Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan

akan pulih dalam waktu 3 bulan (Yetti Anggraini, 2010 : 1). Kematian ibu adalah

kematian seorang wanita terjadi saat hamil, bersalin, atau 42 hari setelah

persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung

terhadap persalinan. Anemia pada masa nifas memberikan pengaruh yang kurang

baik bagi ibu dan nifas selanjutnya. Pengaruh pada anemia pada masa nifas dapat

terjadi sub involusio uteri yang menyebabkan perdarahan post partum,

memudahkan infeksi pueperium, pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi

infeksi payudara (Manuaba, 2007).


World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan

meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran.

Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 80%

kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama

kehamilan, persalinan dan setelah persalinan (ICD-10, 2012; WHO, 2014).

Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu

289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan

Asia Tenggara 16.000 jiwa. Berdasarkan survey demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) 2007, secara keseluruhan lebih dari delapan ibu mendapatkan perawatan

1
2

nifas, dengan rincian 70% mendapat perawatan dalam dua hari sesudah

melahirkan, 6% dalam waktu 3-6hari, dan 7% dalam 7-41 hari sesudah

melahirkan, sabanyak 16% tidak pernah mendapat perawatan masa nifas atau

perawatan sesudah 41 hari melahirkan (SDKI, 2008). Data Puskesmas Trucuk

Bojonegoro pada tahun 2017 menunjukkan kejadian anemia pada ibu nifas lebih

tinggi dibandingkan dengan Puskesmas Sugihwaras, yaitu sebesar 6,44%.

Dimana pada di Puskesmas Sugihwaras kejadian anemia sebanyak 6 ibu infas

(0,98%) dari 611 ibu nifas, sedangkan di Puskesmas Trucuk sebanyak 40 ibu nifas

(7,42%) dari 539 ibu nifas. Dari data kedua Puskesmas menunjukkan adanya

kesenjangan sebesar 6,44%.


Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena

pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah

terjadinya proses kehamilan dan bersalin. Asuhan masa nifas diperlukan setelah

proses persalinan karena masa ini merupakan masa krisis baik ibu maupun

bayinya (Bahiyatun, 2009 : 3). Anemia pada ibu nifas merupakan komplikasi yang

paling sering dialami ibu di masa nifas, penyebab utamanya adalah infeksi dan

perdarahan saat proses persalinan yang berlangsung lama karena atonia uteri,

Selain itu anemia ini pada ibu nifas dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan

aktivitas menyusui dikarenakan penderita merasa males, pusing, dan cepat lelah.

(Manuaba, 2007).
Dengan adanya asuhan masa nifas ini dapat menurunkan angka kematian

dan kesakitan. Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang menyeluruh teratur akan

meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu pada ibu dimasa nifas.

Serta pelayanan di tujukan juga untuk memantau tanda-tanda bahaya nifas serta
3

kemungkinan-kemungkinan tanda bahaya yang akan terjadi. Masa nifas dalam

konteks sosial, mencerminkan banyak transisi bagi orang tua, anak dan anggota

keluarga yang lain.(zufrias,2009). Pemerintah telah membuat kebijakan program

nasional masa nifas dengan kunjungan nifas dilakukan minimal 3 kali untuk

mendeteksi dini komplikasi pada ibu nifas (Dinkes, 2011: 09). Pengenalan periode

kritis dalam rentang kehamilan, persalinan dan nifas akan membawa cakrawala

baru bagi efisiensi sumberdaya dan efektifitas upaya yang akan dijalankan dalam

memperbaiki kesehatan ibu, bayi dan anak. Hal ini harus dilihat sebagai

pendekatan baru dalam upaya kesehatan dan tidaklah diartikan sebagai program

baru bagi upaya akselerasi penurunan rasio atau jumlah absolut kematian ibu, bayi

dan anak. Setiap pendekatan baru memerlukan pemahaman dan kemampuan

untuk menerapkan upaya perbaikan pelayanan secara baik dan benar agar mampu

memberi dampak seperti yang diharapkan. Bidan memegang peranan penting

dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesehatan dan pengertian

masyarakat melalui konsep promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Memberikan penjelasan tentang penanganan atau rujukan komplikasi yang

mungkin terjadi pada masa nifas, serta kesehatan secara umum, personal hygiene,

nutrisi, perawatan bayi baru lahir, pemberian asi, imunisasi dan keluaga berencana

sehingga dapat menambah pemahaman ibu tentang kunjungan nifas dan ibu nifas

juga bersikap positif terhadap kunjungan nifas (Aisyaroh, 2011).


Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Asuhan kebidanan pada ibu nifas multiparitas dengan anemia

di Puskesmas Trucuk Kabupaten Bojonegoro“.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut: “Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu nifas multiparitas

dengan anemia di Puskesmas Trucuk Kabupaten Bojonegoro”?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis asuhan kebidanan pada ibu nifas multiparitas dengan anemia

di Puskesmas Trucuk Kabupaten Bojonegoro.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian data pada ibu nifas multiparitas dengan anemia di

Puskesmas Trucuk Kabupaten Bojonegoro.


2. Menentukan diagnosis kebidanan dan masalah kebidanan pada ibu nifas

multiparitas dengan anemia di Puskesmas Trucuk Kabupaten Bojonegoro.


3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan antisipasinya pada ibu

nifas multiparitas dengan anemia di Puskesmas Trucuk Kabupaten

Bojonegoro.
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu nifas multiparitas dengan anemia

di Puskesmas Trucuk Kabupaten Bojonegoro.


5. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas multiparitas dengan

anemia di Puskesmas Trucuk Kabupaten Bojonegoro.


6. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas multiparitas dengan anemia

di Puskesmas Trucuk Kabupaten Bojonegoro.


7. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu nifas multiparitas dengan anemia di

Puskesmas Trucuk Kabupaten Bojonegoro.

1.4 Manfaat Penelitian


5

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Ibu Nifas Multiparitas dengan Anemia


Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu nifas tentang

penatalaksanaan perawatan massa nifas.


2. Bagi Institusi Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang asuhan kebidanan

tentang ibu nifas tentang penatalaksanaan perawatan massa nifas.


3. Bagi Institusi Pendidikan
Menjadi salah satu sumber informasi sehingga dapat digunakan sebagai

referensi oleh mahasiswa yang akan melakukan penelitian dengan masalah

asuhan kebidanan pada ibu nifas tentang penatalaksanaan perawatan massa

nifas.

Anda mungkin juga menyukai