Anda di halaman 1dari 17

Manual

Handbook
KASTRAT

Edisi 1

Bidang Kajian Strategis ISMKI


2007-2008
Mengapa buku ini dibuat…

Secara sederhana… Buku kecil ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan dan menjawab animo institusi yang
semakin tinggi akan Bidang Kajian Strategis. Pasca Konferensi Nasional Mahasiswa Kedokteran Indonesia
20087 di Makassar yang mengangkat tema « Revitalisasi Jati Diri Mahasiswa Kedokteran Indonesia »,
kesadaran akan pentingnya sebuah lembaga eksekutif kemahasiswaan memiliki fungsi Kajian Strategis
semakin terasa. Akan tetapi, secara aplikatif pembentukan dan kinerja, masih banyak kebingungan yang
mengganggu. Pemahaman tentang esensi, urgensi, dan kinerja bidang Kajian Strategis menjadi
pertanyaan yang ditanyakan oleh banyak institusi. Oleh karena Itu, Bidang Kajian Strategis ISMKI 2007-
2008 mencoba untuk membuat sebuah buku panduan sederhana. Yang bisa menjadi pegangan awal bagi
institusi yang akan memulai merintis keberadaan Kastrat. Kami berharap, buku ini dapat menjadi
salahsatu sarana yang menunjang masifikasi pergerakan Mahasiswa Kedokteran Indonesia terutama di
bidang Kajian Strategis.

Kastrat ISMKI sangat menanti masukan untuk penyempurnaan materi dalam buku ini. Baik dari institusi-
institusi yang telah memiliki dan menjalankan fungsi Kastrat, maupun dari institusi yang baru mulai
merintis Kastrat, sehingga kita bersama dapat mewujudkan kebutuhan untuk berbagi inspirasi dan
menyatukan langkah.

Hidup Mahasiswa!!!

Kastrat ISMKI 2008


Apa yang perlu kita ketahui tentang Kajian Strategis….

Definisi

Bidang Kajian Strategis adalah bagian dari organisasi kemahasiswaan yang turut berkontribusi kepada
pergerakan mahasiswa dengan fungsi spesifik mengkaji dan menelaah permasalahan-permasalahan
(isu) yang terdapat di masyarakat (ruang lingkup kampus maupun masyarakat umum). Kemudian hasil
pengkajian terhadap masalah-masalah menjadi sumber penyusunan rancangan pergerakan yang
kemudian diwujudkan dalam suatu langkah nyata di ranah publik baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Urgensi

1. Kebutuhan mahasiswa kedokteran untuk mengembangkan pola pikir kritis, ilmiah, kreatif, dan
solutif sebagai salahsatu kualitas dokter di masa depan dan implementasi jati diri sebagai
“intelektual muda”.
2. Kebutuhan mahasiswa kedokteran untuk mengasah “sense of crisis”, ” environmental
awareness” sebagai salah satu kualitas dokter di masa depan.
3. Kebutuhan mahasiswa kedokteran untuk mengeluarkan ide-ide konstruktif dan bergerak
menuju perubahan yang lebih baik sebagai implementasi dari jati diri “Agent of change” dan
“Agent of Development”.
4. Kebutuhan mahasiswa kedokteran untuk memberikan sumbangsih terbaik sesuai dengan jati diri
dan kapasitasnya bagi pembangunan bangsa.

Ruang lingkup kerja


Alur Kerja dan Jaringan

Stake Holder Institusi Stake Holder Daerah Stake Holder Nasional


Dekanat/Rektorat Mahasiswa

Kastrat Institusi Kastrat Wilayah Kastrat Nasional

Masyarakat Umum
Masyarakat Kampus
ISU
Definisi

Dalam terminologi Kastrat, istilah isu dapat diartikan sebagai segala permasalahan-permasalahan yang ada
di masyarakat (Baik dalam ruang lingkup kampus maupun masyarakat pada umumnya).

Manajemen Isu

Dalam kehidupan masyarakat yang sangat kompleks dewasa ini, permasalahan-permasalahan yang muncul
sangat banyak dan multidimensional. Bahkan dalam ruang lingkup kampus yang relatif kecil pun, arus
informasi tentang isu sangat cepat dan banyak. Tak dapat dipungkiri hal ini merupakan sebuah tantangan
sekaligus kesempatan tersendiri bagi Bidang Kajian Strategis. Tidak mungkin kita membahas sekian banyak
isu dalam satu waktu dengan sumber daya yang terbatas. Bagaimana memilih dan memilah sekian banyak
isu untuk kemudian dianalisa dan dibuat bentuk konkrit penyelesaiannya secara nyata? Untuk itu, sangat
penting bagi bidang kajian strategis untuk melakukan suatu pola manajemen isu. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah kinerja dan membentuk pola gerakan yang efektif, efisien, dan terarah.

Manajemen Isu Sendiri meliputi:

1. Problem Listing
2. Filterisasi
3. Analisis
4. Pengemasan Isu

1. Problem Listing
Tahap ini dapat dikatakan sebuah fase brainstorming, dimana kita murni mengumpulkan isu-isu
yang ada tanpa analisa lebih lanjut. Hal ini berguna untuk memperluas jangakauan pemikiran
sehingga dapat menghindari adanya isu-isu yang luput. Tetapi, dalam pengumpulan isu ini
sebaiknya kita mencari sumber-sumber yang valid dan diklarifikasi.
2. Filterisasi
Tahap Filterisasi merupakan tahap paling esensial dalam manajemen isu. Karena pada
tahap inilah kita melakukan “screening” isu hingga menghasilkan isu-isu strategis yang
benar-benar layak untuk diangkat dan diperjuangkan. Dalam proses Filterisasi ini, kita dapat
melihat dari beberapa sudut pandang, sbb.:
a. Klasifikasi
Isu yang telah kita list pada tahap sebelumnya dapat kita klasifikasikan dengan berbagai
cara sesuai dengan kebutuhan yang ada. Misalnya: Ruang lingkup, komponen yang
terlibat, tema, kepentingan dlsb.
b. Relevansi
Relevansi disini merupakan penilaian seberapa relevan kita (Sesuai dengan jati diri dan
kepentingan kita sebagai mahasiswa) membahas dan mengangkat isu ini. Apakah isu ini
relevan dengan agenda kerja kita?
c. Urgensi
Seberapa penting dan mendesak dibutuhkan perubahan?
d. Signifikansi
Besaran dan luasnya dampak positif yang dapat dihasilkan jika perubahan kebijakan
terjadi.

3. Analisa
Proses analisa dilakukan dengan menggunakan pola pikir yang harus memiliki nilai-nilai, sbb. :
1. Ilmiah
2. Kritis
3. Kreatif
4. Integratif
5. Konstruktif
6. Solutif

Proses analisa ini memilki tujuan untuk menentukan etiologi serta patomekanisme dan patofisiologi
dari masalah, dengan demikian, kita dapat menentukan langkah pemecahan yang paling tepat
untuk masalah tersebut.

4. Pengemasan Isu
Pengemasan isu dan penyebarannya di masyarakat merupakan hal yang penting dalam manajemen
isu sebagai bagian dari pergerakan. Karena dengan penegmasan isu yang baik kita bisa
mendapatkan daya dorong yang luar biasa untuk membuat suatu perubahan secara nyata terutama
di masyarakat luas. Dengan pembentukan opini publik, perubahan yang kita inginkan akan dapat
terjadi secara lebih masif dan mengena ke seluruh lapisan masyarakat.
Pengemasan isu dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan isu yang diangkat serta publik
sebagai target opini yang ingin digarap.

ADVOKASI
Definisi

- Advokasi adalah upaya untuk memperbaiki atau merubah suatu kebijakan publik sesuai dengan
kehendak atau kepentingan mereka yang mendesakkan terjadinya perbaikan atau perubahan
tersebut.
- Suatu kegiatan mendesakkan terjadinya perubahan social (social movement) secara bertahap maju
melalui serangkaian perubahan kebijakan publik.

Dalam definisi di atas, kita mendapatkan beberapa kata kunci yaitu kepentingan, perbaikan, perubahan,
dan kebijakan publik. Kata-kata kunci inilah yang menjadi perhatian kita untuk memahami advokasi.

Tujuan

1. Menyelesaikan masalah
2. Adanya perubahan social sesuai dengan kehendak/kepentingan pihak yang melakukan advokasi.

Kata Kunci

1. Kepentingan

Kepentingan atau kebutuhan adalah suatu hal yang mendasari adanya advokasi. Tanpa adanya motivasi atau
keterbutuhan akan sesuatu yang belum terpenuhi, advokasi tidak akan terjadi. Kepentingan yang tidak
terpenuhi adalah sebuah masalah, dan advokasi adalah salahsatu cara yang dapat ditempuh untuk
memecahkan masalah tersebut, terutama bila hal yang menjadi masalah tersebut terkait dengan suatu
otoritas yang lebih tinggi dari si pemilik kepentingan.

Kepentingan-kepentingan yang muncul sangat dipengaruhi oleh latar belakang si pemilk kepentingan. Oleh
karena itu, sebagai pelaku advokasi, satu hal yang pertama harus kita lakukan adalah mendefinisikan siapa
kita, apa kepentingan kita, dan mengapa kita harus melakukan advokasi.

Sebagai mahasiswa, kita memiliki jati diri yang harus dipertahankan. Secara filosofis, kita adalah pemuda
dengan semangat membara, hati nurani bersih, dan intelektualitas terasah. Kita memiliki kapasitas dan
kapabilitas tertentu sebagai seorang mahasiswa, baik dari segi keilmuan, pengalaman, ataupun aspek-aspek
lain yang harus menjadi bahan pertimbangan ketika kita melakukan advokasi.

Jangan sampai terjadi gerakan-gerakan kita ditunggangi olehg kepentingan-kepentingan lain yang tidak
sesuai dengan jati diri kita sebagai mahasiswa. Jangan pula memaksakan diuri melakukan sesuat diluar
batas kapabilitas dan kapasitas kita sebagai mahasiswa. Hal ini sangat penting untuk dicamkan karena
langkah awal inilah yang akan mendasari kita ketika membuat rencana dan bergerak nantinya. Hal inilah
yang membuat gerakan-gerakan kita akan memiliki ruh , daya dobrak, serta memberi inspirasi. Bukan
sekedar gerakan tak berjiwa.

2. Perubahan & Perbaikan

Suatu advokasi harus memiliki tujuan untuk memecahkan suatu masalah. Dan baru bisa dikatakan berhasil
ketika pemecahan masalah itu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Ini juga sesuatu hal yang
konsisten dengan jati diri dan tanggungjawab kita sebagai mahasiswa, « Agent of change », « Agent of
Development ».

3. Kebijakan Publik

Komponen lainnya yang menjadi target dari sebuah advokasi adalah kebijakan publik. Adapun kebijakan
publik itu sendiri dapat kita pahami sebagai sebuah sistem hukum (System of Law) yang terdiri dari:

 Isi hukum (content of law); yakni uraian atau penjabaran tertulis dari suatu kebijakan yang
tertuang dalam bentuk perundang-undangan, peraturan-peraturan dan keputusan-
keputusan pemerintah.
 Tata laksana hukum (structure of law); yakni semua perangkat kelembagaan dan pelaksana
dari isi hukum yang berlaku (lembaga hukum dan para aparat pelaksananya).

 Budaya Hukum (culture of law) ; yakni persepsi, pemahaman, sikap penerimaan, praktek-
praktek pelaksanaan, penafsiran terhadap dua aspek sistem hukum diatas isi dan tata
laksana hukum. Dalam pengertian ini juga tercakup bentuk-bentuk tanggapan (reaksi,
response) masyarakat luas terhadap pelaksanaan isi dan tatalaksana hukum yang berlaku.

Sebagai suatu kesatuan sistem (systemic). Tiga aspek hukum tersebut saling tumbuh dan berkait
satu sama lain. Karena itu, idealnya, suatu kegiatan atau program advokasi harus juga mencakup
sasaran perubahan ketiganya. Karena, dalam kenyataannya perubahan yang terjadi pada salah satu
aspek saja tidak dengan serta merta membawa perubahan pada aspek lainnya. Dengan demikian
sasaran perubahan terhadap suatu kebijakan publik mestilah mencakup ketiga aspek hukum atau
kebijakan tersebut sekaligus. Dengan kata lain, suatu kegiatan atau program advokasi yang baik
adalah yang secara sengaja dan sistematis memang dirancang untuk mendesakkan terjadinya
perubahan baik dalam isi, tata laksana maupun budaya hukum yang berlaku. Adapun perubahan
dalam tiga aspek diatas dapat dilakukan secara sinergis maupun berawal dari satu poin terlebih
dahulu yang kemudian berlajut dengan titik lain secara berkesinambungan dan terencana. Adapun
pemilihan dilakukan secara bersamaan atau satu per satu adalah sangat tergantung dengan analisa
prioritas dan strategi pelaksanaan advokasi itu sendiri. Tujuan akhirdari suatu advokasi tetaplah
upaya terjadinya perubahan kebijakan secara menyeluruh.

Konsep diatas dapat diterapkan di semua tataran gerak dengan beberapa adaptasi sederhana.
Tidak semata hanya ditataran pemerintahan Negara dan masyarakat secara luas. Tetapi juga dalam
ruang lingkup kampus, atau struktur apapun dimana melibatkan otoritas sebagai pembuat
kebijakan dan sekelompok orang sebagai objek kebijakan.
Langkah-langkah Advokasi

KAJIAN

Identifikasi Analisis
Problem Klasifikasi Filtrasi
listing WHAT

WHEN

WHERE

WHO
Isu Strategis
WHY

HOW

AKSI Perencanaan
Gerak
Stake Holder Pemilik Publik
MAN
Kepentingan
Petisi Opini
Aliansi
METHOD
Audiensi Sosialisasi
MATERIAL
Demonstrasi Konsentrasi

Mediasi Mobilisasi MACHINE

Negosiasi MONEY

Evaluasi & Follow-Up

Penutup

Advokasi hanyalah satu cara untuk mendapatkan sesuatu, satu tahap dalam mencapai tujuan, yaitu
pemecahan masalah dan perubahan kearah perbaikan.
Bagan Arus Kerja Gerakan Terpadu

(Diadopsi dari Bagan Arus Advokasi Terpadu dalam Panduan Advokasi INSIST)

Ajukan Konsep
Tanding Counter Legal draf
Analisa
data judicial review

kertas posisi
Pengumpulan
Lakukan Upaya Class action
data-info Hukum legal standing

Bentuk
Pengharuhi pembuat
Pilih Isu
dan pelaksana Lobbi PERUBAHAN
Lingkar Pengemasan
Strategis kebijakan negosiasi
Issu
inti mediasi

Penggalangan
sekutu Kampanye pers
Pengaruhi
rilis
Sekutu Pendapat umum
jajak pendapat
Bangun
Basis selebaran
Unjuk rasa
Gerakan Lancarkan tekanan
mogok
boikot

aksi massa
Siapkan sistem pendukung
logistik, informasi, akses) revolusi
ISMKI sebagai symbol pergerakan mahasiswa kedokteran Indonesia, hendaknya memiliki arus kerja
gerakan yang sistemik dan integrative, guna menyampaikan tujuan yang kita citakan secra efektif dan
tepat sasaran. Sehingga diperlukan sebuah standard operasional prosedur sebagai pemandu dalam
menyikapi isu-isu yang ada dalam Kesehtaan, sebagaiman tanggung jawab kita sebagai mahasiswa
kedokteran, guna tercapainya makna sehat secara sebenarnya. Sehat secara individu dan juga
komunitas secara jasmani dan rohani sehingga memungkinkannya tiap individu untuk berkontribusi
secara ekonomi dan social. Arus Gerakan ini bukan lah sesuatu yang rigid, sehingga menimbulkan
kesulitan penggunannya, tetapi sebagai panduan dalm bergerak, yang dipakai sesuai dengan tujuan
masing-masing yang ingin kita capai.

PENJELASAN

1. Bentuk lingkar inti / pusgerak (pusat penggerak)


Lingkar Inti (Dapur Gerakan)
Lingkar inti adalah kumpulan orang atau kumpulan beberapa organisasi, bidang, atau
tim yang menjadi penggagas, pemrakarsa, penggerak dan pengendali utama semua
kegiatan kerja gerakan. Dari sinilah semua alur kajian di lakukan. Komitmen setiap
anggotanya menjadi syarat mutlak. Untuk mempermudah implementasinya maka
dibentuk struktur koodinasi lingkar inti/pusgerak terdiri dari :

1. Koordinator isu

Job desk : Bertanggung jawab atas terlaksananya alur kajian

2. Sekretaris

Job desk : Mendokumentasikan semua data dan hasil kajian

3. Anggota

Job desk : Mengikuti proses kajian

2. Pemilihan isu strategis


Isu adalah masalah yang timbul, ketika keadaan realita tidak sesuai dengan idealita yang
diinginkan bersama. Sehingga isu ini akan selalu ada,di semua dimensi kehidupan manusia, salah
satunya terkait dimensi kesehatan. Akhir-akhir ini, aktivitas mahasiswa sering diwanai dengan
kericuhan, aksi-aksi anarkis, jauh dari harapan bahwa seorang mahasiswa adalh insan intelektual dan
bermoral. Hal ini bisa terjadi, salah satunya disebakan karena mahasiswa gagal memposisikan diri
sesuai dengan kondisi sekarang. Keadaan yang lalu, Reformasi, telah menggambarkan bagaimana
posisi kita saat itu, dimana pemerintahan yang otoriter telah mengungkung hak-hak politik dan hukum
sebagai hak dasar dalam bernegara dan berdemokrasi. Sehingga pemuhan hak-hak sipil politika guna
terciptanya tatanan pemerintahan yang berorientasikan kesejahteraan rakyat menjadi titik sentral
dalam pergerakan kita. Namun, Pasca reformasi, mahasiswa seperti kehilangan orientasinya dalam
bergerak. Sehingga Gerakan Mahasiswa , yang diharapkan menjadi penyambung lidah rakyat, gagal
dalam membaca situasi sekarang, ketika apa yang kita perjuangkan, secara fisik, jauh dari pemahaman
rakyat(efek menara gading) Oleh karenanya dibutuhkan suatu transformasi isu, yang bisa lebih
mendekatkan apa yang kita perjuangkan sesuai dengan yang diinginkan rakyat. Tranformasi isu
dimana Gerakan mahasiswa tidak lagi berorientasi pada pemenuhan hak-hak sipil-politik akan tetapi
lebih menitikberatkan pada advokasi terhadap hak-hak yang secara langsung dirasakan oleh rakyat
seperti hak-hak dalam bidang ekonomi, social dan budaya. Sehingga isu kedepannya adalah isu-isu
yang berkaitan dengan pemenuhan hak-hak kesehatan masyarakat sebagai bagian dari hak
ekonomi, social dan budaya. Pemfokusan ini bertujuan agar gerakan mahasiswa kedokteran tidak
terlihat gerakan yang menyikapi realitas sosial secara reaktif tanpa tujuan dan arah yang jelas, tapi
secara lebih kritis melihat isu tersebut secra sistematis. Adapun sub sub bab isu yang akan dibahas :

1. Anggaran Kesehatan dalam RAPBN/RAPBD terkait, nominal (cukup atau tidak), prioritas
alokasi (untuk program yang berparadigma sehat atau tidak), efisiensi, dan efektifitasnya.
2. Isu-isu kebijakan lain seperti SKN

3. Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

4. Pengembangan kompetensi secara keilmuan dan terkait keprofesian.

5. Pengembangan Masyarakat

6. Pengangkatan isu kesehatan di media (investigative, analitis, dan advokatif)

Sumber isu diatas dapat berasal dari media, berasal dari institusi, wilayah dan
nasional, yang terinformasikan secara terpusat melalui Milis
kastrat_ismki@yahoogroups.com

3. Pengumpulan data
Proses pengumpulan data akan dilakukan secara terpusat, kastrat nasional
menyediakan bank data melalui milis kastrat yang dapat diakses oleh semua institusi.
Termasuk juga dalam proses pengumpulan data, setiap institusi pun memiliki
kewajiban up load semua berita/data/informasi apapun yang dibutuhkan dalam
proses kajian termasuk hasil kajian agar menjadi referensi bagi institusi lain. Upload
data dapat dilakukan melalui milis kastrat_ismki@yahoogroups.com

4. Aliansi Gerakan
Adalah sebuah hukum alam,semakin banyak sekutu gerakan maka kekauatan gerakan akan semakin
kuat. Oleh karena itu sangat mustahil bila ISMKI ataw BEM institusi berangan-angan melakukan
gerakan tanpa adanya sinergis dengan kekuatan-kekuatan lain.

Dalam membangun sekutu (jaringan) hendaknya ISMKI ataw BEM institusi memiliki posisi yang jelas
dalam aliansi yang dibangun. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai gerakan ISMKI ataw BEM
institusi I ditunggangi oleh pihak yang kita jadikan sekutu. Oleh karena itu ISMKI ataw BEM institusi
harus memiliki batasan-batasan : dalam hal apa kita bisa membangun sekutu, dengan siapa saja kita
boleh membangun sekutu, sampai kapan sekutu dipertahankan ?

Aliansi gerakan dibedakan menjadi aliansi gerakan internal (ISMKI, dan Institusi) dan aliansi
eksternal, Public Sector (Pemerintah) Private Sector (Perusahaan atau lembaga lain yang bersedia
menjadi Donatur dan pendukung gerakan) Third Sector (NGO, Gerakan Mahasiswa lain, Komunitas-
komunitas masyarakat, Pers/wartawan), Lainnya (tokoh2 atau individu yang memilik apresasi pada
gerakan mahasiswa kedokteran.
Negosiasi
Negosiasi, adalah suatu cara untuk menetapkan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak
dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan dimasa mendatang. Negosiasi juga
dpaat diartikan sebagai proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau
menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dengan
pihak lain. Dari pengertian diatas , unsure komponen dalam negosiasi yaitu :

 ada 2 pihak yang melakukan negosiasi, baik perseorangan, tim, atau mewakili lembaganya.
 terjadi proses tawar menawar

 adanya tujuan yang ingin dicapai

negosiasi,sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti proses tawar menawar dalam
transaksi ekonomi, sehingga dapat menjadi konsep landasan kita dalam bernegosiasi. Dalam suatu
transaksi ekonomi, ada 2 belah pihak yang terlibat , yaitu penjual dan pembeli, yang kemudian
melakukan proses tawar menawar dalam ruang antara penawaran oleh pembayar dan pembeli (The
Bargaining Zone) hingga akhirnya tercapai kesepakatan harga didalamnya . Sebagaimana di bawah ini :

Diatas, dapat dilihat bahwa terdapat The Bargaining Zone yang merupakan ruang kita untuk dapat
melakukan proses tawar menawar. Dalam ruang ini, kita dapat menciptakan berbagai pilihan ,
sehingga mem fleksibelkan kita dalam melakukan proses tawar menawar. The Bargaining zone itu ,
dapat kita analogikan dengan tangga yang bertingkat , seperti :

Penawaran awal

Pilihan 1

Pilihan 2

Pilihan …

Penawaran akhir
Pada saat proses negosiasi, kita harus menentukan Penawaran awal kita, yaitu suatu kondisi yang
ditawarkan ke pihak lain, dan kondisi terebut merupakan pencapaian yang dapat menguntungkan kita
secara maksimal. Dan Penawaran akhir, yaitu suatu kondisi di mana menjadi batas dimana kita harus
menghentikan negosiasi, karena pada titik ini, tidak ada hal yang menguntungkan bagi kita.

Berikut Tips dalam melakukan negosiasi :

1. Persiapan, misalnya memahami apa yang kita bawa, mengapa kita membawanya, apa tujuan
yang ingin kita capai,tawaran maksimal dan minimal , dan alternative-alternatif pilihan yang
kita bawa.
2. Mengetahui lawan negosiasi, sehingga semenjak awal, kita dapat menentukan strategi
negosiasi
3. Sering bertanya untuk mengeksplor keinginan dari lawan kita, dengan demikian kita memiliki
siasat yang jitu untuk memenuhi keinginan kita. semisal : “Bapak sendiri melihat mahasiswa
keinginannya seperti apa?”, dengan jawaban yang diberikan kita bisa memberikan timpalan,
“yah, mahasiswa seperti itu juga yang kita inginkan mengapa kami mengadakan kegiatan ini”

4. Membangun aliansi dengan individu ataw kelompok lain, yang memilki kesamaan tujuan
dengan apa yang kita bawa

Hal yang perlu disadari dalam bernegosiasi adalah kejujuran karena memiliki peran penting dalam
keberlangsungan kerjasama negosiasi itu.
FORUM MAHASISWA BERBICARA ISMKI (FMB)

I. Urgensi

Mahasiswa Kedokteran sebagai intelektual muda yang cinta tanah air dan bangsa memiliki hak dan
kewajiban yang diembannya sebagai bentuk tanggung jawab dari sebuah jati diri. Berdasarkan Deklarasi
Mahasiswa Kedokteran Indonesia yang dideklarasikan pada momentum 100 tahun Hari Kebangkitan
Nasional 20 Mei 2008, Mahasiswa Kedokteran Indonesia telah bersepakat untuk menggunakan seluruh
sumber daya dan potensi yang dimilikinya untuk kesehatan Bangsa dan menjadi garda terdepan bagi
pembangunan Indonesia. Inilah bentuk pernyataan dan tanggung jawab Mahasiswa Kedokteran untuk
masyarakat dan masa depan Indonesia.

Walaupun demikian, deklarasi tersebut hanyalah merupakan suatu titik tolak yang membutuhkan tindak
lanjut berupa langkah nyata yang konkrit sebagai sebuah pembuktian, bahwa pergerakan mahasiswa tidak
bergerak di tataran wacana semata.

Kampus, selain sebagai institusi pendidikan yang menghasilkan produk berupa generasi-generasi intelektual
juga selayaknya menghasilkan ide-ide segar untuk pembangunan dalam berbagai bidang sebagai produk
sampingan dari proses pembelajaran, termasuk dalam bidang kesehatan. Sangat disayangkan, pada era ini
produk-produk kampus masih belum terlihat dan dapat dinikmati secara nyata oleh masyarakat. Ide-ide
segar dan brilian hanya mengemuka sebatas wacana di kalangan kampus tanpa pernah menyentuh
persoalan masyarakat secara langsung. Atau bahkan pola lain yang keluar dari produk kampus yang
berupaya untuk langsung terjun di masyarakat melalui mimbar bebas ataupun demonstrasi seringkali malah
menjadi hal yang kontraproduktif dan kurang efektif bagi pergerakan kampus terutama mahasiswa itu
sendiri. Kebuntuan ini bila dibiarkan berlarut-larut akan menjadi permasalahan kronis yang lambat laun
akan mematikan peran kampus sebagai “think tank” bagi bangsa dan masyarakat.

Terobosan baru harus dibuat untuk memecah kebuntuan ini. Bagaimana caranya, ide-ide brilian kampus
menembus tataran wacana dan menjadi nyata, tetapi dengan cara yang produktif, efektif, serta efisien.
Media massa sudah lama dilirik sebagai media penyampaian ide. Media cetak maupun elektronik, radio,
dan televisi berlomba-lomba membuat kolom-kolom artikel ataupun program-program yang melibatkan
kampus terutama mahasiswa. Tetapi. Kembali media-media tersebut masih tidak efektif untuk dapat
memaparkan seluruh ide-ide yang dimiliki kampus secara utuh. Apalagi format program-program yang ada
masih menempatkan mahasiswa sebagai “Pelengkap” atau pelaku pasif dari acara tersebut. Sangat sedikit
kesempatan untuk mengungkapkan ide secara utuh.

Untuk menjawab kebutuhan itu, dibutuhkan sebuah forum istimewa, dimana mahasiswa dapat
mengeluarkan ide-idenya, menjadi pelaku, bukan sekedar pelengkap acara. FORUM MAHASISWA
BERBICARA. Ini dapat menjadi sebuah jalan tengah, Secara sederhana, bila akses kampus untuk keluar ke
masyarakat dan birokrat masih terbatas, maka datangkanlah masyarakat dan birokrat ke kampus. Kita jamu
mereka dengan hidangan-hidangan intelek yang menyegarkan.

Tentunya, sebagai tuan rumah yang baik, kita tidak bisa menyajikan hidangan asal-asalan. Hidangan yang
keluar haruslah hidangan terbaik yang diolah dalam dapur terbaik dengan resep-resep terbaik pula. Ide-ide
yang kita keluarkan adalah hasil kajian yang matang, bukan sekedar produk asal bunyi. Dengan demikian,
hasil yang akan kita dapatkan pun akan menjadi lebih rigid dan konkrit. Adalah sebuah harapan besar bagi
mahasiswa kedokteran untuk dapat membuktikan kontribusinya bagi pembangunan kesehatan Indonesia
melalui ide-ide segar hasil kajian. Dengan demikian, kita buktikan bahwa kita layak memiliki identitas
sebagai Intelektual muda, insan kesehatan di masa depan, sekaligus bagian penting dari masyarakat
Indonesia.

ISMKI sebagai wadah pergerakan Mahasiswa Kedokteran Indonesia mengangkat Forum Mahasiswa
Berbicara ini sebagai pergerakan mahasiswa Kedokteran di tataran nasional sebagai sarana pengkajian dan
penyampaian isu-isu nasional yang membutuhkan kerjasama dan daya dobrak besar untuk mencapai
perubahan yang kita harapkan. Sebuah tantangan untuk kita bersama menyatukan pemikiran dan langkah
dalam sebuah langkah nyata untuk perubahan

Anda mungkin juga menyukai