Anda di halaman 1dari 4

Menurut WHO (2011) efek kesehatan dari paparan PM10 dalam waktu singkat

dapat mempengaruhi reaksi radang paru-paru, ISPA (infeksi saluran pernapasan atas),
gangguan pada sistem kardiovaskuler, meningkatnya perawatan gawat darurat, peningkatan
penggunaan obat, bahkan kematian. Sementara dampak jangka panjang PM10 dapat
meningkatkan gejala gangguan saluran pernapasan bawah, eksaserbasi asma, penurunan
fungsi paru pada anak-anak, peningkatan obstruktif paru-paru kronis, penurunan fungsi
paru-paru pada orang dewasa, penurunan rata-rata tingkat harapan hidup terutama
kematian yang diakibatkan oleh penyakit cardiopulmonary dan probabilitas kejadian kanker
paru-paru [Nurjanah, KL. Mufid, A. 2014. Gangguan Fungsi PAru dan Kadar Continine pada Urin Karyawan
yang Terpapar Asap Rokok Orang Lain. Jurnal Kemas 10 ][Djoko Mursinto, Deni Kusumawardani.
2016. ESTIMASI DAMPAK EKONOMI DARI PENCEMARAN UDARA TERHADAP KESEHATAN DI
INDONESIA. Jurnal Kesehatan Masyarakat 11]
Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), partikel debu di udara mempunyai sifat:
1. Mengendap
Debu cenderung mengendap karena gaya gravitasi bumi. Namun karena ukurannya
yang relatif kecil berada di udara. Debu yang mengendap dapat mengandung
proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara.
2. Permukaan cenderung selalu basah
Permukaan debu yang cenderung selalu basah disebabkan karena permukaannya
selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi penting sebagai
upaya pengendalian debu di tempat kerja.
3. Menggumpal
Debu bersifat menggumpal disebabkan permukaan debu yang selalu basah, sehingga
debu menempel satu sama lain dan membentuk gumpalan.
4. Listrik statis (elektrostatik)
Sifat ini menyebabkan debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan. Adanya
partikel yang tertarik ke dalam debu akan mempercepat terjadinya proses
penggumpalan.
5. Opsis
Opsis adalah debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan
sinar yang dapat terlihat pada kamar gelap.
PM10 masuk ke tubuh manusia melalui inhalasi dan masuk ke saluran pernapasan.
Saluran pernapasan memiliki sistem pertahanan untuk mencegah partikulat yang terhirup
agar tidak sampai ke paru-paru. Namun pada PM10 ini tidak terdeteksi oleh rambut-rambut
hidung sehingga dapat masuk ke paru-paru. Jika partikel tersebut terdeposit ke paru-paru
maka akan menimbulkan peradangan saluran pernapasan, gangguan penglihatan dan iritasi
kulit. Partikel PM10 yang berdiameter 10 mikron memiliki tingkat kelolosan yang tinggi dari
saringan pernapasan manusia dan bertahan di udara dalam waktu cukup lama. Tingkat
bahaya semakin meningkat pada pagi dan malam hari karena asap bercampur dengan uap
air.
Menurut Pudjiastuti (2002) ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit
pada saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai organ target
sebagai berikut:(Dalam Sri Wahyuni, Suci. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan
Particulate Matter 10 Pada Pedagang Di Sepanjang Jalan Raya Lubuk Begalung Padang
Tahun 2017. Padang)
a. 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian atas.
b. 2-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah.
c. 1-3 mikron hinggap dipermukaan/ selaput lendir sehingga menyebabkan vibrosis
paru.
d. 0,1-0,5 mikron melayang di permukan alveoli.
Efek kronis terhadap kesehatan:
Sumber Alami: 1. Dapat mempengaruhi reaksi radang
1. Aktivitas vulkanik paru-paru
2. Hutan 2. ISPA
3. Debu dari tanah 3. Gangguan sistem kardiovaskuler
4. Peningkatan penggunaan obat

PM10 Efek akut:


berukuran 5-
Lolos dari 1. Dapat meningkatkan gejala gangguan
10 mikron
Masuk rambut-rambut saluran pernapasan bawah
PM10 Dapat bertahan lama di udara
hidung menuju
akan tertahan
2. Eksaserbasi asma
melalui jalur oleh saluran
inhalasi paru-paru 3. Penurunan fungsi paru pada anak-anak
pernapasan
4. Peningkatan obstruktif paru-paru kronis
bagian atas.
5. Penurunan fungsi paru-paru pada orang
dewasa
6. Penurunan rata-rata tingkat harapan
hidup terutama kematian yang
diakibatkan oleh penyakit
cardiopulmonary
Sumber Buatan:
7. Probabilitas kejadian kanker paru-paru
1. Pembakaran bahan bakar
transportasi
2. Proses industri
3. Sektor rumah tangga/domestik
4. Pembakaran sampah

Bedasarkan Data Pemantauan Kualitas Udara kota


Padang oleh Bapedalda tahun 2017, kadar PM10
tertinggi terletak di depan RSU. M. Djamil Padang
yaitu 181,1 g/Nm3 dimana kadar tersebut sudah
melampaui baku mutu dari Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan yaitu 150
g/Nm3

Anda mungkin juga menyukai