Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MALARIA

Disusun

ANIKA FRASENTYA

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TA : 2017 / 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
MALARIA

A. Latar Belakang Kegiatan


Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini
sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk
untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan
menularkan parasit malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan,
suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor lingkungan
yang juga mempengaruhi peningkatan kasus malaria adalah penggundulan hutan,
terutama hutan-hutan bakau di pinggir pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini,
nyamuk yang umumnya hanya tinggal di hutan, dapat berpindah di pemukiman
manusia, kerusakan hutan bakau dapat menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk
sehingga kepadatan nyamuk menjadi tidak terkontrol.
Malaria masih merupakan masalah penyakit endemik di wilayah Indonesia
Timur khususnya NusaTenggara Barat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah
kesulitan mendiagnosis secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil evaluasi Program
Pemantapan Mutu Eksternal Laboratorium Kesehatan pada pemeriksaan mikroskopis
malaria, yang dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan Mataram, dari 19
laboratorium di NTB yang mengevaluasi menggunakan preparat positif malaria,
hanya 79% peteknik laboratorium yang dapat membaca preparat dengan benar.
Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita yang diduga
menderita malaria merupakan tantangan untuk mendapatkan uji/metode laboratorik
yang tepat, cepat, sensitif, mudah dilakukan, serta ekonomis.
Peranan keendemikan (endemisitas) malaria, migrasi penduduk yang cepat,
serta berpindah-pindah (traveling) dari daerah endemis, secara tidak langsung
mempengaruhi masalah diagnostik laboratorik maupun terapi malaria. Perubahan
gambaran morfologi parasit malaria, serta variasi galur (strain), yang kemungkinan
disebabkan oleh pemakaian obat antimalaria secara tidak tepat (irasional), membuat
masalah semakin sulit terpecahkan bila hanya mengandalkan teknik diagnosis
mikroskopis.
Ditambah lagi rendahnya mutu mikroskop dan pereaksi (reagen) serta kurang
terlatihnya tenaga pemeriksa, menimbulkan kendala dalam memeriksa parasit malaria
secara mikroskopis yang selama ini merupakan standar emas (gold standard)
pemeriksaan laboratoris malaria.
Penelitian terbaru telah mengembangkan metode diagnostik yang dapat
diperbandingkan dengan metode yang lazim (konvensional). WHO bersama para
ilmuwan, ahli laboratorik, serta peklinik mengembangkan alat uji diagnostik cepat
(Rapid Diagnostic Test/RDTs) yang mudah dilakukan, tepat, sensitif, dan sesuai biaya
(cost-effective).
Sebagian besar RDTs malaria menggunakan asas imunokromatografi yang
menggunakan antibodi monoklonal yaitu HRP-2 (Histidine Rich Protein)
untuk Plasmodium falciparum dan pLDH (parasite Lactate Dehydrogenase) untuk
mengetahui Plasmodium vivax sebagai indikator infeksi.
Ada beberapa antigen malaria yang dapat digunakan sebagai sasaran (target)
pemeriksaan ini, yaitu: HRP-2, pLDH, dan Plasmodium aldolase. HRP-2 adalah
protein larut air yang dihasilkan pada tahap aseksual dan gametosit Plasmodium
falciparum dan dikeluartekankan (diekspresikan) di membran sel eritrosit. HRP-
2 banyak dihasilkan oleh Plasmodium falciparum, sehingga merupakan sasaran
(target) antigen utama dalam membuat uji diagnostik cepat malaria. pLDH adalah
enzim glikolitik di Plasmodium sp, yang dihasilkan pada tahap seksual dan aseksual
parasit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil uji diagnostik metode
imunokromatografi diperbandingkan dengan pemeriksaan laboratorik mikroskopis
malaria. Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dan memberikan sumbangan
serta masukan bagi perkembangan teknologi diagnostik laboratoris malaria.
B. Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan sistem pencernaan pada anak
dengan malaria.
- Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan pengkajian pada
klien dengan malaria.
2. Agar mahasiswa mampu melakukan intervensi dan implementasi pada
klien dengan malaria.
3. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan evaluasi pada klien dengan
malaria
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik / judul : Penyuluhan Kesehatan tentang Gizi Ibu Hamil
2. Sasaran : Klien dan Keluarga
3. Metoda : a. Ceramah
b. Tanya jawab
4. Media : Leaflet dan Power Point
5. Waktu dan Tanggal
Hari / tanggal : Kamis / Mei 2018
Jam : Pukul 09.00 – 09.30 (selama 30 menit)
Tempat : Poli klinik RS IBNU SINA BUKITTINGGI
6. Pengorganisasian
a.Moderator : Anika frasentya
b.Penyaji : Anika frasentya

D. SETTING TEMPAT

Moderator Power Point

Penyaji

Audiance

E. PEMBAGIAN TUGAS
1. Peran Moderator
- Membuka dan menutup acara
- Membuat tata tertib acara
- Mengatur kelancaran acara
- Mengingatkan coleader tentang waktu kegiatan
2. Peran Penyaji
- Menyampaikan materi
- Coleader dan leader bekerja sama dalam melaksanakan acara
- Menjawab pertanyaan dari semua peserta
F. SETTING ACARA

No Kegiatan Respon Waktu

1. Pendahuluan

- Menyampaikan salam - Membalas salam


- Menjelaskan tujuan - Mendengarkan
- Kontrak waktu - Memberi respon 2 menit
- Tes awal

2. Inti - Gali pengetahuan ibu


- Pengertian gizi seimbang ibu tentang gizi seimbang ibu
hamil hamil
- Jenis-jenis makanan yang baik - Gali pengetahuan ibu
untuk ibu hamil tentang jenis-jenis8 menit
- Kebutuhan zat gizi untuk ibu makanan yang baik untuk
hamil ibu hamil
- Manfaat gizi seimbang untuk - Gali pegetahuan ibu
ibu hamil tentang kebutuhan zat gizi
- Dampak kekurangan gizi pada
untuk ibu hamil
ibu hamil - Gali pengetahuan ibu
tentang manfaat gizi
seimbang untuk ibu hamil
- Gali pengetahuan ibu
tentang dampak
kekurangan gizi pada ibu
hamil
- Mendengarkan dengan
penuh perhatian
-

3. Penutup

- Tanya jawab - Menanyakan yang belum


- Tes akhir jelas
- Menyimpulkan hasil 5 menit
- Menyimpulkan
penyuluhan - Membalas salam
- Memberi salam penutup

G. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Seluruh audiens dapat mengikuti penyuluhan
b. Tempat dan alat tersedia
c. Peran dan tugas mahasiswa
2. Evaluasi proses
a. Melakukan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah di lakukan
b. Peserta penyuluhan mengikuti penyuluhan dan awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif dalam diskusi
d. Waktu yang di rencanakan sesuai dengan pelaksanaan

3. Evaluasi Hasil
a. Minimal 75% audien mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir
b. Manimal 75% audien mampu menjelaskan kembali tentang materi
c. Minimal 75% audien dapat berperan aktif dalam proses diskusi

SATUAN ACARA PENYULUHAN


MALARIA
1. Pengertian/Definisi
Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang menginvasi sistem hematologi
melalui vektor nyamuk yang terinfeksi protozoa plasmodium. (Arif Muttaqin, dkk,
2011)
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan
oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu
protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk
(Corwin, 2000, hal 125).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat
intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium
yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam
darah. (Ilmu Penyakit Dalam, 2009)
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan)
nyamuk Anopheles spp. (www.depkes.go.id)
Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan oleh
protozoa (genus plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar Zulkarnain, 1999).

2. Etiologi
Malaria paling sering di sebabkan oleh gigitan nyamuk
spesiesAnopheles betina yang terinfeksi dengan spesies dari protozoa genus
plasmodium. Terdapat lima spesies paling umum yang memberikan pengaruh ceddera
terhadap manusia (fernandez, 2009), yaitu sebagai berikut.
1. Plasmodium Falcifarum
2. Plasmodium Vivax
3. Plasmodium Ovale
4. Plasmodium Malariae
5. Plasmodium Knowlesi
Plasmodium Knowlesi, baru-baru ini di identifikasi di Asia tenggara sebagai
patogen bermakna secara klinis pada amanusia (Cox-Singh, 2008) (Arif Muttaqin,
dkk, 2011).

3. Jenis-jenis Malaria
Sesuai dengan penyebab malaria di bedakan berdasarkan jenis
plasmodiumnya. (Arif Muttaqin, dkk, 2011)

JENIS MALARIA
Jenis Penyebab Klinis
Malaria Plasmodium Malaria tropika adalah jenis malaria
Tropika Falcifarum yang paling berat, di tandai dengan panas
yang iriguler, anemia, splenomogali,
parasitemia, dan sering terjadi
komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari.
Malaria ini menyerang semua bentuk
eritrosit. Plasmodium Falcifarum
menyerang sel darah merah seumur
hidup. Infeksi plasmodium falcifarum
sering sekali menyebabkan sel darah
merah yang mengandung parasit
menghasilkan banyak tonjolan untuk
melekat pada lapisan endotel dinding
kapiler dengan akibat obstruksi
trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini
sering kali lebih berat dan infeksi lainnya
dengan angka komplikasi tinggi
(Murphy, 1996)
Malaria Plasmodium Plasmodium malariae mempunyai
Kwartana malariae tropozoit yang serupa dengan
plasmodium vivak, lebih kecil dan
sitoplasmanya lebih kompak/lebih
biru.tropozoit matur mempunyai granula
coklat tua sampia hitam dan terkadang
mengumpul sampai terbentuk pita.
Skizon plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun
seperti kelopak bunga/rosate. Bentuk
gametosit sangat mirip dengan
plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
(Cunha, 2008)
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah
puncak 48 jam. Gejala lain adalah nyeri
pada kepala dan punggung, mual,
pembesaran limpa, dan melaise umum.
Komplikasi jarang terjadi, namun dapat
terjadi seperti sindrome nefrotik dan
komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada
pemeriksaan akan di temukan edema,
asites, proteinuria, hipoproteinemia,
tanpa uremia dan hipertensi (Dorsey,
2000)
Malaria Plasmodium Ovale Malaria tersiana (plasmodium Ovale)
Ovale bentuknya mirip plasmodium malariae,
skizonnya hanya mempunyai 8 merozoid
dengan masa pigmen hitam di tengah.
Karakteristik yang dapat di pakai untuk
identifikasi adalah bentuk eritrosit yang
terinfeksi plasmodium ovale dimana
biasanya oval atau ireguler dan fibriated.
Malaria ovale merupakan bentuk yang
paling ringan dari semua bentuk malaria
yang di sebabkan oleh plasmodium
ovale. Masa inkubasi 11-16 hari,
walaupun priode laten sampai 4 tahun.
Serangan proksismal 3-4 hari dan jarang
terjadi lebih dari 10 kali walaupun tanpa
terapi dan terjadi pada amalam hari
( Busch, 2003)
Malaria Plasmodium Vivax Malaria tersiana (plasmodium vivax)
Tersiana biasanya menginfeksi eritrosit muda
yang diameternya lebih besar dari
eritrosit noramal, bentuknya mirip
dengan plasmodium falcifarum, namun
seiring dengan maturasi, tropozoid vivax
berubah menjadi amoeboid. Terjadi atas
12-24 merozoid ovale dan pigment
kuning tengguli. Gametosit berbentuk
aval hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksternis, pigmen kuning.
Gejala malaria jenis ini secara periodik
48 jam dengan gejala klasik trias malaria
dan mengakibatkan demam berkala 4
hari sekali dengan puncak demam 72 jam
(karmona, 2009).

4. Proses Kehidupan Plasmodium


Sebagaimana makhluk hidup lainnya, plasmodium juga melakukan proses
kehidupan yang meliputi:
a) Metabolisme (pertukaran zat).
Untuk proses hidupnya, plasmodium mengambil oksigen dan zat makanan dari
haemoglobin sel darah merah. Dari proses metabolisme meninggalkan sisa berupa
pigmen yang terdapat dalam sitoplasma. Keberadaan pigmen ini bisa dijadikan salah
satu indikator dalam identifikasi.
b) Pertumbuhan.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ini adalah perubahan morfologi yang
meliputi perubahan bentuk, ukuran, warna, dan sifat dari bagian-bagian sel.
Perubahan ini mengakibatkan sifat morfologi dari suatu stadium parasit pada berbagai
spesies, menjadi bervariasi.Setiap proses membutuhkan waktu, sehingga morfologi
stadium parasit yang ada pada sediaan darah dipengaruhi waktu dilakukan
pengambilan darah. Ini berkaitan dengan jam siklus perkembangan stadium parasit.
Akibatnya tidak ada gambar morfologi parasit yang sama pada lapang pandang atau
sediaan darah yang berbeda.
c) Pergerakan.
Plasmodium bergerak dengan cara menyebarkan sitoplasmanya yang
berbentuk kaki-kaki palsu (pseudopodia). Pada Plasmodium vivax, penyebaran
sitoplasma ini lebih jelas terlihat yang berupa kepingan-kepingan sitoplasma. Bentuk
penyebaran ini dikenal sebagai bentuk sitoplasma amuboit (tanpa bentuk).
d) Berkembang biak.
Berkembang biak artinya berubah dari satu atau sepasang sel menjadi
beberapa sel baru.

5. Faktor Host Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Malaria


a) Umur
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria, terutama pada anak
dengan gizi buruk (Rampengan T.H., 2000). Infeksi akan berlangsung lebih
hebat pada usia muda atau sangat muda karena belum matangnya system imun pada
usia muda sedangkan pada usia tua disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh
misalnya oleh karena penyakit penyerta seperti Diabetes Melitus (Weir D.M., 1987).
Perbedaan angka kesakitan malaria pada berbagai golongan umur selain dipengaruhi
oleh faktor kekebalan juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pekerjaan , pendidikan
dan migrasi penduduk (Departemen Kesehatan RI,2000).
b) Jenis kelamin
Perbedaan angka kesakitan malaria pada anak laki-laki dan perempuan
dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, migrasi penduduk dan lain-lain (Departemen
Kesehatan., RI 1991).
c) Riwayat malaria sebelumnya
Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk
imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria. Contohnya penduduk
asli daerah endemik akan lebih tahan dibandingkan dengan transmigran yang dating
dari daerah non endemis (Dachlan Y.P., 1986 : Smith, 1995 : Maitland, 1997)
d) Ras
Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan
alamiah terhadap malaria, misalnya “siekle cell anemia” merupakan kelainan yang
timbul karena penggantian asam amino glutamat pada posisi 57 rantai hemoglobin.
Bentuk heterozigot dapat mencegah timbulnya malaria berat, tetapi tidak melindungi
dari infeksi. Mekanisme perlindungannya belum jelas, diduga karena eritrosit Hb S
(sickle cell train0 yang terinfeksi parasit lebih mudah rusak di system
retikuloendothelial, dan/atau karena penghambatan pertumbuhan parasit akibat
tekanan O2 intraeritrosit rendah serta perubahan kadar kalium intra sel yang akan
mengganggu pertumbuhan parasit atau karena adanya akulasi bentuk heme tertentu
yang toksik bagi parasit (Nugroho A., 2000). Selain itu penderita ovalositosis
(kelainan morfologi eritrosit berbentuk oval) di Indonesia banyak terdapat di
Indonesia bagian timur dan sedikit di Indonesia bagian barat. Prevalensi ovalosis
mulai dari 0,25 % (suku Jawa) sampai 23,7 % suku Roti (Setyaningrum, 1999).
e) Kebiasaan
Kebiasaan sangat berpengaruh terhadap penyebaran malaria. Misalnya
kebiasaan tidak menggunakan kelambu saaat tidur dan senang berada diluar rumah
pada malam hari. Seperti pada penelitian di Mimiki Timur, Irian Jaya ditemukan
bahwa kebiasaan penduduk menggunakan kelambu masih rendah (Suhardja, 1997)
f) Status gizi
Status gizi ternyata berinteraksi secara sinergis dengan daya tahan tubuh.
Makin baik status gizi seseorang, makin tidak mudah orang tersebut terkena penyakit .
Dan sebaliknya makin rendah status gizi seseorang makin mudah orang tersebut
terkena penyakit (Nursanyoto, 1992).
Pada banyak penyakit menular terutama yang dibarengi dengan dengan
demam, terjadi banyak kehilangan nitrogen tubuh. Nitorgen tubuh diperoleh dari
perombakan protein tubuh. Agar seseorang pulih pada keadaan kesehatan yang
normal, diperlukan peningkatan dalam protein makanan. Penting diperhatikan pula
bahwa fungsi dari dari semua pertahanan tubuh membutuhkan kapasitas sel-sel tubuh
untuk membentuk protein baru. Inilah sebabnya maka setiap defesiensi atau ketidak
seimbangan zat makanan yang mempengaruhi setiap system protein dapat pula
menyebabkan gangguan fungsi beberapa mekanisme pertahanan tubuih sehingga pada
umumnya melemahkan resistensi host. Malnutrisi selalu menyebabkan peningkatan
insiden penyakit-penyakit infeksi dan terhadap penyakit yang sudah ada dapat
meningkatkan keparahannya (Maria, 1992).
g) Sosial ekonomi
Faktor social ekonomi sangat berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
mencukupi kebutuhan dasarnya seperti : sandang, pangan dan papan. Semakin tinggi
sosisla ekonomi seseorang semakin mudah pula seseorang mencukupi segala
kebutuhan hidupnya termasuk di dalamnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan,
makanan yang bergizi serta tempat tinggal yang layak dan lain-lain . Menurut Biro
Pusat Statistik, semakain tinggi status social ekonomi seseorang maka pengeluaran
cenderung bergeser dari bahan makanan ke bahan non makanan. Jadi faktor social
ekonomi seperti kemiskinan, harga barang yang tinggi, pendapatan keluarga rendah,
dan produksi makanan rendah merupakan resiko untuk terjangkitnya malaria
(Wirjatmadi B., 1985).
h) Immunitas
Immunitas ini merupakan suatu pertahanan tubuh. Masyarakat yang tinggal di
daerah endemis malaria biasanya mempunyai imunitas yang alami sehingga
mempunyai pertahanan alam terhadap infeksi malaria.

6. Patofisiologi
Pasien malaria biasanya memperoleh infeksi di daerah endemik melalui
gigitan nyamuk. Vektor, spesies nyamuk Anopheles, melewati plasmodia, yang
terkandung dalam air liur masuk ke dalam tubuh manusia saat nyamuk tersebut
menghisap darah hasil infeksi tergantung pada imunitas host. Individu dengan
kekebalan dapat secara spontan menghapus parasit. Pada mereka yang tidak memiliki
kekebalan, parasit, memperluas infeksi. Sejumlah kecil parasit
menjadi gametocytes, yang mengalami reproduks, seksual ketika diisap oleh nyamuk.
Hal ini dapat berkembang menjadi infeksi sporozoites. yang terus berkembang
menjadi siklus transmisi baru setelah menggigit ke dalam host baru. Secara garis
besar semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian
di tubuh manusia dan sebagian di tubuh nyamuk.Kondisi masuknya sporozit ke dalam
tubuh manusia, maka akan terjadi siklus malaria yang terdiri atas siklus eksoeritrosit,
siklus eritrosit, dan siklus sporogonik (CDC, 2009).
a) Siklus eksoeritrosit.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh manusia dan terjadi di dalam hati. Penularan
terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan
ludahnya memasukkan sporozoit ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya
bermukim pada sel hepatosit di parenkim hati. Parasit tumbuh dan mengalami
pembelahan. Setelah 6-9 hari skizon menjadi dewasa dan pecah dengan melepaskan
beribu-ribu merozoit. Sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan
berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain,
antara lain limpa atau diam di hati. Dalam waktu 48-72 jam, sel-sel darah merah
pecah dan merozoit yang dilepaskan dapat memasuki siklus dimulai kembali.
b) Siklus eritrosit.
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit
membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizonmerozoit. Setelah 2-3
generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa
antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa
prapaten, sedangkan masa tunas dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes
sampai timbulnya gejala klinis demam.
c) Siklus sporogonik.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh nyamuk (sporogoni). Setelah beberapa siklus,
sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk
seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak akan berkembang lalu mati bila tidak
diisap oleh Anopheles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari
gametosit jantan dan betina menjadi zigot, yang kemudian melakukan penetrasi pada
dinding lambung dan berkembang menjadi okista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit
kecil akan memasuki kelenjar ludah nyamuk.

Di dalam vaskular, protozoa bereplikasi di dalam sel dan menginduksi sitolisis


sel darah merah menyebabkan pelepasan produk metabolik toksik ke dalam aliran
darah dan memberikan gejala, seperti menggigil, sakit kepala, mialgia, dan malaise.
Kondisi ini terjadi dalam siklus eritrosit. Parasit juga dapat menyebabkan ikterus dan
anemia. Plasmodium. falciparummerupakan jenis yang paling berbahaya dari lima
spesies plasmodium karena dapat menyebabkan gagal ginjal, koma, dan kematian.
Kematian akibat malaria dapat dicegah. jika perawatan yang tepat dicari dan
diimplementasikan.
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat menghasilkan bentuk yang
tidak aktif tetapi masih tetap ada dalam hati orang yang terinfeksi dan muncul di lain
waktu.
Parasit memperoleh energi mereka semata-mata dari glukosa dan mereka
mencernanya 70 kali lebih cepat dari sel darah merah yang mereka tempati sehingga
menyebabkaninsufisiensi insulin (Gambar 2.2) yang akan memberikan manifestasi
penurunan intake glukosa jaringan. Kondisi ini akan memberikan dampak terhadap
hipoglikemia intrasel danekstrasel.
Hipoglikemia intrasel akan dilanjutkan dengan respons peningkatan
glukogenesis dan glukoneogenesis yang memberikan manifestasi pemecahan lemak
dan perubahan sintesis protein. Peningkatan pemecahan lemak akan meningkatkan
produksi keton yang juga akan meningkatkan risiko terjadinya ketoasidosis
diabetikum. Perubahan sintesis protein akan meningkatkan risiko kaheksia, letargi,
dan terjadi penurunan gama globulin yang juga meningkatkan risiko infeksi akibat
kerusakan jaringan kulit.
Pada hipoglikemi ekstrasel akan memberikan manifestasi peningkatan osmotik
plasma dan peningkatan pengeluaran glukosa oleh ginjal. Pada kondisi peningkatan
osmotik plasma akan terjadi dehidrasi sel yang berlanjut pada koma hiperglikemi.
Respons dari peningkatan pengeluaran glukosa oleh ginjal akan menyebabkan
diuresis osmotik dengan manifestasi poliuri, polidipsi, hipokalemi, dan hiponatremi.
Plasmodia juga menyebabkan lisis dari sel darah merah (baik yang terinfeksi
dan yang tidak terinfeksi), penekananproses hematopoiesis, dan peningkatan
pembersihan sel darah merah oleh limpa yang menyebabkan kondisi anemia serta
splenomegali. Seiring waktu, malaria dan infeksi juga dapat menyebabkan
trombositopenia.
Kondisi malaria akan memberikan berbagai masalah keperawatan yang
muncul pada pasien (Gambar 2.3) dan memberikan implikasi pada asuhan
keperawatan. Masalah keperawatan yang muncul berhubungan dengan pelepasan
produk metabolik toksik ke dalam aliran darah yang memberikan berbagai manifestasi
pada respons sistemik, respons intestinal, respons sistem saraf pusat, respons
kardiorespirasi, dan muskuloskeletal.
7. Komplikasi
Komplikasi yang lazim terjadi pada malaria terutama yang disebabkan
oleh Plasmodium falcifarum adalah sebagai berikut.
a) Koma (malaria serebral).
Koma pada malaria meliputi kondisi penurunan kesadaran, perubahan status
mental, dan kejang. Kondisi koma malaria merupakan kondisi paling umum yang
menyebabkan kematian pada pasien dengan penyakit malaria. Jika tidak diobati,
komplikasi ini sangat mematikan. Gejala malaria serebral mirip dengan ensefalopati
toksik.
b) Kejang (sekunder baik untuk hipoglikemia atau serebral malaria).
c) Gagal ginjal akut.
Sebanyak 30% dari orang dewasa yang terinfeksi denganPlasmodium
falciparum menderita gagal ginjal akut (Hanson, 2009).
d) Hipoglikemia.
e) Hemoglobinuria (blackwater fever).
Kondisi hemoglobinuria ditandai dengan urine sangat gelap yang merupakan
manifestasi dari hemolisis, hemoglobinemia yang berlanjut pada hemoglobinuria dan
hemozoinuria.
f) ARDS, edema paru nonkardiogenik.
Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita hamil dan menyebabkan kematian pada
80% pasien (Perez-Jorge, 2009).
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang menginvasi sistem hematologi
melalui vektor nyamuk yang terinfeksi protozoa plasmodium. (Arif Muttaqin, dkk,
2011)Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan
oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah
merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan
kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).
Terdapat lima spesies paling umum yang memberikan pengaruh cedera
terhadap manusia (fernandez, 2009), yaitu sebagai berikut.
1. Plasmodium Falcifarum
2. Plasmodium Vivax
3. Plasmodium Ovale
4. Plasmodium Malariae
5. Plasmodium Knowlesi
Plasmodium Knowlesi, baru-baru ini di identifikasi di Asia tenggara sebagai
patogen bermakna secara klinis pada amanusia (Cox-Singh, 2008) (Arif Muttaqin,
dkk, 2011).Sesuai dengan penyebab malaria di bedakan berdasarkan jenis
plasmodiumnya. (Arif Muttaqin, dkk, 2011)Pasien malaria biasanya memperoleh
infeksi di daerah endemik melalui gigitan nyamuk. Vektor, spesies
nyamuk Anopheles, melewati plasmodia, yang terkandung dalam air liur masuk ke
dalam tubuh manusia saat nyamuk tersebut menghisap darah.Hasil infeksi tergantung
pada imunitas host. Individu dengankekebalan dapat secara spontan menghapus
parasit. Pada mereka yang tidak memiliki kekebalan, parasit, memperluas infeksi.
Sejumlah kecil parasit menjadi gametocytes, yang mengalami reproduks, seksual
ketika diisap oleh nyamuk. Hal ini dapat berkembang menjadi infeksi
sporozoites. yang terus berkembang menjadi siklus transmisi baru setelah menggigit
ke dalam host baru. Secara garis besar semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup
yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia dan sebagian di tubuh nyamuk.

B. Saran
Diharapkan oleh penulis adalah penulis lebih memahami prosester jadinya
penyakit malaria pada anak, penyebab, klasifikasi, tanda dan gejalasampai pengobatan
yang tepat sesuai dengan keadaan penyakit klien dan rasional sesuai dengan fakta
yang ada. Selain itu diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu teman-
teman dalam mengenal dan memahami penyakit malaria secara menyeluruh.
Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk
memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani
kehamilan dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan
mental yang baik, dan memperoleh cukup energiuntuk menyusui serta merawat bayi
kelak. Kekurangan nutrisi dalam kehamilan karena akan berdampak buruk baik bagi
ibu maupun janin. Kekurangan nutrisi pada ibu hamil diantaranya menyebabkan
anemia, pendarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan mudah terkena
infeksi. Sedangkan kekurangan nutrisi pada janin diantaranya mengakibatkan
keguguran, lahir mati, kelahiran neonatal, mgalami cacat bawaan dan berat badan bayi
rendah.

.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Gastrointestinal. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.
http://dezlicious.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
http://wwwdagul88.blogspot.com/2009/11/askep-malaria-pada-anak.html
http://dimas-nursehalut.blogspot.com/2010/08/askep-malaria-pada-anak.html

Anda mungkin juga menyukai