PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2. Anamnesis
Keluhan Utama : Keluar darah segar dari jalan lahir ± sejak 2 jam SMRS.
2
mengaku hamil sekitar 6 bulan dan gerakan anak masih dirasakan, BAB dan BAK
normal. Di IGD perdarahan (+), Pasien sampai di ruangan VK jam 11.15 WIB.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Hipertensi (-)
- Asma (-)
- DM (-)
- PJK (-)
Riwayat Obstetri
- GPA : G4P2A1
- HPHT : 9-2017 (lupa)
- TP : 6-2018
- UK : 25-26 minggu
- Menarche : Umur 14 tahun
- Siklus haid : Teratur 28 hari
- Lama haid : 7 hari
- Riwayat Perkawinan : Pasien menikah 2 kali yaitu pada usia 19 tahun
- Riwayat Persalinan :
N Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Anak Ket
o Partus Partus kehamilan persalinan
JK BBL
3
2.3. Pemeriksaan Fisik
TD : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36°c
Berat badan sebelum hamil : 70 kg
Berat badan saat hamil : 85 kg
Tinggi Badan : 165 cm
Status Generalisata
Kepala : normocephale, rambut hitam tidak mudah dicabut.
Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek cahaya +/+
THT : dalam batas normal
Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)
Thorak : Pergerakan dinding dada simetris
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : membesar, bising usus (+)
Ekstremitas : akral dingin, sianosis -/-, edema (-)
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Leopold I : TFU 28 cm, teraba bagian lunak tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian besar di kanan & bagian kecil di kiri
Leopold III : Teraba bagian besar, keras & melenting
Leopold IV : Konvergen
TBJ : 2635 gram
HIS :-
Auskultasi : DJJ = 146x/i
Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan
4
2.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin (24-03-2018)
Hb : 10,4 gr/dl
Ht : 30,3 L%
Leukosit : 9,8 x 103/mm3
Trombosit : 165 x 103/mm3
5
2.5 Diagnosis
G4P2A1 gravida 25-26 minggu + Plasenta Previa, JTH Intrauterin preskep.
2.6 Penatalaksanaan
Pasien datang VK via IGD pada Pukul 11.15
Terapi :
- IVFD RL 20 tpm
- Dexamethasone 2x2 amp IV (11.00)
- Drip Duvadilan 2 amp + RL (11.00)
Follow Up:
P : IVFD RL 20 tts/menit
Inj. Transamin 3x1 amp
PO. Pregnolin 1 tab
6
O: TD : 120/80 mmHg N: 84 x/i
RR : 21 x/i T: 36,1 0C
A: G4P2A1 gravida 25-26 minggu +
Plasenta Previa, JTH Intrauterin
preskep.
P : IVFD RL + 2 amp duvadilan
Inj. Dexamethasone 2x2 amp
Inj. Transamin 3x500 mg
PO. Pregnolin 3x1 tab
3. 26-03-2018 S : Perdarahan pervaginam (-)
O: TD : 120/80 mmHg N: 84 x/i
RR : 20 x/i T: 36,3 0C
A: G4P2A1 gravida 25-26 minggu +
Plasenta Previa, JTH Intrauterin
preskep.
P : Bedrest
Observasi TTV
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
internum. Kejadian plasenta previa sekitar 0,3% sampai 0,6% dari persalinan.2,5
Plasenta previa adalah keadaan di mana implantasi plasenta terletak pada atau
didekat serviks.6
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan,
vias = jalan). Jadi yang dimaksud ialah placenta yang implantasinya tidak normal
ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.2
implantasi plcenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang
rahim di daerah fundus uteri.3
3.2. Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yamg menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak normal.5
8
7
3.3. Insinden
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih sering pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal.5 placenta previa lebih sering terdapat pada multigravida dari
pada primigravida dan pada umur yang lanjut.3
9
3.4. Etiologi8
Menurut Faiz & Ananth (2003) faktor risiko timbulnya plasenta previa
belum diketahui secara pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa
frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lanjut,
multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta gaya hidup
yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta
previa yaitu:
3.5. Patofisiologi2
10
Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.
Endomentrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi janin.
Vili korealis pada korion leave yang persisten.
1. Umur Penderita
Umur muda karena endometrium masih belum sempurna.
Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur.
2. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
3. Endometrium yang cacat
Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek.
Bekas operasi, bekas kuretage atau plasenta manual.
Perubahan endomentrium pada mioma uteri atau polip.
Pada keadaan malnutrisi.2
3.6.Gambaran Klinik
Perdarahan pada plasenta previa terjadi tanpa rasa sakit pada saat tidur
atau sedang melakukan aktivitas. Perdarahan yang tidak nyeri dan biasanya belum
muncul sampai menjelang akhir trimester kedua atau setelahnya.2,4 Mekanisme
perdarahan karena pembentukan segmen bawah rahim menjelang kehamilan
aterm sehingga plasenta lepas dari implantasi dan menimbulkan perdarahan.
Bentuk perdarahan dapat sedikit atau banyak menimbulkan penyulit pada janin
maupun ibu. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan anemia sampai syok.
Sedangkan untuk janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim.2 Implantasi plasenta di segmen bawah rahim menyebabkan bagian terendah
tidak mungkin masuk pintu atas panggul atau menimbulkan kelainan letak janin
dalam rahim.2
11
3.7. Diagnosis3
12
c. Pemeriksaan dalam.
Pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja operasi dan siap untuk
segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksaan dalam untuk:
Menegakkan diagnosis pasti.
Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau
hanya memecahkan ketuban.
d. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan ultrasonografi.
Mengurangi pemeriksaan dalam.
Menegakkan diagnosis.3
Diagnosis
13
hilangnya denyut jantung
janin.
- Uterus tegang dan nyeri.
3.8. Penatalaksanaan2,6
14
Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan:
Terapi Ekspertatif6
Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara
non invasif.
15
Syarat terapi ekspertatif:
- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
- Belum ada tanda inpartu.
- Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
- Janin masih hidup.6
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.
Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat per
oral 60 mg selama 1 bulan.
Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfusi.
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama, pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau
diperlukan waktu > 2 jam untuk mencapai rumah sakit) dan pesan segera
kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan risiko ibu dan janin
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan
terminasi kehamilan.6
Terapi aktif6
16
Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang terjadi
sangatsedikit, persalinan pervaginam masih mungkin. Jika tidak, lahirkan
dengan seksio sesaria.
Catatan: kasus dengan plasenta previa mempunyai risiko tinggi untuk
mengalami perdarahan pascapersaliann dan plasenta akreta/inkerta, suatu
kelainan yang biasa ditemui pada lokasi jaringan parut bekas seksio
sesarea.
17
- Pasang infus oksitosin 10 unit in 500 ml cairan I.V. (NaCl atau Ringer
Laktat) dengan kecepatan 60 tetes per menit.
Jika perdarahan terjadi persalinan, segera lakukan penanganan yang
sesuai. Hal tersebut meliputi ligasi arteri atau histerektomi.6
Tindakan apa yang kita pilih untuk pengobatanplasenta previa dan kapan
melaksanakannya tergantung pada pada faktor-faktor tersebut dibawah ini:
3.9.Komplikasi1
Episode perdarahan berat dapat terjadi setiap saat, dan selama perdarahan
ini janin dapat mati karena hipoksia. Setelah lahir, mungkin terjadi pedarahan
postpartum karena trofoblas menginvasi segmen bawah uteri yang kurang
didukung oleh jaringan vena. Pada kebanyakan kasus, perdarahan berhenti setelah
pemberian oksitosin, namun kadang-kadang perdarahan tidak dapatdihentikan
sehingga diperlukan histerektomi.1
3.10. Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dulu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif
dengan USG disamping ketersediaan transfusi darah dan infuse cairan telah ada di
hamper semua rumah sakit kabupaten. Penurunan jumlah ibu hamil paritas tinggi
18
dan usia tinggi berkat sosialisasi program KB menambah penurunan insiden
plasenta previa.5
19
BAB IV
ANALISA KASUS
Sehingga diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus ini adalah plasenta previa.
Diagnosa solutio plasenta dapat disingkirkan, karena pendarahan yang disebabkan
oleh solutio plasenta selain biasanya didahului oleh trauma, Perdarahan dengan
nyeri intermiten atau menetap, warna darah kehitaman dan cair.6 Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil pemeriksaan darah rutin yaitu hemoglobin, eritrosit,
20
trombosit, dan hematokrit didalam batas normal. Pada pasien juga telah dilakukan
pemeriksaan USG sebelumnya pada tanggal 22 Maret 2018 dan didapatkan kesan
adanya plasenta previa totalis. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG menunjukkan
bahwa terdapat jaringan lunak (plasenta) yang menutupi hampir seluruh jalan
lahir .
Pada kasus ini pembukaan cerviks tidak dapat dinilai karena tidak dilakukan
vagina toucher. Keluarnya darah lendir tidak dapat dinilai karena adanya
pendarahan pervaginam sehingga mengaburkan apakah sudah keluar darah lendir
atau belum. Pada penderita ini dilakukan penatalaksanaan ekspertif karena pada
kasus ini karena sudah usia kehamilan <37 minggu, janin hidup. Penatalaksanaan
pada pasien ini sudah tepat, yaitu penatalaksanaan ekspertif, rawat inap, tirah
baring dan berikan antibiotik profilaksis. Pemeriksaan USG untuk menentukan
implantasi plasenta dan usia kehamilan.9
21
BAB V
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23