PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau
total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan
perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus. Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus
(Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita
ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus
paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat
jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia.
Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu
kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Obstruksi total
usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan
tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Operasi dilakukan
secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien
(Sabiston, 1995). Untuk itu penulis tertarik untuk mengakat penyakit ini untuk
bahan seminar kami.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan dari Ileus Obstruktif
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Konsep Dasar : Anatomi, Fisiologi sistem
pencernaan
b. Mampu memahami Definisi, Etiologi, Manifestasi Klinis, Patofisiologi,
Komplikasi, Pemeriksaan Diagnostik, dan Penatalaksanaan dari illeus
Obstruktif .
1
c. Mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan illeus
Obstruktif mulai dari awal Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan,
Implementasi dan Evaluasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
1. ANATOMI
a. Usus Halus
Usus halus berbentuk tubuler, dengan panjang 6 meter pada orang
dewasa, yang terbagi atas tiga segmen yaitu duodenum, jejunum, dan
ileum. Duodenum merupakan segmen yang paling proksimal, terletak
retroperitoneal berbatasan dengan kaput dan batas inferior dari korpus
pancreas. Duodenum dipisahkan dari dari gaster oleh adanya pylorus dari
jejunum oleh batas ligamentum Treitz. Jejunum dan ileum terletak di
intraperitoneal dan bertambat ke retroperitoneal melalui mesenterium.
Tak ada batas anatomi yang jelas untuk membedakan antara jejunum dan
ileum; 40% panjang dari jejunoileal di yakini sebagai jejunum dan 60%
sisanya sebagai ileum. Ileum berbatasan dengan sekum dikatup ileosekal.
(Whang. dkk, 2005)
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong atau disebut juga jejunum.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 meter dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu
atau appendiks. Ileum memiliki pH atara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan dan garam-garam
empedu. (Whang. dkk, 2005)
Usus halus terdiri atas lipatan mukosa yang disebut plika sirkularis
atau valvula conniventes yang dapat terlihat dengan mata telanjang.
Lipatan ini juga terlihat secara radiografi dan membantu membedakan
usus halus dan kolon. Lipatan ini akan terlihat lebih jelas pada bagian
proksimal usus halus daripada distal. Hal lain yang juga dapat digunakan
untuk membedakan bagian proksimal dan distal usus halus ialah
4
5
b. Usus Besar
Usus besar terdapat diantara anus dan ujung terminal ileum,
dimulai dair ileocecal ke anus dan rata-rata panjangnya 1,5m dan
lebarnya 5-6cm. Usus besar terdiri atas segmen awal (sekum), dan kolon
asendens, tranversum, desenden, sigmoid, rectum, dan anus. Sisa
makanan dan yang tidak tercerna dan tidak diabsorpsi di dalam usus
halus didorong ke dalam usus besar oleh gerak peristaltik kuat
muskularis eksternus usus halus. Residu yang memasuki usus besar itu
berbentuk semi cair; saat mencapai bagian akhir usus besar, residu ini
telah menjadi semi solid sebagaimana feses umumnya. Meskipun
terdapat usus halus, sel-sel goblet pada epitel usus besar jauh lebih
banyak dibandingkan dengan usus halus. Sel goblet ini juga bertambah
dari dari bagian sekum ke kolon sigmoid. Usus besar ini tidak memiliki
plika sirkularis maupun vili intestinales, dan kelenjar intestinal terletak
lebih dalam dari pada usus halus. (Eroschenko, V. P, 2003)
6
Suplai Vaskuler
Usus halus diperdarahi oleh arteri mesenterika superior yang
merupakan cabang dari aorta tepat dibawah arteri soelika. Arteri ini
memperdarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang sebagian atasnya
diperdarahi oleh arteri pankreotikoduodenalis superior, suatu cabang dari
arteri gastroduodenalis. Sedangkan separuh bawah duodenum diperdarahi
oleh arteri pankreotikoduodenalis inferior, suatu cabang cabang arteri
mesenterika superior. Pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi
jejunum dan ileum ini beranastomosis satu sama lain untuk membentuk
serangkaian arcade. Bagian ileum yang terbawah juga diperdarahi oleh arteri
ileocolica. Darah dikembalikan lewat vena mesentericus superior yang
menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta. (Snell, Richard S,
2004)
Pada usus besar ateri mesenterika superior memperdarahi belahan
bagian kanan (sekum, kolon ascenden, deua pertiga proksimal kolon
tranversum) : (1) Ileokolika, (2) kolika dekstra, (3) kolika media, dan arteri
mesenterika inferior memperdarahi bagian kiri (sepertiga distal kolon
tranversum, kolon desenden, dan sigmoid, dan bagian proksimal rectum) :
(1) kolika sinistra, (2) sigmoidalis, (3) rektalis superior. (Whang. dkk, 2005)
7
Pembuluh limfe
Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan cairan
limfe; (1) ke atas melalui nodi lymphatici pancreoticoduodenalis ke nodi
lympahatici gastroduodenalis dan kemudian ke nodi limpatici coeliacus dan
(2) kebawah melalui nodi lymphatici pancreoticoduodenalis ke nodi
lymphatici mesenteries superior sekitar pangkal aterteri mesenterika
superior. (Snell, Richard S, 2004)
Pembuluh limfe jejunum dan ileum berjalan melalui banyak nodi
lymphatici mesentricus dan akhirnya mencapai nodi lymphatici
mesentericus superior, yang terletak sekitar pangkal arteri mesenterikus
superior. Pembuluh limfe sekum berjalan melewati banyak nodi lymphatici
mesentericus dan akhirnya mencapai nodi lymphatici mesenterikus superior.
Pembuluh limfe untuk kolon mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe
yang terletak di sepanjang perjalanan vena kolika. Untuk kolon ascendens
dan dua pertiga dari kolon tranversum cairan limfenya akan masuk ke nodi
limphatici mesenterikus superior, sedangkan yang berasal dari sepertiga
distal kolon tranversum dan kolon desenden akan masuk ke nodi limphatici
mesenterikus inferior. (Snell, Richard S, 2004)
Persarafan
Saraf-saraf duodenum berasl dari saraf simpatis dan parasimpatis
(vagus) dari pleksus mesenterikus superior dan pleksus coelicus. Saraf
untuk jejunum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis
(nervus vagus) dari pleksus mesenterikus superior. (Snell, Richard S, 2004)
Rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan pergerakan,
sedangkan rangsang simpatis menghambat nyeri, sedangkan serabut-
serabutparasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsic, yang
menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang
terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meisener di lapisan
submukosa. (Price, 2003)
8
2. FISIOLOGI
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan
absorbsi nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dari
dalam mulut dan lambung oleh kerja ptyalin, asam klorida dan pepsin
terhadap makana yang masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim-enzim pancreas yang menghidrolisis karbohidrat,
lemak dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat
dalam sekret pancreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH
optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu
proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan
permukaan yang lebih luas untuk kerja lipase pancreas. (Evers, 2004)
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah
usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada
brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil di absorbsi.
Pergerakan segmental usus halus akan mencampur zat-zat yang dimakan
dengan secret pancreas, hepatobiliar dan sekresi usus dan pergerakan
peristaltic mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lainya dengan
kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinyu isi
9
3. DEFINISI
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang
terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi
dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen
usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. (Nobie,
2011)
4. ETIOLOGI
Ileus obstruktif sering dijumpai dan merupakan penyebab terbesar
pembedahan pada akut abdomen. Hal ini terjadi ketika udara dan hasil
sekresi tak dapat melewati lumen intestinal karena adanya sumbatan yang
menghalangi. Obstruksi mekanik dari lumen intestinal biasanya disebabkan
oleh tiga mekanisme ; 1) blokade intralumen (obturasi), 2) intramural atau
lesi intrinsik dari dinding usus, dan 3) kompresi lumen atau konstriksi akibat
lesi ekstrinsik dari intestinal. Berbagai kondisi yang menyebabkan
terjadinya obstruksi intestinal biasanya terjadi melalui satu mekanisme
utama. Satu pertiga dari seluruh pasien yang mengalami ileus obstruktif,
ternyata dijumpai lebih dari satu faktor etiologi yang ditemukan saat
dilakukan operasi. (Thompson, 2005)
12
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga
kelompok (Yates, 2004):
a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu
empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.
6. PATOFISIOLOGI
Respon Usus Halus Terhadap Obstruksi
Normalnya, sekitar 2 L asupan cairan dan 8 L sekresi dari gaster,
intestinal dan pankreaticobilier ditansfer ke intestinal setiap harinya.
Meskipun aliran cairan menuju ke intestinal bagian proksimal, sebagian
besar cairan ini akan diabsorbsi di intestinal bagian distal dan kolon. Ileus
obstruktif terjadi akibat akumulasi cairan intestinal di proksimal daerah
obstruksi disebabkan karena adanya gangguan mekanisme absorbsi normal
proksimal daerah obstruksi serta kegagalan isi lumen untuk mencapai
daerah distal dari obstruksi.
Akumulasi cairan intralumen proksimal daerah obstruksi terjadi dalam
beberapa jam dan akibat beberapa faktor. Asupan cairan dan sekresi lumen
yang terus bertambah terkumpul dalam intestinal. Aliran darah meningkat
ke daerah intestinal segera setelah terjadinya obstruksi, terutama di daerah
proksimal lesi, yang akhirnya akan meningkatkan sekresi intestinal. Hal ini
bertujuan untuk menurunkan kepekaan vasa splanknik pada daerah
obstruksi terhadap mediator vasoaktif. Pengguyuran cairan intravena juga
15
Strangulasi
Obstruksi strangulasi adalah hilangnya aliran darah di segmen
obtruksi dari intestinal. Hal ini dapat terjadi karena adanya penekanan
langsung dari vasa mesenteric atau sebagai akibat perubahan lokal pada
dinding intestinal. Komplikasi ini sering berhubungan dengan obstruksi
yang disebabkan oleh hernia dan volvulus. Obstruksi strangulasi pada kolon
paling sering disebabkan oleh volvulus.
Iskemia intramural dapat terjadi karena berbagai sebab. Distensi dan
peningkatan tekanan pada intramural dapat menyebabkan kongesti dari
vena, kebocoran kapiler, edema dinding usus besar dan perdarahan serta
thrombosis dari arteri dan vena. Peningkatan pertumbuhan bakteri terjadi
17
Asidosisis Metabolik
Peritonitis septikemia
20
7. Manifestasi Klinis
Obstruksi dapat diklasifikasikan parsial atau totalis, sederhana atau
strangulasi. Tidak ada gambaran klinis khas untuk mendeteksi awal
obstruksi strangulasi. Nyeri perut sering digambarkan sebagai kram perut
dan sifatnya intermiten (berkala/ hilang timbul) merupakan gejala yang
paling menonjol pada obstruksi sederhana. Seringkali presentasi dapat
menunjukan lokasi perkiraan dan sifat obstruksi. Biasanya rasa sakit yang
terjadi dalam jangka waktu yang lebih singkat dan nyeri kolik disertai
dengan muntah menandakan obstruksi ileus bagian proksimal. Sedangkan
pada nyeri yang lama (beberapa hari), bersifat progresif, dan disertai dengan
distensi abdomen merupakan gejala khas pada obstruksi letaknya lebih
distal. Perubahan karakter nyeri dapat menunjukan perkembangan
komplikasi yang lebih serius misalnya nyeri yang menetap pada abdomen
yang menandakan adaya strangulasi atau tanda iskemik.
Gejala utama dari obstruksi ialah nyeri kolik, mual dan muntah dan
obstipasi. Adanya flatus atau feses selama 6-12 jam setelah gejala
merupakan ciri khas dari obstruksi parsial. Nyeri kram abdomen bisa
merupakan gejala penyerta yang berhubungan dengan hipermotilitas
intestinal proksimal daerah obstruksi. Nyerinya menyebar dan jarang
terlokalisir, namun sering dikeluhkan nyeri pada bagian tengah abdomen.
Saat peristaltik menjadi intermiten, nyeri kolik juga menyertai. Saat nyeri
menetap dan terus menerus kita harus mencurigai telah terjadi strangulasi
dan infark. (Whang, 2005)
muntah linear dengan tingkat obstruksi, menjadi tanda yang lebih sering
ditemukan pada obstruksi letak tinggi. Obstruksi letak tinggi juga ditandai
dengan bilios vomiting dan letak rendah muntah lebih bersifat malodorus.
(Thompson, 2005)
8. KOMPLIKASI
a. Nekrosis usus, perforasi usus, dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi
selalu lama pada organ intra abdomen.
b. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat.
c. Syok-dehidrasi, terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
d. Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, karena
absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan
atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
e. Pneumonia aspirasi dari proses muntah.
22
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengalami
obstruksi intestinal terutama ialah darah lengkap dan elektrolit, Blood
Urea Nitrogen, kreatinin dan serum amylase. Pemeriksaan elektrolit
diperlukan karena pasien mual muntah tujuannya untuk mengevaluasi
elektrolitnya. Berikut adalah tes laboratorium yang penting dan
diperlukan sebagai berikut:
a) distensi usus
b) step-ladder sign
5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang
berderet.
6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi
udara dan gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari
dinding usus yang oedem.
7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.
Dilatasi usus.
c. Enteroclysis
Enteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya obstruksi dan juga
untuk membedakan obstruksi parsial dan total. Cara ini berguna jika pada
foto polos abdomen memperlihatkan gambaran normal namun dengan
klinis menunjukkan adanya obstruksi atau jika penemuan foto polos
abdomen tidak spesifik. Pada pemeriksaan ini juga dapat membedakan
adhesi oleh karena metastase, tumor rekuren dan kerusakan akibat
radiasi. Enteroclysis memberikan nilai prediksi negative yang tinggi dan
dapat dilakukan dengan dua kontras. Barium merupakan kontras yang
sering digunakan. Barium sangat berguna dan aman untuk mendiagnosa
obstruksi dimana tidak terjadi iskemia usus maupun perforasi. Namun,
penggunaan barium berhubungan dengan terjadinya peritonitis dan
penggunaannya harus dihindari bila dicurigai terjadi perforasi.
27
Dekompresi
Pada pemberian resusitasi cairan intravena, hal lain yang juga penting
untuk dilakukan ialah pemasangan nasogastric tube. Pemasangan tube ini
bertujuan untuk mengosongkan lambung, mengurangi resiko terjadinya
aspirasi pulmonal karena muntah dan meminimalkan terjadinya distensi
abdomen. Pasien dengan obstruksi parsial dapat diterapi secara konservatif
dengan resusitasi dan dekompresi saja. Penyembuhan gejala tanpa terapi
operatif dilaporkan sebesar 60 – 85% pada obstruksi parsial. (Evers, 2004)
Terapi Operatif
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pre operasi
a) Pengkajian
1) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat
penyakit, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap.,
antara lain status hemodinamika, status kerdiovaskuler, status
pernapasan, fungsi ginjal dan hepatic, fungsi endokrin, fungsi
imonologi, dan lain-lain.
2) Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demiikian juga kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal. Keseimbangan cairan dan elektrolit erat
dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi dengan mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabilisme obat-obatan anastesi.
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan denggan baik,
namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguria/anuria,
infusiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda
menunggu perbaikan fungsi ginjal.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang biasanya diberikan diantaranyya adalah pasien
32
6) Personal hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan
kateter juga diperlukan untuk observasi balnce cairan.
b) Diagnose Keperawatan
1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur tindakan
pembedahan.
2) Kecemasan berhubungan dengan tindakan operatif
c) Intervensi Keperawatan
Diagnose Tujuan intervensi
Teaching: preoperative
1. Informasikan klien
waktu pelaksanaan
prosedur operasi.
2. Informasikan klien lama
waktu pelaksanaan
prosedur operasi.
3. Jelaskan tujuan prosedur
operasi
4. Jelaskan hal-hal yang
perlu dilakukan setelah
34
prosedur.
5. Pastikan persetujuan
operasi telah
ditandatangani.
6. Lengkapi ceklist operasi.
2. Intra Operasi
a) Pengkajian
Diruang penerimaan perawat sirkulasi :
1) Memvalidasi identitas klien
2) Memvalidasi inform concent.
Perawat menanyakan :
1) Riwayat alergi.
2) Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
3) Check pengobatan sebelumnya : therapy antikoagulasi.
4) Check adanya gigi palsu, contact lensa, perhiasan, wigs dilepas.
5) Keterisasi.
35
b) Diagnose keperawatan
1) Resiko infeksi berhubungan dengan factor resiko prosedur invasiif,
pembedahan, infus
2) Resiko hipotermi berhubungan dengan factor resiko berada diruangan
yang dingin
3) Resiko cidera berhubungan dengan factor resiko gangguan persepsi
sensori karena anastesi.
36
c) Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
3. Post Operatif
a) Pengkajian
1) System pernafasan , Ketika klien dimasukan ke PACU, perawat
segera mengkaji klien: Potensi jalan napas, Perubahan pernafasan
2) System kardiovaskuler, Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung tiap
15 menit, Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung, Kaji
sirkulasi perifer (temperature dan ukuran ekstremitas), Keseimbangan
cairan dan elektrolit
3) Inspeksi membrane mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit
4) Ukur cairan : NGT tube, drainase urin
5) Monitor cairan intravena
6) System persyarafan, Kaji fungsi serebral dan tingkat kesadaran :
semua klien dengan anestesi umum.
7) Klien dengan bedah kepala : respon pupil, kekuatan otot.
8) System perkemihan , Control volunteer fungsi perkemihan setelah 6-
8 jam post anestesi inhalasi, IV, spinal. Dower cateter kaji warna,
jumlah urine.
9) System gastrointestinal ( Mual muntah , Kaji fungsi gastrointestinal
dengan auskultasi suara usus, Kaji paralitic ileus : suara usus, distensi
abdomen, tidak flatus)
10) System integument (Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu, jika tidak
ada infeksi, trauma, malnutrisi, obat-obat steroid, Penyembuhan
sempurna sekitar 6 bulan- satu tahun)
11) Drain dan balutan, Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit .
(jumlah, warna, konsitensi, dan bau cairan
12) Pengkajian nyeri , Kaji tanda fisik dan emosi : peningkatan nadi dan
tekanan darah, gelisah, menangis, kualitas nyeri sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.
38
b) Diagnose keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek sisa anastesi.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan
3) Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
4) Resiko injury berhubungan dengan effect anastesi
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
intra dan post operasi
6) Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan sekresi.
c) Intervensi Keperawatan
Diagnose Tujuan Intervensi
suara nafas.
2. Monitor pola nafas
(takipneu. dsypneu)
Kerusakan integritas NOC: tissue integritas: skin NIC :
kulit berhubungan mucus membranes.
Preasure management :
dengan luka
Criteria hasil :
pembedahan 1. Anjurkan pasien
1. Integritas kulit yang untuk menggunakan
baik bias dipertahankan pakaian yang
(elastisitas, pigmentasi) longgar.
2. Tidak ada lesi pada 2. Jaga kebersihan kulit
kulit agar tetap bersih dan
3. Perfusi jaringan baik lembab.
3. Mobilisasi klien tiap
2 jam sekali
4. Oleskan lotion atau
minyak baby oil
pada daerah yang
tertekan.
Nyeri akut berhubungan NOC: NIC :
dengan insisi
1. Pain level Pain management :
pembedahan
2. Pain control
1. Lakukan pengkajian
3. Comfort level
nyeri
Criteria hasil :
2. Observasi reaksi
1. Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri ketidaknyamanan.
2. Melaporkan bahwa 3. Control lingkungan
nyeri berkurang dengan nyeri seperti suhu,
menggunakan pencahayaan dan
menajemen nyeri kebisingan.
3. Mampu mengenali 4. Ajarkan tentak
40
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang
biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan
ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan
bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga
perut maupun saluran cerna, infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran
cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi
rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Ileus
paralitik terdiri dari ileus mekanik dan neurogenic..
B. Saran
Setelah membaca makalah ini di harapkan kepada
pembaca dapat mengetahui tinjauan medis ileus
paralitik/obstruksi dan asuhan keperawatan dan
memberikan pendapat/saran dari materi yang disajikan oleh
penulis.
42
DAFTAR PUSTAKA
43