Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga...............................................................5
2.1.2 Struktur Keluarga...................................................................5
2.1.3 Bentuk Keluarga.....................................................................7
2.1.4 Tahapan Perkembangan Keluarga..........................................9
2.1.5 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ............................11
2.1.6 Peran Perawat Keluarga........................................................13
2.2 Konsep Diabetes Mellitus
2.2.1 Definisi..................................................................................14
2.2.2 Etiologi..................................................................................14
2.2.3 Manifestasi............................................................................15
2.2.4 Klasifikasi.............................................................................16
2.2.5 Patofisiologi..........................................................................16
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang........................................................18
2.2.7 Komplikasi............................................................................18
2.2.8 Penatalaksanaan....................................................................19
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
2.3.1 Pengkajian.............................................................................20
2.3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................25
2.3.3 Intervensi Keperawatan.........................................................27
2.3.4 Implementasi Keperawatan...................................................42
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................43
ii
BAB III TINJAUAN KASUS
3.3.1 Pengkajian.............................................................................44
3.3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................51
3.3.3 Intervensi Keperawatan.........................................................53
3.3.4 Implementasi Keperawatan...................................................54
3.3.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................56
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimupulan....................................................................................58
4.2 Saran................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................60
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya status sosial dan ekonomi, pelayanan kesehatan masyarakat,
perubahan gaya hidup, dan bertambahnya umur harapan hidup membuat
Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular, hal ini dikenal dengan transisi epidemiologi. Empat jenis
penyakit tidak menular utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular
(penyakit jantung koroner dan stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma
dan penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes mellitus (Depkes RI dalam
Hasdianah, 2012).
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Smeltzer & Bare, 2015). Diabetes
melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel beta
langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh
terhadap insulin (Sunaryati dalam Masriadi, 2016).
Diabetes merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang mengancam
hidup banyak orang. Laporan statistik dari International Diabetes Federation
(IDF) mengatakan, ada sekitar 230 juta penderita diabetes di dunia. Angka
tersebut terus bertambah 3% atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Jumlah
penderita diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025.
Setengah dari angka tersebut berada di Asia terutama India, China, Pakistan, dan
Indonesia. World Health Organization (WHO) memprediksikan kenaikan jumlah
penyandang diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030. Jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di
dunia setelah India (31,7 juta), Cina (20,8) juta, dan Amerika Serikat (17,7 juta)
(Syafey dalam Masriadi, 2016).
Diabetes mellitus memiliki gejala antara lain rasa haus yang berlebihan
(polidipsi), sering kencing (poliuri) terutama malam hari, sering merasa lapar
1
(poliphagi), berat badan yang turun dengan cepat, lemah, kesemutan pada tangan
dan kaki, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, impotensi, luka sulit sembuh,
keputihan, penyakit kulit akibat jamur di bawah lipatan kulit, dan pada ibu-ibu
sering melahirkan bayi besar dengan berat badan > 4 kg. Didefinisikan sebagai
diabetes mellitus jika pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter
atau belum pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi dalam
1 bulan terakhir mengalami gejala sering lapar, sering haus serta sering buang air
kecil dalam jumlah banyak dan berat badan turun (Riskesdas, 2013).
Salah satu upaya untuk mengurangi timbulnya tanda dan gejala serta
mencegah terjadinya diabetes mellitus adalah dengan melakukan pemeriksaan
gula darah secara rutin. Pemeriksaan gula darah biasanya sering dilakukan
masyarakat di Puskesmas. Puskesmas mempunyai peran yang sangat penting
dalam peningkatan mutu dan daya saing sumber daya manusia di Indonesia
maupun internasional serta bertanggung jawab mengupayakan kesehatan pada
jenjang tingkat pertama dan berkewajiban menanamkan budaya hidup sehat
kepada setiap keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu
diselenggarakan asuhan keperawatan pada keluarga. (Sudiharto, 2012).
Menurut Sudiharto (2012), asuhan keperawatan keluarga adalah suatu
rangkaian kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan kepada klien
sebagai anggota keluarga yang bertujuan memandirikan klien sebagai bagian dari
anggota keluarga. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan yang
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat akan
tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu
anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah
kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat mempengaruhi sistem
keluarga tersebut.
Keluarga sebagai satuan kelompok individu dan di dalam keluarga dapat
menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan
dalam kelompoknya sendiri. Hampir setiap masalah kesehatan individu di dalam
keluarga mulai dari awal sampai akhir akan dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga
mempunyai peran utama dalam memelihara kesehatan seluruh anggota
keluarganya dan bukan individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya
2
tingkat kesehatan yang diinginkan. Masalah kesehatan dalam keluarga saling
berkaitan. Penyakit pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh
keluarga tersebut. Apabila salah satu anggota keluarga menderita sakit, maka
peran anggota keluarga akan mengalami perubahan (Friedman, 2010).
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan
(Friedman dalam Setyowati dan Murwani, 2008). Keluarga merupakan bagian
terpenting bagi semua orang. Disadari atau tidak, saat seseorang mengalami
diabetes mellitus maka mereka akan mengalami masa–masa sulit. Mereka harus
mulai berbenah diri, mulai mengontrol pola makan dan aktifitas. Hal tersebut pasti
sangat membutuhkan bantuan dari orang sekitar terutama keluarga, dengan
menceritakan kondisi diabetes mellitus pada orang terdekat, maka akan membantu
dalam kontrol diet dan program pengobatan.
Keluarga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya,
termasuk mengenal masalah diabetes mellitus, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan pengobatan yang tepat, memberikan keperawatan kepada
anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang kondusif bagi
kesehatan serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Dalam mengatasi
masalah ini peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan keluarga
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut (Friedman, 2010).
Diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan tetapi glukosa darah dapat
dikendalikan melalu 4 pilar penatalaksanaan diabetes mellitus seperti edukasi, diet
atau pengaturan makan, olah raga, dan obat-obatan. Penderita diabetes mellitus
tipe 2 dengan obesitas dapat melakukan pengontrolan kadar gula darah dengan
mengatur pola makan dan berolahraga secara teratur, selain itu kepatuhan minum
obat sangat mempengaruhi kadar gula darah pada penderita (Wardani dan
Isfandiari, 2014).
Sesuai dengan teori bahwa salah satu komplikasi dari diabetes melitus
adalah penglihatan yang kabur bahkan bisa menyebabkan retinopati, disinilah
peran keluarga untuk membantu melakukan perawatan terhadap klien berupa
pengontrolan diit klien, mengajak beraktifitas / olahraga, membawa klien untuk
melakukan pengontrolan gula darah, dan terapi pengobatan.
3
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tentang kasus diabetes mellitus di atas maka dirumuskan
suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana melakukan pengkajian asuhan keperawatan keluarga pada pasien
dengan gangguan diabetes mellitus?
2. Bagaimana menegakan diagnosa asuhan keperawatan keluarga pada pasien
dengan gangguan diabetes mellitus?
3. Bagaimana menentukan intervensi asuhan keperawatan keluarga yang tepat
sesuai dengan diagnosa pada pasien dengan gangguan diabetes mellitus?
4. Bagaimana mengimplementasikan intervensi asuhan keperawatan keluarga
yang sudah disusun sesuai dengan diagnosa pada pasien dengan gangguan
diabetes mellitus?
5. Bagaimana melakukan evaluasi asuhan keperawatan keluarga pada pasien
dengan gangguan diabetes mellitus?
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
1) Patrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis
ayah. Suku–suku di Indonesia rata–rata menggunakan struktur keluarga
patrilineal.
2) Matrilineal : keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis
ibu. Suku padang salah satu suku yang menggunakan struktur keluarga
matrilineal.
b. Dominasi pengambilan tempat tinggal
1) Patrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal : keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami
2) Matriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri
2. Ciri–ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing–
masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing–masing
3. Ciri–ciri keluarga Indonesia
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggung jawab
e. Pengambil keputusan
f. Meneruskan nilai–nilai budaya bangsa
g. Ikatan kekeluargaan sangat erat
h. Mempunyai semangat gotong royong
6
4. Elemen struktur keluarga
a. Struktur peran keluarga : menggambarkan peran masing – masing anggota
keluarga baik di dalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan
masyarakat
b. Nilai atau norma keluarga : menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari
dan diyakini dalam keluarga.
c. Pola komunikasi keluarga : menggambarkan bagaimana cara pola
komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota
keluarga ataupun dalam keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga : menggambarkan kemampuan anggota keluarga
untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan
perilaku ke arah positif.
7
diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan
(weekend)
h. Multigenerational family : keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin–network family : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang–barang dan
pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dll.
j. Blended family : keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult / living alone / single-adult family : keluarga yang terdiri
dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
2. Non – Tradisional
a. The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family : keluarga dengan orang tua tiri
c. Commune family : beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama
d. The nonmorital heterosexual cohabiting family : keluarga yang hidup
bersama berganti–ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families : seseorang yang mempunyai persamaan sex
hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple : orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu
g. Group marriage family : beberapa orang dewasa yang menggunakan alat–
alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan
yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai–
nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang–
8
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
i. Foster family : keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
j. Homeless family : keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
k. Gang : sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang – orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,
tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
9
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah, dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai
6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya.
Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih
dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan
10
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung
dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga
dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai
keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya)
11
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga
salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Salah satu contohnya
adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala,
perawatan, dan pencegahan diabetes mellitus.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi.
Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat
dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya.
Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga
dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan bisa disebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga
diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
12
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan
membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat
perawatan segera agar masalah teratasi.
13
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga
yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem
rujukan, dana sehat, dll).
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan
atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.
2.2.2 Etiologi
1. Diabetes Mellitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
a. Faktor genetik/herediter
14
Peningkatakan kerentanan sel– el beta dan perkembangan antibodi autoimun
terhadap penghancuran sel–sel beta.
b. Faktor infeksi virus
Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara genetik
c. Faktor imunologi
Respon autoimun abnormal yaitu antibodi menyerang jaringan normal yang
dianggap jaringan asing
2. Diabetes Mellitus tipe II (NIDDM)
a. Obesitas. Obesitas menurukan jumlah reseptor insulin dari sel target
diseluruh tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam
meningkatan efek metabolik
b. Usia. Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
3. Diabetes Mellitus Malnutrisi
Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pankreas
4. Diabetes Mellitus tipe lain
a. Penyakit pankreas
b. Penyakit hormonal
c. Obat–obatan : aloxan, streptozokin, derivate thiazide
15
2.2.4 Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
autoimun
2) Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati :
a) Tipe II dengan obesitas
b) Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Diabetes kehamilan
2. Klasifikasi resiko statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa
2.2.5 Patofisiologi
Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel–sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan
dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotik. Sebagai
16
akibat dari dari kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukkan glukosa baru dari asam–asam amino dan
substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam
basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang
berhubungan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel
sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut. Terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel–sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi
insulin yang merupakan ciri khas diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
nonketoik (HHNK).
17
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa >
200mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa
2. Aseton plasma (keton) positif secara mandiri
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mosm/l
5. Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun
6. Gas darah arteri : menunjukkkan pH rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi
8. Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (tipe II)
10. Urine : gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan dan infeksi
luka
2.2.7 Komplikasi
1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia
b. Sindrom hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
c. Ketoasidosis diabetik
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan :
a. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati)
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat
atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun
makrovaskular
b. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer, dan vaskular serebral
18
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
d. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/gangren/kaki diabetik
2.2.8 Penatalaksanaan
1. Medis
Ada lima komponen dalam penatalaksaan diabetes mellitus yaitu :
a. Diet
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet diabetes mellitus yaitu :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diit ketat
3) Jenis : boleh dimakan atau tidak
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita diabetes
mellitus, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
c. Penyuluhan
d. Obat
1) Obat OAD (Oral Anti Diabetes) / OHO (Obat Hipoglikemik Oral)
19
2) Insulin
e. Cangkok pankreas
20
6) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. Pada pengkajian
status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi
berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang (Friedmann, 2010).
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.
Biasanya diabetes mellitus sering terjadi pada laki-laki atau perempuan yang
berusia >40 tahun. Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami
masalah diabetes melitus adalah tahap perkembangan keluarga dengan usia
pertengahan dan lansia. Karena pada tahap ini terjadi proses degenerative
yaitu suatu kemunduran fungsi sistem organ tubuh, termasuk penurunan
fungsi dari sel beta pankreas.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi. Biasanya keluarga dengan diabetes mellitus kurang peduli
terhadap pengontrolan kadar gula darah jika belum menimbulkan
komplikasi lain.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber
pelayanan kesehatan yang bias digunakan keluarga dan pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan. Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga
karena diabetes mellitus juga merupakan salah satu dari penyakit keturunan,
disamping itu juga perlu dikaji tentang perhatian keluarga terhadap
21
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan
istri untuk mengetahui kemungkinan jika diabetes melitus yang terjadi pada
pasien merupakan faktor keturunan.
c. Struktur Keluarga
Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga, struktur kekuatan
keluarga yang berisi kemampuan keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah prilaku, struktur peran yang menjelaskan peran
formal dan informal dari masing-masing anggota keluarga serta nilai dan
norma budaya yang menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus.
d. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya dan
seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung, hubungan baik
dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan
(Friedman, 2010).
2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, penghargaan, hukuman
dan perilaku serta memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010).
3) Fungsi Perawatan Keluarga
Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat
dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas pokok keluarga,
yaitu :
a) Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Pada
kasus diabetes mellitus ini dikaji bagaimana pemahaman keluarga
mengenai pengertian diabetes mellitus, penyebab diabetes mellitus, tanda
22
dan gejala diabetes mellitus serta bagaimana pananganan dan perawatan
terhadap keluarga yang menderita diabetes mellitus.
b) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji adalah bagaimana
mengambil keputusan apabila anggota keluarga menderita diabetes
mellitus dan kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat akan
mendukung kesembuhan anggota keluarga yang menderita diabetes
mellitus.
c) Mengetahui sejauh mana keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang menderita diabetes mellitus, bagaimana keadaan penyakitnya dan
cara merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus.
d) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan
rumah yang sehat. Bagaiman keluarga mengetahui keuntungan atau
manfaat pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga untuk
memodifikasi lingkungan akan dapat mencegahan timbulnya komplikasi
dari diabetes mellitus. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan biasanya disebabkan karena terbatasnya sumber–sumber
keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat.
e) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang mana akan mendukung terhadap kesehatan seseorang.
Keluarga mengetahui ke fasilitas kesehatan mana anggota keluarga yang
menderita diabetes mellitus dibawa untuk melakukan pengontrolan rutin
kadar gula darah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4) Fungsi ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari enam bulan.
23
2) Stressor jangka panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu lebih dari enam bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stressor dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor.
4) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan / stress.
5) Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan / stress.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik
klinik head to toe, untuk pemeriksaan fisik untuk diabetes mellitus adalah
sebagai berikut :
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda - tanda vital. Biasanya pada penderita diabetes didapatkan
berat badan yang diatas normal / obesitas.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada leher,
kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada pendengaran.
Biasanya pada penderita diabetes mellitus ditemui penglihatan yang kabur /
ganda serta diplopia dan lensa mata yang keruh, telinga kadang-kadang
berdenging, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah.
3) Sistem Integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor kulit
menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau maka warna
sekitar luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah kering.
Pada luka yang susah kering biasanya akan menjadi ganggren.
24
4) Sistem Pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya pada
penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem pernafasan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi jaringan
menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi / bradikardi,
hipertensi / hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem Gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen dan obesitas.
7) Sistem Perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya poliuri,
retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem Muskuloskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penyebaran
lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan
nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem Neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penurunan
sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki
25
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan
diabetes mellitus yaitu (NANDA, 2015) :
a. Resiko ketidakstabilan gula darah
b. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
c. Gangguan rasa nyaman
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Resiko komplikasi
f. Defisit pengetahuan
g. Resiko syok hipovolemik
h. Resiko kerusakan integritas kulit
i. Resiko cidera
Setelah dilakukan skoring menggunakan skala prioritas, maka didapatkan
diangnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA (2015) dengan etiologi
menurut Friedman (2010), sebagai berikut :
a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
26
masalah :
(1) Masalah berat 2
harus ditangani
(2) Ada masalah 1
tetapi tidak perlu
segera ditangani
(3) Masalah tidak 0
dirasakan
TOTAL SKOR
Skoring:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertingi dan dikalikkan dengan bobot.
Skor X Bobot
Angka Tertingi
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria.
d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga.
27
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Evaluasi
NO Umum Khusus Kriteria Standar Rencana Tindakan
Keperawatan
1 Resiko Setelah 1. Setelah 1. Keluarga 1. Diabetes mellitus 1. Gali pengetahuan
ketidakstabilan dilakukan dilakukan mampu merupakan kondisi keluarga tentang
kadar glukosa kunjungan kunjungan … menyebutkan dimana kadar gula pengertian diabetes
darah berhubungan sebanyak …x… x… menit definisi diabetes darah sewaktu mellitus
dengan menit keluarga keluarga mampu mellitus dengan diatas 180 mg/dl 2. Diskusikan dengan
ketidakmampuan mampu mengenal bahasa sendiri dan gula darah keluarga tentang
keluarga dalam mengenal dan masalah diabetes puasa diatas 125 pengertian diabetes
merawat anggota memahami mellitus mg/dl mellitus dengan
keluarga dengan bagaimana menggunakan lembar
diabetes mellitus perawatan balik dan leaflet
diabetes 3. Beri kesempatan
mellitus keluarga untuk
bertanya
4. Beri reinforcement
positif
28
olahraga, stress, menggunakan lembar
obesitas atau balik dan leaflet
kegemukan, obat- 3. Beri kesempatan
obatan dan infeksi keluarga untuk bertanya
4. Berikan reinforcement
positif
29
makan yang baik pencegahan diabetes
dan sehat, jaga mellitus dengan
kondisi mental menggunakan lembar
spiritual, balik dan leaflet
melakukan aktifitas 3. Keluarga bersama
fisik secara rutin, perawat
jaga berat badan mengidentifikasi
ideal, jauhi rokok anggota keluarga yang
dan minuman mengalami masalah
alkohol serta diabetes mellitus
konsumsi berbagai 4. Beri kesempatan
herbal yang dapat keluarga untuk bertanya
mencegah diabetes 5. Evaluasi kembali
mellitus pengertian, penyebab,
tanda gejala dan
pencegahan diabetes
mellitus pada keluarga
6. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar
30
anggota keluarga untuk
keluarga dengan mengambil keputusan
diabetes mellitus dalam menangani
masalah diabetes
mellitus
4. Evaluasi kembali
tentang keputusan yang
telah dibuat
5. Beri pujian atas
keputusan yang diambil
keluarga untuk
mengatasi masalah
diabetes mellitus pada
keluarga
31
dan senam kaki), cara mengatasi masalah
pengobatan, diabates mellitus
manajemen stress, 4. Evaluasi kembali tentang
dan pemeriksaan cara merawat dan cara
berkala kadar gula mengatasi diabetes
darah mellitus
5. Berikan kesempatan
keluarga untuk bertanya
6. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar
32
keluarga yang sakit
4. Beri kesempatan
keluarga untuk bertanya
5. Berikan pujian pada
keluarga
33
5. Berikan pujian pada
keluarga
2 Nutrisi kurang dari Setelah 1. Setelah 1. Keluarga mampu 1. Diit pada pasien 1. Gali pengetahuan
kebutuhan tubuh dilakukan dilakukan menyebutkan diabetes keluarga tentang
berhubungan kunjungan kunjungan … definisi diit pada adalah pengaturan pengertian diit diabetes
dengan sebanyak …x… x… menit pasien diabetes jenis dan jumlah mellitus
ketidakmampuan menit keluarga keluarga mellitus dengan makanan dengan 2. Diskusikan dengan
keluarga mampu mampu bahasa sendiri maksud memper- keluarga tentang
dalam merawat mengenal dan mengenal dan tahankan kesehatan pengertian diit diabetes
anggota keluarga memahami memahami diit serta status nutrisi mellitus dengan
yang sakit bagaimana pada pasien dan membantu menggunakan lembar
pengaturan diit diabetes menyembuhkan balik dan leaflet
pada pasien mellitus serta pencegahan 3. Beri kesempatan
diabetes terjadinya keluarga untuk bertanya
mellitus komplikasi 4. Berikan reinforcement
positif
34
normal, mencapai 4. Berikan reinforcement
berat badan normal, positif
mencegah
komplikasi kronik,
meningkatkan
kualitas hidup
sehingga dapat
melakukan
pekerjaan sehari-
hari seperti biasa
35
terlalu gemuk. Diet
IV-V diberikan
kepada pasien yang
mempunyai berat
badan normal. Diet
VI-VIII
diberikan kepada
pasien kurus,
diabetes remaja
(Juvenile Diabetes),
atau diabetes
dengan komplikasi
36
yang dikukus,
direbus,
dipanggang, dan
dibakar; sayur-
sayuran yang
diproses dengan
cara direbus,
dikukus,
dipanggang atau
dikonsumsi
mentah. Sayuran
yang baik
dikonsumsi
untuk penderita
diabetes di
antaranya brokoli
dan bayam; buah-
buahan segar;
kacang-kacangan,
termasuk kacang
kedelai dalam
bentuk tahu yang
dikukus, dimasak
untuk sup dan
ditumis; popcorn
tawar; produk
olahan susu rendah
lemak dan telur;
37
ikan seperti tuna,
salmon, sarden dan
makarel
38
kunjungan … keluarga dengan anggota keluarga merawat anggota
x… menit diabetes mellitus dengan diabetes keluarga dengan
keluarga dan mampu mellitus dan diabetes mellitus
mampu mendemonstrasikan mampu 2. Diskusikan dengan
merawat bagaimana cara mendemonstrasikan keluarga tentang
anggota mengatasi diabetes bagaimana cara merawat anggota
keluarga dengan mellitus mengatasi diabetes keluarga dengan
diabetes mellitus diabetes mellitus
mellitus 3. Menjelaskan dan
mendemonstrasikan
pada keluarga mengenai
cara mengatasi masalah
diabates mellitus
4. Evaluasi kembali
tentang cara merawat
dan cara mengatasi
diabetes mellitus
5. Berikan kesempatan
keluarga untuk bertanya
6. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar
39
mampu dalam perawatan keluarga dengan diabetes mellitus
memodifikasi anggota keluarga memelihara 2. Diskusikan bersama
dan dengan diabetes kebersihan rumah keluarga bagaimana
menciptakan mellitus (jangan lingkungan nyaman dan
lingkungan meletakkan barang sehat untuk anggota
yang sehat sembarang), keluarga dengan
untuk menggunakan alas diabetes mellitus
menunjang kaki saat berjalan 3. Evaluasi kembali
kesehatan keluar dari rumah tentang bagaimana
keluarga. lingkungan yang dapat
menunjang kesehatan
anggota keluarga yang
sakit
4. Beri kesempatan
keluarga untuk bertanya
5. Berikan pujian pada
keluarga
40
kesehatan yang yaitu dengan memanfaatkan fasilitas
ada membawa anggota pelayanan kesehatan
keluarga untuk tersebut
kontrol dan berobat 3. Evaluasi kembali apa
ke puskesmas, saja fasilitas kesehatan
rumah bidan dan yang bisa digunakan
RS serta keluarga dan bagaimana
memahami apa memanfaatkan fasilitas
keuntungannya kesehatan pada semua
anggota keluarga
4. Berikan kesempatan
keluarga untuk bertanya
5. Berikan pujian pada
keluarga
41
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk dapat
menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang
dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya,
memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat (Sudiharto, 2012).
Menurut Padila (2012), tindakan perawatan terhadap keluarga mencakup
dapat berupa :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan
kebutuhan kesehatan, dengan cara :
1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan cara:
1) Mendemontrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan dengan
cara :
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
42
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan
cara :
1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
43
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada pengkajian didapatkan data subyektif dan data obyektif yaitu klien
mengatakan dirinya sudah menderita penyakit DM sejak 2-3 tahun yang lalu dan
seminggu yang lalu Tn. Z mengalami hiperglikemia (GDA = 350 mg/dL). ). Istri
Tn. Z mengatakan Tn. Z mengalami hiperglikemia setelah makan 6 kali sehari
karena ada hajatan di rumahnya selama 2 hari berturut-turut. Keluarga kurang
memahami perawatan DM. Data obyektif saat pengkajian adalah K/U baik, GDA
= 200 mg/dL, TD = 120/80 mmHg, RR = 20x/menit, BB = 65 kg, TB = 175 cm,
Asam Urat = 5 mg/dL, Cholesterol = 180 mg/dL.
Diagnosa yang muncul pada kasus diatas yaitu resiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga dengan diabetes mellitus dengan tujuan umum yaitu setelah
dilakukan kunjungan sebanyak 2 x 30 menit keluarga mampu mengenal dan
memahami bagaimana perawatan diabetes mellitus. Sementara itu, tujuan
khususnya adalah setelah dilakukan kunjungan 2 x 30 menit keluarga mampu
merawat anggota keluarga dengan diabetes mellitus.
Intervensi keperawatan pada kasus tersebut adalah kaji pengetahuan
keluarga tentang cara merawat anggota keluarga dengan diabetes mellitus,
diskusikan dengan keluarga tentang merawat anggota keluarga dengan diabetes
mellitus, jelaskan dan mendemonstrasikan pada keluarga mengenai cara
mengatasi masalah diabates mellitus, evaluasi kembali tentang cara merawat dan
cara mengatasi diabetes mellitus, berikan kesempatan keluarga untuk bertanya,
dan berikan pujian pada keluarga atas jawaban yang benar.
Evaluasi pada kasus tersebut adalah mengenai cara – cara perawatan yang
baik dan libatkan keluarga terdekat untuk memberikan support dan setalh diberi
edukasi keluarga dapat melakukan perawatan pada salah satu anggota yang
mengalami DM.
58
4.2 Saran
1. Saran untuk masyarakat
a. Umumnya masyarakat mampu menjaga kesehatan diri keluarga dan
lingkungan sehingga meminimalkan terjadinya masalah kesehatan
yang dapat mengganggu kehidupan
b. Masyarakat hendaknya lebih aktif dalam kegiatan sosial yang ada di
desa tersebut
c. Setiap keluarga supaya lebih mampu meningkatkan derajat kesehatan
dalam keluarganya dengan cara memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada di lingkungannya seperti puskesmas dan tempat pelayanan
kesehatan lainnya
d. Keluarga bisa melakukan perawatan kesehatan minimal setiap bulan
sehingga kemungkinan masalah kesehatan bisa dicegah
2. Saran untuk mahasiswa keperawatan
a. Sesama mahasiswa harus menjaga hubungan teman sejawat
b. Sebagai mahasiswa harus selalu menambah pengetahuan atau
informasi yang didapat di praktik keperawatan keluarga.
59
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Friedman M. M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasdianah, H.R. 2012. Mengenal Diabetes Melitus pada Orang Dewasa dan
Anak-Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika.
Izati, Z. 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Melitus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang, dari file:///E:/KEP.
%20KELUARGA/KTI_Zikra_Izati_Perpustakaan.pdf, diakses pada tanggal
30 Oktober 2018.
Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info Media.
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%
202013.pd, diakses pada tanggal 30 Oktober 2018.
Setyowati Sri & Murwani Arita. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan
Aplikasi Kasus. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Smeltzer, S.C. & B.G Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta: EGC.
Wardani dan Isfandiari. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Pengendalian
Kadar Gula Darah Dengan Gejala Komplikasi Mikrovaskuler, dari
ejournal.unair.ac.id/index.php/JBE/article/download/147/22, diakses pada
tanggal 30 Oktober 2018.
Wijayanti, R. 2015. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Ny. P Dengan
Diabetes Mellitus Di RT 04 RW 11 Desa Karangrena Kecamatan Maos, dari
http://rahayuwijayanti87.blogspot.com/2015/05/asuhan-keperawatan-
keluarga-pada.html, diakses pada tanggal 30 Oktober 2018.
60