1 gravida 25-26 minggu + Plasenta Previa, JTH Intrauterin preskep.

2.6 Penatalaksanaan
Pasien datang VK via IGD pada Pukul 11.15
Terapi :
- IVFD RL 20 tpm
- Dexamethasone 2x2 amp IV (11.00)
- Drip Duvadilan 2 amp + RL (11.00)

Follow Up:

No Tanggal FOLLOW UP KET


1. 24-03-2018 S : Perdarahan (+) sedikit
O: TD : 130/80 mmHg N: 80 x/m
RR : 20 x/m T: 36,5 0C
DJJ : 137x/i
A: G4P2A1 gravida 25-26 minggu +
Plasenta Previa, JTH Intrauterin
preskep.

P : IVFD RL  20 tts/menit
Inj. Transamin 3x1 amp
PO. Pregnolin 1 tab

2. 25-03-2018 S : Perdarahan (+) flek-flek

6
O: TD : 120/80 mmHg N: 84 x/i
RR : 21 x/i T: 36,1 0C
A: G4P2A1 gravida 25-26 minggu +
Plasenta Previa, JTH Intrauterin
preskep.
P : IVFD RL + 2 amp duvadilan
Inj. Dexamethasone 2x2 amp
Inj. Transamin 3x500 mg
PO. Pregnolin 3x1 tab
3. 26-03-2018 S : Perdarahan pervaginam (-)
O: TD : 120/80 mmHg N: 84 x/i
RR : 20 x/i T: 36,3 0C
A: G4P2A1 gravida 25-26 minggu +
Plasenta Previa, JTH Intrauterin
preskep.
P : Bedrest
Observasi TTV

7
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
internum. Kejadian plasenta previa sekitar 0,3% sampai 0,6% dari persalinan.2,5

Plasenta previa adalah keadaan di mana implantasi plasenta terletak pada atau
didekat serviks.6

Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan,
vias = jalan). Jadi yang dimaksud ialah placenta yang implantasinya tidak normal
ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.2
implantasi plcenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang
rahim di daerah fundus uteri.3

3.2. Klasifikasi

1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yamg menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak normal.5

8
7

Diketahui terdapat 4 derajat kelainan4:

1. Plasenta previa totalis. Os interna serviks seluruhnya tertutupi oleh


plasenta.
2. Plasenta previa parsialis. Sebagian os interna tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis. Tepi plasenta terletak di batas os interna.
4. Plasenta letak rendah. Plasenta tertanam di segmen bawah uterus
sedemikian rupa sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai os
interna tetapi sangat dekat dengannya.

3.3. Insinden

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal.5 placenta previa lebih sering terdapat pada multigravida dari
pada primigravida dan pada umur yang lanjut.3

9
3.4. Etiologi8

Menurut Faiz & Ananth (2003) faktor risiko timbulnya plasenta previa
belum diketahui secara pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa
frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lanjut,
multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta gaya hidup
yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta
previa yaitu:

1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali


lebih besar dibandingkan dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar
dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali
lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko
terjadinya plasenta previa.

Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis


pada segmen bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain
mengemukakan bahwa yang menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi
desidua yang tidak memadai, yang mungkin terjadi karena proses radang maupun
atropi.8

3.5. Patofisiologi2

Plasenta previa adalah implantasi plasenta disegmen bawah rahim sehingga


menutupi kanalis servikalis dan mengganggu proses persalinan dengan terjadinya
perdarahan. Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan:

10
 Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.
 Endomentrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi janin.
 Vili korealis pada korion leave yang persisten.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa:

1. Umur Penderita
 Umur muda karena endometrium masih belum sempurna.
 Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur.
2. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
3. Endometrium yang cacat
 Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek.
 Bekas operasi, bekas kuretage atau plasenta manual.
 Perubahan endomentrium pada mioma uteri atau polip.
 Pada keadaan malnutrisi.2

3.6.Gambaran Klinik

Perdarahan pada plasenta previa terjadi tanpa rasa sakit pada saat tidur
atau sedang melakukan aktivitas. Perdarahan yang tidak nyeri dan biasanya belum
muncul sampai menjelang akhir trimester kedua atau setelahnya.2,4 Mekanisme
perdarahan karena pembentukan segmen bawah rahim menjelang kehamilan
aterm sehingga plasenta lepas dari implantasi dan menimbulkan perdarahan.
Bentuk perdarahan dapat sedikit atau banyak menimbulkan penyulit pada janin
maupun ibu. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan anemia sampai syok.
Sedangkan untuk janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim.2 Implantasi plasenta di segmen bawah rahim menyebabkan bagian terendah
tidak mungkin masuk pintu atas panggul atau menimbulkan kelainan letak janin
dalam rahim.2

11
3.7. Diagnosis3

Diagnosa plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada gejala klinik,


pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesa plasenta previa.


a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
b. Sifat perdarahan:
 Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba.
 Tanpa sebab yang jelas.
 Dapat berulang.
c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam
rahim.
2. Pada inspeksi dijumpai:
a. Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
3. Pemeriksaan fisik ibu.
a. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok.
b. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai:
 Tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam batas normal.
 Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan dalam batas normal.
 Daerah ujung menjadi dingin.
 Tampak anemis.
4. Pemeriksaan khusus kebidanan.
a. Pemeriksaan palpasi abdomen.
 Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur
hamil.
 Karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat dijumpai
kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
b. Pemeriksaan denyut jantung janin.
 Bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim.

12
c. Pemeriksaan dalam.
Pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja operasi dan siap untuk
segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksaan dalam untuk:
 Menegakkan diagnosis pasti.
 Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau
hanya memecahkan ketuban.

Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum uteri internum.

d. Pemeriksaan penunjang.
 Pemeriksaan ultrasonografi.
 Mengurangi pemeriksaan dalam.
 Menegakkan diagnosis.3

Diagnosis

Tabel. Diagnosis perdarahan antepartum6

Gejala dan tanda utama Faktor Penyulit lain Diagnosis


predisposisi
-Perdarahan tanpa nyeri, usia Grande multipara - Syok Plasenta
gestasi > 22 minggu, - Perdarahan setelah koitus. previa
-Darah segar atau kehitaman - Tidak ada kontraksi
dengan bekuan, uterus.
-Perdarahan dapat terjadi - Bagian terendah janin.
setelah miksi atau defekasi, tidak masuk pintu atas
aktivitas fisik, kontraksi panggul.
Braxton Hicks atau koitus. - Kondisi janin normal atau
terjadi gawat janin.

-Perdarahan dengan nyeri -Hipertensi - Syok yang tidak sesuai Solusio


intermiten atau menetap, -Versi luar dengan jumlah darah Plasenta
-Warna darah kehitaman dan -Trauma abdomen yang keluar (tipe
cair, tetapi mungkin ada bekuan -Polihidramnion tersermbunyi).
jika solusio relatif baru, -Gemelli - Anemia berat.
-Jika ostium terbuka, terjadi -Defisiensi gizi - Melemah atau hilangnya
perdarahan berwarna merah gerak janin.
segar. - Gawat janin aatau

13
hilangnya denyut jantung
janin.
- Uterus tegang dan nyeri.

-Perdarahan intraabdominal -Riwayat seksio - Syok atau takhikardi. Ruptura


dan/atau vaginal. - Adanya cairan bebas uteri
sesarea.
-Nyeri hebat sebelum intraabdominal.
-Partus lama atau
perdarahan dan syok, yang - Hilangnya gerak dan
kasep.
kemudian hilang setelah terjadi denyut jantung janin.
-Disproporsi
regangan hebat pada perut - Bentuk uterus abnormal
kepala/fetopelvik
bawah (kondisi ini tidak khas) atau konturnya tidak
-Kelainan
jelas.
letak/presentasi
- Nyeri raba/tekan dinding
-Persalinan
perut dan bagian-bagian
traumatik.
janin mudah dipalpasi.

-Perdarahan berwarna merah -Solusio plasenta. - Perdarahan gusi. Gangguan


- Gambaran memar bawah pembekuan
segar. -Janin mati dalam
kulit. darah
-Uji pembekuan darah tidak rahim.
- Perdarahan dari tempat
menunjukkan adanya bekuan -Eklampsia.
suntikan dan jarum infus.
darah setelah 7 menit. -Emboli air ketuban
-Rendahnya faktor pembekuan
darah, fibrinogen trombosit,
fragmentasi sel darah merah.

3.8. Penatalaksanaan2,6

Plsenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang


memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa
adalah:

1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan


anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil
sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas
yang cukup.

14
Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan:

 Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.


 Sedapat mungkin diantar oleh petugas.
 Dilengkapi dengan ketrerangan secukupnya.
 Dipersiapkan donor darah untuk transfusi darah.

Pertolongan persalinan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling


banyak dilakukan. Bentuk operasi lainnya seperti:

a. Cuman Willet Gausz.


b. Versi Braxton Hicks.
c. Pemasangan kantong karet Metreurynter.

Perhatian: tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam melakukan


pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum sebelum tersedia persiapan untuk
seksio sesaria. Pemeriksaan iskpekulo secara hati-hati, dapat menentukan sumber
perdarahan berasal dari kanalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip,
keganasan, laserasi, atau trauma). Meskipun demikian, adanya kelainan di atas
tidak menyingkirkan diagnosis plasenta previa.6

 Perbaiki kekurangan cairan /darah dengan memberikan infus cairan I.V.


(NaCL 0,9% atau Ringer Laktat).
 Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
- Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapkan seksio
sesarea tanpa memperhitungkan usis kehamialn/prematuritas.
- Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan fase fetus hidup tetapi
prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif sampai persalinan atau
terjadi perdarahan banyak.

Terapi Ekspertatif6

Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara
non invasif.

15
 Syarat terapi ekspertatif:
- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
- Belum ada tanda inpartu.
- Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
- Janin masih hidup.6
 Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.
 Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
 Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat per
oral 60 mg selama 1 bulan.
 Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfusi.
 Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama, pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau
diperlukan waktu > 2 jam untuk mencapai rumah sakit) dan pesan segera
kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
 Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan risiko ibu dan janin
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan
terminasi kehamilan.6

Terapi aktif6

 Rencanakan terminasi kehamilan jika:


- Janin matur,
- Janin mati atau menderita anomali atatu keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya ( misalnya anesefali),
- Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang maturitas janin.

16
 Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang terjadi
sangatsedikit, persalinan pervaginam masih mungkin. Jika tidak, lahirkan
dengan seksio sesaria.
Catatan: kasus dengan plasenta previa mempunyai risiko tinggi untuk
mengalami perdarahan pascapersaliann dan plasenta akreta/inkerta, suatu
kelainan yang biasa ditemui pada lokasi jaringan parut bekas seksio
sesarea.

Indikasi Seksio sesaria yaitu;9

 plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior),


 panggul sempit,
 Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dan panggul,
 Ruptur uteri mengancam,
 partus lama,
 partus tak maju,
 Distosia serviks,
 pre-eklamsi dan hipertensi,
 malpresentasi janin (letak lintang, letak bokong, presentasi dahi dan
muka, presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil, gemelli, menurut
Eatsman seksio sesarea dianjurkan:
- Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder
presentation).
- bila terjadi interlok (locking of the twins)
- Distosia oleh karena tumor
- Gawat janin, dan sebagainya.9
 Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat
plasenta:
- Jahit tempat perdarahan dengan benang,

17
- Pasang infus oksitosin 10 unit in 500 ml cairan I.V. (NaCl atau Ringer
Laktat) dengan kecepatan 60 tetes per menit.
 Jika perdarahan terjadi persalinan, segera lakukan penanganan yang
sesuai. Hal tersebut meliputi ligasi arteri atau histerektomi.6

Tindakan apa yang kita pilih untuk pengobatanplasenta previa dan kapan
melaksanakannya tergantung pada pada faktor-faktor tersebut dibawah ini:

 Perdarahan banyak atau sedikit


 Keadaan ibu dan anak
 Besarnya pembukaan
 Tingkat placenta previa
 Paritas2

3.9.Komplikasi1

Episode perdarahan berat dapat terjadi setiap saat, dan selama perdarahan
ini janin dapat mati karena hipoksia. Setelah lahir, mungkin terjadi pedarahan
postpartum karena trofoblas menginvasi segmen bawah uteri yang kurang
didukung oleh jaringan vena. Pada kebanyakan kasus, perdarahan berhenti setelah
pemberian oksitosin, namun kadang-kadang perdarahan tidak dapatdihentikan
sehingga diperlukan histerektomi.1

Mortalitas perinatal kurang dari 50 per 1000. Mortalitas ibu rendah


asalkan kasus ini ditangani oleh ahli penyakit obstetri yang berpengalaman dan
tidak dilakukan pemeriksaan vagina sebelum masuk rumah sakit.1

3.10. Prognosis

Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dulu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif
dengan USG disamping ketersediaan transfusi darah dan infuse cairan telah ada di
hamper semua rumah sakit kabupaten. Penurunan jumlah ibu hamil paritas tinggi

18
dan usia tinggi berkat sosialisasi program KB menambah penurunan insiden
plasenta previa.5

19
BAB IV
ANALISA KASUS

Dilaporkan pasien atas nama Ny. M 38 tahun G4P2A1 gravida 25-26


minggu, MRS 24 Maret 2018 pukul 09.56 wib dengan diagnosis G4P2A1 gravida
25-26 minggu JTH intrauterin preskep dengan Perdarahan Antepartum et causa
Plasenta previa totalis. Kesimpulan tersebut didapatkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap
pasien.
Dari anamnesis, didapatkan bahwa pasien merupakan wanita, 38 tahun
G4P2A1 dengan usia kehamilan 25-26 minggu. Pasien didapatkan keluhan utama
keluarnya darah dari jalan lahir. Perdarahan berwarna merah segar tanpa disertai
nyeri sehingga disimpulkan bahwa pasien mengalami perdarahan antepartum et
causa plasenta previa. Pada pasien tidak didapatkan keluhan mules-mules, keluar
lendir darah (-), keluar air-air (-) ini menandakan pasien belum inpartu.
Pada kepustakaan Plasenta previa merupakan keadaan dimana implantasi
plasenta terletak pada atau di dekat serviks dengan gejala dan tanda utama;
perdarahan tanpa nyeri, terjadi perdarahan pada usia gestasi > 22 minggu, darah
segar atau kehitaman dengan bekuan, perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau
defekasi, aktivitas fisik, kontraksi Braxton Hicks atau koitus.6 Terjadi perdarahan
pada kehamilan sekitar 28 minggu. Sifat perdarahan:2

 Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba.


 Tanpa sebab yang jelas.
 Dapat berulang.2

Sehingga diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus ini adalah plasenta previa.
Diagnosa solutio plasenta dapat disingkirkan, karena pendarahan yang disebabkan
oleh solutio plasenta selain biasanya didahului oleh trauma, Perdarahan dengan
nyeri intermiten atau menetap, warna darah kehitaman dan cair.6 Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil pemeriksaan darah rutin yaitu hemoglobin, eritrosit,

20
trombosit, dan hematokrit didalam batas normal. Pada pasien juga telah dilakukan
pemeriksaan USG sebelumnya pada tanggal 22 Maret 2018 dan didapatkan kesan
adanya plasenta previa totalis. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG menunjukkan
bahwa terdapat jaringan lunak (plasenta) yang menutupi hampir seluruh jalan
lahir .

Pada kasus ini pembukaan cerviks tidak dapat dinilai karena tidak dilakukan
vagina toucher. Keluarnya darah lendir tidak dapat dinilai karena adanya
pendarahan pervaginam sehingga mengaburkan apakah sudah keluar darah lendir
atau belum. Pada penderita ini dilakukan penatalaksanaan ekspertif karena pada
kasus ini karena sudah usia kehamilan <37 minggu, janin hidup. Penatalaksanaan
pada pasien ini sudah tepat, yaitu penatalaksanaan ekspertif, rawat inap, tirah
baring dan berikan antibiotik profilaksis. Pemeriksaan USG untuk menentukan
implantasi plasenta dan usia kehamilan.9

21
BAB V

KESIMPULAN

 Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah


rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum.
 Penyebab pasti plasenta previa belum jelas, namun ada beberapa faktor
yang diduga sebagai etiologinya, yaitu : Umur dan paritas, Endometrium
yang cacat; Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek, bekas operasi,
bekas kuretage atau plasenta manual, perubahan endomentrium pada
mioma uteri atau polip, pada keadaan malnutrisi.
 Gejala klinis perdarahan tanpa nyeri, terjadi perdarahan pada usia gestasi >
22 minggu, darah segar atau kehitaman dengan bekuan, perdarahan dapat
terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi Braxton Hicks
atau koitus. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu. Sifat
perdarahan:
 Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba.
 Tanpa sebab yang jelas.
 Dapat berulang.
 Penatalaksanaan plasenta previa tergantung pada faktor-faktor; perdarahan
banyak atau sedikit, keadaan ibu dan anak, besarnya pembukaan, tingkat
placenta previa, paritas.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Llewellyn Derek, Jones. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6.


Perdarahan Antepartum. Plasenta previa. Jakarta. Penerbit: Hipokartes.
Hal.109-110.
2. Sastrawinata S. R. Obstetri Patologi. Perdarahan Antepartum. Placenta
Praevia. Bagian Obstetri dan Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran Bandung. Hal. 110
3. Manuaba G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan bidan. Perdarahan Antepartum. Plasenta
Previa . Jakarta.Penerbit: Buku Kedokteran EGC. 1998. Hal. 253-256.
4. Cunningham Gary. F, Gant. F. Obstetri Wiliams Vol.1. Jakarta. Penerbit:
Buku Kedokteran EGC. 2006. Hal. 698-700.
5. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Plasenta previa .
Jakarta. Penerbit: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. Hal.
495-502.
6. Saifuddin B. Abdul, Wiknjosastro H, Waspodo D. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Perdarahan pada Kehamilan
Lanjut dan Persalinan. Plasenta previa. Jakarta. Penerbit: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002. Hal. M19-M22.
7. Callen Karen. When the placenta covers the cervix-Placenta Previa. Serial
online 31 Oktober 2011. Diakses 20 Oktober 2013. Diuduh dari URL:
http://goldengateobgyn.org/files/2011/10/Previa2-e1329774540365.jpg
8. Hanafiah ,TM. Plasenta previa. Sumatera utara; bagian obstetri dan
ginekologi fakultas kedokteran USU.2004.
9. Mochtar R. Sinopsi Obstetri. Obstetri Operatif-Obstetri Sosial. Edisi 2.
Jilid 2. Jakarta. Penerbit: Buku Kedokteran.EGC. 1998. Hal. 118-119.

23

Anda mungkin juga menyukai