Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan kehidupan masyarakat merupakan salah satu
komitmen Nasional yang dituangkan dalam Millenium Development Goals
(MDGs). Melalui komite tersebut, pemerintah secara nasional dan global
berupaya untuk lebih mensejahterakan masyarakat melalui pengurangan
kemiskinan dan kelaparan, pendidikan, pemberdayaan perempuan, kesehatan
dan kelestarian lingkungan. Kementrian kesehatan telah menyusun rencana
strategi kesehatan dengan penekanan pencapaian MDGs. Strategi yang telah
ditetapkan diantaranya miningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan
masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama
nasional dan global, meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata,
terjangkau, bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti dengan pengutamaan
pada upaya promotif preventif, meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan
keterjangkauan obat, alat kesehatan dan makanan serta meningkatkan
manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdaya guna dan hasil
guna untuk menetapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian, peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh
pemerintah bersama dengan masyarakat melalui upaya dan pelayanan
kesehatan, baik pelayanan kesehatan perseorangan maupun pelayanan
kesehatan masyarakat di berbagai sarana kesehatan milik pemerintah maupun
swasta. Untuk menjamin hal tersebut, maka pemerintah dalam hal ini
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bertanggung jawab untuk
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat.
Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009, pemerintah bertanggung
jawab merencanakan, menyelenggarakan, mengatur, membina, dan

1
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau
oleh masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, sebagian kewenangan dan
tugas pemerintah pusat di bidang kesehatan dilimpahkan kepada pemerintah
kota daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut,
pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta membentuk Dinas Kesehatan
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Suku Dinas Kesehatan di setiap
kota administrasi yang terdapat di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta
Timur. Wilayah Jakarta Utara yang merupakan bagian dari pemerintah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta terdiri dari 6 (enam) Kecamatan yaitu Koja, Kelapa
Gading, Tanjung Priok, Pademangan, Penjaringan, dan Cilincing.
Dinas Kesehatan Provinsi merupakan unsur pelaksana otonomi daerah
dibidang kesehatan, sedangkan Suku Dinas Kesehatan merupakan unit kerja
dari Dinas Kesehatan Provinsi. Suku Dinas Kesehatan bertanggung jawab
melaksanakan pelayanan perencanaan, pengendalian, dan penilaian efektivitas
pelayanan kesehatan diwilayah kota administrasi.
Suku Dinas Kesehatan merupakan perpanjangan tangan pemerintah
dalam mengelolah bidang kesehatan. Suku Dinas Kesehatan ikut ambil bagian
dalam mensukseskan pembangunan kesehatan melalui upaya kesehatan.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat. Penyelenggaraan
upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dan didukung oleh sumber daya
kesehatan (SDK).
Tugas utama Suku Dinas Kesehatan sebelumnya adalah melaksanakan
perizinan, namun dengan dikeluarkannya Peraturan Gubernur No. 57 tahun
2014 maka sejak Januari 2015 perizinan tenaga kesehatan maupun sarana
kesehatan resmi dilimpahkan kepada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

2
No. 278 tahun 2016, saat ini Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
(Binwasdal) dan pengembangan kesehatan masyarakat, serta kesehatan
perorangan. Sebagai Apoteker memiliki peranan penting dalam Suku Dinas
Kesehatan Kota khususnya dibidang Farmasi Makanan dan Minuman
(Farmakmin) sehingga Apoteker perlu dibekali pengetahuan, pemahaman, dan
aplikasi tentang tata cara pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
(Binwasdal) dari sarana pelayanan kesehatan tersebut.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta bekerja sama dengan
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara menyelenggarakan
kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung selama 10
hari sejak tanggal 20 Maret – 31 Maret 2017. Program PKPA ini dilaksanakan
dengan harapan agar mahasiswa Apoteker dapat mengambil manfaat,
memahami peran dan fungsi Apoteker diPemerintahan,memberikan
pengalaman kerja dan ilmu serta pengetahuan sebagai seorang Apoteker di
Pemerintahan khususnya di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Utara.

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)


Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Utara, calon Apoteker diharapkan mampu untuk:
a. Mengetahui struktur organisasi di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
b. Mengetahui tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
c. Mengetahui dan memahami tugas dan fungsi Apoteker serta kompetensi
Apoteker yang ada di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Utara.

C. Waktu dan Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)


a. Tempat : Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara.
b. Seksi : Sumber Daya Kesehatan, bagian Kefarmasian.

3
c. Alamat : Jl. Yos Sudarso Nomor. 27-29 Tanjung Priok, Jakarta Utara.
d. Waktu : 20 Maret – 31 Maret 2017.

4
BAB II
TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

A. Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta


Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No. 278 tahun 2016, Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan
Provinsi Daerah khusus Ibukota Jakarta. Dinas Kesehatan merupakan unsur
pelaksana yang menyelenggarakan urusan pemerintah bidang kesehatan.
Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya dikoordinasikan oleh Asisten Kesejahteraan Rakyat
Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kesehatan.
Menurut Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 278
tahun 2016, Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
1. Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta
adalah :
a) Penyusunan rencana strategis, rencana kerja dan anggaran dinas
kesehatan.
b) Pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksaan anggaran dinas
kesehatan.
c) Penyusunan kebijakan, pedoman dan standar teknis urusan kesehatan.
d) Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan sistem kesehatan daerah.
e) Perencanaan, pembangunan, pengembangan, dan pembinaan kesehatan
masyarakat, kesehatan lingkungan, serta pelayanan kesehatan.
f) Pengawasan pemantauan, pengendalian dan evaluasi sistem upaya dan
kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan
serta pelayanan kesehatan.

5
g) Pengawasan, pengendalian, pemantauan, dan evaluasi pelayanan
kesehatan pada seluruh saran kesehatan di wilayah daerah.
h) Perencanaan, pengaturan, penyelenggaraan, pembinaan dan
pengawasan upaya kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, lanjut usia dan
penyandang disabilitas.
i) Perencanaan,pengaturan, penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan khusus.
j) Pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit menular dan
penyakit tidak menular serta akibat yang ditimbulkannya.
k) Pengawasan pemantauan pengendalian, pembinaan dan evaluasi
pelayanan RSUD/RSKD.
l) Pengawasan, pengendalian, dan pembinaan kesehatan kerja.
m) Pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan pengembangan infomrmasi
kesehatan.
n) Pembangunan, pengembangan dan pembinaan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan kesehatan.
o) Perencanaan dan pengelolaan pembiayaan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
p) Penanganan kesehatan fakir miskin sesuai dengan lingkup tugasnya.
q) Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi bidang pelayanan kesehatan.
r) Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan saranan di bidang kesehatan.
s) Pengawasan dan pengendalian izin di bidang kesehatan.
t) Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah di
bidang kesehatan.
u) Penegakan peraturan perundang-undangan daerah di bidang kesehatan.
v) Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Dinas Kesehatan.
w) Pengelolaan, ketatausahaan dan kerumahtanggaan Dinas Kesehatan.
x) Pengelolaan kearsipan ,data dan informasi Dinas Kesehatan.

6
y) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas
Kesehatan.
2. Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No. 278 tahun 2016, susunan organisasi Dinas Kesehatan Daerah
Khusus Ibukota Jakarta adalah :
a. Kepala Dinas
b. Wakil kepala dinas
c. Sekretariat, terdiri dari :
1. Subbagian umum.
2. Subbagian kepegawaian.
3. Subbagian Sarana dan prasarana.
4. Subbagian Keuangan.
d. Bidang perencanaan dan pembiayaan terdiri dari:
1. Seksi program dan anggaran.
2. Seksi pengendalian, evaluasi dan pembiayaan kesehatan.
3. Seksi data, informasi dan pelaporan.
e. Bidang kesehatan masyarakat, terdiri dari :
1. Seksi kesehatan keluarga.
2. Seksi gizi, promosi kesehatan dan pembinaan peran serta
masyarakat.
3. Seksi kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan kesehatan
olahraga.
f. Bidang pencegahan dan pengendalian penyakit, terdiri dari :
1. Seksi surveilans, epidemiologi, dan imunisasi.
2. Seksi penyakit menular, tular vektor dan zoonotik.
3. Seksi penyakit tidak menular, kesehatan jiwa dan napza.
g. Bidang pelayanan kesehatan, terdiri dari :
1. Seksi fasilitas layanan kesehatan dasar, tradisional dan
komplementer.
2. Seksi fasilitas kesehatan rujukan dan krisis kesehatan.

7
3. Seksi standarisasi mutu pelayanan kesehatan.
h. Bidang sumberdaya kesehatan, terdiri dari :
1. Seksi pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan.
2. Seksi kefarmasian.
3. Seksi alat kesehatan.
i. Suku dinas kota.
j. Suku dinas kesehatan.
k. Unit pelaksana teknis.
l. Kelompok jabatan fungsional.

B. Kepala Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta


Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No. 278 tahun 2016, Dinas kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekertaris Daerah. Dalam melaksanankan tugasnya Kepala Dinas
Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dibantu oleh seorang Wakil Kepala
Dinas Kesehatan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tugas dan Fungsi
Kepala Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah :
a. Memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas
Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
b. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat, Bidang, Suku
Dinas Kota, Suku Dinas Kabupaten, Unit Pelaksana Teknis, RSUD/RSKD,
Puskesmas, dan Kelompok Jabatan Fungsional.
c. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPD dan/atau
instansi pemerintah/swasta dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
d. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi
Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

8
C. Bidang Sumber Daya Kesehatan
Menurut Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No. 278 tahun 2016 (Pasal 33), Bidang Sumber Daya Kesehatan merupakan
unit kerja lini Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam
melaksanakan pembinaan, pengembangan, dan pengendalian sumber daya
kesehatan. Bidang Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas Kesehatan.
Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan peleaksanaan kebijakan operasional di bidang kefarmasian,
alat kesehatan dan PKRT serta sumber daya manusia kesehatan. Untuk
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Sumber Daya Kesehatan
menyelenggarakan fungsi :
a) Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Bidang
Sumber Daya Kesehatan.
b) Pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Bidang
Sumber Daya Kesehatan.
c) Perumusan dan penyusun kebijakan, pedoman dan standar teknis
pengelolaan, pembinaan, pengembangan, dan pengendalian sumber daya
kesehatan, antara lain tenaga kesehatan, farmasi dan perbekalan, makanan
dan minuman, kerjasama pelayanan dan litbangkes.
d) Pelaksanaan kebijakan, pedoman dan standar teknis pengelolaan,
pembinaan, pengembangan, dan pengendalian sumber daya kesehatan,
antara lain tenaga kesehatan, farmasi dan perbekalan, makanan dan
minuman, kerjasama pelayanan dan litbangkes.
e) Penyusunan peta kebutuhan Diklat dan pengembangan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
f) Pengelolaan kefarmasian dan alat kesehatan.
g) Penyusunan pengembangan kompetensi tenaga kesehatan.
h) Melaksanakan kemitraan dengan organisasi profesi.

9
i) Pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi
perizinan dan non perizinan di bidang sumberdaya kesehatan.
j) Penyusunan bahan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam
rangka penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan
perizinan dan non perizinan di bidang sumberdaya kesehatan.
k) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengawasan
dan pembinaan obat dan perbekalan.
l) Penyusunan pedoman kerjasama pelayanan kesehatan dan litbangkes.
m) Pelaksanaan penilaian prestasi kerja tenaga kesehatan.
n) Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang
Sumber Daya Kesehatan.
Bidang Sumber Daya Kesehatan, terdiri dari 3 seksi adalah :
1. Seksi Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan
Seperti yang tertera pada pasal 35, Peraturan Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 278 tahun 2016, Seksi Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan merupakan satuan
kerja Bidang Sumber Daya Kesehatan dalam pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan tenaga kesehatan. Seksi Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Sumber Daya Kesehatan. Seksi Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas :
a. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran
Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan Iingkup tugasnya.
c. Menyusun bahan kebijakan, pedoman dan standar teknis pembinaan,
pengembangan kompetensi dan pengendalian tenaga fungsional
tertentu (kesehatan) di Dinas Kesehatan dan jajarannya.
d. Merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan.

10
e. Melakukan pendayagunaan melalui pemerataan dan pengembangan
tenaga kesehatan.
f. Menyusun bahan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan praktik tenaga kesehatan.
g. Menyusun peta kebutuhan dan evaluasi pendidikan/pelatihan
pegawai.
h. Melaksanakan kegiatan proses izin belajar dan tugas belajar bagi
pegawai.
i. Melaksanakan koordinasi, pembinaan dan pengendalian serta
monitoring dan evaluasi dokter internsip.
j. Melaksanakan penilaian dan penetapan angka kredit jabatan
fungsional tenaga kesehatan.
k. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan SKPD/UKPD dan
Instansi Pemerintah/Swasta, organisasi profesi kesehatan.
l. Menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP baik
perizinan atau non perizinan praktik tenaga kesehatan perorangan.
m. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan SKPD/UKPD dan
Instansi Pemeintah/Swasta, organisasi profesi kesehatan terkait dalam
rangka penelitian dan pengembangan kesehatan.
n. Melaksanakan penilaian tenaga kesehatan teladan.
o. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Seksi Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan.
2. Seksi Kefarmasian
Pada pasal 36, Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta No. 278 tahun 2016, Seksi Kefarmasian merupakan
satuan kerja Bidang Sumber Daya Kesehatan dalam pelaksanaan
Kefarmasian. Seksi Kefarmasian dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Sumber Daya Kesehatan. Seksi Kefarmasian mempunyai tugas :
a. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya.

11
b. Melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran
Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan bahan kebijakan, pedoman dan standar teknis
pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
pengadaan bahan baku, produksi, distribusi, dan pelayanan
kefarmasian.
d. Melaksanakan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi
perizinan dan non perizinan pada Kefarmasian dan PIRT.
e. Menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam
rangka penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/
penyalahgunaan perizinan dan non perizinan pada Kefarmasian dan
PIRT.
f. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pengawasan, pembinaan dan pengendalian sarana produksi,
peredaran, perdagangan obat, kosmetik, obat tradisional.
g. Melaksanakan pengelolaan vaksin, obat program penanggulangan
tuberkulosis, malaria, HIV/AIDS, diare, kusta, kesehatan ibu dan
anak, vitamin A dan gizi tingkat provinsi, serta bahan farmasi
dukungan pelayanan kesehatan kloter haji.
h. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPD dan
instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan
kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
pengadaan bahan baku, produksi, peredaran, perdagangan dan
penggunaan obat dan PIRT.
i. Mengelola data dan informasi usaha dan kegiatan produksi,
peredaran, perdagangan, dan penggunaan obat dan PIRT.
j. Mengelola data dan informasi, laporan narkotika dan psikotropika
tingkat provinsi.
k. Melaksanakan pengelolaan logistik obat, perbekalan kesehatan buffer
bencana tingkat provinsi.

12
l. Melaksanakan pembinaan penggunaan obat generik dan advokasi
implementasi pedoman dan standar untuk peningkatan penggunaan
obat rasional tingkat provinsi.
m. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Kefarmasian.
3. Seksi Alat Kesehatan
Pada pasal 37, Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta No. 278 tahun 2016, Seksi Alat Kesehatan merupakan
satuan kerja Bidang Sumber Daya Kesehatan dalam pelaksanaan Alat
Kesehatan. Seksi Alat Kesehatan dipimpi oleh seorang Kepala Seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Sumber Daya Kesehatan. Seksi Alat Kesehatan mempunyai tugas :
a. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran
Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya.
c. Menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang Pegawasan
Produksi dan distribusi alat kesehatan PKRT dan reagensia.
d. Menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang tata kelola
perbekalan kesehatan.
e. Menyusun standar alat kesehatan untuk pelayanan kesehatan
pemerintah di Provinsi DKI Jakarta.
f. Mengoordinasikan pengadaan Alat Kesehatan konsolidasi.
g. Mengoordinasikan pengelolaan dan pelaporan alat kesehatan, PKRT
dan Reagensia di Puskesmas dan RSUD.
h. Memberi bimbingan teknis dan supervise di bidang distriusi alat
Kesehatan PKRT dan reagensia.
i. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pengawasan, pembinaan dan pengendalian sarana produksi,
peredaran, perdagangan alat kesehatan PKRT dan reagensia.

13
j. Menyusun bahan rekomendasi kepada penyelengara PTSP dalam
rangka penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/
penyalahgunaan perizinan dan non perizinan Alat Kesehatan, PKRT
dan reagensia.
k. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPD,
Organisasi Profesi dan instansi Pemerintah/Swasta terkait, dalam
rangka pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian terhadap produksi, peredaran, perdagangan dan
penggunaan alat kesehatan PKRT dan reagensia.
l. Mengoordinasikan dengan Dinas yang melaksanakan urusan
penanaman modal dan pelayanan perizinan dan non perizinan dalam
mengelola dat dan informasi usaha dan kegiatan produksi, peredaran,
perdagangan, dan penggunaan sediaan farmasi dan PIRT.
m. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan di bidang distribusi alat
kesehatan PKRT dan reagensia.
n. Menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang surveilan
alkes dan perbekalan kesehatan.
o. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang
pengawasan alkes dan perbekalan kesehatan.
p. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan alkes dan
perbekalan kesehatan.
q. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Alat Kesehatan.

D. Landasan Hukum
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.

14
d. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika.
e. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan.
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah
Otonom.
j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
k. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.35 tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
l. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.30 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
m. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
n. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.3 tahun 2015
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Kefarmasian.
o. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.889 / Menkes /
Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian.
p. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 006 tahun 2012
Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional.

15
q. Keputusan Menteri Kesehatan No.1331/Menkes/SK/X/2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No.167/Kab/B.VII/72
tentang Pedagang Eceran Obat.
r. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.267/Menkes/
SK/III/2008 tentang Pedoman TeknisPengorganisasian Dinas
Kesehatan Daerah.
s. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.HK.
03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
t. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 10
tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
u. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 278
tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan.

E. Pekerjaan Kefarmasian
1. Definisi Pekerjaan Kefarmasian
Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional.
2. Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian
2.1 Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi
Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada fasilitas produksi,
distribusi atau penyaluran dan pelayanan sediaan farmasi yang
dilakukan oleh tenaga kefarmasian. Pengadaan sediaan farmasi harus
dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat dan khasiat sediaan
farmasi. Pekerjaan kefarmasian yang berkaitan dengan proses
produksi dan pengawasan mutu sediaan farmasi pada fasilitas
produksi sediaan farmasi wajib dicatat oleh tenaga kefarmasian sesuai

16
dengan tugas dan fungsinya, yang sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional.
2.2 Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi
Pekerjaan kefarmasian dalam produksi sediaan farmasi harus
memiliki Apoteker Penanggung Jawab. Apoteker Penanggung Jawab
dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian. Fasilitas produksi sediaan farmasi dapat berupa Industri
Farmasi Obat, Bahan Baku Obat, Obat Tradisional, dan Pabrik
Kosmetik. Industri Farmasi harus memiliki tiga orang apoteker
sebagai penanggung jawab masing-masing pada bidang Pemastian
Mutu, Produksi, dan Pengawasan Mutu setiap produksi sediaan
farmasi. Industri Obat Tradisional dan Pabrik Kosmetik harus
memilki sekurang-kurangnya satu orang Apoteker sebagai
penanggung jawab. Dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian
dalam produksi sediaan farmasi harus memenuhi ketentuan Cara
Pembuatan Yang Baik.
2.3 Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi
Pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atan penyaluran
sediaan farmasi harus memilki apoteker penanggung jawab. Pekerjaan
kefarmasian yang berkaitan dengan distribusi atan penyaluran sediaan
farmasi wajib dicatat oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan tugas
dan fungsinya, yang sesuai dengan Standar Prosedur Operasional.
2.4 Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Kefarmasian
Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian yaitu Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Puskesmas, Klinik, Toko Obat dan Praktek bersama. Dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping
dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.

17
3. Tujuan Pengaturan Pekerjaan Kefarmasian
Tujuan pengaturan Pekerjaan Kefarmasian dimaksudkan untuk :
a. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam
memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa
kefarmasian.
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan Pekerjaan
Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta peraturan perundangan-undangan.
c. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga
Kefarmasian.
4. Tenaga Kefarmasian
Tenaga Kefarmasian terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian. Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi. Surat
tanda registrasi yang dimaksud diperuntukkan bagi Apoteker berupa
STRA, dan Tenaga Teknis Kefarmasian berupa STRTTK.
SetiapTenaga Kefarmasian yang melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga
Kefarmasian bekerja.
1) SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di
Apotek, Puskesmas atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
2) SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian sebagai
Apoteker pendamping.
3) SIK bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di
fasilitas kefarmasian di luar Apotek dan Instalasi Farmasi Rumah
Sakit atau SIK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan
Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.
5. Standar Kompentensi Apoteker
Apoteker merupakan pelaku utama pelayanan kefarmasian yang
bertugas sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan dan diberi
wewenang sesuai kompetensi pendidikan yang diperolehnya, sehingga

18
terkait erat dengan hak dan kewajibannya. Status hokum praktik
kefarmasian di Indonesia telah jelas bahwa praktik kefarmasian Apoteker
harus teregistrasi oleh Komite Farmasi Nasional (KFN) dan harus
memiliki Sertifikat Kompetensi sebagai pengakuan kompetensinya.
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia merupakan ukuran keahlian
apoteker yang akan menjalankan praktik kefarmasiannya. Standar
Kompetensi Apoteker Indonesia terdiri dari sembilan unit kompetensi
yang masing-masing terdiri dari beberapa elemen, yaitu :
1. Unit kompetensi satu merupakan etika profesi dan profesionalisme
Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian, terdiri dari tujuh
elemen:
a. Menguasai kode etik yang berlaku dalam praktik profesi.
b. Mampu menerapkan praktik kefarmasian secaralegal dan
profesional sesuai kode etik Apoteker Indonesia.
c. Memiliki keterampilan komunikasi.
d. Mampu komunikasi dengan pasien.
e. Mampu komunikasi dengan tenaga kesehatan.
f. Mampu komunikasi secara tertulis.
g. Mampu melakukan konsultasi/konseling sedian farmasi dan alat
kesehatan (konseling farmasi).
2. Unit kompetensi dua merupakan keahlian Apoteker dalam
menyelesaikan setiap permasalahan terkait penggunaan sediaan
farmasi. Keahlian ini bukan sekedar kemampuan teknis akan tetapi
secara substantif dibentuk oleh karakter patientcare, sehingga
disamping mendeskripsikan pemahaman penyelesaian masalah juga
keterampilan dan karakter yang didasari kepedulian kepada pasien.
Terdiri dari enam elemen :
a. Mampu menyelesaikan masalah penggunaan obat yang rasional.
b. Mampu melakukan telaah penggunaan obat pasien.
c. Mampu monitoring efek samping obat (MESO).
d. Mampu melakukan evaluasi penggunaan obat.

19
e. Mampu melakukan praktik Therapeutic Drug Monitoring (TDM).
f. Mampu mendampingi pengobatan mandiri (Swamedikasi) oleh
pasien.
3. Unit kompetensi tiga merupakan keahlian dasar Apoteker yang
meliputi unsur pengetahuan, keterampilan dan karakter sebagai care
giver. Terdiri dari tiga elemen:
a. Mampu melakukan penilaian resep.
b. Melakukan evaluasi obat yang diresepkan.
c. Melakukan penyiapan dan penyerahan obat yang diresepkan.
4. Unit kompetensi empat merupakan keahlian dalam memformulasi dan
memproduksi sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang
berlaku. Terdiri dari lima elemen:
a. Mampu melakukan persiapan pembuatan/produksi obat.
b. Mampu membuat formulasi dan pembuatan/produksi sediaan
farmasi.
c. Mampumelakukan iv-admixture dan mengendalikan sitostatika/
obat khusus.
d. Mampu melakukan persiapan persyaratan sterilisasi alat kesehatan.
e. Mampu melakukan sterilisasi alat kesehatan sesuai prosedur
standar.
5. Unit kompetensi lima merupakan keterampilan dalam meng -
komunikasikan pemahaman terhadap sediaan farmasi serta pengaruh
(efek) yang ditimbulkan bagi pasien. Unit kompetensi ini disamping
terbentuk pengetahuan juga keterampilan berkomunikasi serta sikap
dan perilaku untuk menyampaikan informasi. Terdiri dari dua elemen:
a. Pelayanan informasi obat.
b. Mampu menyampaikan informasi bagi masyarakat dengan
mengindahkan etika profesi kefarmasian.
6. Unit kompetensi enam merupakan pemahaman Apoteker terhadap
permasalah public health yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar,
untuk kemudian berkontribusi sesuai dengan keahlian dan

20
kewenangannya menurut peraturan perundang-undangan. Terdiri dari
satu elemen yaitu mampu bekerja sama dalam pelayanan kesehatan
dasar.
7. Unit kompetensi tujuh merupakan kemampuan Apoteker dalam
bidang manajemen dengan didasari oleh pemahaman terhadap sifat
fisika kimia sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta keahlian
memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu untuk mempermudah
pengelolaan. Terdiri dari enam elemen :
a. Seleksi sediaan farmasi dan alat kesehatan.
b. Mampu melakukan pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
c. Mampu mendesign, melakukan penyimpanan, dan distribusi
sediaan farmasi dan alat kesehatan.
d. Mampu melakukan pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan sesuai peraturan.
e. Mampu menetapkan sistem dan melakukan penarikan sediaan
farmasi dan alat kesehatan.
f. Mampu melakukan infrastruktur dalam pengelolaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan.
8. Unit kompetensi delapan merupakan keterampilan dalam mengelola
dan mengorganisasikan serta ketrampilan menjalin hubungan
interpersonal dalam melakukan praktik kefarmasian. Terdiri dari
enam elemen :
a. Mampu merencanakan dan mengelola waktu kerja.
b. Mampu optimalisasi kontribusi diri terhadap pekerjaan.
c. Mampu bekerja dalam tim.n
d. Mampu membangun kepercayaan diri.
e. Mampu menyelesaikan masalah.
f. Mampu mengelola konflik.
9. Unit kompetensi sembilan merupakan karakter dan perilaku Apoteker
untuk selalu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dengan
menyadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

21
sangat cepat sehingga selalu memiliki karakter life-long learner.
Terdiri dari dua elemen :
a. Belajar sepanjang hayat dan kontribusi untuk kemajuan profesi.
b. Mampu menggunakan teknologi untuk pengembangan
profesionalitas.

22
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA UTARA

A. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara


Suku Dinas Kesehatan Kota merupakan unit kerja Dinas Kesehatan
pada kota administrasi, Suku Dinas Kesehatan Kota dipimpin oleh seorang
Kepala Suku Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas, serta secara operasional dikoordinasikan oleh Walikota.
Suku Dinas Kesehatan Kota mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
pembinaan, pengawasan dan pengendalian dan pengembangan kesehatan
masyarakat, serta kesehatan perorangan. Suku Dinas Kesehatan Kota
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Suku Dinas
Kesehatan Kota.
b. Pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran suku
Suku Dinas Kesehatan Kota.
c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan
keluarga, peningkatan program gizi dan PPSM serta promosi dan
informasi kesehatan.
d. Pengoordinasian kegiatan Puskesmas, dan Rumah Sakit dalam pelayanan
kesehatan UKM dan UKP.
e. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya
peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat.
f. Pelayanan kesehatan perorangan dan komunitas, pelayanan kesehatan
keahlian dan tradisional dan pengendalian penanggulangan kegawat
daruratan, bencana serta KLB.
g. Pengendalian pencegahan dan pemberantasan penyakit menular/tidak
menular serta pelaksanaan survelans kesehatan.

23
h. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan haji
dan bimbingan kesehatan jamaah haji.
i. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan farmasi.
j. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pengembangan penerapan sistem
manajemen mutu kesehatan.
k. Pengendalian pencapaian standarisasi saranan dan prasarana pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
l. Melaksanankan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi
perizinan dan non perizinan di bidang kesehatan.
m. Menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan
perizinan dan non perizinan di bidang kesehatan.
n. Pengkoordinasian penegakan peraturan perundang-undangan di bidang
kesehatan pada lingkup kota administrasi.
o. Pengelolaan dan pengembangan data dan teknologi informasi.
p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas Kesehatan
Kota.
q. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pememliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas Kesehatan Kota.
r. Perencanaan, pengawasan pembangunan dan pemeliharaan fasilitas
kesehatan.
s. Pelaksanaan rehab berat dan rehab sedang sarana dan prasarana kesehatan.
t. Pengelolaan kearsipan Suku Dinas Kota.
u. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan dan kerumah tanggaan Suku Dinas
Kota.
v. Pelaksanaan publikasi kegiatan dan pengaturan acara Suku Dinas
Kesehatan Kota.
w. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku
Dinas Kesehatan Kota.

24
Untuk Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan
fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota disampaikan oleh Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kota kepada Kepala Dinas dengan tembusan kepada Walikota.

B. Visi dan Misi


Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara
yaitu “Menjadi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi yang Profesional
Menuju Jakarta Utara Sehat untuk Semua”. Untuk menunjukkan visi terebut,
maka telah ditetapkan misi:
1) Meningkatkan kompetensi seluruh sumber daya manusia (SDM) di jajaran
Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Utara.
2) Mengembangkan pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi.
3) Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja.
4) Meningkatkan sistem informasi yang cepat, tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan berbasis komputer.
5) Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih.
6) Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih, sehat, serta
untuk penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana.
7) Meningkatkan kualitas dan waktu respon pelayanan kesehatan gawat
darurat dan bencana.
8) Meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi
profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi
masalah-masalah kesehatan masyarakat Jakarta Utara.
9) Menindaklanjuti pengaduan masyarakat.

C. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta


Utara.
Seperti ketentuan pasal 40 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta No. 278 tahun 2016, adapun struktur organisasi Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara terdiri dari :
1. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi.

25
2. Subbagian Tata Usaha.
3. Seksi Kesehatan Masyarakat.
4. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
5. Seksi Pelayanan Kesehatan.
6. Seksi Sumber Daya Kesehatan.
7. Puskesmas Kecamatan.
8. Puskesmas Kelurahan.
9. Subkelompok Jabatan Fungsional.
Berikut akan di jelaskan tugas terkait struktur organisasi Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara :
1. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dipimpin oleh seorang
Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, serta secara
operasional dikoordinasikan oleh Walikota. Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi mempunyai tugas :
a. Memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi.
b. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas subbagian, seksi, puskesmas,
RSUD/RSKD, dan subkelompok jabatan fungsional Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi.
c. Melaksanankan kerjasama dan koordinasi dengan SPKD/UPKD
dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi.
d. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan
fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi.
2. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi dalam pelaksanaan administrasi suku dinas
kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di

26
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi. Subbbagian Tata Usaha mempunyai tugas :
a. Menyusun bahan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan
anggaran Suku Dinas Kesehatan Kota sesuai dengan lingkup
tugasnya.
b. Melaksanankan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran
Suku Dinas Kesehatan Kota sesuai dengann lingkup tugasnya.
c. Mengoordinasikan penyusunan rencana strategis dan rencana kerja
dan anggran Suku Dinas Kesehatan Kota.
d. Melaksanakan kegiatan pengelolaan kepegawaian Suku Dinas
Kesehatan Kota.
e. Melaksanankan monitoring dan evaluasi kepegawaian Suku Dinas
Kesehatan Kota, Puskesmas dan RSUD/RSKD
f. Melaksanankan pengelolaan keuangan dan barang Suku Dinas
Kesehatan Kota.
g. Mengoordinasikan pengelolaan aset Suku Dinas Kesehatan Kota,
Puskesmas dan RSUD/RSKD.
h. Melaksanakan kegiatan pengelolaan ketatausahaan dan
kerumahtanggaan Suku Dinas Kesehatan Kota.
i. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara dan pengaturan acara Suku
Dinas Kesehatan Kota.
j. Melaksanakan kegiatan pengelolaan surat menyurat dan kearsipan
Suku Dinas Kesehatan Kota.
k. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan kebersihan, keindahan,
keamanan, dan ketertiban kantor.
l. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan Suku Dinas
Kesehatan Kota.
m. Mengjimpun manganalisa dan mengajukan kebutuhan penyediaan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana Suku Dinas Kesehatan Kota.
n. Menerima, menyimpan dan mendistribusikan prasarana dan sarana
kantor Suku Dinas Kesehatan Kota.

27
o. Menyampaikan dokumen penerimaan, penyimpanan, pendistribusian
dan penghapusan barang untuk dibukukan.
p. Mengoordinasikan penyusunan laporan keuangan, kinerja, kegiatan
dan aktuabilitas bidang pengawasan pengendalian dan perlindungan
konsumen.
q. Melaksanakan manajemen data base kesehatan melalui SIK
terintegrasi.
r. Melaksanakan perencanaan, monitoring pembangunan,
pengembangan dan perawatan/rehan, sarana dan prasarana kerja
kesehatan sesuai dengan kewenangannya.
s. Melaksanakan rehab beraty dan rehab sedang sarana dan prasarana.
t. Melakukan koordinasi dengan SPKD/UPKD tentang pengadaan
sarana dan prasarana.
u. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pengelolahan data dan
informasi.
v. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengenalian terhadap
pelaksanaan kegiatan pengelolaan data dan informasi.
w. Melaksanakan pengelolaan kehumasan Suku Dinas Kesehatan Kota.
x. Melakukan Binwasdal pelaksanaan Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan.
y. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan
fungsi Subbagian Tata Usaha.
3. Seksi Kesehatan Masyarakat
Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja lini Suku Dinas
Kesehatan Kota dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengawasan
di bidang kesehatan keluarga, gizi masyarakat promosi kesehatan,
pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
olah raga. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala
Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Suku Dinas Kesehatan Kota. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai
tugas :

28
a. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
Suku Dinas Kesehatan Kota sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan rencana strategus dan dokumen pelaksanaan anggaran
Suku Dinas Kesehatan Kota sesuai dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan
maternal, pelayanan kegawat daruratan maternal, kelangsungan hidup
balita dan anak prasekolah, kualitas hidup balita dan anak prasekolah,
kesehatan usia sekolah dan remaja diluar sekolah, kesehatan
reproduksi dan keluarga berencana, KTA/KTP, akses dan kualitas
kesehatan usia lanjut serta fasilitas pelayanan kesehatan.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
kegiatan pelayanan kesehatan maternal, pelayanan kegawat daruratan
maternal, kelangsungan hidup balita dan anak prasekolah, kualitas
hidup balita dan anak prasekolah, kesehatan usia sekolah dan remaja
diluar sekolah, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana,
KTA/KTP, akses dan kualitas kesehatan usia lanjut serta fasilitas
pelayanan kesehatan.
e. Melaksanakan pembinaan petugas pelaksana dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan pelayanan kesehatan maternal, pelayanan kegawat daruratan
maternal, kelangsungan hidup balita dan anak prasekolah, kualitas
hidup balita dan anak prasekolah, kesehatan usia sekolah dan remaja
diluar sekolah, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana,
KTA/KTP, akses dan kualitas kesehatan usia lanjut serta fasilitas
pelayanan kesehatan.
f. Melaksanakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dalam
upaya pengembangan pelayanan kesehatan maternal, pelayanan
kegawat daruratan maternal, kelangsungan hidup balita dan anak
prasekolah, kualitas hidup balita dan anak prasekolah, kesehatan usia
sekolah dan remaja diluar sekolah, kesehatan seproduksi dan keluarga
berencana, KTA/KTP, akses dan kualitas kesehatan usia lanjut serta
fasilitas pelayanan kesehatan.

29
g. Melaksanakan pengendalian mutu pelaksanaan kegiatan promosi
kesehatan, gizi dan pemberdayaan masyarakat.
h. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan
promosi kesehatan, perkesmas (KPLDH), gizi dan pemberdayaan
masyarakat.
i. Melaksanakan pembinaan petugas pelaksana dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan promosi kesehatan, gizi dan pemberdayaan masyarakat.
j. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan penyebarluasan
informasi program kesehatan.
k. Melakukan upaya pengembangan kerja sama dan koordinasi lintas
program dan lintas sektoral dengan SPKD/UPKD dan/atau instansi
Pemerintahan/swasta/organisasi terkait, dalam upaya perbaikan gizi,
promosi kesehatan dan pembinaan peran serta masyarakat serta
Perkesmas (KLPDH).
l. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga.
m. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan kesehatan
lingkungan termasuk pengendalian limbah, kesehatan kerja dan
kesehatan olahraga.
n. Melaksanakan pembinaan petugas pelaksana dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan kesehatan
olahraga.
o. Melaksanakan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi
perizinan dan non perizinan pada kesehatan lingkungan.
p. Memberikan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian perizinan dan non perizinan pada kesehatan
lingkungan.
q. Memberikan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan
perizinan dan non perizinan pada kesehatan lingkungan.

30
r. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan kesehatan lingkungan pada
penanggulangan bencana dan kegiatan-kegiatan khusus.
s. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam
upaya pengembangan kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
kesehatan olahraga.
t. Mengelola data dan informasi kegiatan di seksi kesehatan masyarakat.
u. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan
masyarakat.
v. Melaksanakan koordinasi program Kesehatan masyarakat dengan
SPKD/UKPD jajaran Kesehatan.
w. Melaksanakan koordinasi dengan sektor terkait dan masyarakat
profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan
masyarakat.
x. Melaksanakan manajemen data base Program kesehatan masyarakat
melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi.
y. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksnaan tugas dan
seksi kesehatan masyrakat.
4. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Seksi pencegahan dan pengendalian penyakit merupakan satuan
kerja lini Suku Dinas Kesehatan Kota dalam pelaksanan dan pengawasan
kegiatan di bidang surveilans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa. Seksi pencegahan dan
pengendalian penyakit dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku
Dinas Kesehatan Kota. Seksi pencegahan dan pengendalian penyakit
mempunyai tugas :
a. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
Suku Dinas Kesehatan Kota sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran
Suku Dinas Kesehatan Kota sesuai dengan lingkup tugasnya.

31
c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan surveilans penyakit
potensial wabah dan penyakit infeksi emerging, penanggulangan
Kejadian Luar Biasa, kekarantinaan kesehatan serta surveilans
kematia, imunisasi dasar, imunisasi lanjutan dan khusus serta
kesehatan haji dan matra.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
kegiatan surveilans penyakit potensial wabah dan penyakit infeksi
emerging, penanggulangan Kejadian Luar Biasa, kekarantinaan
kesehatan serta surveilans kematian, imunisasi dasar, imunisasi
lanjutan dan khusus serta kesehatan haji dan matra.
e. Melaksanakan pembinaan petugas pelaksana dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan surveilans penyakit potensial wabah dan penyakit infeksi
emerging, penanggulangan Kejadian Luar Biasa, kekarantinaan
kesehatan serta surveilans kematian, imunisasi dasar, imunisasi
lanjutan dan khusus serta kesehatan haji dan matra.
f. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan fasilitas pelayanan
kesehatan, SKPD/UKPD dan instansi pemerintah/swasta/organisasi
terkait lainnya, dalam rangka surveilans penyakit potensial wabah dan
penyakit infeksi emerging, penanggulangan kejadian Luar Biasa,
kekarantinaan kesehatan serta surveilans kematian, imunisasi dasar,
imunisasi lanjutan dan khusus serta kesehatan haji dan matra.
g. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama pelaksanaan bantuan teknis
dan lintas sektor dalam pengendalian KLB.
h. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan
dugaan wabah serta keracunan makanan.
i. Mengelola sistem jaringan informasi wabah/kejadian Luar Biasa
(KLB) dan surveilans dalam rangka sistem kewaspadaan dini (SKD).
j. Mengoordinasikan pelaksanaan penyelidikan epidemiologi, analisis,
pelaporan dalam rangka kewaspadaan dini dan respons Kejadian Luar
Biasa dan wabah.

32
k. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pencegahan dan
pengendalian penyakit menular langsung TB, ISPA, pnemonia, HIV-
AIDS dan IMS, hepatitis & PISP, kusta dan frambusia.
l. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pencegahan dan
pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik : Penyakit Demam
Berdarah, Cikunguya, Japanese Encephalitis (JE), Malaria,
Leptospirosis, Rabies, Flu Burung, Filariasis dan Kecacingan, serta
pengendalian vector penyakit.
m. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan pencegahan
dan pengendalian penyakit menular langsung TB, ISPA, pneumonia,
HIV-AIDS dan IMS hepatitis &PISP, kusta dan frambusia.
n. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan pencegahan
dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik : malaria,
leptopspirosis, rabies, flu burung, antrax, DBD, chikungunya,
japanese encephalitis, filaria, cacingan.
o. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan
pengendalian penyakit menular langsung TB, ISPA, pneumonia,
HIV/AIDS dan IMS, hepatitis & PISP, kusta dan frambusia.
p. Melaksakan pembinaan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan
pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik : malaria,
leptopspirosis, rabies, flu burung, antrax, DBD, chikungunya,
japanese echephalitis, filaria, cacingan.
q. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPD, dan
instansi pemerintah/swasta/ organisasi profesi, LSM, dalam rangka
upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan penyakit
tular vektor zoonotic.
r. Melaksanakan pengendalian muutu kegiatan penyakit tidak menular
dan kesehatan jiwa serta penyalahgunaan Napza.
s. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan penyakit tidak
menular dan kesehatan jiwa serta penyalahgunaan Napza.

33
t. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi kegiatan penyakit tidak
menular dan kesehatan jiwa serta penyalahgunaan Napza.
u. Melaksanankan koordinasi dan kerjasama dengan SPKD/UKPD, dan
instansi pemerintah/ swasta/ organisasi profesi, LSM dalam rangka
upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan keswa
Napza.
v. Melaksanakan manajemen data base program pencegahan dan
pengendalian penyakit melalui system informasi manajemen
kesehatan yang terintegrasi.
w. Melaksanakan koordinasi kerjasama dan kemitraan dengan
SKPD/UKPD, dan instansi pemerintah/swasta/organisasi terkait,
dalam rangka pencegahan dan pengendalian penyakit.
x. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan
fungsi Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
5. Seksi Pelayanan Kesehatan
Seksi pelayanan kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas
Kesehatan Kota dalam pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan di bidang
pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk
peningkatan mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional. Seksi
pelayanan kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertangung jawab kepada Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kota. Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas :
a. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
Suku Dinas Kesehatan Kota sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran
Suku Dinas Kesehatan Kota sesuai lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan pengendalian mutu sarana pelayanan kesehatan dasar,
rujukan dan fasilitas kesehatan penunjang.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap sarana
pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan fasilitas kesehatan penunjang.

34
e. Melaksanakan pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelayanan
kesehatan dasar, rujukan dan fasilitas kesehatan penunjang
f. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan/pencapaian SPM di puskesmas, RSUD/RSKD dan sarana
kesehatan lainnya.
g. Melakukan pengawasan, pengendalian dan monitoring serta evaluasi
perizinan dan non perizinan pada pelayanan kesehatan.
h. Memberi rekomendasi kepada PTSP dalam rangka penetapan perizinan
dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan perizinan dan
non perizinan pada bidang pelayanan kesehatan.
i. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelayanan
kesehatan yang menggunakan metodologi dan teknologi khusus /
khas/spesifik.
j. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi pelayanan kesehatan yang
menggunakan metodologi dan teknologi khusus/khas/spesifik.
k. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian penerapan
sistem manajemen mutu di Puskesmas, RSUD/RSKD.
l. Melaksanakan evaluasi penerapan sistem manajemen mutu di
Puskesmas, RSUD/RSKD.
m. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
persiapan akreditasi fasilitas kesehatan tingkat pertama.
n. Melaksanakan penilaian kinerja fasilitas layanan kesehatan tingkat kota
administrasi.
o. Melaksanakan pemeliharaan sistem manajemen mutu di Suku Dinas
Kesehatan Kota.
p. Melaksanakan kegiatan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan di
bidang kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota.
q. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan pelayanan
kesehatan tradisional, komplementer dan kegawatdaruratan.
r. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi kegiatan pelayanan kesehatan
tradisional, komplementer dan kegawatdaruratan.

35
s. Mengoordinasikan dan melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas
kegawatdaruratan pada petugas dan masyarakat.
t. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas dukungan kesehatan dan
penanganan korban bencana diwilayah.
u. Mengelola data dan informasi sarana pelayanan kesehatan dan kegiatan
kegawatdaruratan dan penanganan korban bencana di wilayah.
v. Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaporan
kegiatan pelayanan rumah sakit, dalam rangka penanggulangan KLB.
w. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kegiatan pelayanan
kesehatan lapangan, pelayanan kesehatan pra rumah sakit,
kegawatdaruratan medis dan korban bencana alam serta pelayanan
kesehatan tertentu.
x. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi kegiatan pelayanan kesehatan
lapangan, pelayanan kesehatan pra rumah sakit, kegawatdaruratan
medis dan korban bencana serta pelayanan kesehatan tertentu.
y. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem pelayanan
kesehatan pada kegawatdaruratan dan penanganan korban bencana.
z. Melaksanakan manajemen data base program pelayanan kesehatan
melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi.
aa. Melaksanakan koordinasi, kerjasama dan kemitraan dengan
SKPD/UKPD dan instansi pemerintah/swasta/organisasi terkait, dalam
rangka pelaksanaan pelayanan kesehatan.
bb. Melaksanakan koordinasi dengan kantor PTSP tingkat kota administrasi
dalam mengelola data dan informasi perizinan fasilitas kesehatan.
cc. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan
fungsi Seksi Pelayanan Kesehatan.
6. Seksi Sumber Daya Kesehatan
Seksi sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku
Dinas Kesehatan Kota dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan
pengawasan di bidang kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta sumber
daya kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan dipimpin oleh seorang

36
Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota. Seksi Sumber Daya Kesehatan
mempunyai tugas :
a. Menyusun bahan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran
Suku Dinas Kesehatan Kota sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran
Suku Dinas Kesehatan Kota sesuai dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi
sumber daya kesehatan, antara lain tenaga kesehatan, farmasi dan
perbekalan, makanan dan minuman, kerjasama pelayanan dan
litbangkes.
d. Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian perizinan dan
non perizinan pada praktik tenaga kesehatan.
e. Melaksanakan evaluasi perizinan dan non perizinan pada praktik
tenaga kesehatan.
f. Memberi rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sangsi atas pelanggaran/penyalahgunaan
perizinan dan non perizinan pada praktik tenaga kesehatan.
g. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi SDK.
h. Melaksanakan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan pegawai.
i. Melaksanakan penilaian dan penetapan angka kredit Jabatan
Fungsional.
j. Melaksanakan verifikasi usulan izin belajar dan tugas belajar.
k. Melakukan monitoring, evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan
kegiatan pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan
tenaga kesehatan, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan
penilaian tenaga kesehatan.
l. Melaksanakan kegiatan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan di
tingkat Suku Dinas Kesehatan Kota.
m. Melaksanakan pengelolaan ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan pada lingkup kota administrasi.

37
n. Melaksanakan pengendalian mutu keamanan pangan dan PIRT.
o. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian keamanan pangan dan
PIRT.
p. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi keamanan pangan dan PIRT.
q. Mengelola obat program,vaksin ,dan makanan tambahan program gizi
tingkat kota administrasi dengan sistem pengelolaan satu pintu.
r. Mengelola logistik obat buffer bencana tingkat kota administrasi.
s. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelayanan kefarmasian
di Puskesmas dan RSUD/RSKD.
t. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi pelayanan kefarmasian di
Puskesmas dan RSUD/RSKD.
u. Melaksanakan pengawasan, pembinaan, dan pengendalian sarana
produksi, peredaran, perdagangan obat, kosmetik, obat tradisional.
v. Memberi rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/penyalahgunaan
perizinan dan non perizinan pada bidang Sumber Daya Keseharan.
w. Melaksanakan pengawasan, pembinaan dan pengendalian sarana
produksi, peredaran, perdagangan alat kesehatan, perbekkes,dan
reagensia.
x. Melaksanakan pengendalian mutu keamanan pangan dan PIRT.
y. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian keamanan pangan dan
PIRT.
z. Melaksanakan pembinaan dan evaluasi keamanan pangan dan PIRT.
aa. Memberikan rekomendasi kepada penyelenggara PTSP dalam rangka
penetapan dan pemberian sangsi atas pelanggaran/penyalahgunaan
perizinan dan non perizinan PIRT.
bb. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/ UKPD,
organisasi profesi dan instansi pemerintah/swasra terkait, dalam
rangka pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian terhadap sumber daya kesehatan.

38
cc. Melakukan koordinasi dengan kantor PTSP tingkat kota administrasi
dalam rangka data dan informasi usaha dan kegiatan produksi,
peredaran, perdagangan dan penggunaan sediaan farmasi, alkes,
perbekalan kesehatan dan PIRT.
dd. Melaksanakan manajemen data base program Sumber Daya
Kesehatan melalui sisten informasi manajemen kesehatan yang
terintegrasi.
ee. Mengelola data dan informasi kegiatan dalam ruang lingkup
pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan.
ff. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Sumber Daya Kesehatan.
7. Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesetuan
upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas
pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas, dapat kami
ringkas paparannya sebagai berikut :
1. Puskesmas
- Jenis Puskesmas menurut pelayanan kesehatan medis, dibagi dua
kelompok yakni :
a. Puskesmas Perawatan, pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat
inap.
b. Puskesmas Non Perawatan, hanya pelayanan kesehatan rawat
jalan.
- Menurut wilayah kerjanya, dikelompokkan menjadi :
a. Puskesmas Induk / Puskesmas Kecamatan.
b. Puskesmas Satelit / Puskesmas Kelurahan.
2. Puskesmas Pembantu (Pustu).

39
3. Puskesmas Keliling.
4. Pondok Bersalin Desa (Polindes).
5. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Dalam Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas tahun 2006
menyebutkan bahwa Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional, standar
wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu
kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab
wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau rukun warga.
Berdasarkan Permenkes No. 75 tahun 2014, pembangunan kesehatan
yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang:
a) Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat.
b) Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.
c) Hidup dalam lingkungan sehat.
d) Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah tercapainya kecamatan sehat. Untuk mencapai visi ini, Puskesmas
menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM). Dalam menyelenggarakan UKP dan UKM,
Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

D. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) Bagian Farmasi


Fungsi pembinaan, pengawasan, dan pengendalian di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi adalah untuk memantau proses-proses dan
produk-produk layanan di bidang kesehatan secara efektif dan efisien dalam
kaitannya untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

40
sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan akan dapat
dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada. Berikut
Binwasdal kefarmasian yang dilakukan di Suku Dinas Kesehatan
kabupaten/kota.
1. Pembinaan
Pembinaan merupakan kegiatan untuk menyiapakan,
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas agar
mempunyai kompetensi untuk memenuhi persyaratan yang dapat
dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi, bimbingan teknis, rujukan
teknologi, forum komunikasi, konsultasi, pelatihan, studi banding, seminar
dan penyuluhan.
Instruksi kerja pembinaan yang dilakukan di Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara melalui Bagian Farmasi Makanan dan Minuman
adalah :
a. Bentuk Pembinaan
Bentuk pembinaan ada 2 cara yaitu :
1. Pertemuan yang diundang ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
2. Pembinaan ditempat berupa pembinaan di sarana pelayanan
kesehatan, dalam ini hal kunjungan petugas Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara ke sarana pelayanan kesehatan Farmasi, Makanan,
dan Minuman.
b. Langkah-langkah pembinaan dalam rangka sosialisasi/ pertemuan
meliputi :
1. Pembuatan kerangka acuan/proposal kegiatanseperti tempat,
waktu, materi, metode, fasilitator, dan biaya.
2. Persiapan pelaksanaan meliputi pembuatan surat undangan,
persiapan ruangan dan alat, konsumsi dan akomodasi serta materi
pendukung pertemuan.
3. Pelaksanaan : pembukaan, pemaparan materi, notulen (perumusan
hasil pertemuan), penutupan.

41
4. Pembuatan laporan kegiatan pembinaan berupa SPJ (Surat
Pertanggung Jawaban) lengkap yang dicopy 4 rangkap.
c. Langkah-langkah pembinaan di sarana pelayanan kesehatan :
1. Membuat jadwal kunjungan pembinaan ke lokasi sarana pelayanan
kesehatan.
2. Menginformasikan jadwal pelaksanaan pembinaan kepada tenaga
dan sarana pelayanan kesehatan melalui surat atau telepon.
3. Membuat surat tugas tim pembinaan.
4. Menyiapakan formulir/daftar isian pembinaan, SPPD (Surat
Perintah Perjalanan Dinas) dan daftar hadir.
5. Pelaksanaan pembinaan disarana meliputi :
a. Menemui pemilik/penanggung jawab sarana.
b. Meninjau ruangan dan kelengkapan fasilitas sarana.
c. Menginformasikan temuan kepada pemilik /penanggungjawab
sarana.
d. Membuat laporan hasil pembinaan, dibuat rangkap 2, satu
untuk sarana pelayanan kesehatan dan satu untuk arsip.
e. Pemilik/penanggungjawab/petugas menandatangani SPPD
(Surat Perintah Perjalanan Dinas) dan membubuhi cap sarana
pelayanan kesehatan sebagai bukti kunjungan tim pembinaan.
f. Menyerahkan laporan hasil pembinaan kepada Kepala Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
2. Pengawasan
pengawasan adalah teknik pemantauan yang tujuannya adalah
melihat adanya kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan dengan prosedur.
Bentuk pengawasan berupa satu laporan yang meliputi supervisi, audit
mutu, serta monitoring dan evaluasi program.
Instruksi kerja pengawasan yang dilakukan di Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara melalui bagian Farmasi Makanan dan Minuman
adalah :
1. Persiapan.

42
2. Menyusun Tim Pengawasan oleh Kepala Seksi.
3. Membuat jadwal pelaksanaan pengawasan semester dan tahunan
oleh koordinator.
4. Membuat surat tugas oleh koordinator yang ditandatangani Kepala
Suku Dinas Kesehatan.
5. Menyiapkan perangkat pengawasan oleh koordinator : check list,
formulir catatan tambahan, SPPD, daftar hadir.
6. Pelaksanaan.
7. Metode pelaksanaan pengawasan dapat berupa audit lapangan,
analisa laporan selama 6 bulan.
8. Pelaksanaan kegiatan pengawasan melalui audit lapangan dilakukan
oleh tim minimal 3 orang dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal
yang sudah ditetapkan dan dengan mempergunakan check list.
9. Setiap penyimpangan dituliskan dalam formulir laporan
ketidaksesuaian.
10. Kegiatan pengawasan dilaksanakan melalui analisa laporan 6
bulanan dilakukan oleh tim pengawasan yang ditindak lanjuti
melalui feed back sebagai hasil audit dan jika diperlukan dapat
dilakukan rapat koordinasi.
11. Setiap check list yang sudah diisi harus ditandatangani oleh tim
pengawasan dan dibuat rangkap 2 (satu untuk tim dan satu lagi untuk
sarana pelayanan kesehatan).
12. Evaluasi.
13. Hasil pengawasan dilakukan dengan penanggung jawab/pemilik
sarana menindak lanjuti hasil laporan pengawasan dari tim.
14. Selanjutnya akan dibuat laporan hasil kegiatan rangkap 3 (Kepala
Suku Dinas, Kepala Seksi) sebagai bahan masukan untuk perbaikan
selanjutnya.
Salah satu pengawasan yang dilakukan oleh Bagian Farmasi
Makanan Minuman di Suku Dinas Jakarta Utara yaitu evaluasi hasil
pelaporan penggunaan obat Narkotik dan Psikotropika.

43
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, apotek,
instalasi farmasi RS, instalasi farmasi klinik, dokter praktik perorangan,
wajib membuat, meyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan
penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika setiap bulan kepada
Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepala balai
setempat. Pelaporan paling sedikit terdiri atas:
1. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika& Psikotropika.
2. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan.
3. Jumlah yang diterima.
4. Jumlah yang diserahkan.
Untuk mempermudah pelaporan, Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian, Direktorat Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
mengembangkan sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
(SIPNAP). Aplikasi ini diperuntukkan bagi seluruh sarana distribusi,
Unit Pelayanan, Instalasi Farmasi kabupaten/kota, Dinas Kesehatan
kabupaten/kota dan Dinas Kesehatan provinsi seluruh Indonesia. Jika
sebagai Unit Pelayanan belum terdaftar silahkan mendaftar terlebih
dahulu di http://www.sipnap.binfar.depkes.go.id.
Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP)
merupakan suatu bentuk pengawasan dan pengendalian sarana
kefarmasian baik produksi, distribusi dan pelayanan dengan tujuan
mencegah terjadinya penyalahgunaan. Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Utara dalam menjalankan tugas dan fungsi Binwasdal mempunyai
wewenang dalam memverifikasi laporan Narkotika dan Psikotropika
disetiap sarana kefarmasian yang berada di wilayah Jakarta Utara, yang
pelaporannya selambat-lambatnya setiap tanggal 10 bulan berjalan.
Kegiatan ini rutin dilakukan setiap bulannya oleh Bagian Farmasi
Makanan Minuman di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.

44
SIPNAP dilakukan secara online menggunakan aplikasi yang
dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebulan
sekali. Tujuannya ialah membangun sistem yang dapat terintegrasi
dalam melakukan pengawasan secara menyeluruh dari penyediaan
hingga penyerahan obat golongan Narkotika dan Psikotropika, sehingga
dapat meminimalkan bahaya penyalahgunaan serta peredaran gelap
Narkotika dan Psikotropika. Pelaporan melalui SIPNAP juga bertujuan
menjamin ketersediaan Narkotika dan Psikotropika jenis tertentu yang
sangat dibutuhkan.
3. Pengendalian
Pengendalian adalah bagian dari kegiatan yang terkoordinasi
untuk mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan program/layanan
agar memenuhi standar.
Pengendalian dilakukan melalui metode pengendalian teknis
pelayanan yang meliputi umpan balik, surat teguran, surat panggilan,
penindakan, bantuan pengendalian KLB, pengendalian dokumen dan
catatan mutu, tinjauan manajemen, tindakan perbaikan dan pencegahan,
pengukuran kepuasan pelanggan maupun pelayanan keluhan pelanggan.
Selain itu pengendalian dilakukan melalui metode pendidikan dan
pelatihan serta peningkatan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem
kesejahteraan.

E. Apotek
Menurut PP 51 tahun 2009, Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian oleh apoteker.
Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, dan
pelayanan informasi obat (PIO).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

45
Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Pemberian
Izin Apotek, suatu Apotek harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :
a. Untuk mendapatkan izin Apotek, Apoteker atau Apoteker yang bekerja
sama dengan pemilik modal yang telah memenuhi persyaratan harus siap
dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan
farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau pihak lain.
b. Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
komoditif yang lain diluar sediaan farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditif yang lain diluar
sediaan farmasi.
Beberapa persyaratan lain yang harus diperhatikan dalam mendirikan
sebuah Apotek terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 tahun
2017.

F. Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP)


Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang disingkat BTSP adalah
satuan kerja perangkat daerah yang menyelenggarakan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah kegiatan
penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya
mulai dari tahap permohonan sampai ketahap terbitnya dokumen dilakukan
secara terpadu di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.Berdasarkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia No.97 tahun 2014, PTSP bertujuan
untuk :
1. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat.
2. Memperpendek proses pelayanan.
3. Mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan,
pasti, dan terjangkau.

46
4. Mendekatkan dan memberikan pelayanan yang lebih luas kepada
masyarakat.
Mulai tanggal 24 Desember 2014 pemberian perizinan dan non
perizinan di bidang kesehatan khususnya pada sarana farmasi makanan dan
minuman yang meliputi Apotek, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT),
Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), Toko obat, Depo farmasi dan
Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) yang sebelumnya dilakukan di Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Utara telah dilimpahkan ke BPTSP (Badan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu) Jakarta Utara.

47
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Suku Dinas Jakarta Utara


Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara yang beralamat di Jl. Yosudarso
Nomor 27 - 29 di gedung Kantor Walikota Jakarta Utara lantai 7. Praktek
Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 31
Maret 2017.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No. 278 tahun 2016 ada beberapa instansi pemerintah yang khusus
menangani bidang kesehatan salah satunya adalah Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Utara yang merupakan unit kerja Dinas
Kesehatan, pada Kota Administrasi Jakarta Utara yang bertanggungjawab
dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan
masyarakat diwilayah Jakarta Utara. Struktur organisasi yang ada di Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Utara terdiri dari :
1. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota.
2. Subbagian Tata Usaha.
3. Seksi Kesehatan Masyarakat.
a. Bagian Kesehatan Keluarga.
b. Bagian Gizi, Promosi Kesehatan dan Pembinaan Peran serta
Masyarakat.
4. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
a. Bagian Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi.
b. Bagian Penyakit Menular, Tular Vektor dan Zoonotik.
c. Bagian Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Napza.
5. Seksi Pelayanan Kesehatan.
a. Bagian Fasilitas Layanan Kesehatan Dasar, Tradisional dan
Komplementer.
b. Bagian Fasilitas Kesehatan Rujukan dan Krisis Kesehatan.

48
c. Bagian Standarisasi Mutu Pelayanan Kesehatan.
6. Seksi Sumber Daya Kesehatan.
a. Bagian Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.
b. Bagian Kefarmasian.
c. Bagian Alat Kesehatan.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Utara berpusat pada Seksi Sumber Daya
Kesehatan (SDK), Menurut Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta No. 278 tahun 2016, Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK)
yaitu pada Bagian Farmasi, Makanan dan Minuman (Farmakmin), karena
pelaksanaan teknis kebijakan tentang kefarmasian terpusat di bidang
Farmakmin. Bagian Farmakmin bertanggungjawab dalam melakukan
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) dan menjaga
ketersediaan obat publik. Khusus Daerah Khusus Ibukota Jakarta pengadaan
perbekalan farmasi dilakukan secara mandiri oleh Puskesmas.
Perencanaan kegiatan, anggaran dan pengadaan obat di Suku Dinas
Kesehatan Kota Jakarta Utara pada bagian Farmakmin dimaksudkan untuk
pengadaan perbekalan farmasi sebagai buffer stok untuk penanggulangan
gawat darurat, bencana, dan kejadian luar biasa (KLB), juga sebagai obat
program.
Beberapa kegiatan yang dikendalikan oleh Seksi Sumber Daya
Kesehatan (SDK) yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman
dalam pelaksanaan Binwasdal (pembinaan, pengawasan, dan pengendalian).
Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Utara juga melakukan kunjungan ke
Apotek, Toko Obat, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) dan Industri
Rumah Tangga Pangan (IRTP), kunjungan ini dilakukan berupa bimbingan
teknis, monitoring dan evaluasi ketersediaan obat.
Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) juga
melakukan kegiatan Binwasdal (persiapan dalam melaksanakan pembinaan,

49
pengawasan, dan pengendalian) pada Toko obat, Usaha Kecil Obat
Tradisional (UKOT), dan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP).

B. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal)


Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Utara adalah melakukan kunjungan ke Apotek yang
ingin memperoleh izin operasional untuk melakukan pekerjaan kefarmasiaan,
sesuai dengan Kepmenkes No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
Setelah pemeriksaan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota
pada Apotek tersebut selanjutnya Surat Rekomendasi dikeluarkan oleh Suku
Dinas Kesehatan ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk
mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA). Sejak Januari tahun 2015 perizinan
tenaga kesehatan maupun sarana kesehatan resmi dilimpahkan kepada
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Beberapa kegiatan yang dikendalikan oleh Seksi Sumber Daya
Kesehatan yang membawahi sub seksi Farmasi Makanan dan Minuman
dalam pelaksanaan Binwasdal (pembinaan, pengawasan, dan pengendalian)
antara lain sebagai berikut: Pembinaan yang dilakukan dari Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara adalah dengan cara melakukan pertemuan koordinasi
tenaga kesehatan dengan menghadirkan narasumber baik dari
provinsi/kabupaten/kota (diadakan seminar/workshop). Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara juga melakukan kunjungan ke Apotek, Toko Obat,
Usaha Mikro Obat Tradisionl (UMOT) dan Sertifikat Produk Pangan Industri
Rumah Tangga (SPP-IRT), kunjungan ini dilakukan berupa bimbingan teknis,
monitoring dan evaluasi ketersediaan obat. Koordinator Farmasi Makanan
dan Minuman juga melakukan kegiatan Binwasdal (persiapan dalam
melaksanakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) pada Toko obat,
Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), dan Pangan Industri Rumah Tangga
(PIRT).

50
Binwasdal bertujuan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, terjamin, dan terjangkau bagi masyarakat dengan sarana kesehatan
yang menunjang pelayanan kesehatan prima. Kegiatan Binwasdal dilakukan
dengan meninjau langsung ke lokasi sarana kesehatan. Adapun kegiatan
Binwasdal meliputi pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Kegiatan
pembinaan dilakukan dengan memberikan sosialisasi dan penyuluhan,
kegiatan pengawasan dilakukan dengan melaksanakan kunjungan ke lokasi
sarana kesehatan melalui kegiatan supervisi, dan kegiatan pengendalian
dilakukan dengan memberikan tindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan
seperti surat peringatan ataupun sanksi. Dari kegiatan Binwasdal tersebut,
akan dibuat berita acara sebagai hasil supervisi yang dilakukan oleh Suku
Dinas Kesehatan yang kemudian akan didokumentasikan oleh Seksi Sumber
Daya Kesehatan.
Kegiatan Binwasdal ke Apotek yang dilaksanakan oleh Suku Dinas
Kesehatan Kota Jakarta Utara lebih kepada Binwasdal kelengkapan di sarana
kefarmasian antara lain memeriksa kelengkapan administrasi, kelengkapan
peralatan apotek, kelengkapan obat, kerapihan penyusunan obat dan
kebersihan apotek. Kelengkapan administrasi apotek meliputi Surat Izin
Apotek (SIA), Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), dokumentasi resep dan
kartu stok obat terutama obat Narkotika dan Psikotropika serta dokumentasi
pemesanan obat. Sementara kelengkapan peralatan apotek antara lain adalah
lemari es, alat pemadam kebakaran, dan timbangan yang telah ditara.
Pelanggaran apotek yang sering dijumpai di lapangan saat Binwasdal di
Apotek adalah ketidak hadiran Apoteker di Apotek dan administrasi
perbekalan farmasi yang kurang baik. Pelaporan Narkotika oleh Apotek
kepada Suku Dinas Kesehatan Kota juga sering mengalami keterlambatan.
Suku Dinas Kesehatan menetapkan batas akhir pelaporan bulanan Narkotika
pada tanggal 10 setiap bulannya.
Kegiatan pelaporan secara rutin yang dilakukan oleh sarana kesehatan
(Apotek, Rumah Sakit, dan Puskesmas) kepada Suku Dinas Kesehatan Kota
sebagai salah satu bentuk pengawasannya itu, setiap sarana kesehatan wajib

51
melaporkan penggunaan obat Narkotika dan Psikotropika setiap bulannya.
Dengan menggunakan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
(SIPNAP) yakni sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan
Psikotropika dari unit pelayanan kesehatan melaporkan ke Direktorat Binfar
dan Alkes. Tujuan dari laporan penggunaan obat Narkotikadan
Psikotropikaadalah agar tidak terjadi penyalahgunaan obat yang dapat
menyebabkan sifat adiktif bagi masyarakat. Koordinator Farmakmin juga
bertanggung jawab menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara
PTSP dalam rangka penetapan dan pemberian sanksi atas
pelanggaran/penyalahgunaan perizinan dan non perizinan pada sumber daya.
Berdasarkan hasil rekapitulasi laporan yang dilakukan, ditemukan
masih banyak sarana pelayanan kesehatan yang tidak melakukan pelaporan
penggunaan Narkotika dan Psikotropika serta adanya keterlambatan pelaporan
dari sarana kefarmasian tersebut. Suku Dinas Kesehatan Kota berperan
sebagai instansi yang berwenang melakukan inspeksi terhadap sarana
pelayanan kesehatan yang tidak melaporkan jumlah penggunaan obat. Khusus
untuk Puskesmas selain laporan Narkotika dan psikotropika, juga wajib
melaporkan penggunaan obat yang dikenal dengan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) kepada Suku Dinas Kesehatan Kota tiap
triwulan. Tujuan dari laporan penggunaan obat Narkotika dan Psikotropika
adalah agar tidak terjadi penyalahgunaan obat yang dapat menyebabkan sifat
adiktif bagi masyarakat. Koordinator Farmakmin juga bertanggungjawab
menyusun bahan rekomendasi kepada penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu
Pintu dalam rangka penetapan dan pemberian sanksi atas pelanggaran/
penyalahgunaan perizinan dan non perizinan.
Adapun permasalahan dan kendala yang dapat diamati pada saat
pelaksanaan PKPA di SUDINKES Jakarta Utara adalah kurangnya SDM
khususnya Apoteker yang berperan dalam pengelolaan kegiatan
BINWASDAL di Apotek, UKOT, IRTP yang ada di Jakarta Utara, yang
seharusnya berfungsi dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga
kesehatan maupun pemilik sarana kesehatan demi menjamin peredaran

52
berbagai perbekalan farmasi yang berpengaruh terhadap keamanan dan
kesehatan masyarakat luas. Kurangnya SDM ini berkaitan dengan pembatasan
penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS)dibidang kesehatan khususnya
Apoteker disetiap tahunnya. Keterbatasan kegiatan BINWASDAL ini juga
berkaitan dengan batasan anggaran dari pemerintah. Upaya penyelesaian yang
diharapkan adalah keterlibatan dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dalam hal
sosialisasi kepada pemerintah tentang pentingnya peran Apoteker dalam
kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (BINWASDAL) di
Apotek, UKOT, IRTP yang ada di Jakarta khususnya Jakarta Utara, serta
sosialisasi pengajuan peningkatananggaran khususnya dalam kegiatan
kefarmasian BINWASDAL tersebut di SUDINKES Jakarta Utara.

53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Utara terdiri dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota, Subbagian Tata
Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat., Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya
Kesehatan.
2. Suku Dinas Kesehatan Kota mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
pembinaan, pengawasan dan pengendalian dan pengemba
3. ngan kesehatan masyarakat, serta kesehatan perorangan.
4. Segala bentuk perizinan, baik sarana kesehatan maupun tenaga kesehatan
sepenuhnya tidak lagi menjadi tanggung jawab Suku Dinas Kesehatan
melainkan sudah menjadi bagian dari Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP).

B. Saran
1. Perlu adanya peningkatan jumlah SDM khususnya Apoteker di Bagian
Farmakmin untuk mempermudah pelaksanaan Binwasdal terhadap sarana
kesehatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses perizinan sarana kesehatan dan
tenaga kesehatan, mahasiswa Apoteker hendaknya juga dapat melakukan
kunjungan ke bagian Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
3. Sebaiknya PKPA dilakukan juga di Puskesmas agar mahasiswa calon
Apoteker lebih memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker di
Puskesmas.

54
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2003. Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 tentang
Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan
Industri Rumah Tangga. Jakarta: 4-10.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan


AlatKesehatan. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.Jakarta: 3-7.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian


Kesehatan RI. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di
Puskesmas. Jakarta: 9-30.

Kementerian Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


1331/MenKes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 167/KAP/B.VIII/1972 tentang Pedagang Eceran
Obat.Jakarta: Pasal 2, 4.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajban Menggunakan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30


Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 63


Tahun 2014 tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik
(E-Catalogue). Jakarta.

55
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 tentang Kesehatan. Jakarta.

Kurniawati, Mulia. 2013. Pengawasan Terhadap Pelayanan Obat Keras Tanpa


Resep Dokter Di Apotek Oleh Dinas Kesehatan Dan Balai Besar
Pengawas Obat Dan Makanan Di Yogyakarta. Universitas Gadjah
Mada.Yogyakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2008. Peraturan Daerah Provinsi Daerah


Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi
Perangkat Daerah. Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2016. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah


Khusus Ibukota Jakarta Nomor 278 Tahun 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintahan Republik


Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Jakarta.

Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38


Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota. Jakarta.

Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun


2014 tentang Pemerintah Daerah. Jakarta.

56

Anda mungkin juga menyukai