ii
2.7 Pemeriksaan penunjang ................................................................... 20
2.8 Skoring sistem appendicitis akut ..................................................... 22
2.8.1 Skor Alvarado………………………………………………. 22
2.8.2 Skor AIR……………………………………………………. 24
2.9 Diagnosis Banding………………………………………………... 27
2.10 Tatalaksana……………………………………………………….. . 29
2.11 Komplikasi……………………………………………………….. . 33
2.12 Prognosis…………………………………………………………. . 34
2.13 Kerangka konsep…………………………………………………. . 35
2.14 Kerangka Teori…………………………………………………. .... 35
iii
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 47
4.1 Karakteristik Umum Sampel Penelitian .......................................... 47
4.2 Analisis Data .................................................................................... 50
LAMPIRAN.................................................................................................. ....... 61
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah
abdomen. Penyakit ini dapat mengenai semua umur tetapi paling banyak
ditemukan pada usia 20-30 tahun, walaupun jarang ditemui diatas 65 tahun tetapi
10000 populasi pertahun. Penyakit ini sedikit lebih sering ditemukan pada pria
dibandingkan wanita dengan rasio 1,4:1. Insiden tertinggi pada pria adalah
kelompok umur 10-14 tahun (27,6 kasus/10000 populasi), pada wanita usia 15-19
tahun (20,5 kasus / 10000 populasi).1 insidensi appendicitis akut pada anak anak
1-8%., 25 kasus untuk setiap 10000 anak.34 Angka kematian dari penderita
appendisitis akut sebesar 0,2-0,8% dan semakin meningkat di atas 20% pada
penderita usia tua (>70 tahun), hal ini terjadi karena keterlambatan diagnosis,
diagnosis yang seringkali kurang cepat dan akurat, sehingga timbul perforasi
1
2
akut masih sulit meskipun dilakukan dengan cermat dan teliti oleh ahli bedah
terjadinya perforasi sebesar 20% dan appendektomi dengan hasil negatif mencapai
10,35
20-30%. Suatu penelitian di Belanda dan Swedia tahun 2005, ditemukan
Amerika utara, angka negatif appendektomi sekitar 13%.5 Dalam periode 1 tahun,
dari data Patologi Anatomi di RSUP Moh Hoesin Palembang didapat 93 pasien
simptom, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, alat imaging seperti USG dan
memiliki akurasi sekitar 70-80%. Sekitar 20-30% pasien yang diduga menderita
appendisitis akut tidak memiliki gejala klinis yang jelas sehingga penegakan
penunjang diagnosis appendisitis akut dengan nilai prediksi positif USG 78-91 %.
Akurasi dari USG tergantung dari kemampuan operator, dan tidak tersedia di
malam hari di rumah sakit.11 Keputusan untuk melakukan operasi tetap dilakukan
oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien. Berdasarkan hal di atas berbagai macam
appendisitis akut. Alvarado skor adalah scoring yang banyak dikenal di dunia dan
publikasikan tahum 2008 oleh Manne E Anderson dan Roland E Anderson dan
sama dengan Alvarado skor pada berbagai aspek tetapi menekankan pada respon
dengan Alvarado skor.13 Dua penelitian menunjukkan bahwa AIR skor secara
signifikan lebih akurat dari pada Alvarado skor untuk menegakkan diagnosis
appendisitis akut.13,14 PAS skor di ciptakan untuk pasien anak dan dewasa muda.
Alvarado dan PAS skor berbeda dengan AIR skor karena AIR Skor memasukkan
C Reaktif Protein sebagai nilai yang penting, dimana banyak penelitian telah
akut. CRP adalah komponen yang penting pada system imun yang merupakan
kompleks protein yang dibuat oleh tubuh ketika menghadapi infeksi. Xharra
menyebutkan CRP secara sendiri memiliki tingkat akurasi hingga 83,2%, namun
apabila digabung dengan leukosit dan hitung neutrofil maka memiliki akurasi
91,9%. 13,16,17
4
dan PAS. Penelitian yang dilakukan Ahmed ElShamy tahun 2017 menunjukkan
akurasi 95.6% sensitivitas 97,8% spesifisitas 84.3% pada AIR skor dan akurasi
85.9% sensitivitas 95.9% dan spesivisitas 33,3% pada Alvarado skor, dan akurasi
dilakukan D kollar dkk tahun 2015 menunjukkan sensitivitas 33% dan spesifisitas
97% pada AIR skor dan sensitifitas 79% serta spesifisitas 76% pada Alvarado
skor.19 pada penelitian yang dilakukan oleh suresh patil dkk tahun 2017
menunjukkan bahwa sensitifitas 89,9% spesifisitas 63,6% pada AIR skor dan
dilakukan de castro dkk tahun 2012 menunjukkan bahwa sensitifitas 93% dan
spesifisitas 85% pada AIR skor dan sensitifitas 90% dan spesifisitas 55% pada
Alvarado skor. 14
Penelitian di RSMH mengenai uji tingkat kesesuaian skor RIPASA dan skor
Alvarado yang dilakukan April Hidayat tahun 2014 di dapatkan kappa skor
kesesuaian antara residen bedah dan residen anak yang dilakukan Herry Raharjo
tahun 2013 dalam menggunakan PAS didapatkan kappa skor 0,571 ( kesesuaian
cukup), dan dalam menggunakan Alvarado skor didapatkan kappa skor 0,261
(kesesuaian lumayan)
orang tua memberikan hasil lebih baik atau lebih unggul daripada skoring
5
Alvarado. Hal ini dikarenakan variabel pada skoring AIR lebih mudah diterapkan
subjektif, sedangkan pada skoring AIR hal ini disederhanakan menjadi yang
bersifat objektif.14 Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh skoring AIR data yang
diperoleh berdasarkan data prospektif, variabel bersifat objektif dan lebih spesifik,
Alvarado.13,16,17
uji tingkat kesesuaian skor AIR dengan Skor Alvarado dalam memprediksi
AIR memiliki nilai kesesuaian yang baik dengan skor Alvarado pada pasien
Bagaimana nilai kesesuaian skor AIR dan skor Alvarado pada pasien
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar nilai kesesuaian skor
3. Menilai tingkat kesesuaian (nilai KAPPA) skor AIR dengan skor Alvarado
4. Menilai apakah Skor Air dapat dipergunakan sebagai alat yang baik untuk
Bila terbukti terdapat kesesuaian AIR skor dan Alvarado skor dapat
Penelitian ini juga dapat dipakai sebagai data awal untuk dapat melakukan
akut maka AIR skor dapat diterapkan untuk memprediksi appendisitis akut
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
seluruh dunia, dengan insidensi 1,17 per 1000 dan risiko kematian 8,6 % pada
laki-laki dan 6,7 % pada wanita. Insiden tertinggi pada dewasa dan dewasa muda,
Inggris.3 Saat ini, lebih dari 130 tahun sesudahnya, walaupun merupakan kasus
2.2 Epidemiologi
paling tinggi pada usia20-30 tahun, dan jarang ditemukan pada anak usia kurang
dari 2 tahun. Pada remaja dan dewasa muda rasio perbandingan antara laki-laki
8
9
dan perempuan sekitar 3 : 2. Setelah usia 25 tahun, rasionya menurun sampai pada
Australia, dan lebih jarang ditemui di Asia, Afrika Tengah dan masyarakat Eskimo.
Jika penduduk dari negara-negara ini bermigrasi ke negara barat atau merubah pola
diet seperti masyarakat barat, kejadian apendisitis akan meningkat, oleh karena
diperkirakan distribusi penyakit ini dipengaruhi oleh lingkungan dan bukan genetik.
Apendisitis akut lebih banyak ditemukan pada mereka yang lebih banyak
serat 24
bahwa apendisitis diderita oleh 418 juta jiwa di seluruh dunia, 259 juta jiwa
darinya adalah laki-laki dan selebihnya adalah perempuan, dan mencapai total
pada usus buntu sehingga penyakit ini dapat menyebabkan nyeri dan beberapa
keluhan lain seperti mual, muntah, konstipasi atau diare, demam yang
Jumlah pasien rawat inap penyakit apendiks pada tahun tersebut mencapai
penyakit cerna lainnya. Pada rawat jalan, kasus penyakit apendiks menduduki
urutan kelima (34.386 pasien rawat jalan), setelah penyakit sistem pencernaan
10
terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di berbagai wilayah Indonesia
dengan total kejadian 30,703 kasus dan 234 jiwa yang meninggal akibat
penyakit ini.
2.3 Etiologi
2.3.1 Obstruksi
anak denganAppendisitis akut dan 30-40% pada anak dengan perforasi Appendix.
juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus enterik atau sistemik, sepertimeasles,
acuta sederhana, sekitar 65% pada kasus Appendisitis gangrenosa tanpa perforasi,
2.3.2 Bakteriologi
bakteri jenis anaerob, dibandingkan yang didapatkan dari 25% cairan aspirasi
tekanan lumen dan iskemik dinding lumen. Flora normal Colon memainkan
didapatkan lebih dari 14 jenis bakteri yang berbeda dikultur pada pasien yang
Colon normal. Flora pada Appendix akan tetap konstan seumur hidup kecuali
Porphyomonas gingivalis. Bakteri ini hanya terlihat pada orang dewasa. Bakteri
perforasi adalah Eschericia coli dan Bacteriodes fragilis. Namun berbagai variasi
2.4 Klasifikasi
dan apendiks terlihat normal, hiperemia, edema, dan tidak ada eksudat
serosa.25
suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada apendiks dan mesoapendiks
tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada
gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh
dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga
membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang
lainnya.25
Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah
(pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal, subcaecal,
dan pelvic.25
umum. Pada dinding apendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan
nekrotik.25
baru dapat ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan
bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan
muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dan
eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia, dan serosa. Pembuluh darah serosa
tampak dilatasi.25
2.5 Patofisiologi
Apendiks pada orang dewasa berupa suatu tonjolan dengan Panjang 5-10 cm
ileosekal. Dasar dari apendik terfiksasi pada sekum namun ujungnya masih dalam
keadaan bebas, keadaan ini menyebabkan timbulnya berbagai variasi dari lokasi
apendik dalam cavum abdomen. Lokasi apendik dapat berupa retrosekal, subsekal,
retroileal, preileal, atau pelvikal. Variasi dari lokasi apendik ini akan mempengaruhi
pada lumen apendik yang diikuti dengan terjadinya peradangan akut. Dimana
sumbatan ini dapat terjadi oleh karena fekalit, hiperplasia limfoid, benda asing,
26
parasit, adanya striktur atau tumor pada dinding apendik Penyebab penyumbatan
yang paling sering pada penderita dewasa adalah fekalit, dimana fekalit yang timbul
dari bahan fekal dan garam inorganik dengan cairan lumen adalah yang paling sering
16
menimbulkan obstruksi dan sekitar 11-25% dari pasien yang menderita appendisitis
lumen dan distensi lumen apendik. Peninggian tekanan intralumen ini akan
menyebabkan hambatan aliran limfe, sehingga terjadi edema disertai hambatan aliran
vena dan arteri apendik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya iskemik dan nekrosis,
bahkan dapat terjadi perforasi. Pada saat terjadi obstruksi akan terjadi proses sekresi
maka kondisi ini akan menstimulasi serat saraf aferen visceral yang kemudian
diteruskan menuju korda spinalisTh8 –Th10, sehingga akan timbul penjalaran nyeri
di daerah epigastrium dan preumbilikal. Nyeri viseral ini bersifat ringan, sukar
dilokalisasi dan lamanya sekitar 4-6 jam disertai timbulnya anoreksia, mual dan
muntah.26
tekananperfusi kapiler, yang akan menimbulkan pelebaran vena, kerusakan arteri dan
iskemi jaringan. Dengan rusaknya barier dariepitel mukosa maka bakteri yang sudah
berkembang biak dalam lumen akan menginvasi dinding apendik sehingga akan
parietalis dan jaringan sekitarmya,termasuk ileum terminal, sekum dan organ pelvis.
26
aliran darah. Karena kesatuan ini sudah terganggu sejak awal, maka bakteri dengan
17
mudah masuk ke lapisan yang lebih dalam. Timbulnya demam takikardia dan
leukositosis karena absorpsi dari produk jaringan dan endotoksin. Endotoksin juga
TNF) yang kemudian merangsang sumsum tulang dan hepatosit sehingga terjadi
kanan bawah. Nyeri somatik ini bersifat terus-menerus dan lebih berat dibandingkan
dengan nyeri pada awal infeksi. Penjalaran nyeri ini tidak selalu didapatkan dan titik
nyeri maksimal mungkin tidak selalu di titik McBurney tergantung dari lokasi
apendiknya. Pasien dengan apendisitis akut sering tidak mengalami febris atau
dengan febris ringan. Adanya perforasi harus dicurigai bila penderita mengalami
26
febris lebih dari 38,3°C Jika terjadi perforasi maka terminal ileum, sekum, dan
omentum dan organ sekitar apendik akan membentuk dinding untuk membatasi
proses radang dan menutupi lubang perforasi dari apendik untuk tidak tejadi
penyebaran infeksi yang meluas yang disebut dengan ” wall off ” atau appendicular
pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan laboratorium seperti hitung sel darah
putih dan analisa urine. Pemeriksaan radiologi masih jarang dilakukan dalam usaha
dan hampir semuanya berdasarkan gejala klinis serta laboratorium oleh karena itu
pemahaman akan manifestasi klinis yang khas adalah sangat penting dalam
menegakkan diagnosis secara lebih awal. Gejala nyeri abdomen merupakan gejala
utama apendisitis akut. Secara khas nyeri diffus berawal dari bagian tengah
epigastrium atau daerah umbilikus, yang diikuti dengan nyeri perut kanan bawah
setelah 4-12 jam dan muntah-muntah sering didapatkan sekitar 60% dari penderita
dengan apendisitis akut. Tidak selalu nyeri bersifat khas seperti diatas, pada pasien
lain nyeri dapat mulai timbul di perut kanan bawah dan terus menetap di bagian itu .
Dengan adanya berbagai variasi lokasi anatomi apendik, umur pasien, dan derajat
konsisten.
Gejala awal adalah berupa nyeri preumbilikal yang sukar ditentukan dan
sering diikuti dengan anoreksia, dimana anoreksia terjadi pada 75% penderita tetapi
biasanya bersifat ringan tidak berlangsung lama, segera timbul setelah timbulnya
nyeri dan kebanyakan hanya 1-2 kali. Adanya sikap penderita yang lebih cenderung
membungkuk bila berdiri atau pada posisi berbaring dengan menekuk tungkai kanan
untuk mengurangi rasa sakit dan menghindari perubahan posisi karena sakit dan bila
disuruh bergerak tampak sangat hati-hati. Nyeri perut akut berat timbul oleh karena
adanya kondisi iskemik akut. Pada apendik yang letaknya retrosekal, khususnya
apendik yang ujungnya meluas sepanjang permukaan posterior dari kolon asendens,
proses radang dari apendik akan mengiritasi duodenum dan ini akan menimbulkan
gejala mual dan muntah sebelum timbulnya nyeri di perut kanan bawah.Diare timbul
pada apendisitis terutama pada apendik yang letaknya di daerah pelvis dimana proses
19
radang pada apendik akan mengiritasi rektum, kejadiannya sekitar 18% dari kasus
apendisitis 26
Beberapa jam akan terjadi penjalaran nyeri ke perut kanan bawah yang
dibandingkan dengan nyeri saat awal, nyeri ini lebih berat, bersifat terus-menerusdan
terlokalisasi. Penjalaran nyeri dari daerah preumbilikal menuju ke perut kanan bawah
adalah merupakan gambaran yang paling umum dan khas pada pasien dengan
apendisitis akut. Penemuan gejala ini mempunyai sensitivitas dan spesifitas hampir
kecuali jika sudah terjadi perforasi27 Berdasarkan salah satu penelitian, muntah dan
kasusabdomen lainnya 27
Lokasi dari nyeri sangat tergantung dari posisi appendiks. Umumnya nyeri
didapatkan pada titik McBurney di daerah perut kanan bawah. Dari penelitian, nyeri
ini didapatkan sekitar 96% dari pasien, tetapi penemuan ini tidaklah spesifik
Penemuan yang lebih spesifik adalah rebound tenderness, yaitu nyeri perut kanan
bawah yang terjadi saat tekanan di perut kanan bawah dilepaskan., nyeri ketok,
rigiditas dan guarding adalah timbulnya tahanan pada dinding perut saat dilakukan
palpasi.:
1. Rovsing sign adalah nyeri perut kanan bawah yang terjadi saat dilakukan
palpasi di perut bawah kiri dan diduga kuat sudah terjadi iritasi peritoneum.27
2. Psoas sign adalah nyeri perut kanan bawah yang timbul saat dilakukan
hiperekstensi dari tungkai bawah kanan. Respon yang positif menunjukkan adanya
3. Obturator sign adalah nyeri perut kanan bawah yang timbul saat dilakukan
internal rotasi pada posisi tungkai bawah kanan fleksi. Respon yang positif
apendisitis).
4. Cough sign adalah nyeri perut kanan bawah yang timbul saat penderita
Rovsing sign, psoas sign dan obturator sign tidak selalu didapatkan pada
pasien dengan apendisitis akut.Tidak adanya gejala ini belum dapat menyingkirkan
atau nyeri di sisi kanan. Nyeri saat dilakukan pemeriksaan colok dubur sangat sedikit
memberikan makna akan apendisitis akut. Nyeri yang dihasilkan sering memberikan
1. Pemeriksaan laboratorium
Masih merupakan bagian penting untuk menilai awal keluhan nyeri kwadran
kanan bawah dalam menegakkan diagnosis apendisitis akut. Hitung sel darah putih
3
total meningkat di atas 10.000/m . Hanya 4% penderita dengan apendisitis akut
mempunyai hitung sel darah putih dan hitung neutrofil yang normal. Selain
pemeriksaan sel darah putih beberapa literatur menyarankan untuk dilakukan juga
kanan dan infeksi saluran kencing. Adanya hematuria atau sel darah putih pada
pemeriksaan urin menandakan adanya infeksi saluran kencing tetapi bukan berarti
memiliki tingkat keakurasian hingga 91%, dimana CRP merupakan merupakan salah
satu komponen protein pentamer yang sering digunakan sebagai marker infeksi dalam
2. Pemeriksaan radiologi
mendekati 75-90%, spesifisitas antara 86-95%, dan nilai angka prediksi positif
mencapai 91-94% serta akurasi secara keseluruhan sebesar 87-96%27 Variasi ini
akurasi 94-98%, sensitivitas 90-98%, spesitifitas 91-98%, positif predictive value 92-
98% 27 yang lebih superior dalam mendiagnosis apendisitis akut. Namun pemeriksaan
ini memiliki kekurangan karena pasien lebih terpapar dengan radiasi dibandingkan
mengalami inflamasi akan memiliki diameter lebih besar dari 6 mm dan cenderung
adanya plegmon cairan bebas, abses, dan udara bebas. Pemeriksaan ini juga dapat
mendiagnosis apendisitis akut. MRI menghabiskan lebih banyak waktu dan biaya
ultrasonografi, CT-scan dan MRI kurang efektif pada penderita dengan beresiko
klinis penderita dengan kecurigaan apendisitis akut sangatlah penting, untuk itulah
diperlukan suatu instrumen pemeriksaan yang sistematis dan akurat guna membantu
apendisitis akut.
Alfredo Alvarado pada tahun 1986 membuat sistem skor yang didasarkan atas
tiga gejala, tiga tanda dan dua temuan laboratorium sederhana yang sering didapatkan
pada apendisitis akut (Tabel 2.2). Skor ini terdiri dari 10 poin dengan akronim
Semua penderita dengan skor ini dirawat inap dan dilakukan observasi selama
24 jam dengan evaluasi secara berulang terhadap data klinis dan skoring. Jika kondisi
23
dipulangkan dengan catatan harus kembali bila gejala menetap atau memburuk.
dapat dipulangkan dengan catatan harus segera kembali bila gejala menetap atau
memburuk.
reproduksi dan orang tua memberikan hasil lebih baik atau lebih unggul daripada
skoring Alvarado. Hal ini dikarenakan variabel pada skoring AIR lebih mudah
subjektif, sedangkan pada skoring AIR hal ini disederhanakan menjadi yang
bersifat objektif.14 Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh skoring AIR data yang
diperoleh berdasarkan data prospektif, variabel bersifat objektif dan lebih spesifik,
bedah melakukan operasi lebih awal meskipun belum ada diagnosis secara
30% dan tentunya angka ini akan menjadi lebih besar jika tidak dilakukan
Castro dkk mengatakan nilai ROC yang dicapai oleh skoring AIR
14
mencapai 0.96 lebih unggul dibandingkan dengan Alvarado skor 0,82. Chong,
%, 99%, dan 97%.10 Pada skor AIR didapatkan variabel C – Reactive Protein
(CRP) yang tidak terdapat pada skor Alvarado, dimana banyak penelitian telah
membuktikan peranan protein ini dalam penilaian pasien dengan apendisitis akut.
Chen dan Wang, (1996) menyebutkan CRP memiliki tingkat akurasi yang tinggi
serta akurasi diagnostik yang baik dan lebih unggul daripada skor Alvarado 4,14
Semua penderita dengan skor ini dirawat inap dan dilakukan observasi
selama 24 jam dan di evaluasi secara berulang terhadap data klinis dan skoring.
dapat dipulangkan dengan catatan harus kembali bila gejala menetap atau
memburuk.
netrofil di mukosa, sub mukosa, dan otot. Biasanya pada mukosa yang
banyak terlibat. Pada fase reaksi ini, pembuluh darah membengkak dan
ulserasi dan fokus nekrotik supuratif di mukosa. Pada stadium ini serosa
Bila reaksi berlanjut lebih buruk lagi, maka akan timbul daerah
berwarna hijau kehitaman di dinding apendik dan berlanjut serosa, pada saat
batas normal
11. Pankreatitis
adanya pneumonia.
29
2.10 Tatalaksana
a. Appendisitis non-komplikasi
tingdakan bedah (di lepas pantai dan daerah ekspedisi), sedangkan pengobatan
antibiotik dinyatakan efektif. Kedua, banyak pasien dengan tanda dan gejala
b. Appendisitis komplikasi
berkaitan dengan abses dan phlegmon. Insidensinya sekitar 2 per 10.000 orang
dan memiliki variasi yang sedikit berbeda dari waktu ke waktu. Anak-anak yang
berusia kurang dari 5 tahun dan pasien yang berusia lebih dari 65 tahun
jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu37,70C atau lebih
tinggi, penampilan toksik,dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.23
31
Tindakan
Appendektomi laparoskopi
Open appendektomi
o Appendisitis perforasi
32
a. Open Appendectomy
b. Laparoscopi Appendectomi
2.11 Komplikasi
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai
32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia .Perforasi secara umum
terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7 C
atau lebih tinggi ,penampilan toksik ,dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang
kontinyu.23
2.12 Prognosis
Pada anak, angka ini berkisar antara 0,1-1%, sedangkan pada pasien diatas 70
tahun angka ini meningkat diatas 20% terutama karena keterlambatan diagnosis
danterapi.28
35
Appendektomi
Patologi Anatomi
Obstruksi Lumen
Inflamasi
METODE PENELITIAN
kesesuaian antara AIR skor dan Alvarado skor pada pasien appendisitis akut anak,
3.3 Populasi
semua sampel yang memenuhi criteria inklusi sampai jumlah sampel minimal
36
37
consent
(Z)2
𝑛 = 𝑃𝑄
d2
Keterangan :
n = Besar sampel
Z = 1,96
Q =1–P
sampel yang memenuhi criteria inklusi sampai jumlah sampel terpenuhi dan
Skor AIR
Skor Alvarado
1. Pasien appendisitis
Semua pasien anak anak dibawah usia 18 tahun yang secara klinis,
3. Skor AIR
Skor AIR adalah skoring untuk menscreening appendisitis akut yang terdiri
fever ( > 38,5 C), hasil laboratorium ( WBC counts, PMN leucocytes, CRP
Concentration). Penilaian dilakukan oleh chief residen jaga pada saat pasien
datang ke IGD.
4. Skor Alvarado
in the right iliac fossa, rebound pain, fever, leucocytosis, and shift of
neutrofil to the left). Penilaian dilakukan oleh chief residen jaga pada saat
5. Chief Residen jaga adalah pemimpin team jaga residen bedah yang
bertugas di IGD
6. Jenis kelamin
Nyeri yang dirasakan penderita pada perut kanan bawahnya saat pasien di
palpasi.
8. Migrasi nyeri
kanan bawah.
9. Anoreksia
10. Nausea/vomitus
Rasa mual atau rasa tidak nyaman di perut yang menimbulkan keinginan
untuk muntah.
11. Rebound tenderness/ nyeri lepas tekan adalah nyeri yang timbul pada perut
kanan bawah ketika tekanan yang dilakukan pada perut kiri bawahnya
dilepas.
RSMH Palembang dan menunjukkan hasil > 10000- 14900 /mm3 dan >
RSMH Palembang dan menunjukkan hasil > 10000 /mm3 pada skor
Alvarado
pada laboratorium patologi klinik dan menunjukkan hasil > 70-84 % dan >
pada laboratorium patologi klinik dan menunjukkan hasil > 75% pada
Alvarado skor
18. CRP concentration adalah pengukuran hasil CRP pada laboratorium patologi
klinik RSMH dan menunjukkan hasil 10-49 mg/L dan > 50 mg/L. ( Biaya
pemeriksaan CRP ditanggung oleh rumah sakit sesuai PPK appendisitis akut
Persiapan
2. Dilakukan pemeriksaan oleh chief residen jaga IGD dan peneliti untuk
shift )
42
Pasien
kesesuaian berdasarkan nilai KAPPA pada skor AIR dan skor Alvarado
Skor AIR dan skor Alvarado berupa data ordinal dengan skor 0-12 untuk
AIR skor dan skor 0-10 untuk Alvarado skor, dengan menggunakan SPSS 20
yang kemudian ditentukan cut of pointnya pada poin 9 untuk AIR Skor dan 7
untuk skor alvarado dan ini dijadikan batas nominal positif dan negatif
appendisitis akut.
43
Diagnosis Appendisitis
Operasi akut dan
keputusan operasi
Appendektomi
Ditentukan oleh DPJP
Skor AIR Skor Alvarado
Dilakukan Operasi
Appendektomi
Jaringan Appendiks
dikirim ke bagian
Patologi Anatomi
Analisis Data
Gambar.2 AlurPenelitian
44
Penilaian kesesuaian skor AIR dan skor Alvarado didapatkan dari tabel
Histopatologis
+ -
SKOR AIR + a b
- c d
Histopatologis
+ -
+ a b
SKOR ALVARADO
- c d
𝑎
Sensitivitas =
𝑎+𝑐
𝑑
Spesifisitas =
𝑏+𝑑
𝑎
Nilai duga positif =
𝑎+𝑏
45
𝑐
Nilai duga negatif =
𝑐+𝑑
a .d
Akurasi =
a+b+c+d
Nilai KAPPA
Skor alvarado
+ - Jumlah
+ A B E
Skor AIR
- C D F
Jumlah G H I
Kappa =l%m%
46
Nilai :
Baik 0,6-0,8
Proposal
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
Pembacaan
Hasil
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini untuk menilai kesesuaian antara skor AIR dan skor Alvarado
Hoesin Palembang. Penelitian telah dilakukan mulai April sampai Juni 2018 di
Instalasi Gawat Darurat RSMH sub bagian bedah Anak dan Digestif Departemen
Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan jumlah pasien sebanyak
berjenis kelamin perempuan (37,5 %), Dengan rerata usia 10,25 ± 3,536 tahun
dengan rentang usia 5-17 tahun. Hal ini sesuai dengan literatur insidensi
47
48
Anak dan Digestif RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2018
5 1 12,5%
7 1 12,5%
10 3 37,5%
11 1 12,5%
12 1 12,5%
17 1 12,5%
Jumlah 8 100%
tertinggi pada umur 10-14 tahun (27,6 per 10000 population per tahun) 39
Dari 8 subjek penelitian 6 penderita (75%) Skor AIR ≥ 9 dan skor AIR < 9
Skor AIR N %
Jumlah 8 100%
Skor Alvarado N %
Jumlah 8 100%
Temuan Histopatologis N %
Jumlah 8 100 %
gangrenous appendicitis, hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan april
37
hidayat dan berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Memon dkk dan
Tabel 4.6. Nilai Kesesuaian antara skor AIR dengan hasil histopatologis
PA PA
Variabel
(+) (-) Total
Skor AIR ≥ 9 6 0 6
Total 8 0 8
𝑑 0
Spesifisitas : 𝑏+𝑑 x 100% = 0 x 100% = 0 %
51
𝑎 6
Nilai Duga Positif (NDP) : 𝑎+𝑏 x 100% = 6 x 100% = 100 %
𝑑 2
Nilai Duga Negatif (NDN) : x 100% = 2 x 100% = 100%
𝑐+𝑑
Tabel 4.7. Nilai Kesesuaian antara skor Alvarado dengan hasil histopatologis
PA PA
Variabel
(+) (-) Total
Skor Alvarado ≥ 7 7 0 7
Total 8 0 8
𝑑 0
Spesifisitas : 𝑏+𝑑 x 100% = 0 x 100% = 0 %
𝑎 7
Nilai Duga Positif (NDP) : 𝑎+𝑏 x 100% = 7 x 100% = 100 %
𝑑 1
Nilai Duga Negatif (NDN) : x 100% = 1 x 100% = 100 %
𝑐+𝑑
5.2.3 Tingkat kesesuaian (nilai Kappa) skor AIR dibanding skor Alvarado
Untuk menilai apakah sistem skoring AIR dapat digunakan sebagai alat
yang baik untuk memprediksi appendisitis akut, maka dilakukan uji tingkat
Tabel 4.8. Tingkat kesesuaian (nilai Kappa) skor AIR dibandingkan skor Alvarado
Skor
Variabel
Alvarado ≥ 7 Skor Alvarado <7
Total
Skor AIR ≥ 9 6 - 6
Total 7 1 8
Hasil perhitungan tingkat kesesuaian nilai Kappa antara skor AIR dan skor
PEMBAHASAN
Penelitian ini untuk menilai kesesuaian antara skor AIR dan skor Alvarado
Hoesin Palembang.
perempuan (37,5 %). Penderita terbanyak pada usia 10 tahun, sesuai dengan
literatur insidensi tertinggi pada laki-laki pada umur 10-14 tahun (27,6 per 10000
populasi per tahun) dan pada perempuan umur 15-19 tahun ( 20,5 per 10000
39
populasi per tahun) Dengan rerata usia 10,25 ± 3,536 tahun dengan rentang
usia 5-17 tahun. Hal ini sesuai dengan literatur insidensi appendisitis dibawah 15
tahun dan insidensi terendah terjadi pada bayi dengan rasio laki-laki:perempuan
1,4:1. 22
berdasarkan usia. Rentang usia adalah 5-17 tahun. Berdasarkan Skor AIR dan
skor Alvarado, Dari 8 subjek penelitian yang dinilai dengan skor AIR didapatkan
6 penderita (75%) Skor AIR ≥ 9 dan skor AIR < 9 sebanyak 2 penderita (25%).
53
54
Skor Alvarado ≥ 7 dan skor Alvarado < 7 sebanyak 1 penderita (12,5 %).
sebanyak 6 penderita (75% ). Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan april
37
hidayat di RSMH 2014 dan berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Memon dkk dan Khan dkk dimana yang terbanyak adalah early acute appendicitis
40
AIR skor 75% dengan nilai duga positif 100% dan berdasarkan skor Alvarado
kollar dkk tahun 2015 menunjukkan sensitivitas 33% dan spesifisitas 97% pada
AIR skor dan sensitifitas 79% serta spesifisitas 76% pada Alvarado skor.19 Pada
penelitian yang dilakukan oleh suresh patil dkk tahun 2017 menunjukkan bahwa
sensitifitas 89,9% spesifisitas 63,6% pada AIR skor dan sensitifitas 78,6%
Alvarado skor diperoleh Angka 0,6000 artinya adalah kesesuaian baik, yang
berarti bahwa dalam memprediksi appendisitis akut skor AIR dapat digunakan
penelitian yang lebih besar, dan menambah kriteria sampel pada penderita yang
diduga awal appendisitis akut tetapi tidak menjalani operasi untuk mendapatkan
sampel yang tidak terpenuhi dan waktu yang dibatasi. Penelitian ini hanya dapat
nilai kappa 0,6000 yang berkesesuaian baik. Selain itu, dengan memasukkan
sampel penelitian yang harus dioperasi dengan baku emas histopatologis dan
mendapatkan sampel penelitian karena jumlah anak anak yang dioperasi dan
Penelitian ini berupa skrining yang tidak bisa memberikan kepastian karena
ada dua sampel yang nilai AIR skor dan Alvarado skor di bawah cut off point,
tetapi tetap diputuskan untuk dilakukan operasi oleh DPJP, sehingga tidak bisa
dijadikan acuan khusus dan judgement dalam memprediksi appendisitis akut anak.
Selain itu, karena keputusan operasi yang ditentukan oleh DPJP, maka penelitian
BAB VI
6.1 Simpulan
(0,6000) yang berarti skor AIR dapat digunakan sama baiknya dengan
6.2 SARAN
Dapat dilakukan penelitian lagi dengan jumlah sampel yang lebih besar
serta dengan waktu yang lebih lama sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.
1. Burkitt, H.G., Quick, C.R.G., and Reed, J.B. 2007. Appendicitis. In:
Essential Surgery Problems, Diagnosis, and Management. 4th edition.
London: Elsevier, 389-398.
2. Soybel D. Appendix. In: Norton JA, Barie PS, Bollinger RR, et al. Surgery
Basic Science and Clinical Evidence. 2ndEd. New York: Springer. 2008.
3. Seal A. Appendicitis; a historical review, Can J surgery 24: 427-433
57
58
15. Alvarado A, A practical score for the early diagnosis of acute appendicitis,
Ann emerge Med 1986 ; 15 : 557-564
16. Von Muhlen B, Franzon O,, AIR score Assesment for acute appendicitis.
Arq Bras Cir Dig, 2015 ; 28(3) 171-173
17. Malyar A et al. A comparative study of AIR score with Alvarado score in
diagnosis of acute appendicitis, Balkan Military Medical Review 2015 ;
12:18(3): 72-76
18. Ahmed El S. Prognostication of pediatric appendicitis with three scoring
system, Life Sci Journal 2017; 14(6) :17-24.
37. Hidayat A, Uji tingkat kesesuaian skor Ripasa dan skor Alvarado untuk
mendiagnosis Appendisitis Akut, 2014 : 40
38. Rahardjo H, Tingkat kesesuaian dan ketepatan antara kelompok residen
bedah dan kelompok residan anak dalam menggunakan PAS dan Alvarado
skor untuk mendiagnosis Appendisitis Akut pada Anak 2013
39. Lu LN, Shah S, Pediatric Emergency Medicine, Emergency medicine
clinics of north America, Agustus 2013 ; 775-793
40. Khan I, Rehman AU, application of Alvarado Scoring system in the
diagnosis of acute appendicitis ; Med Coll Abbottabad 2005 ; 17 (3)
61
Lampiran 1
Nama
Umur
Alamat
Jenis Kelamin
No. Telp/HP
Pekerjaan
Kewarganegaraan
Tanggal MRS
Tanggal Operasi
Intra Operatif
Diagnosis Pascaoperasi
Operator
Ruang Perawatan
Hasil Pemeriksaan
Histopatologis
Lampiran 2
AIR SCORE
Skoring
Vomiting 1
Light 1
Medium 2
Strong 3
Polymorphonuclear Leucocytes
70-84% 1
WBC
10000-14999 cells/cumm 1
CRP estimation
10-49 mg/l 1
TOTAL
63
Lampiran 3
SKOR ALVARADO
Gejala Skoring
Anoreksia (Anorexia) 1
Tanda
Temperatur ≥ 37,3ºC 1
Laboratorium
TOTAL
64
Lampiran 4
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan
dari pihak manapun.
Peneliti Palembang,............................
Yang memberi pernyataan
Dr A H Kuncoro (...........................................)
65
Lampiran SPSS
Statistics
N Valid 8 8 8 8 8
Missing 0 0 0 0 0
Minimum 5 1 1 1 2
Maximum 17 2 2 2 3
Kategori Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Air Score
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Alvarado Score
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
UJI KAPPA
Count
Alvarado
<9 1 1 2
Total 7 1 8
67
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
N of Valid Cases 8
Count
PA
+ - Total
<9 2 0 2
Total 8 8
Count
PA
* - Total
<7 1 0 1
Total 8 8
68