Anda di halaman 1dari 36

Asuhan Keperawatan pada Lansia yang Mengalami Hipertensi Di RSUD dr.

R. Soedarsono Pasuruan

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

NURSITA WIDYA HERYAWATI

NIM. 1601200061

PRODI D III KEPERAWATAN LAWANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

2018
Asuhan Keperawatan pada Lansia yang Mengalami Hipertensi Di RSUD dr.

R. Soedarsono Pasuruan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan

menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan Lawang Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

NURSITA WIDYA HERYAWATI

NIM. 1601200061

PRODI D III KEPERAWATAN LAWANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada

Lansia yang Mengalami Hipertensi Di RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan”

oleh Nursita Widya Heryawati , NIM 1601200061 telah dibimbing, diperiksa dan

disetujui untuk diujikan,

Lawang, ... April 2018

Pembimbing

Agus Setyo Utomo, APP. M.Kes.

NIP: 19730807200212
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada

Lansia yang Mengalami Hipertensi Di RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan”

oleh Nursita Widya Heryawati, NIM 1601200061 telah dipertahankan di depan

dewan penguji.

Pada tanggal :

Dewan Penguji

Penguji utama Penguji Anggota I Penguji Anggota II

... ... ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

...
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga dapat terselesaikannya Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Lansia yang mengalami Hipertensi di RSUD dr. R.
Soedarsono Pasuruan.” sebagai salah satu persyaratan guna menyelesaikan kuliah
di Poltekkes Kemenkes Malang Jurusan Keperawatan Program Studi D-III
Keperawatan Lawang.
Tidak lupa penulis mengucapkan kepada semua pihak yang sudah
membantu dan membimbing dalam menyusun Proposal Karya Tulis Ilmiah ini,
anatara lain:
1. ....
2. Ayah, Ibu, Kakak, dan keluarga besar tercinta yang selalu memberikan
dukungan, motivasi dan doa untuk kesuksesan saya.
3. Sahabat dan teman-teman semua yang telah memberikan dukungan dan
semangat selama proses penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari kata sempurna, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun supaya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini lebih
baik.
Harapan penulis semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Lawang, ... April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman sampul ................................................................................

Lembar Persetujuan ...........................................................................

Lembar Pengesahan ..........................................................................

Kata Pengantar ...................................................................................

Daftar Isi ............................................................................................

Daftar Tabel .......................................................................................

Daftar Lampiran .................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................

1.2 Identifikasi Masalah .....................................................................

1.3 Tujuan ..........................................................................................

1.4 Manfaat .......................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Eliminasi Alvi

2.2 Konsep Hematoschezia

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

3.2 Batasan Istilah

3.3 Partisipan
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.5 Pengumpulan Data

3.5.1 Wawancara

3.5.2 Observasi

3.6 Uji Keabsahan Data

3.7 Analisis Data

3.8 Etik Penelitian

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat dan
sering menyebabkan penyakit jantung yang mematikan. Tekanan Darah
Tinggi/ Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yaitu keadaan dimana
tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg.(Dinkes
Provinsi Jatim, 2016)
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di
Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan
pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah
kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan
data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat
meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.(Kemenkes.RI, 2014)
Hipertensi Provinsi Jawa Timur, persentase hipertensi sebesar 13,47%
atau sekitar 935.736 penduduk, dengan proporsi laki-laki sebesar 13,78%
(387.913 penduduk) dan perempuan sebesar 13.25% (547.823 penduduk).
(Dinkes Provinsi Jatim, 2016)
Banyak faktor - faktor resiko untuk terjadi nya tekanan darah tinggi.
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik
(faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok,
konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan
konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres,
penggunaan estrogen.(Kemenkes.RI, 2014)
Faktor risiko yang paling dominan adalah riwayat keturunan, obesitas
dan aktivitas fisik.(Mannan, Wahiduddin, & Rismayanti, 2012)
Gejala Hipertensi pada umumnya tidak nyata, banyak yang sudah
terlambat dan berkomplikasi barulah di ketahui penyebabnya. Seseorang yang
mempunyai penyakit darah tinggi mempunyai resiko besar terhadap penyakit
lain nya, tidak hanya penyakit jantung koroner saja tapi penyakit gagal ginjal ,
kebutaan dan stroke bisa saja terjadi. Makin tinggi tekanan darah seseorang
maka semakin tinggi pula resiko nya, maka dari itu seseorang harus
mengetahui tekanan darahnya karena Hipertensi merupakan penyakit yang
mempunyai tingkatan agar mendapat perhatian dan perawatan sedini
mungkin,karena dengan perawatan yang tepat dan cepat dapat mencegah hal –
hal yang mengerikan seperti stroke. Penatalaksanaan hipertensi ini
memerlukan waktu yang lama dan melibatkan berbagi profesi tenaga
kesehatan seperti dokter, perawat, dan ahli gizi. Banyaknya kejadian harus
mendapatkan perhatian serius mengingat banyaknya resiko terjadinya
komplikasi, maka peran tenaga medis termasuk juga perawat adalah merawat
pasien hipertensi dan berusaha untuk memotifasi klien untuk berusaha berobat
dan menerapkan pola hidup yang sehat dan olahraga secara teratur.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik untuk mengambil karya
tulis ilmiah Asuhan Keperawatan pada pasien hipertensi agar dapat
mengetahui masalah yang di alami oleh penderita lebih lanjut dan gejala
hipertensi yang tidak jelas dan komplikasi hipertensi ini bisa menyebabkan
kan stroke, kebutaan , kerusakan ginjal, bahkan kematian, agar dapat
membantu mencegah komplikasi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien yang
mengalami hipertensi di RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan?”
1.3 Tujuan
Tujuan pada studi kasus asuhan keperawatan :
1. Untuk menyelanggarakan proses pengkajian keperawatan
2. Untuk menyelanggarakan proses perencanaan keperawatan
3. Untuk menyelanggarakan proses intervensi keperawatan
4. Untuk menyelanggarakan proses evaluasi keperawatan
1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemberian asuhan


keperawatan pada pasien hipertensi di RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan.
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengkajian keperawatan pada klien


yang mengalami Hipertensi di RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan.
b. Untuk mendapatkan gambaran tentang diagnosis keperawatan pada klien
yang mengalami Hipertensi di RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan.
c. Untuk mendapatkan gambaran tentang perencanaan keperwatan pada klien
yang mengalami Hipertensi di RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan.
d. Untuk mendapatkan gambaran tentang tindakan keperwatan pada klien
yang mengalami Hipertensi di RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan.
e. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami Hipertensi di RSUD dr.
R. Soedarsono Pasuruan
1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis adalah sebagai manfaat akademis, yakni manfaat yang


dapat membantu untuk lebih memahami suatu konsep atau teori dalam
disiplin ilmu
2. Manfaat praktis adalah manfaat yang diharapkan bahwa seluruh
tahapan penelitian yang di peroleh dapat memperluas wawasan dan
tujuan yang diharapkan
1.4.1 Bagi Responden
Memberikan masukan dan wawasan bagi responden tentang
gangguan pola istirahat tidur terutama pada pasien hipertensi.
1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam penyusunan program peningkatan
pelayanan di RSSA Malang terutama untuk gangguan pola istirahat tidur
pada pasien hipertensi.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan masukan dan bahan dokumentasi ilmiah dalam
pengembangan llmu Keperawatan khususnya dalam asuhan keperawatan
dengan masalah gangguan pola istirahat tidur pada pasien hipertensi.
1.4.4 Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dasar untuk
penelitian lebih lanjut.

1.4.5 Bagi Peneliti


Sebagai media untuk memperoleh dan memperdalam pengetahuan
tentang asuhan keperawatan dengan masalah gangguan pola istirahat tidur
pada pasien hipertensi
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Definisi Lansia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, Lanjut usia
(elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75–90 tahun dan usia sangat tua
(very old) diatas 90 tahun.(Rahayu, 2014)
Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas,
berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia. (Indonesian MoH, 2016)
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikataan lansia
apabila usianya diatas 60 tahun. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. (Kemenkes RI, 2017) .
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).(Kholifah, 2016)

2.1.2 Batasan Lansia


a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah
sebagai berikut :
1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2. Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan
lansia dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:
1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60
tahun ke atas dengan masalah kesehatan.(Kholifah, 2016)
c. Menurut Prof. Dr. Koesoemanto Setyonegoro
1. Masa dewasa muda (elderly adulthood) :18 atau 20-25
tahun
2. Masa dewasa penuh atau maturitas (middle years) : 25-60
atau 65 tahun
3. Masa lanjut usia (geriatric age) : >65 atau 70 tahun
(Efendi,F & Makhfudli, 2009)
2.1.3 Karakteristik Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting
dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang
memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan,
maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan
tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi,
maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat
yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di
masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang
mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap
sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran
pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW,
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai
ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga
dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat
dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal
bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan
keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah
yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat
tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang
rendah.(Kholifah, 2016)
Lansia memiliki tiga karakteristik sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang
sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial
hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Dewi,SR
2014:4)
2.2 Konsep Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang sering di jumpai di
masyarakat dan sering menyebabkan penyakit jantung yang
mematikan. Tekanan Darah Tinggi/ Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah yaitu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih
besar atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg.(Dinkes Provinsi
Jatim, 2016)
Penyakit hipertensi adalah peningkatan abnormal tekanan
darah, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik,
secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika
tekanan darah sistolik/diastolik > 140/90 mmHg (normalnya
120/80 mmHg).(Herwati, 2014)
Menurut buku Keperwatan : Klien Gangguan
Kardiovaskular, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas 140/90 mmHg.
(Klien Gannguan Kardiovaskular,2005:49)
2.2.2 Etiologi
Menurut Kemenkes RI tahun 2014 penyebab hipertensi menurut
klasifikasinya
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik),
walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hid up
seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi
pada sekitar 90% penderita hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).(Kemenkes.RI,
2014)
2.2.3 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Rohaendi, 2008).
2.2.4 Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization)
dalam Rohaendi (2008):
1. Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang
atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2. Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan
sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94
mmHg
3. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan tekanan
diastoliknya lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
a. Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri
dari:
Tekanan sistolik:
1) < 119 mmHg : Normal
2) 120-139 mmHg : Pra hipertensi
3) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
4) > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolik
1) < 79 mmHg : Normal
2) 80-89 mmHg : pra hipertensi
3) 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
4) >100mmHg : hipertensi derajat 2

Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)

Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)

Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)

2.2.5 Manifestasi Klinis


Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi
tidak memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-
gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :

a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala


b. Sering gelisah

c. Wajah merah

d. Tengkuk terasa pegal

e. Mudah marah

f. Telinga berdengung

g. Sukar tidur

h. Sesak napas

i. Rasa berat ditengkuk

j. Mudah lelah

k. Mata berkunang-kunang

l. Mimisan ( keluar darah dari hidung).

Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi


hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:

b. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:

1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan


wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler
sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan
estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan
sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur
wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari
setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar
56,5%. (Anggraini dkk, 2009).

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada


usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah
umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal
ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah
menopause (Marliani, 2007).

2) Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan


darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan
darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi
pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan
pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis
obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.

Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang


berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat
dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya
penyesuaian diri.

Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih


besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu
sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun.
Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus
hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan
enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan
risiko hipertensi

3) Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan


menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.
Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).

Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan


darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah
seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah
tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk
mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai
tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini
akan meningkat menjadi 60%.

b. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:

1) Obesitas

Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut


asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi
karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat.
Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia
karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis,
jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau
tidak, dapatdilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi
badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Berat Badan (kg)

IMT = ------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama


tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi
pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang
yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.

Obesitas beresiko terhadap munculnya berbagai penyakit


jantung dan pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi
Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI
untuk orang Indonesia adalah 25. BMI memberikan gambaran
tentang resiko kesehatan yang berhubungan dengan berat
badan. Marliani juga mengemukakan bahwa penderita hipertensi
sebagian besar mempunyai berat badan berlebih, tetapi tidak
menutup kemungkinan orang yang berat badanya normal (tidak
obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi
volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi
dibandingkan dengan berat badannya normal. (Marliani,2007).

2) Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan


penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah
(untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi
terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih
berat karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah
tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-
orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih
cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa
semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik
berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat
bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi
penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada
peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan.
Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita
yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik
dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi,
2008).

3) Kebiasaan Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok


berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi
maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas
S Bowman dari Brigmans and Women’s
Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya
tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36%
merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang
rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang
perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi
terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih
dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).

4) Mengkonsumsi garam berlebih


Badan kesehatan dunia yaitu World Health
Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam
yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar yodium
yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar
2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium
yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).

5) Minum alkohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat


merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah.
Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor
resiko hipertensi (Marliani, 2007).

6) Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir


kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir
tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.

7) Stress

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui


aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan
darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian
di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi,
2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress
ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi,
dan karakteristik personal

2.2.6 Klomplikasi Hipertensi

Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi


membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses
perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih
cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali
dan meningkatkan resiko stroke delapan kalindibanding dengan
orang yang tidak mengalami hipertensi.

Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung,


gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan
bahwa hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang
paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian
mendadak.

a. Penyakit jantung koroner dan arteri

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh


akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal.
Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang
mengeras ini.

b. Payah jantung

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana


jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh.
Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik
jantung.

c. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena
tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh
darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada
pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat
berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari
gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.

d. Kerusakan ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah


yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran
tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih
sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal
dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.

e. Kerusakan penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di


mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

2.2.8 Pencegahan Hipertensi

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil


tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara
lain menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara sebagai
berikut:

1. Mengurangi konsumsi garam.


Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g
garam dapur untuk diet setiap hari.
2. Menghindari kegemukan (obesitas).
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan
(b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah
jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.
3. Membatasi konsumsi lemak.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol
darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi
dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam
dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan
kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan
menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan
memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung
memperparah hipertensi.
4. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau
menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi.
Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua
sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti
gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan
melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat,
atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat
menimbulkan hipertensi.
5. Makan banyak buah dan sayuran segar.
6. Tidak merokok dan minum alkohol.
7. Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau
ketegangan jiwa.
8. Berusaha membina hidup yang positif
2.3 Kerangka konsep penelitian

2.3.1 Skema kerangka konsep

Faktor yang mempengaruhi Faktor penyebab yang


hipertensi : mempengaruhi hipertensi :
1. Gaya hidup 1. Diit
2. Merokok 2. Merokok
3. Stress 3. Kegiatan fisik(gaya
hidup
4. Obesitas
Pencegahan hipertensi : 5. Stress
1. Mengurangi
konsumsi garam
2. Mencegah Pengobatan Hipertensi:
kegemukan 1. Farmakologi
3. Membatasi 2. Non farmakologi
konsumsi lemak

Tanda dan gejala Hipertensi:


1. Sakit kepala terasa berat di
tengkuk
2. Kelelahan
3. Keringat berlebihan
4. Tremor otot
5. Mual muntah

2.4.2 Alur kerangka konsep

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :

faktor yang menyebabkan Hipertensi adalah diit, meroko, gaya

hidup,obesitas dan stress


BAB 3

METODE PENULISAN

3.1 Desain Penelitian


Menurut William M.K Trochim (2006) “ Desain penelitian adalah
struktur penelitian sebagai pengikat semua unsur dalam satu proyek
penelitian untuk mencapai tujuan bersama. Lalu Lincoln dan Guba
mendefinisikan desain penelitian sebagai usaha merencanakan
kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara
pasti apa yang dikerjakan dalam hubungan dengan unsur masing-masing.
(Nursalam 2008: 36)
Dalam studi kasus ini, peneliti ingin mengetahui keadaan pada
pasien hipertensi yang telah di lakukan tindakan asuhan keperawatan di
RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan.

3.2 Batasan Istilah


Fokus studi adalah karakteristik yang di amati yang mempunyai variasi
nilai dan merupakan operasioanalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti
secara empiris atau di tentukan tingkatannya ( Setiadi, 2013 ). Fokus studi
yang dilakukan pada penilitian ini adalah pemberian asuhan keperawatan
pada pasien hipertensi.

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah


yang akan di gunakan dalam penilitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penilitian. ( Setiadi,
2013 : 122 ).

3.3 Partisipasi
Subyek penelitian merupakan sesuatu yang diteliti, di dalam subjek
penelitian ini terdapat objek penelitian yang menjadi pusat perhatian dan
sasaran penelitian (Hidayat, 2007 ).

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian


mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (
Notoatmodjo, 2012 )

Studi kasus ini menggunakan 1 klien diabetes mellitus dengan luka


diabetik minimal 6 hari dirawat di RS sebagai subjek dalam pnelitian atau
subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian dengan
kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Klien bersedia menjadi subjek dengan menandatangani informed
consent
2. Klien Hipertensi
3. Klien dengan masalah gangguan pola tidur
4. Klien yang kooperatif dalam proses penilitian

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan
3.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni – bulan Juli 2018
3.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses penetapan subjek dan pengumpulan
data yang diperlukan untuk penelitian. Langkah nyata dalam pengumpulan
data bersifat khusus untuk tiap penelitian dan tergantung pada desain serta
teknik pengukuran. Selama masa pengumpulan data, peneliti memfokuskan
pada bagaimana mendapatkan subjek , melatih pengumpulan data, serta
mengumpulkan data dengan cara konsisten, mempertahankan kontrol
penelitian, melindungi integritas (atau validitas) penelitian dan
menyelesaikan masalah yang menimbulkan gangguan terhadap proses
penelitian.( Hamid, 2007 ).

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data :

a. Tahap Awal

1. Peneliti mengurus surat pengantar di Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Malang prodi D-III Keperawatan Lawang

2. Peneliti menyerahkan surat kepada Direktur RSUD dr. R.

Soedarsono Pasuruan

3. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan studi pendahuluan di

RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan tanggal 10 Juni 2018


b. Tahap Pelaksanaan

1. Menentukan subjek penelitian sesuai kriteria inklusi yang ditetapkan

melalui dokumen subjek dan wawancara terstruktur dengan klien.

2. Setelah mendapatkan subjek sesuai kriteria inklusi, peneliti

memberikan penjelasan kepada subjek penelitian tentang tujuan,

kerahasiaan data, manfaat dari penelitian yang dilakukan terhadap

subjek.

3. Peneliti menjelaskan proses Asuhan Keperawatan pada pasien

Hipertensi

4. Setelah mendapatkan penjelasan, peneliti meminta persetujuan

kepada subjek penelitian untuk menandatangani Informed Consent

sebagai bukti bersedia dilibatkan dalam penelitian dan subjek

menandatangani lembar pertanggungjawaban peneliti untuk

mengantisipasi hal yang terjadi diluar batas peneliti.

5. Melakukan kontrak waktu dengan subjek.

6. Kegiatan pengambilan data dilakukan selama pasien di RSUD dr.

R.Soedarsono Pasuruan minimal 6 hari melakukan asuhan

keperawatan.

7. Selama intervensi Peneliti melakukan pengkajian menggunakan

lembar pengkajian

8. Peneliti melakukan implementasi dan mengevaluasi hasil dari asuhan

keperawatan
9. Peneliti mendokumentasikan semua hasil di tulis dalam lembar

observsi untuk kemudian dilakukan pengolahan dan analisa dari data

yang telah didapatkan kemudian dideskripsikan.

3.6 Uji Keabsahan Data


Pengolahan data pada studi kasus mnggunakan teknik non-statistik,
yaitu analisis kualitatif yang dapat dilakukan melalui cara naratif induktif
yaitu pegambilan kesimpulan umum berdasarkan hasil-hasil observasi dan
wawancara khusus (Notoadmodjo, 2010 : 172).
Keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas
data/informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data
dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti
menjadi instrument utama). Keabsahan data dilakukan dengan
memperpanjang waktu pengamatan/tindakan, sumber informasi tambahan
menggunakan triangulasi dari dua sumber data utama yaitu klien, perawat
dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.7 Analisa Data


Analis data yang di gunakan dalam penilitian ini adalahteknik non
statistik yaitu pengolahan data dengan tidak menggunakan analisis statistik,
tetapi dengan naratif non statistik dan teknik dapat dilakukan dengan cara
yaitu, pengambilan kesimpulan umum kemudian menjelaskan berdasarkan
hasil-hasil observasi yang khusus ( Notoadmodjo, 2010 )
Observasi tekanan darah pada pasien.
Penyajian data disajikan dalam bentuk tulisan / narasi ( textular ),
dimana data di buat dalam bentuk narasi mulai dari pengambilan data
sampai kesimpulan( setiadi, 2013 : 142 )

3.8 Etika Penelitian


Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan etika penilitian sebagai

berikut ( Nursallam, 2008 : 114 - 115 ) :


1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindari dari keadaan yang

tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya

dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan

dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam

bentuk apapun

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self

determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek

mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apa pun

atau akan berakibat terhadap kesembuhanya, jika mereka

seorang klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dan perlakuan yang

diberikan (right to full disclosure). Seorang peneliti harus

memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab

jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.


c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak

untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi subjek.

Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data

yang diperoleh hanya dipergunakan untuk pengembangan

ilmu.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

Untuk menjaga keberhasilan atas data atau informasi yang

telah di berikan subjek ,untuk itu perlu adanya tanpa nama

(anonymity) dan rahasia (confendentiality).


DAFTAR RUJUKAN

Dinkes Provinsi Jatim. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun

2016. Dinkes Provinsi Jatim. Retrieved from

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVIN

SI_2016/15_Jatim_2016.pdf

Herwati, W. S. (2014). Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Berdasarkan Pola Diet Dan Kebiasaan Olahraga Di Padang Tahun 2011.

Jurnal Kesehtan Masyarakat, 8(1), 8–14.

Indonesian MoH. (2016). Elderly Condition in Indonesia. Report, 8.

https://doi.org/ISSN 2442-7659

Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, (Hipertensi), 1–7.

https://doi.org/10.1177/109019817400200403

Kemenkes RI. (2017). Analisis lansia di Indonesia. Pusat Data Dan Informasi, 1–

2. Retrieved from

www.depkes.go.id/download.php?file=download/.../infodatin lansia

2016.pdf%0A

Kholifah, S. N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Promosi

Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 15, 24. Retrieved

from http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-

content/uploads/2017/08/Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf

Mannan, H., Wahiduddin, & Rismayanti. (2012). Faktor Risiko Kejadian

Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto,

7(1), 1–13.
Rahayu, R. (2014). Gymnastic Effect on Life Quality of the Elderly with

Hypertension. J Majority, 3, 121–127.

Elsanti, S. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi &
Serangan Jantung. Yogyakarta: Araska.
Rohaendi. 2008. Treatment Of High Blood Pressure. Jakarta :Gramedia Pustaka
Utama
Sutanto. 2009. Awas 7 Penyakit Degeneratif. Yogjakarta : Paradigma Indonesia
Sustrani L. 2006. Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Gunawan, Lanny. 2001.Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius

Anda mungkin juga menyukai