Anda di halaman 1dari 54

----------------------- Page 1-----------------------

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN


FILARIASIS DENGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN KELURAHAN
KURIPAN KERTOHARJO KOTA
PEKALONGAN 2015
SKRIPSI Diajukan sebagai salah
satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat
Oleh: Febi Listiyarini
NIM.6411411018
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU
KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
----------------------- Page 2-----------------------

Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Juli 2015 ABSTRAK
Febi Listiyarini. Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang
Pencegahan Penularan Filariasis dengan Kondisi Fisik
Lingkungan Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015,
XIV + 64 halaman + 12 tabel + 4 gambar + 18 lampiran
Filariasis adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan cacing
filaria dewasa yang hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia
yang ditularkan oleh nyamuk. Tahun 2014 Kelurahan Kertoharjo masih
mempunyai Mf-rate 9,7%. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan
kondisi fisik lingkungan. Jenis penelitian ini adalah
analitik dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini
digunakan Random Sampling . Jumlah sampelnya adalah 70.
Hasil penelitian ini didapatkan data responden yang memiliki
pengetahuan cukup (24,3%) dan pengetahuan baik (75,7%).
Responden yang memiliki sikap cukup (40,0%) dan sikap baik
(60,0%). Responden yang memiliki kondisi fisik lingkungan buruk
(40,0%) dan baik (60,0%). Tidak ada hubungan pengetahuan
tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik
lingkungan dengan p - value (0,584>0,005) dan ada hubungan
sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi
fisik lingkungan dengan p -value (0,014<0,005). Saran yang
peneliti rekomendasikan adalah meningkatkan sikap tentang
pencegahan penularan filariasis yang baik terhadap kondisi fisik
lingkungan. Kata Kunci : Filariasis, Kondisi Fisik
Lingkungan, Kota Pekalongan. Kepustakaan : 32 (1997-2014).
ii
----------------------- Page 3-----------------------
Public Health Science Departement
Faculty of Sport Science
Semarang State University
July 2015 ABSTRACT
Febi Listiyarini. Relationship of Knowledge and Attitudes about
Prevention of Transmission of Filariasis with Physical Environment
Sub Kuripan Kertoharjo Pekalongan City in 2015, XIV + 64 pages +
12 tables + 4 pictures + 18 attachments Filariasis is a
systemic infection caused by adult filarial worms that live in the
human lymph nodes and blood transmitted by mosquitoes. In 2014
Kertoharjo have mf-rate 9,7%. This study aims to
determine the relationship between knowledge and attitudes
about the prevention of transmission of filariasis with the
physical condition of the environment. This type of
research is analytic with cross sectional approach. In this study
used random sampling. The number of samples is 70. From
the results of this study, the data of respondents who have
enough knowledge (24.3%) and a good knowledge (75.7%). Respondents
who has enough attitude (40.0%) and a good attitude (60.0%).
Respondents who have poor physical environmental conditions (40.0%)
and good (60.0%). there is no relationship of knowledge about
the prevention of transmission of filariasis with the physical
condition of the environment with a p-value (0.584> 0.005)
and there was a relationship attitudes about the prevention
of transmission of filariasis with the physical condition of the
environment with a p-value (0.014 <0.005). Suggestions
researchers recommend is to improve understanding attitude on the
prevention of transmission of filariasis well to the physical
condition of the environment. Keywords : Filariasis,
Physical Environment, Pekalongan. Bibliography : 32 (1997-2014).
iii
----------------------- Page 4-----------------------

PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasik pekerjaan saya sendiri
dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah digunakan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian manapun
yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan dalam daftar
pustaka.
Semarang, Agustus 2015
Penulis
iv
----------------------- Page 5-----------------------

v
----------------------- Page 6-----------------------
MOTTO dan PERSEMBAHAN Motto:
Berdoa dan berusaha keras untuk sebuah cita-cita. (Penulis)
Persembahan: 1.
Untuk yang tercinta Ayah yang tak
hentinya memberikan kasih sayang,
dukungan, serta doa penuh harapan.
2. Untuk yang tersayang Almh. Ibu yang
pernah hidup untuk memberikan seluruh
kasih sayang dan pengorbanannya.
3. Kakakku, semua saudara dan semua
sahabatku.
vi
----------------------- Page 7-----------------------

KATA PENGANTAR Puji


syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya
maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Tentang Pencegahan Penularan
Filariasis dengan Kondisi Fisik Lingkungan Kelurahan
Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015” dapat
terselesaikan dengan baik. Dalam penulisan skripsi ini sudah
tentu banyak pihak yang telah turut serta memberikan bantuan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Dekan
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Bapak Dr. H.
Harry Pramono, M.Si. atas ijin penelitian. 2. Ketua Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang Bapak Irwan Budiono, S.KM,
M.Kes atas persetujuan penelitian. 3. Penguji I, Bapak
Sofwan Indarjo, S.KM, M.Kes atas arahan dan persetujuan
penelitian. 4. Penguji II, Bapak Eram Tunggul Pawenang,
S,KM, M.Kes atas arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan
skripsi. 5. Dosen Pembimbing, Ibu Arum Siwiendrayanti, S.KM, M.Kes
atas bimbingan dan arahan dalam menyesaikan skripsi.
vii
----------------------- Page 8-----------------------

6. Lurah Kuripan Kertoharjo, Bapak Bilal, S.Sos atas ijin


dilakukannya penelitian oleh penulis. 7. Kedua orang tua
tercinta, Bapak Raminto dan Almarhumah Ibu Sudjinah serta
kakakku Subandi dan Siswoyo atas motivasi, doa, kasih sayang, dan
dukungan materiil selama perkuliahan hingga selesai. 8.
Teman-teman Novia, Emy, Ina, Gilang, Mumun, Wulan yang telah
terlibat dalam penelitian. 9. Teman-teman D’Kepo Fika,
Dyas, Tyas, Exa, Dinda, Yuyun, Izza yang selalu memberikan
semangat. 10. Dan semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan
penyususnan skripsi ini. Semoga amal baik dari semua
pihak selalu diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Penulis
yakin dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
untuk itu penulis menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi
ini. Atas saran dan masukan yang diberikan, penulis mengucapkan
terimakasih.
Semarang, Juli 2015
Penulis
viii
----------------------- Page 9-----------------------

DAFTAR ISI
Halaman JUDUL
......................................................................
................................. i ABSTRAK
......................................................................
........................... ii ABSTRACT
......................................................................
......................... iii PERNYATAAN
......................................................................
................... iv PENGESAHAN
......................................................................
................... v MOTTO dan
PERSEMBAHAN
..............................................................
vi KATA PENGANTAR
......................................................................
......... vii DAFTAR ISI
......................................................................
........................ viii DAFTAR TABEL
......................................................................
............... xi DAFTAR GAMBAR
......................................................................
........... xii DAFTAR LAMPIRAN
......................................................................
....... xiii BAB I PENDAHULUAN
......................................................................
.... 1 1.1 Latar Belakang
......................................................................
................ 1 1.2 Rumusan Masalah
......................................................................
........... 5 1.3 Tujuan Penelitian
......................................................................
............ 5 1.4 Manfaat Penelitian
......................................................................
.......... 6 1.5 Keaslian Penelitian
......................................................................
.......... 7 1.6 Ruang Lingkup Penelitian
.....................................................................
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
...............................................................
11 2.1 Definisi Filariasis
......................................................................
............ 11 2.2 Epidemiologi Filariasis
......................................................................
... 11 2.3 Etiologi Filariasis
......................................................................
............ 12 2.4 Vektor
......................................................................
.............................. 13
ix
----------------------- Page 10-----------------------

2.5 Cara Penularan


Filariasis............................................................
........... 14 2.6 Tanda dan Gejala
Filariasis
...................................................................
16 2.7 Diagnosa Filariasis
......................................................................
.......... 17 2.8 Pengobatan Filariasis
......................................................................
...... 18 2.9 Pencegahan Filariasis
......................................................................
...... 20 2.10 Faktor yang Mempengaruhi
Kondisi Fisik Lingkungan .....................
23 2.11 Praktik Pencegahan Filariasis dari Faktor Lingkungan
......................
30 2.12 Kerangka
Teori.................................................................
................... 34 BAB III METODE
PENELITIAN ..........................................................
35 3.1 Kerangka Konsep
......................................................................
............ 35 3.2 Variabel Penelitian
......................................................................
.......... 36 3.3 Hipotesis Penelitian
......................................................................
......... 37 3.4 Definisi Operasional dan
Skala Pengukuran Variabel ..........................
37 3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian
............................................................
39 3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
............................................................
39 3.7 Sumber Data
......................................................................
.................... 41 3.8 Instrumen Penelitian
dan Teknik Pengambilan Data ............................
42 3.9 Validitas dan Reliabilitas
......................................................................
43 3.10 Prosedur
Penelitian............................................................
.................. 44 3.11 Teknik Pengolahan
dan Analisis Data ................................................
45 BAB IV HASIL PENELITIAN
................................................................
47 4.1 Gambaran Umum
......................................................................
............ 47 4.2 Hasil Penelitian
......................................................................
............... 49 BAB V PEMBEHASAN
......................................................................
..... 54 5.1 Pembahasan
......................................................................
..................... 54
x
----------------------- Page 11-----------------------

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian


...................................................
59 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
........................................................
60 6.1 Simpulan
......................................................................
......................... 60 6.2 Saran
......................................................................
................................ 60 DAFTAR
PUSTAKA
......................................................................
.......... 62 LAMPIRAN
......................................................................
......................... 65
xi
----------------------- Page 12-----------------------

DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1: Keaslian Penelitian
....................................................................
7 Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala
Pengukuran..............................
37 Tabel 3.2: Pembagian Sampel Masing-masing RW
................................... 40
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur
....................... 48 Tabel 4.2:
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Pekerjaan ........
48 Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan
.............. 48 Tabel 4.4:
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan .................
49 Tabel 4.5: Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang
Pencegahan Penularan Filariasis
......................................................................
................................ 50 Tabel 4.6: Distribusi Frekuensi
Sikap tentang Pencegahan Penularan Filariasis 50 Tabel 4.7:
Distribusi Frekuensi Kondisi Fisik Lingkungan ........................
51 Tabel 4.8: Hubungan antara Pengetahuan tentang Pencegahan
Penularan Filariasis dengan Kondisi Fisik Lingkungan
..............................................................
51 Tabel 4.9: Hubungan antara Sikap tentang Pencegahan Penularan
Filariasis dengan Kondisi Fisik Lingkungan
......................................................................
..... 52
xii
----------------------- Page 13-----------------------

DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.3: Tiga Spesies Cacing Filaria
....................................................
13 Gambar 2.5: Siklus Penularan Filariasis
.....................................................
16 Gambar 2.11: Kerangka Teori
....................................................................
34 Gambar 3.1: Kerangka Konsep
...................................................................
35
xiii
----------------------- Page 14-----------------------

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1: Surat Tugas Pembimbing
.......................................................
65 Lampiran 2: Ethical Clearance
...................................................................
66 Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas
..........................................
67 Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian dari Ristekin
..........................................
68 Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian dari Dinkes Kota Pekalongan
................ 69 Lampiran
6: Surat Uji Validitas dan Reliabilitas
........................................
70 Lampiran 7: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
...................... 71
Lampiran 8: Kuesioner Penelitian
...............................................................
72 Lampiran 9: Tabulasi Skor Uji Validitas Pengetahuan
............................... 76
Lampiran 10: Tabulasi Skor Uji Validitas Sikap
........................................
77 Lampiran 11: Data Pengetahuan Responden
..............................................
78 Lampiran 12: Data Sikap Responden
..........................................................
81 Lampiran 13: Data Hasil Penelitian
............................................................
84 Lampiran 14: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan
................. 87 Lampiran
15: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap
............................ 89
Lampiran 16: Analisis Chi Square Data Pengetahuan dengan
Kondisi Fisik Lingkungan
......................................................................
........................... 91 Lampiran 17: Analisis Chi
Square Data Sikap dengan Kondisi Fisik Lingkungan
......................................................................
............................................... 93 Lampiran 18:
Dokumentasi
......................................................................
... 95
xiv
----------------------- Page 15-----------------------

BAB I
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Filariasis adalah suatu
infeksi sistemik yang disebabkan cacing filaria dewasa yang
hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia yang ditularkan oleh
nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun dan bila tidak
mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki (elephantiasis), pembesaran
lengan, payudara, dan alat kelamin pada wanita maupun laki-
laki. Penyakit ini menyebabkan produktifitas penderitanya penurun dan
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit akibat kehilangan jam kerja
yang disebabkan penyakit tersebut (Akhsin Zulkoni, 2011:55).
Data WHO menunjukkan bahwa 1,3 milyar penduduk dunia yang tinggal di
83 negara berisiko tertular filariasis dan 60% kasus berada
di Asia Tenggara. Di Asia Tenggara jumlah kasus mencapai 851
juta penderita dan Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus
tertinggi. Di Indonesia pada tahun 2005 sampai dengan 2009 berturut-
turut jumlah kasus klinis yaitu 8.242, 10.427, 11.473, 11.699,
dan 11.914 (Kemenkes RI, 2010:5). Pada tahun 2011 di Jawa
Tengah jumlah kasus 537 dengan 141 kasus baru yang mana 125 kasus
ditemukan di Kota Pekalongan dan sisanya tersebar di 8
Kabupaten/Kota lain (Dinkes Provinsi Jateng, 2011:29). Pada
tahun 2012 jumlah kasus 565 penderita (Dinkes Provinsi Jateng,
2012:26). Kota Pekalongan adalah daerah dengan jumlah kasus
terbanyak di Jawa Tengah. Kasus filariasis di Kota
1
----------------------- Page 16-----------------------

2 Pekalongan ditemukan tahun 2002. Pada tahun 2004 mulai dilakukan


Survei Darah Jari (SDJ) yang menunjukkan bahwa Kota Pekalongan
endemis filariasis karena Mf-rate (Microfilaria-rate) >1% (Dinkes
Kota Pekalongan, 2012). Angka kasus filariasis tahun 2010
berjumlah 63 kasus yang terdiri dari 55 kasus klinis dan 8 kasus
kronis. Pada tahun 2011 menjadi 117 kasus yang terdiri dari 110
kasus klinis dan 7 kasus kronis. Pada tahun 2012 jumlah kasus menjadi
66 penderita yang terdiri dari 59 kasus klinis dan 7 kasus
kronis dan tahun 2013 7 kasus klinis (Dinkes Kota Pekalongan
, 2013). Program pencegahan penularan filariasis yang sudah
dicanangkan Kota Pekalongan adalah Pemberian Obat Masal Pencegahan
(POMP). Hasil pelaksanaan POMP menunjukkan pada tahun 2011
sampai 2013 berturut-turut 3,79%; 3,81%; dan 4,26% penduduk tidak
minum obat. Pada tahun 2013 penduduk tidak minum obat dengan alasan
60% bepergian, 11% menolak, 2% meninggal, dan 27% dengan alassan lain
(Dinkes Kota Pekalongan, 2013). Survei pemeriksaan darah
jari yang dilakukan dari tahun 2009 sampai 2012 terdapat Mf-rate>1%
yaitu Kelurahan Tegalrejo 2,3%, Kelurahan Pabean 3,39%,
Kelurahan Bandengan 2,39% dan Kelurahan Kertoharjo 4,18%.
Tahun 2011 Kelurahan Kertoharjo hasil Mf-rate-nya >1 % yaitu
sebesar 3,5%. Tahun 2014 Kelurahan Kertoharjo masih mempunyai Mf-
rate 9,7%. Artinya bahwa Kelurahan Kertoharjo yang sekarang
menjadi RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo masih
menjadi daerah endemis filariasis. Program pencegahan filariasis
tidak hanya pengobatan masal tetapi pengendalian vektor
dan peran serta
----------------------- Page 17-----------------------

3 masyarakat juga menjadi perhatian untuk


mencegah penularan filariasis (Widoyono, 2008:141).
Oleh karena itu untuk mengurangi perkembangan vektor penularan
filariasis perlu adanya pengendalian lingkungan. Banyak
faktor risiko yang dapat menimbulkan kejadian filariasis. Salah
satunya adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap kepadatan vektor penularan filariasis. Faktor
lingkungan dapat menunjang kelangsungan hidup vektor
sehingga pengendalian dari faktor lingkungan
masih sangat diperlukan. Oleh karena itu
pengendalian vektor penularan filariasis perlu
dikendalikan untuk membuat kondisi lingkungn tidak cocok sebagai
perkembangan dan peristirahatan nyamuk, dimana pemberantasan tempat
perkembangan nyamuk melalui pembersihan saluran pembuangan air,
pengaliran air yang tergenang, penebaran bibit ikan pemakan
jentik. Pemberantasan tempat peristirahatan nyamuk melalui
pembersihan semak-semak dan pembersihan kandang ternak
(Widoyono, 2008:141). Kondisi fisik lingkungan tercipta
dari perilaku yang dipengaruhi dari praktik seseorang, perubahan
perilaku seseorang diikuti tahapan antara pengetahuan, sikap, dan
praktik. Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu, untuk
menciptakan kondisi lingkungan fisik yang diharapkan diperlukan
pendirian yang kuat untuk mencegah penularan filariasis dari
kondisi fisik lingkungan (Soekidjo Notoatmodjo, 2012:140).
Terbentuknya sikap didasari pengetahuan yang didapat untuk
mengetahui tujuan dan manfaat bagi kesehatan. Pengetahuan
tentang pencegahan penularan dengan kondisi fisik lingkungan yang
----------------------- Page 18-----------------------

4 dimiliki diharapkan seseorang akan membentuk perilaku yang


akan langgeng bahkan selama hidup dilakukan (Soekidjo Notoatmodjo,
2012:18). Menurut Risky Amalia (2013:1) tentang faktor
risiko kejadian filariasis di Kelurahan Kertoharjo Kecamatan
Pekalongan Selatan tahun 2013, OR tempat perindukan nyamuk
8,556, OR keberadaan kandang disekitar rumah 11, OR kondisi sanitasi
sekitar rumah 8,556, OR tingkat pengetahuan 10,714,. Menurut
Ardias (2012:202) tentang faktor lingkungan dan perilaku masyarakat
yang berhubungan dengan kejadian filariasis di Kabupaten Sambas bahwa
OR habitat nyamuk 11,074 dan OR resting place 4,840.
Hasil survei pendahuluan pada tanggal 12 Februari 2014 pada
20 rumah menunjukkan bahwa kondisi fisik lingkungan di
Kelurahan Kuripan Kertoharjo 90% terdapat semak-semak, 70%
terdapat saluran pembuangan air limbah yang terbuka dan limbah
tidak mengalir, 25% terdapat genangan air, 10% terdapat
ternak disekitar rumah, dan 45% dari 20 responden pernah mengikuti
penyuluhan filariasis. Berdasarkan permasalahan
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Pencegahan Penularan
Filariasis dengan Kondisi Fisik Lingkungan
Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015”.
Penelitian ini bagian dari penelitian hibah bersaing yang
berjudul “Program Aktif-Mandiri (Aksi Tindakan Filariasis-Media
Baca Hindari Filariasis) Sebagai Penyempurna Akselerasi
Eliminasi Filariasis Dalam Menurunkan Mf-rate Wilayah Endemis
Filariasis di Kota Pekalongan”.
----------------------- Page 19-----------------------

5 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Rumusan Masalah Umum Adakah


hubungan pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penularan
filariasis dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan
Kertoharjo Kota Pekalongan 2015? 1.2.2 Rumusan Masalah Khusus 1.
Adakah hubungan pengetahuan tentang pencegahan penularan filariasis
dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan
Kertoharjo Kota Pekalongan 2015? 2. Adakah hubungan
sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan
kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota
Pekalongan 2015? 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang
pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik
lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan
2015.
----------------------- Page 20-----------------------

6 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan


pengetahuan tentang pencegahan penularan filariasis
dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo
Kota Pekalongan 2015. 2. Untuk mengetahui hubungan sikap
tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi
fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota
Pekalongan 2015. 1.4 MANFAAT HASIL PENELITIAN Manfaat
dalam penelitian ini adalah: 1.4.1 Untuk Dinas Kesehatan Kota
Pekalongan Sebagai masukan kepada Dinas
Kesehatan Kota Pekalongan untuk mengambil kebijakan
dalam menanggulangi filariasis. 1.4.2 Untuk Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Sebagai bahan pustaka di Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakt dan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
semarang dalam pnegembangan ilmu di bidang Kesehatan Lingkungan,
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 1.4.3 Untuk Peneliti Manfaat
penelitian untuk peneliti adalah:
----------------------- Page 21-----------------------

7 1. Dapat memperoleh ilmu, pengalaman serta penerapan


materi yang telah diperoleh dalam perkuliahan dan
penelitian dapat dilakukan untuk tugas akhir atau skripsi. 2.
Penerapan pengetahuan tentang Kesehatan Lingkungan, Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang dimiliki terhadap kenyataan
dilapangan. 3. Sebagai upaya pengembangan pribadi dalam
berfikir logis, terstruktur, dan tersistematis. 4. Dapat
diketahui seberapa penting penerapan Kesehatan Lingkungan, Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku di Masyarakat. 1.5 KEASLIAN PENELITIAN
Keaslian penelitian ini merupakan matrik yang memuat tentang
judul, penelitian, nama peneliti, tahun, tempat penelitian, desain
penelitian, variabel, dan hasil penelitian (Tabel 1.1). Tabel 1.1:
Keaslian Penelitian
Tahun dan Judul Nama
Rancangan Variabel No
Tempat Hasil
Penelitian Penelitian Peneliti
Penelitian Penelitian
Penelitian (1) (2) (3) (4)
(5) (6) (7) 1. Faktor-Faktor
Dina 2013, Explanatory Variabel Bebas:
Variabel faktor yang Agustiantin
Kelurahan Research, umur, jenis yang
Berhubungan ingsih Kertoharjo cross
kelamin, tingkat berhubungan dengan Praktik
Kecamatan sectional pendidikan, dengan
praktik Pencegahan Pekalongan
jenis pekerjaan, pencegahan Filariasis di
Selatan tingkat filariasis
adalah Kelurahan Kota
pendapatan, tingkat Kertoharjo
Pekalongan tingkat pendidikan
Kecamatan
pengetahuan, p=0,041; jenis Pekalongan
sikap, persepsi, pekerjaan
----------------------- Page 22-----------------------

8 Selatan Kota
sosialisasi p=0,047; tingkat Pekalongan
pengobatan pengetahuan Tahun 2013
masal dari Dinas p=0,000; sikap
kesehatan, p=0,000;
dukungan persepsi
kepala keluarga, p=0,000; dan
dukungan dukungan
tenaga kepala keluarga
pelaksana p=0,000.
eliminasi, dan
pemeliharaan Variabel yang
hewan ternak tidak
berpengaruh
Variabel adalah umur,
Terikat: praktik jenis kelamin,
pencegahan tingkat
penyakit pendapatan,
filariasis sosialisasi
pengobatan
masal,
dukungan TPE,
dan memelihara
hewan ternak 2. Faktor Risiko Risky 2013,
Case Control Variabel Bebas: Variabel faktor
Kejadian Amelia Kelurahan
praktik menutup yang Filariasis Di
Kertoharjo kasa ventilasi,
berhubungan Kelurahan Pekalongan
tempat dengan faktor Kertoharjo
Selatan perindukan risiko
filariasis Kecamatan
nyamuk, adalah praktik Pekalongan
kebiasaan keluar menutup kasa Selatan Tahun
rumah malam ventilasi 2013
hari, kebiasaan p=0,034; tempat
menggunakan perindukan
obat nyamuk nyamuk
oles, kondisi p=0,015;
sanitasi sekitar kebiasaan keluar
rumah, tingkat rumah malam
pengetahuan hari 0,006;
filariasis, jenis kebiasaan
pekerjaan, menggunakan
kebiasaan obat nyamuk
menggunakan oles p=0,002;
baju dan celana kondisi sanitasi
panjang pada sekitar rumah
malam hari, p=0,015; tingkat
praktik minum pengetahuan
obat filariasis, filariasis
keberadaan p=0,012; jenis
kandang ternak, pekerjaan
p=0,034;
----------------------- Page 23-----------------------

9
jenis kelamin kebiasaan
menggunakan
Variabel baju dan celana
Terikat: panjang pada
kejadian filarisis malam hari
p=0,002; praktik
minum obat
filariasis
p=0,005
Variabel yang
tidak
berpengaruh
adalah
keberadaan
kandang ternak
dan jenis
kelamin. 3. Faktor-Faktor Arry 2008, Desa
Cross Variabel Bebas: Ada hubungan
yang Kurniyanti Bringin Sectional
kebersihan antara faktor- Berhubungan
Kecamatan lingkungan, faktor
dengan dengan Juwana
keluar rumah kejadian Kejadian
Kabupaten malam hari,
filariasis dengan Filariasis di Pati
menutup p<0,05 Desa Bringin
ventilasi dengan Kecamatan
kasa, obat Juwana
nyamuk bakar, Kabupaten
obat nyamuk Pati Tahun
semprot, obat 2007
anti nyamuk
oles, kelambu,
baju dan celana
panjang pada
malam hari, obat
anti nyamuk
oles saat kerja,
pekerjaan,
bekerja dengan
baju panjang,
bekerja dengan
celana panjang
Variabel
Terikat:
kejadian
filariasis Dari penelitian terdahulu yang
pernah dilakukan terdapat beberapa perbedaan yaitu
sebagai berikut:
----------------------- Page 24-----------------------

10 1. Penelitian menjelaskan mengenai faktor


pengetahuan dan sikap yang berhubungan dengan
kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota
Pekalongan 2015. 2. Variabel yang berbeda dengan
penelitian terdahulu adalah kondisi fisik lingkungan.
3. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan
desain cross sectional. 1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN 1.6.1
Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan di RW V
sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan. 1.6.2
Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan
Februari sampai Agustus 2015. 1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan
Pengambilan data ini termasuk dalam bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat dengan kajian Kesehatan Lingkungan, Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku dengan judul “Hubungan Pengetahuan
dan Sikap Tentang Pencegahan Penularan Filariasis dengan
Kondisi Fisik Lingkungan Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota
Pekalongan 2015”.
----------------------- Page 25-----------------------

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI FILARIASIS Filariasis adalah
suatu infeksi sistemik yang disebabkan cacing filaria dewasa
yang hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia yang ditularkan
oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun dan bila tidak
mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki (elephantiasis), pembesaran lengan,
payudara, dan alat kelamin pada wanita maupun laki-laki.
Penyakit ini menyebabkan produktifitas penderitanya penurun dan
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit akibat kehilangan jam kerja
yang disebabkan penyakit tersebut (Akhsin Zulkoni, 2011:55).
Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular pada saluran
dan kelenjar kemih yang disebabkan oleh cacing filaria yang
ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat manahun (kronis)
dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik
pada perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak
dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada
orang lain sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan
negara (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009:1). 2.2 EPIDEMIOLOGI
FILARIASIS Penyakit filariasis terutama ditemukan di daerah
khatulistiwa. Di Indonesia filariasis banyak ditemukan di pedesaan.
Di kota hanya Wuchereria Bancrofti yang
11
----------------------- Page 26-----------------------

12 ditemukan di kota Jakarta, Tangerang, Pekalongan, Semarang, dan


kota lain (Inge Sutanto, 2009:40). Survei prevalensi
filariasis yang telah dilakukan oleh Departemen
Kesehatan menunjukkkan bahwa prevalensi infeksi cukup tinggi, mulai
dari 0,5% sampai 19,46%. Prevalensi dapat berubah dan pada umumnya
kondisi akan berubah dengan adanya kemajuan dalam pembangunan
yang menyebabkan perubahan lingkungan. Oleh karena itu perlu
diperhatikan faktor-faktor seperti hospes, hospes reservoir,
vektor, dan keadaan lingkungan yang sesuai
untuk menunjang kelangsungan hidup masing-masing (Inge Sutanto,
2009:40). Sebagai vektor filariasis, perilaku nyamuk
merupakan penentu penyebaran filariasis dan timbulnya daerah endemis
filariasis. Perilaku vektor tersebut yaitu: (1) derajat infeksi alami
yang dapat diketahui dengan hasil pembedahan nyamuk yang tersebar
dialam (2) sifat antropofilik dan zoofilik yang meningkatkan
jumlah sumber infeksi (3) umur nyamuk yang panjang hingga
mampu mengembangkan pertumbuhan larva mencapai stadium
infektif untuk ditularkan (4) dominasi terhadap spesies
nyamuk lain (5) mudah menggunakan tempat pengandung air
sebagai tempat perindukan nyamuk dari telur sampai dewasa
(Rosdiana Safar: 2010:246). 2.3 ETIOLOGI FILARIASIS
Penyebab filariasis disebabkan oleh 3 spesies cacing filaria (Ditjen
PP & PL Depkes RI, 2009:2), yaitu:
----------------------- Page 27-----------------------

13 2.3.1 Wuchereria Bancrofti Wuchereria Bancrofti


dewasa berbentuk seperti rambut, berwarna putih susu. Panjang
tubuh cacing jantan sekitar 4 cm, ekor yang melengkung dilengkapi
spikulum yang tidak sama panjang. Panjang cacing betina
sekitar 10 cm, mempunyai ekor yang runcing (Soedarto, 2011:221).
2.3.2 Brugia Malayi Brugia Malayi betina panjangnya
dapat mencapai 55 mm, sedangkan cacing jantan hanya sekitar 23 mm
(Soedarto, 2011:225). 2.3.3. Brugia Timori Brugia
Timori betina sekitar 39 mm, sedangkan cacing jantan panjangnya
sekitar 23 mm (Soedarto, 2011:225).
Gambar 2.3: Tiga Spesies Cacing Filaria
(Sumber: Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009:2) 2.4 VEKTOR
Menurut Akhsin Zulkoni (2011:58) banyak spesies nyamuk yang
menjadi vektor filariasis, tergantung pada jenis cacing
filarianya. Di Indonesia ada 23 spesies nyamuk yang
diketahui bertindak sebagai vektor yaitu dari
genus Mansonia, Culex, Anopheles, Aedes dan Armigeres . Oleh
karena itu filariasis menular sangat cepat. Dijelaskan bahwa vektor
nyamuk itu sebagai berikut:
----------------------- Page 28-----------------------

14 1) Wuchereria Bancrofti perkotaan dengan vektor


Culex Quinquefasciatus yang tempat perindukannya air kotor
dan tercemar (Inge Sutanto, 2009:41). Selain itu dapat
hidup pada tempat yang berair jernih dan permukaan dapat
ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan air (Rosdiana Safar, 2010:245).
Artinya bahwa kondisi lingkungan dengan keadaan saluran air pembuangan
limbah yang tidak mengalir,rawa-rawa dan genangan air sangat
berpotensi menjadi penularan filariasis. 2)
Wuchereria Bancrofti pedesaan dengan vektor Anopheles ,
Aedes , dan Armigeres . 3) Brugia Malayi dengan
vektor Mansonia sp , dan Anopheles Barbirostris .
Mansonia dapat berkembang biak dalam rawa-rawa. 4) Brugia
Timori dengan vektor Anopheles Barbirostris . Vektor ini dapat
berkembang biak di daerah sawah, baik didekat pantai maupun
didaerah pedalaman. 2.5 CARA PENULARAN FILARIASIS
Penularan filariasis pada seseorang terjadi gigitan nyamuk yang
infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva. Nyamuk mendapat
cacing filaria kecil (mikrofilaria) ketika menghisap darah
penderita yang mengandung mikrofilaria atau binatang reservoir
yang mengandung mikrofilaria (Akhsin Zulkoni, 2011:59).
Menurut Ditjen P2 & PL Depkes RI (2009:3) siklus penularan
filariasis yaitu sebagai berikut:
----------------------- Page 29-----------------------

15 2.5.1 Tahap Perkembangan Dalam Tubuh Nyamuk (Vektor)


1) Nyamuk menghisap darah penderita
(mikrofilaremia) beberapa mikrofilaria ikut
terhisap dan masuk lambung nyamuk. 2) Setelah berada
dalam lambung nyamuk, mikrofilaria melepas selubung
kemudian menembus dinding lambung menuju rongga badan
dan selanjutnya ke thoraks. 3) Didalam
thoraks, larva stadium I berkembang menjadi larva stadium II
dan selanjutnya berkembang menjadi larva stadium III yang
infektif. Waktu perkembangan dari larva stadium I
ke stadium III untuk W. Bancrofti antara 10-14
hari dan untuk B. Malayi dan B. Timori 7-10
hari. 4) Lava stadium III menuju alat tusuk
(probosis) nyamuk dan akan berpindah ke manusia
jika nyamuk tersebut menggigit. 5) Mikrofilaria dalam
tubuh nyamuk hanya mengalami perubahan bentuk dan
tidak berkembangbiak sehingga diperlukan gigitan berulang kali
untuk terjadinya infeksi. 2.5.2 Tahap Perkembangan Dalam Tubuh
Manusia (Hospes Reservoir) 1) Larva stadium III dalam
tubuh manusia menuju sistem limfe dan tumbuh
menjadi cacing dewasa jantan atau betina. 2) Cacing
betina menghasilkan mikrofilaria dalam darah melalui kopulasi.
Secara periodik akan mengeluarkan 50.000 larva setiap hari.
----------------------- Page 30-----------------------

16 3) Perkembangan larva stadium


III menjadi cacing dewasa dan
menghasilkan mikrofilaria untuk W. Bancrofti selama 9 bulan dan untuk
B. Malayi dan B. Timori selama 3 bulan.
Gambar 2.5: Siklus Penularan Filariasis
(Sumber: http://www.dpd.cdc.gov/dpdx) 2.6 TANDA DAN GEJALA FILARIASIS
Menurut Ditjen PP & PL Depkes RI (2009:5), tanda dan
gejala filariasis terdiri dari: 2.6.1 Tanda dan Gejala Klinis
Akut 1) Demam berulang selama 3-5 hari. Demam akan hilang
setelah istirahat dan akan timbul setelah bekerja berat.
----------------------- Page 31-----------------------

17 2) Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa luka),


di lipatan paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas,
dan sakit. 3) Radang saluran kelenjar getah bening yang
berasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal ke
arah ujung kaki atau lengan. 4) Abses filarial terjadi akibat
seringnya pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah
dan mengeluarkan nanah serta darah. 5) Pembengkakan tungkai,
lengan, payudara, skrotum yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (limfadema dini). 2.6.2 Tanda dan
Gejala Klinis Kronis Pembengkakan yang menetap pada
tungkai, lengan, payudara, dan skrotum. 2.7 DIAGNOSA FILARIASIS
Menurut Inge Sutanto (2009:35), diagnosa filariasis dapat dipastikan
dengan pemeriksaan: 2.7.1 Diagnosis Parasitologi 1) Deteksi
parasit yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darah.
Pengambilan darah harus dilakukan pada malam hari yaitu
pukul 20.00 s.d 02.00 waktu setempat (Ditjen PP & PL Depkes
RI, 2009:5). Pada pemeriksaan histopatologi, kadang-kadang
potongan cacing dewasa dapat dijumpai di saluran dan kelenjar
limfe dari jaringan yang dicurigai sebagai tumor. 2) Teknik
biologi molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi parasit
melaui DNA parasit menggunakan reaksi rantai
polimerase (Polymerase Chain Reaction/ PCR).
Teknik ini mampu memperbanyak DNA sehingga dapat
digunakan untuk mendeteksi parasit pada crytic infection.
----------------------- Page 32-----------------------

18 2.7.2 Diagnosis Radiologi 1) Pemeriksaan dengan


ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar getah
bening akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak terutama
untuk evaluasi hasil pengobatan. Pemeriksaan ini hanya bisa
digunakan untuk infeksi filaria W. Bancrofti. 2) Pemeriksaan
limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang
ditandai dengan adanya zat radioaktif menunjukkan adanya abnormalitas
sistem limfatik sekalipun pada penderita yang asimptomatik
mikrofilaremia. 2.7.3 Diagnosis Imunologi Deteksi
antigen dengan immunochromatographic test
(ICT) yang menggunakan antibodi monoklonal telah dikembangkan
untuk mendeteksi W. Bancrofti dalam sirkulasi darah. Hasil tes
positif menunjukkan adanya infeksi aktif walaupun mikrofilaria tidak
ditemukan dalam darah. Deteksi antibodi dengan
menggunakan antigen rekombinan telah
dikembangkan untuk mendeteksi antibodi subklas IgG4 pada
filariasis Brugia . Kadar antibodi IgG4 meningkat pada
penderita mikrofilaremia. Deteksi antibodi tidak dapat membedakan
infeksi lampau dan infeksi aktif. Pada stadium obstruktif,
mikrofilaria sering tidak ditemukan lagi di dalam darah. Kadang
mikrofilaria tidak dijumpai di dalam darah, tetapi ada di
dalam cairan hidrokel atau cairan kiluria. 2.8 PENGOBATAN
Menurut Widoyono (2008:141) dan Akhsin Zulkoni (2011:60),
pengobatan filariasi dapat diberikan obat sebagai berikut:
----------------------- Page 33-----------------------
19 2.8.1 Diethilcarbamazyne (DEC) Pada kasus
yang masih bersifat subklinis (gejalanya belum tampak)
sebaiknya diberikan antibiotik profilaksis dengan terapi
suportif misalnya dengan antipiretik dan analgesik. Sedangkan jika
sudah mikrofilaremia negatif, yaitu ketika cacing dewasa sudah
terlihat, barulah DEC menjadi acuan obat utama. Penggunaan standar
DEC yaitu 6 mg/kgBB (total dosis 72 mg) selama 12 hari yang
mampu membunuh parasit-parasit yang ada didalam tubuh. Biasanya
penggunaan DEC dosis tunggal dikombinasikan dengan Albendazole
atau Ivermectin dengan hasil mikrofilarisidal yang efektif.
Penggunaan DEC diberikan oral sesudah makan malam, diserap
cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam, dan
diekskresi melalui air kemih. 2.8.2 Ivermecitin (Mectizan)
Ivermecitin diberikan 400 mg dua kali sehari selama 21 hari,
obat ini merupakan alternatif yang mampu menunjukkan hasil yang
baik. 2.8.3 Albendazole Albendazole diberikan 400
mg dua kali sehari selama 21 hari, obat ini merupakan
alternatif yang mampu menunjukkan hasil yang baik. 2.8.4
Doksisiklin Doksisiklin bekerja terhadap bakteri
simbiotik yaitu Wolbacia yang hidup dalam cacing filaria. Jika
bakteri tersebut dibunuh maka cacing tersebut juga mati. Doksisiklin
telah terbukti efektif terhadap cacing Wuchereria sp.
----------------------- Page 34-----------------------

20 2.9 PENCEGAHAN Menurut Widoyono (2008:141),


pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan: 2.9.1 Pengobatan
Masal Pengobatan massal dilakukan didaerah endemis
dengan Mf-rate >1% dengan menggunakan Diethyl Carbamazine Citrate
(DEC) dikombinasikan dengan Albendazole sekali selama 5 tahun
berturut-turut. Untuk mencegah demam dari reaksi obat diberikan
Paracetamol . Pengobatan massal diikuti seluruh
penduduk di daerah endemis yang berusia 2 tahun ke atas.
Pengobatan dapat ditunda pada orang yang sedang sakit, anak-anak di
bawah usia 2 tahun, dan wanita hamil (Ditjen PP & PL Depkes RI,
2009:6). 2.9.2 Pengendalian Vektor Pengendalian vektor
adalah pemberantasan tempat perkembangan nyamuk melalui saluran
pembuangan air limbah, pengaliran air yang tergenang, penebaran ikan
pemakan jentik, menghindari dai gigitan nyamuk dengan memasang
kelambu, menggunakan obat nyamuk oles, memasang kasa pada
ventilasi rumah, dan menggunakan obat nyamuk bakar atau semprot
Menurut Inge Sutanto (2009:275) pengendalian vektor dibagi
menjadi (1) pengendalian secara alami dan (2) pengendalian secara
buatan. 2.9.2.1 Pengendalian Secara Alami Pengendalian
secara alami berhubungan dengan faktor ekologi, adanya gunung,
lautan, sungai. Ketidakmampuan mempertahankan hidup vektor pada
----------------------- Page 35-----------------------

21 daerah dengan ketinggian tertentu dari permukaan laut.


Perubahan musim, iklim yang panas, udara dingin, udara kering,
angin, curah hujan, dan tanah tandus yang tidak memungkinkan
perkembangbiakan vektor. Adanya burung, katak, cicak yang dapat
memakan vektor. 2.9.2.2 Pengendalian Secara Buatan
Pengendalian secara buatan yang dapat dilakukan atas usaha
manusia adalah: 1) Pengendalian lingkungan (environment
control), yaitu dilakukan dengan cara mengelola
lingkungan, dengan memodifikasi atau manipulasi lingkungan
sehingga terbentuk lingkungan yang tidak cocok untuk yang
dapat mencegah atau membatasi perkembangan vektor. Cara
ini paling aman karena tidak merusak keseimbangangan
alam dan tidak mencemari lingkungan. Dalam modifikasi
lingkungan yaitu mengubah sarana fisik yang bersifat permanen,
misalnya (1) mengatur irigasi, (2) menimbun tempat yang dapat
menampung air atau mengalirkan genangan air, (3) pengubahan
rawa menjadi sawah, (4) dan mengubah hutan menjadi tempat
pemukiman. Dalam manipulasi lingkungan dapat dilakukan
dengan cara pembersihan atau pemeliharaan sarana yang ada
supaya tidak menjadi tempat perindukan vektor dan hasilnya
tidak bersifat permanen. Misalnya (1) membersihkan tanaman
air, (2) melancarkan saluran pembuangan air limbah. 2)
Pengendalian kimiawi menggunakan bahan kimia untuk membunuh
vektor. Kelebihannya dapat membunuh vektor dengan segera
sehingga dapat menekan populasi dalam waktu singkat.
Kekurangannya pengendalian ini bersifat
----------------------- Page 36-----------------------

22 sementara dan menyebabkan pencemaran lingkungan dan


kemungkinan timbul resistensi pada vektor. Misalnya (1)
pemakaian paris green, temefos , dan fention untuk
membunuh larva nyamuk, (2) penggunaan herbisida untuk
membunuh tanaman air untuk perkembangan nyamuk, dan (3)
penggunaan insektisida residual spray untuk membunuh nyamuk
dewasa. 3) Pengendalian mekanik dilakukan dengan alat yang
langsung membunuh, menangkap, menghalau, menyisir vektor.
Misalnya, (1) menggunakan baju lengan panjang, menggunakan
kasa nyamuk pada ventilasi rumah. 4) Pengendalian fisik menggunakan
alat fisika untuk pemanasan, pembekuan, dan penggunaan alat
listrik untuk pengadaan angin dan penyinaran. Misalnya, (1)
memasang hembusan angin keras pada pintu masuk, (2) memasang
lampu kuning untuk menghalau nyamuk. 5) Pengendalian biologik
dengan memperbanyak pemangsa sebagai musuh alami bagi vektor.
Pemangsa yang efktif untuk nyamuk yaitu ikan yang dapat
memangsa larva nyamuk. 6) Pengendalian genetika bertujuan
untuk mengganti populasi vektor yang
berbahaya dengan populasi yang baru dan tidak berbahaya.
Caranya yaitu dengan memandulkan dengan bahan kimia. 7)
Pengendalian legislatif yaitu untuk mencegah tersebarnya vektor
berbahaya dari suatu daerah. Misalnya karantina dipelabuhan
laut dan udara untuk mencegah masuknya vektor penyakit. Di
Indonesia jika melanggar peraturan tersebut akan dikenakan
sanksi oleh pemerintah.
----------------------- Page 37-----------------------

23 2.9.3 Peran Serta Masyarakat Ketersediaan


masyarakat dalam pemeriksaan survei darah jari, bersedia
meminum obat anti filariasis secara teratur sesuai dengan
ketentuan petugas, memberitahukan kepada petugas kesehatan jika
menemukan penderita filariasis, dan bersedia membersihkan sarang
nyamuk atau tempat perkembangan nyamuk. 2.10 FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONDISI FISIK LINGKUNGAN Lingkungan merupakan
salah satu faktor yang dapat menularkan filariasis. Kondisi fisik
lingkungan di daerah endemis sangat diperlukan untuk mencegah
penularan filariasis. Filariasis didaerah endemi dapat diduga
jenisnya dengan melihat keadaan lingkungan. (Inge Sutanto, 2009:41).
Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas baik yang dapat diamati
maupun tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2012:137).Menurut
Lawrence Green dalam Soekidjo Notoatmodjo (2012:18) bahwa
perilaku untuk mewujudkan kondisi lingkungan dipengaruhi oleh
tiga faktor, yaitu: 2.10.1 Faktor Predisposisi (predisposing factors
) 2.10.1.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil
dari tahu seseorang terhadap objek tertentu melalui
pengindraan yang dimiliki. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan.
Pengetahuan sesorang terhadap objek mempunyai
tingkatan yang berbeda. Tingkatan pengetahuan meliputi 6
bagian, yaitu:
----------------------- Page 38-----------------------

24 1) Tahu (know) Untuk mengetahui sesorang tahu


atau tidak dapat diukur menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
Apakah masyarakat mengetahui bagaimana cara mencegah filariasis dari
faktor lingkungan. 2) Memahami (comprehention) Seseorang
dapat dikatakan memahami suatu objek maka harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui. 3)
Aplikasi (application) Aplikasi adalah pengaplikasian
prinsip dari pemahaman yang diketahui pada situasi yang lain.
4) Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan
seseorang untuk menjabarkan kemudian mencari hubungan
komponen yang terdapat dalam objek yang diketahui. 5) Sintesis
(synthesis) Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk
meringkas dengan kata-kata sendiri dari materi yang ada. 6)
Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan
sesorang untuk menilai dari suatu objek tertentu.
Pengetahuan tentang pencegahan filariasis
diperlukan sebagai dasar membentuk perilaku pencegahan
terhadap kondisi fisik lingkungan. Diharapkan dengan memiliki
pengetahuan tentang pencegahan filariasis mengenai bagaimana
lingkungan itu tidak menjadi tempat perindukan dan peristirahatan
nyamuk, maka perilaku menjaga kondisi fisik lingkungan dapat
dilakukan selama seumur hidup.
----------------------- Page 39-----------------------

25 Menurut Rizky Amelia (2014:8) bahwa pengetahuan


mengenai penyakit filariasis sangat penting sebagai penunjang
keberhasilan upaya pemberantasan penyakit filariasis yang
dilakukan. Upaya pencegahan yang dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan yang aplikatif dan
sederhana dilakukan seperti pencegahan filariasis dengan pengendalian
vektor untuk membentuk kondisi lingkungan supaya tidak cocok sebagai
perindukan dan peristirahatan nyamuk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang filariasis
berisiko 10,714 kali dengan kejadian filarisis. Dalam
penelitian Dina Agustiantiningsih (2013:194) bahwa hubungan
pengetahuan dengan praktik pencegahan filariasis berhubungan (p -
value=0,000). Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukann dengan wawancara yang menanyakan tentang
isi materi yang ingin diukur dalam subjek penelitian (Soekidjo
Notoatmodjo, 2012:140). 2.10.1.2 Sikap Sikap adalah
respon tertutup seseorang terhadap objek tertentu. Sikap
meliputi faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan untuk
mengungkapkan dari objek tertentu. Menutut Newcomb dalam Soekidjo
Notoatmojdo (2012:140), bahwa sikap merupakan kesediaan untuk
bertindak dan bukan pelaksaan motif tertentu. Menurut
Alport dalam Soekidjo Notoatmodjo (2012:141) sikap terdiri dari tiga
komponen, yaitu: 1) Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek 3)
Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
----------------------- Page 40-----------------------

26 Komponen-komponen tersebut secara bersama-sama


membentuk sikap yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh,
pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi merupakan hal yang
sangat penting. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2012:141)
sikap mempunyai 4 tingkat dalam intensitasnya, yaitu: 1)
Menerima (receiving) diartikan bahwa seseorang mau menerima stimulus
yang diberikan. 2) Menanggapi (responding) diartikan
memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan 3)
Menghargai (valving) diartikan seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap objek 4) Bertanggung jawab
(responsible) adalah bertanggung jawab apa yang telah
diyakininya. Sesorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, harus berani mengambil risiko
bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya
risiko lain. Sikap merupakan cerminan suka tidaknya
seseorang terhadap obyek tertentu. Untuk membentuk kondisi
fisik lingkungan sebagai upaya pencegahan filariasis diperlukan
pendirian atau keyakinan yang kuat bahwa kondisi fisik
lingkungan dapat mencegah penularan filariasis. Pengukuran
sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Pengukuran secara langsung dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tentang objek yang bersangkutan (Soekidjo
Notoatmodjo, 2012:142). Dalam penelitian
----------------------- Page 41-----------------------

27 Dina Agustiantiningsih (2013:194) bahwa


hubungan sikap dengan praktik pencegahan filariasis
berhubungan (p -value=0,000). 2.10.2 Faktor Pemungkin (enabling
factors) Faktor pemungkin adalah faktor yang
memungkinkan perilaku sesorang. Faktor pemungkin meliputi sarana
dan prasana yang mendukung untuk perilaku kesehatan (Soekidjo
Notoatmodjo, 2012:19). 2.10.2.1 Sosialisasi Pencegahan Penularan
Filariasis Sosialisasi pencegahan penularan merupakan
kegiatan pencegahan filariasis. Sosialisasi ini merupakan upaya yang
dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya
filariasis. Menurut Dina Agustiantinisngsih
(2013:195) bahwa sosialisasi pengobatan masal merupakan
inti dari kegiatan pengobatan masal supaya orang mau minum
obat untuk mencegah filariasis. Maka sosialiisasi mengenai
kondisi lingkungan fisik perlu di lakukan supaya masyarakat
tidak berisiko untuk tertular filariasis. 2.10.3 Faktor Penguat
(reinforcing factors) Faktor penguat adalah faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Faktor penguat
meliputi dukungan tenaga pelaksana eliminasi dan dukungan
keluarga. 2.10.3.1 Dukungan Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE)
Dukungan tenaga pelaksana eliminasi (TPE) sangat berengaruh
terhadap pencegahan penularan filariasis. Karena TPE memiliki tugas
dalam pemberantasan nyamuk penular filariasis. Tugasnya yaitu
memberi contoh cara memberantas nyamuk dan menghindari gigitan
nyamuk, menggerakkan masing-masing keluarga binaannya untuk
meniadakan tempat berkembang biak nyamuk secara teratur
----------------------- Page 42-----------------------

28 dirumah dan lingkungan sekitarnya, dan


mengajak bergotong royong membersihkan tempat
berkembang biak nyamuk dalam lingkungan pemukoman (Ditjen P2 &
PL Depkes RI, 2008:6). 2.10.3.2 Dukungan Keluarga Dukungan
terdiri dari informasi yang menuntun orang bahwa ia diurus,
disayangi, memiliki rasa nyaman, dipedulikan, dihargai, dan dibantu
atau di dukung (Eunike R. Rustiana, 2005:80). Dukungan yang
diberikan orang tua adalah dasar perilaku terutama
perilaku kesehatan bagi anak-anak mereka
(Soekidjo Notoatmodjo, 2012:44). Dukungan keluarga dapat diberikan
kepada anggota keluarganya yang dipengaruhi oleh latar belakang
pengetahuan kepada keluarga yang lainnya. Semakin tinggi
pengetahuan maka akan semakin efektif dalam mendukung
keluarga untuk melakukan tindakan pencegahan melalui kondisi
fisik lingkungan. Pada hasil penelitian bahwa dukungan keluarga
berhubungan dengan praktik pencegahan filariasis (p -value=0,000)
(Dina Agustiantiningsih, 2013:195). 2.10.4 Karakteristik individu
2.10.4.1 Pendidikan Pendidikan adalah upaya agar
masyarakat berperilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan,
imbauan, memberi informasi, memberikan kesadaran, dan lain
sebagainya. Mengenai dampak yang timbul dari
pendidikan terhadap perubahan perilaku memakan waktu lama,
tetapi bila perilaku dapat diadopsi oleh masyarakat maka akan
langgeng bahkan seumur hidup (Soekidjo Notoadmodjo, 2012:18).
Karena pendidikan yang semakin tinggi akan mudah menyerap informasi
yang diberikan. Pendidikan mempunyai hubungan dengan praktik
pencegahan
----------------------- Page 43-----------------------

29 filariasis (p -value=0,041) (Dina Agustiantiningsih,


2013:193). Pendidikan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya
yang ditujukan kepada perilaku agar perilaku tersebut kondusif
untuk kesehatan. Dengan kata lain mengupayakan agar perilaku
masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2013:18). 2.10.4.2
Umur Umur atau usia adalah umur individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan, dan kekuatan sesorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja (A Wawan, 2010:17). Dalam penelitian
ini ditentukan usia dewasa yaitu umur 18 sampai 55 tahun. 2.10.4.3
Jenis pekerjaan Kebiasaan bekerja pada malam hari
perlu diperhatikan karena berkaitan dengan intensitas kontak
dengan vektor. Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan karena umumnya laki-laki lebih sering kontak dengan
vektor karena pekerjaannya (Ditjen P2 & PL Depkes RI,
2008:18). Menurut Dina Agustiantiningsih (2013:193)
jenis pekerjaan berhubungan dengan praktik
pencegahan filariasis (p -value=0,047). Responden yang bekerja
sebagai buruh sering bekerja lembur pada malam hari. Kebiasaan
bekerja lembur pada malam hari tersebut dapat meningkatkan
intensitas kontak dengan vektor filariasis. Artinya terjadi
peningkatkan tindakan pencegahan penyakit filariasis jika pekerjaan
yang dilakukan responden tidak dilakukan pada siang hari sebaliknya
jika pekerjaan yang dilakukan pada malam hari maka tindakan
pencegahan terhadap penyakit rendah.
----------------------- Page 44-----------------------

30 2.10.5 Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan


mempunyai pendekatan yang menetapkan sasaran ketersediaan,
keterjangkauan, dan ketepatan. Pelayanan kesehaatan meliputi
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif untuk mencapai
kesehatan. Selain itu melibatkan pendidikan atau
promosi pola perilaku peningkatan kesehatan.
Pelayanaan kesehatan memberikan prioritas pada orang yang
membutuhkan, memberikan perhatian pada masalah kesehatan utama di
suatu komunitas (Eunike R. Rustiana, 2005:5). 2.11 PRAKTIK
PENCEGAHAN FILARIASIS DARI
FAKTOR LINGKUNGAN Lingkungan sangat berpengaruh
terhadap distribusi kasus filariasis dan mata rantai penularannya.
Secara umum lingkungan dapat dibedakan menjadi lingkungan fisik,
lingkungan biologi, lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya (Ditjen P2
& PL Depkes RI, 2008:16). 2.11.1 Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik mencakup keadaan iklim, geografis, dan struktur
geologi. Lingkungan fisik sangat berkaitan dengan kehidupan vektor,
sehingga berpengaruh terhadap penularan filariasis. Lingkungan fisik
dapat menciptakan perindukan dan beristirahatnya nyamuk.
Suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap
pertumbuhan, masa hidup serta keberadaan nyamuk. Lingkungan
fisik sebagai tempat perindukan (breeding place) dan
peristirahatan nyamuk (resting place) adalah:
----------------------- Page 45-----------------------

31 2.11.1.1 Kondisi saluran pembungan air limbah (SPAL)


Dalam penelitan Santoso (2011:3) bahwa jenis
dan kondisi tempat penampungan air limbah dengan kejadian
filariasis berhubungan (p -value=0,000). Penderita yang tidak
mempunyai SPAL akan membiarkan air limbah mengalir begitu
saja, dan mengakibatkan genangan air yang
dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk dan berpotensi
tejadinya kejadian filariasis. Menurut Rizky Amelia
(2014:6) tempat perindukan nyamuk sebaiknya ditiadakan dengan
cara selalu menjaga kebersihan lingkungan, secara rutin
membersihkan SPAL, tidak membiarkan sampah
menumpuk, dan minimal seminggu sekali sebaiknya
dibersihkan untuk pengendalian vektor. Hasil penelitian bahwa tempat
perindukan nyamuk (breeding place) berisiko 8,556 kali terhadap
kejadian filariasis. 2.11.1.2 Kondisi genangan air
Genangan air disekitar rumah atau tempat tinggal memiliki risiko
terhadap kejadian filariasis karena genangan air tersebut
sebagai habitat vektor filariasis. Genangan air mempunyai
risiko 38,031 kali terhadap kejadian filariasis (Ardias dkk,
2012:203). Menurut Mulyono dalam Ardias dkk (2012:203) bahwa genangan
air merupakan faktor risiko untuk terjadinya filariasis sebesar 4,12
kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki
genangan air. Oleh karena itu untuk memutus rantai penularan
filariasis diperlukan penimbunan genangan air supaya tidak
menjadi habitat vektor filariasis. Menurut Ike Ani Windiastuti
dkk (2013:54) bahwa habitat nyamuk dengan kejadian filariasis
didapatkan nilai (p - value=0,003). Responden yang rumahnya terdapat
habitat nyamuk memiliki risiko
----------------------- Page 46-----------------------

32 8,707 kali lebih besar menderita filariasis dibandingkan


dengan responden yang rumahnya tidak memiliki habitat nyamuk,
karena genangan air menjadi habitat nyamuk Cx. Quinquefasciatus
diluar rumah, dengan jumlah air (50 cc) nyamuk sudah dapat
menggunakannya sebagai habitat. 2.11.1.3 Kondisi kandang ternak
Menurut Bagus Febrianto, dkk (2008:53) keberadaan kandang
ternak mempunyai hubungan dengan kejadian filariasis (p -
value=0,02). Keberadaan kandang ternak di dekat rumah
mempunyai dampak yang besar untuk tertular filariasis. Kandang
ternak mempunyai temperatur dan kelembaban ideal untuk
perkembangbiakan vektor. 2.11.1.4 Kondisi semak-semak
Tempat peristirahatan yamuk Cx. Quinquefasciatus diluar rumah
adalah semak-semak karena sifatnya terlindung
dari matahari dan lembab. Cx. Quinquefasciatus
merupakan vektor filariasis di Kota Pekalongan. Semakin dekat jarak
rumah dengan semak -semak maka semakin besar peluang untuk
tertular filariasis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semak-
semak berisiko 2,170 kali tertular filariasis (p -value=0,025)
(Ike Ani Windiastuti dkk, 2013:55). Menurut Mulyono dalam Ike
Ani Windiastuti dkk (2013:55) bahwa semak-semak berisiko 4,194
kali terhadap kejadian filariasis. Dalam penelitian Ardias, dkk
(2012:202) bahwa resting place berhubungan dengan kejadian
filariasis (p -value=0,006), (OR 4,840).
----------------------- Page 47-----------------------

33 2.11.2 Lingkungan Biologi Menurut Mukono


(2000:11) dalam hubungannya dengan penyakit maka dari sektor
lingkungan biologi dapat dibagi dalam beberapa hal sebagai berikut:
1. Agen penyakit yang infeksius 2. Reservoir (manusia atau
binatang) 3. Vektor pembawa penyakit (lalat, nyamuk, dll) 4.
Tumbuhan dan binatang Lingkungan biologi dapat
menjadi rantai penularan filariasis. Contoh lingkungan
biologi adalah tanaman air sebagai tempat pertumbuhan nyamuk
Mansonia sp . Dalam penelitian Santoso (2011:6) bahwa
keberadaan ternak berhubungan dengan kejadian filariasis (p -
value=0,000). Keberadaan ternak dapat menjadi penghambat untuk
terjadinya penularan filariasis, yaitu dapat menjadi penghambat
agar nyamuk tidak menggigit manusia bila kandang ternak
terletak diantara tempat perkembangbiakan dan rumah pemiliknya.
2.11.3 Lingkungan Sosial, Ekonomi, Dan Budaya Lngkungan
sosial, ekonomi dan budaya adalah lingkungan yang timbul
sebagai akibat adanya interaksi manusia, termasuk perilaku, adat
istiadat, budaya, kebiasaan dan tradisi penduduk. Kebiasaan
bekerja pada malam hari perlu diperhatikan karena
berkaitan dengan intensitas kontak dengan vektor. Insiden
filariasis pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan karena
umumnya laki-laki lebih sering kontak dengan vektor karena
pekerjaannya.
----------------------- Page 48-----------------------

34 2.12 Kerangka Teori Karakteristik


Individu 1. Umur 2. Pendidikan
3. Jenis pekerjaan Pelayanan
Kesehatan Faktor predisposisi
(predisposing factors ) 1. Pengetahuan pencegahan
filariasis Praktik pencegahan
Kondisi 2. Sikap pencegahan
filariasis terhadap
fisik filariasis
kondisi fisik
lingkungan
lingkungan Faktor pemungkin (enabling factors)
1. Sosialisasi pencegahan
penularan filariasis Pelayanan kesehatan
Faktor Penguat (reinforcing faktor) 1.
Dukungan TPE 2. Dukungan keluarga
Gambar 2.1: Kerangka Teori (Sumber: Modifikasi Lawrence Green
dalam Soekidjo Notoatmodjo (2012:18), Dina
Agustiantiningsih(2013), Rizky Amelia (2014), Eunike R.
Rustiana (2005), A. Wawan (2010), Depkes RI (2008), Santoso
(2011), Ardias, dkk (2012), Ike Ani Windiastuti, dkk
(2013), Bagus Febrianto, dkk (2008), Mukono, (2000)).
----------------------- Page 49-----------------------

BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA KONSEP Kerangka konsep
adalah suatu uraian dan konsep serta variabel yang akan diukur atau
diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:22).
Variabel Bebas: Variabel
Terikat:
Kondisi Fisik 1. Pengetahuan tentang
pencegahan penularan Lingkungan
filariasis 2. Sikap tentang pencegahan
penularan filariasis
Variabel Perancu :
1. Tingkat pendidikan 2.
Umur
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
35
----------------------- Page 50-----------------------

36 3.2 VARIABEL PENELITIAN Menurut Soekidjo Notoatmodjo


(2010:103), yang dimaksud variabel adalah ukuran atau ciri yang
dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimiliki kelompok lain. Pada penelitian ini variabel yang digunakan
yaitu: 3.2.1 Variabel Bebas Variabel bebas adalah
variabel risiko atau sebab (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:104).
Variabel bebas yang diteliti adalah pada
penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap pada masyarakat RW
V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan. 3.2.2
Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas (Soekidjo Notoatmodjo,
2010:104). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kondisi
fisik lingkungan di RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan
Kertoharjo Kota Pekalongan. 3.2.3 Variabel Perancu
Variabel perancu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat tetapi bukan
variabel antara (Sudigdo Sastroasmoro, 1995:158). Variabel
perancu dalam penelitian ini dikendalikan dengan restriksi.
Restriksi yaitu menyingkirkan variabel perancu dari setiap subyek
penelitian (Sudigdo Sastroasmoro, 1995:163). 1. Pendidikan diambil
pendidikan minimal lulusan SMA 2. Umur, batasan umur mulai 18
tahun sampai 55 tahun
----------------------- Page 51-----------------------

37 3.3 HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis adalah


jawaban sementara dari suatu penelitian (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010:105). 3.3.1 Hipotesis Mayor Ada
hubungan pengetahuan dan sikap tentang pencegahan
penularan filariasis dengan kondisi fisik lingkungan Kelurahan
Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015. 3.3.2 Hipotesis Minor
1) Ada hubungan pengetahuan tentang pencegahan penularan
filariasis dengan kondisi fisik lingkungan Kelurahan Kuripan
Kertoharjo Kota Pekalongan 2015. 2) Ada hubungan sikap tentang
pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik
lingkungan Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015. 3.4
DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL Definisi
operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau memberikan suatu operasional yang diperlukan
untuk mengukur variabel penelitian. Adapun definisi operasional
penelitian (Tabel 3.1). Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala
Pengukuran Variabel Definisi No
Variabel Alat Ukur Hasil
Ukur Skala Operasional
(1) (2) (3) (4)
(5) (6) 1. Pengetahuan Kemampuan
Kuesioner 0. Pengetahuan Ordinal tentang
responden untuk kurang, jika:
pencegahan menjawab benar
<56% penularan pertanyaan tentang
jawaban benar filariasis cara pencegahan
(skor 1-5) penularan filariasis
1. Pengetahuan
cukup, jika:
56-75%
jawaban benar
(skor 6-7)
2. Pengetahuan
----------------------- Page 52-----------------------

38
baik, jika : 76-
100% jawaban
benar (skor 8-
10)
(Arikunto dalam
A Wawan,
2010:18) 2. Sikap Kemampuan
Kuesioner 0. Sikap kurang, Ordinal tentang
responden dalam jika skor
pencegahan menanggapi
<60% (skor 1- penularan pertanyaan upaya
5) filariasis pencegahan
1. Sikap cukup, penularan
filariasis jika skor 60% -
80% (skor 6-
8)
2. Sikap baik,
jika skor
>80% (skor 9-
10) (Yayuk
dalam Febrina
2013) 3. Kondisi Fisik Keadaan lingkungan Lembar
0. Buruk, jika Ordinal Lingkungan. fisik
tempat tinggal Observasi skor ≤ 2
responden meliputi 1. Baik, jika skor
syarat kondisi fisik > 2
lingkungan dan hal- hal yang
perlu diperhatikan didalam
kondisi fisik lingkungan
yaitu (1) keberadaan kandang
ternak serumah dengan responden
(2) keberadaan genangan
air karena tidak memiliki
SPAL/tampungan air hujan/kolam
tanpa ikan/tampungan air
pada pot tanaman dalam radius
100 m (3) keberadaan
semak- semak/tanaman hias
rimbundalam radius 100 m (4)
Kondisi SPAL yang terbuka
dan tidak mengalir.
----------------------- Page 53-----------------------

39 3.5 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian


ini merupakan penelitian analitik. Penelitian analitik adalah
penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi
antara fenomena antar faktor risiko dengan faktor efek. Sedangkan
pendekatan yang digunakakan adalah cross sectional yaitu
penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antar faktor-
faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi,
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach
). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel
subjek pada saat pemeriksaan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:37). 3.6
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.6.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2010:117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat RW
V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan yang
berjumlah 3.334 penduduk (Rekapitulasi jumlah
penduduk Kelurahan Kuripan Kertoharjo, Februari 2015). 3.6.2
Sampel Penelitian Bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010:118). Besar sampel dalam
penelitian ini dihitung dengan rumus:
----------------------- Page 54-----------------------

40
dibulatkan menjadi 66 Keterangan: n = besar sampel N = besar
populasi P = target populasi (0,5) d = derajat kesalahan yang
diterima 10% (0,1) = standar deviasi normal untuk 1,64 dengan
confidence interval 90% (Stanley Lemeshow, 1997:54).
Pengambilan sampel dilakukan setelah restriksi, untuk
mengendalikan variabel perancu tingkat pendidikan minimal lulusan SMA
dan umur 18-55 tahun, diharapkan kriteria tersebut memiliki
pemahaman tentang pencegahan penularan filariasis dengan
kondisi fisik lingkungan. Pengambilan sampel yang dipilih
berdasarkan metode acak proporsional berdasarkan jumlah penduduk
dari setiap RW. Masing-masing RW V sebesar 11, RW VI sebesar
11, RW VII sebesar 11, RW VIII sebesar 8, RW IX sebesar 13, RW X
sebesar 12 yang dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 3.2:
Pembagian Sampel Masing-masing RW No. RW
Jumlah Penduduk Jumlah Sampel (1)
(2) (3)
(4) 1. V 530
2. VI 551
----------------------- Page 55-----------------------

41 3. VII 575
4. VII 395
5. IX 674
6. X 609
Jumlah 3334
66 3.7 SUMBER DATA Sumber data penelitian ini adalah
subjek dari mana data diperoleh. Sumber data penelitian ini yaitu:
3.7.1 Data Primer Data primer yaitu pengumpulan
data dilakukan secara langsung oleh peneliti (Eko Budiarto,
2002:5). Data primer diperoleh melaui kuesioner. Kuesioner dalam
penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi melalui jawaban
dari responden mengenai pengetahuan dan
sikap tentang pencegahan penularan filariasis.
3.7.2 Data Sekunder Data sekunder yaitu pengumpulan
data yang diinginkan diperoleh dari orang lain dan tidak
dilakukan oleh penelliti sendiri (Eko Budiarto, 2002:5). Data
sekunder yang diambil diperoleh dari buku, jurnal, instansi,
referensi lain yang berkaitan dengan tema penelitian.
----------------------- Page 56-----------------------

42 3.8 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA 3.8.1


Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah perangkat
yang digunakan untuk mengungkap data (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:87).
Instrumen dalam penelitian ini adalah: 3.8.1.1 Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data tentang pengetahuan
dan sikap responden mengenai upaya pencegahan filariasis di RW
V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015
dengan masing-masing skor pengetahuan sebanyak 10 dari 10 soal dan
skor sikap sebanyak 10 dari 10 soal. 3.8.1.2 Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk membuktikan kondisi fisik lingkungan
dalam upaya pencegahan filariasis di RW V sampai RW X
Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015 dengan skor total
6 dari 6 soal. 3.8.2 Teknik Pengambilan Data 3.8.2.1 Wawancara
Wawancara secara langsung untuk memperoleh data pengetahuan dan sikap
responden tentang pencegahan penularan filariasis di RW V
sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015.
3.8.2.2 Observasi Observasi digunakan untuk
pengumpulan data untuk membuktikan kebenaran kondisi
fisik lingkungan responden untuk upaya pencegahan penulalaran
filariasisi di RW V sampai RW X Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota
Pekalongan 2015.
----------------------- Page 57-----------------------

43 3.9 VALIDITAS DAN RELIABILITAS 3.9.1 Validitas Untuk


mengetahui validitas suatu instrumen (kuesioner) dapat dilakukan
dengan cara melakukan korelasi antara skor seriap variabel dengan
skor totalnya. Suatu pertanyaan dikatakan valid bila skor
variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor
totalnya. Rumus yang digunakan yaitu dengan korelasi
“product moment ”:
Keterangan: = koefisien korelasi antara X dan Y N = jumlah
subjek X = skor item Y = skor total ∑X = jumlah skor item ∑Y =
jumlah skor total 2 ∑X = jumlah kuadrat skor item 2 ∑Y
= jumlah kuadrat skor total (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:166).
Pengujian validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan di
masyarakat Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan dengan N=20 taraf
signifikansi 5% diketahui r tabel Pearson Product Moment 0,444.
Setelah dilakukan perhitungan dari 12 butir soal pengetahuan yang
diujikan, terdapat 2 butir soal yang tidak valid yaitu nomor 5 dan 6.
Sedangkan soal sikap yang diujikan dengan jumlah soal 10 butir, semua
soal valid.
----------------------- Page 58-----------------------

44 3.9.2 Reliabilitas Reliabilitas merupakan suatu


ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran tetap
konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama.
Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas yaitu “Spearman
Brown”: r = 1 Keterangan: r1 = reliabilitas internal
seluruh instrumen rb = korelasi product moment antara
belahan pertama dan kedua (Sugiyono, 2010:185). 3.10
PROSEDUR PENELITIAN Dalam penelitian diperlukan prosedur
penelitian agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan sesuai
dengan rencana. Adapun tahapannya sebagai berikut: 1) Tahap
persiapan, meliputi: 1. Uji coba alat ukur ( kuesioner) dengan
melakukan uji validitas dan reliabilitas. 2) Tahap pelaksanaan,
meliputi: 1. Pemilihan subyek penelitian yang sudah di retriksi.
2. Subjek penelitian yang terpilih kemudian dilakukan wawancara dan
observasi langsung guna mendapatkan informasi/data penelitian.
3. Tahap penulisan dilaksanakan setelah data terkumpul
kemudian dilakukan analisis data baik secara univariat dan
bivariat.
----------------------- Page 59-----------------------

45 3.11 TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 3.11.1 Teknik


Pengolahan Data yang telah diperoleh kemudian
dikumpulkan, diolah sesuai dengan tujuan dan kerangka konsep
penelitian. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan
pengolahan data. Pengolahan data dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut: 3.11.1.1 Editing Sebelum diolah data
yang sudah terkumpul perlu diperiksa terlebih dahulu. Data atau
keterangan yang telah dikumpulkan yang berupa daftar pertanyaan dibaca
sekali lagi dan diperbaiki jika dirasakan masih ada kesalahan dan
keraguan data. 3.11.1.2 Coding Data yang sudah
dikumpulkan dapat berupa kalimat yang pendek atau panjang,
untuk memudahkan analisa, maka jawaban tersebut perlu diberi
kode. Cara memberikan kode yaitu dengan memerikan angka pada tiap
jawaban. 3.11.1.3 Scoring Yaitu memberikan skor atau nilai
pada setiap jawaban yang diberikan oleh responden 3.11.1.4 Tabulasi
Tabulasi dimaksudkan untuk memasukkan data ke dalam
tabel dan mengatur angka sehingga dapat dihitung
dalam berbagai kategori. 3.11.1.5 Entry Data Data yang
telah dikode kemudian di masukkan ke dalam program komputer untuk
selanjutnya akan diolah.
----------------------- Page 60-----------------------

46 3.11.2 Analisis Data 3.11.2.1 Analisis Univariat


Analisis univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010:182). Analisis univariat dalam
penelitian ini digunakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan
variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan sikap serta
variabel terikat yaitu kondisi fisik lingkungan. 3.11.2.2 Analisis
Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel
yag diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo,
2010:183). Analisi bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan sikap serta
variabel terikat yautu kondisi fisik lingkungan.
Selanjutnya diuji dengan analisis statistik. Uji statistik yang
digunakan adalah uji Chi Square, karena skala variabel berbentuk
kategorik. Taraf signifikan yang digunakan adalah 95% atau taraf
kesalahan 0,05. Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel yang
nilai observed-nya bernilai nol, dan sel yang digunakan
mempunyai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Jika
syarat uji Chi Square tidak terpenuhi maka dilakukan dilanjutkan uji
alternatifnya. Dasar pengambilan keputusan yang
digunakan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas <0,05 maka Ho
ditolak. Ini berati kedua variabel ada hubungan. Akan tetapi jika
probabilitas >0,05 maka Ho diterima, berarti variabel tersebut tidak
ada hubungan.
----------------------- Page 61-----------------------

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN 6.1 SIMPULAN Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara pengetahuan
dan sikap tentang pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik
lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan maka
disimpulkan bahwa: 1) Tidak ada hubungan antara
pengetahuan tentang pencegahan penularan filariasis
dengan kondisi fisik lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo
Kota Pekalongan 2015 2) Ada hubungan antara sikap tentang
pencegahan penularan filariasis dengan kondisi fisik
lingkungan di Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan
2015 6.2 SARAN 6.2.1 Bagi masyarakat Kelurahan Kuripan Kertoharjo
Diharapkan ada peningkatan peran serta masyarakat mengikuti
kegiatan sosialisasi dalam pencegahan penularan filariasis yang
di berikan dari puskesmas atau dinas kesehatan.
60
----------------------- Page 62-----------------------

61 6.2.2 Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Terkait Bagi


tenaga kesehatan diharapkan mampu
meningkatkan pelayanan kesehatan ke masyarakat. Upaya
yang dapat dilakukan adalah meningkatkan penyuluhan ke
masyarakat menjadi 2 tahun sekali tentang pencegahan penularan
filariasis terhadap kondisi fisik lingkungan di wilayah Kuripan
Kertoharjo. 6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti
selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis, namun
dengan menambahkan variabel lainnya terutama yang berkaitan
dengan perilaku atau praktik pencegahan penularan
filariasis di Kelurahan Kuripan Kertoharjo.
----------------------- Page 63-----------------------
DAFTAR PUSTAKA Akhsin Zulkoni, 2011,
Parasitologi, Nuha Medika, Yogyakarta. Ardias, dkk, 2012,
Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat yang
Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Sambas
, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Volume XI, No 2,
Oktober 2012, hlm. 199- 207. Arry Kurniyanti, 2007,
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Filariasis di Desa Bringin Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Tahun 2007
, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang. A. Wawan
dan Dewi M, 2010, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta. Bagus Febianto,
dkk, 2008, Faktor Risiko Filariasis di Desa
Samborejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan Jawa
Tengah , Buletin Penelitian Kesehatan, Volume 36, No 2,
Tahun 2008, hlm. 48-58. Dina Agustiantiningsih, Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Praktik Pencegahan
Filariasis di Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan
Selatan Kota Pekalongan Tahun 2013, Skripsi, Universitas Negeri
Semarang, Semarang. _______, Praktik Pencegahan
Filariasis, 2013, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume
VIII, No 2, Januari 2013, hlm. 190-197. Dinas Kesehatan Kota
Pekalongan, 2012, Laporan P2P Dinas Kesehatan Kota
Pekalongan, Dinkes Kota Pekalongan, Pekalongan. _______, 2013,
Laporan P2P Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, Dinkes Kota
Pekalongan, Pekalongan. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Tingkat I
Jawa Tengah, 2011, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2010, Dinkes Provinsi Dati I Jateng, Semarang. _______, 2012,
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011, Dinkes
Provinsi Dati I Jateng, Semarang. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2008, Epidemiologi Filariasis, Ditjen P2 & PL
Depkes RI, Jakarta. _______, 2008, Pedoman Tenaga Pelaksana Eliminasi
(TPE) Filariasis , Ditjen P2 & PL Depkes RI, Jakarta.
62
----------------------- Page 64-----------------------

63 _______, 2009, Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) ,


Ditjen P2 & PL Depkes RI, Jakarta. Eko Budiarto, 2001,
Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat ,
EGC, Jakarta. Endang Puji Astuti, dkk, Analisis Perilaku
Masyarakat Terhadap Kepatuhan Minum Obat Filariasis di
Tiga Desa Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Tahun
2013, Volume 24, No 4, Desember 2014, hlm. 199-208. Eunike R.
Rustiana, 2005, Psikologi Kesehatan, Universitas Negeri Semarang
Press, Semarang. Febrina Winda Lusika Sidauruk, 2013,
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Masyarakat dalam Program Eliminasi (Minum Obat) Filariasis di
Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekallongan Selatan Kota
Pekalongan Tahun 2013, Skripsi, Universitas Negeri Semarang,
Semarang. Ike Ani Windiastuti, dkk, 2013, Hubungan Kondisi
Lingkungan Rumah, Sosial Ekonomi, dan Perilaku
Masyarakat dengan Kejadian Filariasis di
Pekalongan Selatan Kota Pekalongan , Volume XII, No 1, April 2013,
hlm. 51-57. Inge Sutanto, dkk, 2009, Parasitologi Kedokteran,
Balai Penerbit UI, Jakarta. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010, Filariasis di Indonesia ,
Kemenkes RI, Jakarta. Mukono, 2000, Prinsip Dasar Kesehatan
Lingkungan , Airlangga University Press, Surabaya. Risky
Amalia, 2014, Analisis Fak tor Risiko Kejadian Penyakit
Filariasis, Unnes Journal of Public Health, Volume III, No 1,
Maret 2014, hlm. 1-12. _______, 2013, Faktor Risiko Kejadian
Filariasis Di Kelurahan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan
Selatan Tahun 2013 , Skripsi, Universitas Negeri
Semarang, Semarang. Rosdiana Safar, 2010, Parasitologi
Kedokteran: Protozoologi, Entomologi, dan Helmintologi ,
Yrama Widya, Bandung. Santoso, 2007, Hubungan Kondisi
Lingkungan dengan Kasus Filariasis di Masyarakat
(Analisis Lanjut Hasil Riskesdas 2007) , Volume III, No 1, Tahun
2011, hlm. 1-7. Soedarto, 2011, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran,
Sagung Seto, Jakarta. Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi
Penelitian Kesehatan , Rineka Cipta, Jakarta.
----------------------- Page 65-----------------------

64 _______, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka


Cipta, Jakarta. Stanley Lemeshow, dkk, 1997, Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan
Kuantitatif, Kuaitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis epidemiologi, Penularan,
Pencegahan, dan Pemberantasan, Erlangga, Semarang.
www.dpd.cdc.gov/dpdx diakses tanggal 16 Februari 2015.
----------------------- Page 66-----------------------

65 Lampiran 1: Surat Tugas Pembimbing


----------------------- Page 67-----------------------

66 Lampiran 2: Ethical Clearance


----------------------- Page 68-----------------------

67 Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas


----------------------- Page 69-----------------------

68 Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian dari Ristekin


----------------------- Page 70-----------------------

69 Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian dari Dinkes Kota Pekalongan


----------------------- Page 71-----------------------
70 Lampiran 6: Surat Uji Validitas dan Reliabilitas
----------------------- Page 72-----------------------

71 Lampiran 7: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


----------------------- Page 73-----------------------

72 Lampiran 8: Instrumen Penelitian


KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG
PENCEGAHAN PENULARAN FILARIASIS DENGAN KONDISI FISIK KELURAHAN
KURIPAN KERTOHARJO KOTA PEKALONGAN 2015 Nomor Responden :
Tanggal Penelitian : I. IDENTITAS RESPONDEN Nama
Responden : Alamat/RT/RW : Umur
: Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan Pendidikan Terakhir : 1. Tamat SMA/MA/SMK
2. Tamat Perguruan Tinggi Pekerjaan : II.
PENGETAHUAN PETUNJUK PENGISIAN: Berilah tanda silang (x)
pada jawaban yang dianggap benar. 1. Apakah penyakit
filariasis itu? a. Penyakit yang menyebabkan pembengkakan di
kaki,tangan, payudara, dan kemaluan b. Pennyakit
yang menyebabkan pembengkakan di kaki saja c. Penyakit
keturunan 2. Apakah penyebab penyakit filariasis (penyakit kaki
gajah)? a. Nyamuk b. Cacing c. Tikus 3.
Apakah penyakit filariasis merupakan penyakit menular? a. Ya
b. Tidak (lanjut ke pertanyaan nomor 5) 4. Penyakit filariasis
(penyakit kaki gajah) ditularkan oleh? a. Nyamuk b.
Cacing c. Tikus 5. Lingkungan yang berisiko untuk penularan
filariasis (penyakit kaki gajah) adalah a. Terdapat pohon
besar didekat rumah b. Terdapat tempat rekreasi didekat rumah
c. Terdapat semak-semak didekat rumah
----------------------- Page 74-----------------------

73 6. Lingkungan yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk


adalah, kecuali a. Air yang menggenang pada kaleng bekas
b. Saluran irigasi sawah yang tidak mengalir c. Sungai
d. Saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir 7. Dimanakah
letak kandang ternak kambing/sapi/kerbau untuk mencegah
penularan filariasis (penyakit kaki gajah)? a. Kandang ternak
menjadi satu dengan rumah b. Kandang ternak dipisah dengan
rumah c. Tanpa kandang 8. Kondisi saluran pembuangan air
limbah yang baik untuk mencegah penularan filariasis (penyakit
kaki gajah) adalah a. Tertutup, mengalir b. Terbuka,
tidak mengalir c. Tanpa saluran pembuangan 9. Kegiatan yang
dapat dilakukan untuk mencegah filariasis (penyakit kaki gajah)
adalah a. Mengalirkan atau menimbun genangan air b.
Menguras bak mandi 1 bulan sekali c. Menampung air hujan 10.
Kegiatan untuk menjaga lingkungan supaya tidak menjadi tempat
perindukan nyamuk, a. Menanam bunga b. Membakar
sampah c. Mengubur kaleng bekas
----------------------- Page 75-----------------------

74 III. SIKAP PETUNJUK PENGISIAN: 1. Pilihlah salah satu


jawaban yang dianggap benar dengan memberi tanda (√) pada kotak
yang disediakan 2. Pilihlah jawaban S (setuju), TS (tidak setuju).
Jawaban Skor No. Pertanyaan
S TS 1. Jika ada salah satu anggota keluarga yang
menderita filariasis, untuk
mencegah penularan filariasis anggota keluarga yang lain
berusaha mencegah gigitan nyamuk 2. Dalam suatu pertemuan
disampaikan bahwa
penderita filariasis disarankan untuk berobat ke dokter.
Tetapi penderita tidak mau periksa ke dokter karena nantinya
takut ketahuan bahwa dia menderita filariasis 3. Pada
suatu pertemuan RT disampaikan bahwa
seluruh masyarakat dihimbau untuk mengikuti kerja bakti tiap
bulan untuk memberantas perindukan nyamuk agar mengurangi
penularan filariasis 4. Kondisi SPAL yang menggenang dan
tersumbat sampah,
maka sumbatan tersebut dibiarkan saja agar airnya dapat
dimanfaatkan untuk menyiram tanaman 5. Keberadaan kandang ternak
dalam satu rumah, maka
pemilik ternak diminta untuk memisah kandang ternak dari rumah
yang ditempatinya 6. Dihalaman rumah terdapat semak-semak yang
rimbun, pemilik rumah diminta untuk membersihkan semak-semak
agar tidak menjadi tempat peristirahatan nyamuk 7. Dengan
adanya kasus filariasis pada suatu daerah,
maka kegiatan 3M (menutup, menguras, mengubur) tidak
seharusnya dilakukan karena tidak dapat mencegah filariasis
8. Setelah terjadi hujan terdapat genangan air disekitar
rumah, genangan tersebut tidak harus ditimbun/dialirkan karena
genangan itu nantinya akan kering sendiri 9. Barang bekas
yang sudah tidak digunakan dapat
menampung air hujan, barang bekas tersebut harus dibalik untuk
mencegah timbulnya perindukan nyamuk 10. Saluran air di
area persawahan tidak mengalir, maka
harusnya diadakan kegiatan kerja bakti untuk mengalirkan
saluran di area persawahan untuk mencegah perindukan nyamuk
----------------------- Page 76-----------------------

75 LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN


HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN
FILARIASIS DENGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN
KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO KOTA
PEKALONGAN 2015 Nomor Responden : Tanggal Penelitian
: Hasil
Observasi No. Kondisi Fisik Lingkungan
Keterangan Ya
Tidak 1. Keberadaan kandang ternak
serumah dengan responden 2. Keberadaan genangan air
karena tidak memiliki SPAL/tampungan air
hujan/kolam tanpa ikan/tampungan air pada pot
tanaman air dalam radius 100 m 3. Keberadaan semak-
semak/tanaman hias rimbun dalam radius 100 m 4.
Keberadaan SPAL
5. Kondisi SPAL tertutup
6. Kondisi SPAL mengalir
----------------------- Page 77-----------------------

76 Lampiran 9: Tabulasi Skor Uji Validitas Pengetahuan


TABULASI SKOR UJI VALIDITAS PENGETAHUAN
NOMOR RESPONDEN NAMA
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
P10 P11 P12 1
AZAM 0 0 1 0 1
0 1 1 1 1 1 1
2 ROMLAH 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 AHMAD ROZI 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 SOFIATUN 0 1 0
0 1 0 1 1 1 1 1 1
5 ELY 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 RINA 1 0 0
0 0 0 1 1 1 1 1 1
7 FITRIALISTIANA 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 FAHAT 0 0 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1
9 KUSUMAWATI 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 NIKMATUL 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 MASRUROH 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 MAEMUNAH 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 M.LUTFI 0 0 0
1 0 1 1 1 1 1 1 1
14 FITROTUN 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 USWATUN 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 MAHI 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0 0
17 DINDA 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 FIKI RIDWANA 1 1 1
1 0 0 1 1 1 1 1 1
19 KHAIR ZUDIN 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 MUSABAH 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
----------------------- Page 78-----------------------

77 Lampiran 10: Tabulasi Skor Uji Validitas Sikap


TABULASI SKOR UJI VALIDITAS SIKAP
NOMOR RESPONDEN
NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
P8 P9 P10 1
AZAM 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
2 ROMLAH 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
3 AHMAD ROZI 1 0 1
0 1 1 1 1 1 1
4 SOFIATUN 0 0 0
0 1 0 0 1 0 0
5 ELY 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
6 RINA 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
7 FITRIALISTIANA 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
8 FAHAT 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1
9 KUSUMAWATI 0 0 1
0 0 1 0 0 0 0
10 NIKMATUL 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
11 MASRUROH 1 0 1
0 1 0 1 1 1 0
12 MAEMUNAH 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
13 M.LUTFI 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
14 FITROTUN 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
15 USWATUN 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
16 MAHI 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1
17 DINDA 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1
18 FIKI RIDWANA 1 0 0
1 1 0 0 0 0 0
19 KHAIR ZUDIN 0 0 1
1 0 1 0 0 0 1
20 MUSABAH 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
----------------------- Page 79-----------------------

78 Lampiran 11: Data Pengetahuan Responden


HASIL PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN FILARIASIS
NOMOR RESPONDEN P1 P2 P3
P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
SKOR KATEGORI R1
0 0 0 0 1 1 1
1 0 1 5 0
R2 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 10
2 R3 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 10 2 R4
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
R5 1 1 1 1
1 1 0 1 1 1 9
2 R6 0 0
0 0 1 1 1 1 1
1 6 1 R7
1 0 1 1 1 1 1
1 1 1 9 2
R8 1 0 1 1
1 1 1 1 1 0 8
2 R9 1 0
1 1 1 1 1 1 1
1 9 2 R10
0 1 1 1 1 1 0
1 1 1 8 2
R11 0 0 1 1
1 1 1 1 1 1 8
2 R12 0 0
1 1 1 1 1 1 1
1 8 2 R13
0 0 1 1 1 1 1
1 1 1 8 2
R14 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 10
2 R15 0 0
1 0 1 1 1 1 1
1 8 2 R16
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
R17 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 9
2 R18 1 0
1 1 1 1 1 1 1
1 9 2 R19
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
R20 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 7
1 R21 0 0
1 1 1 1 1 1 1
1 8 2 R22
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
----------------------- Page 80-----------------------

79 R23 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
10 2 R24 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 10 2 R25
1 0 1 1 1 1 0
1 1 1 8 2 R26
1 0 1 1 1 1 0
1 1 1 8 2 R27
0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 9 2 R28
1 0 1 1 1 1 0
1 1 1 8 2 R29
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R30
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R31
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R32
0 0 1 1 1 1 1
1 1 1 8 2 R33
1 0 1 1 1 1 1
1 1 1 9 2 R34
0 0 0 0 1 1 1
1 1 1 6 1 R35
0 0 1 1 1 1 1
1 1 1 8 2 R36
0 0 1 1 1 1 1
1 1 1 8 2 R37
0 0 0 0 1 1 1
1 1 1 6 2 R38
0 0 1 1 1 1 1
1 1 1 8 2 R39
0 0 1 0 1 1 1
1 1 1 7 1 R40
0 0 1 1 1 1 1
1 1 1 8 2 R41
0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 9 2 R42
0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 9 2 R43
0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 9 2 R44
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R45
0 0 0 0 1 1 1
0 1 1 5 0 R46
1 0 0 0 1 1 1
1 1 1 7 1
----------------------- Page 81-----------------------

80 R47 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
10 2 R48 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 10 2 R49
1 0 1 1 1 1 0
1 1 1 8 2 R50
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R51
0 0 1 1 1 1 1
1 1 0 7 1 R52
1 0 1 1 1 1 1
1 1 1 9 2 R53
0 0 1 1 1 1 1
1 1 1 8 2 R54
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R55
0 0 0 0 1 1 1
1 1 1 6 1 R56
0 0 1 1 0 1 1
1 1 1 7 1 R57
0 0 1 1 1 0 1
1 0 1 6 1 R58
1 0 1 1 1 1 1
1 1 0 8 2 R59
0 0 0 0 1 1 1
1 1 1 6 1 R60
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R61
1 0 0 0 1 1 1
1 1 1 7 1 R62
0 1 0 0 0 1 1
1 0 1 5 0 R63
0 1 0 0 0 1 1
1 1 1 6 1 R64
1 1 0 0 0 1 1
1 1 1 7 1 R65
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R66
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R67
0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 9 2 R68
0 1 0 0 1 0 1
1 0 1 5 0 R69
0 1 1 0 1 1 1
1 1 1 8 2 R70
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
----------------------- Page 82-----------------------

81 Lampiran 12: Data Sikap Responden


HASIL PENELITIAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN FILARIASIS
NOMOR RESPONDEN P1 P2 P3
P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
SKOR KATEGORI R1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
R2 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 10
2 R3 1 1
1 1 1 1 0 1 0
1 8 1 R4
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
R5 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 10
2 R6 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 10 2 R7
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
R8 0 1 1 1
1 1 0 0 0 1 6
1 R9 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 10 2 R10
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
R11 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 10
2 R12 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 10 2 R13
1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 7 1
R14 1 1 1 1
1 1 0 0 0 1 7
1 R15 1 1
1 1 1 1 0 1 0
1 8 1 R16
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
R17 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 10
2 R18 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 10 2 R19
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
R20 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 10
2 R21 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 10 2 R22
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
----------------------- Page 83-----------------------

82 R23 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
10 2 R24 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 10 2 R25
1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 8 1 R26
1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 7 1 R27
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R28
0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 9 2 R29
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R30
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R31
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R32
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R33
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R34
0 1 1 1 1 1 0
0 0 1 6 1 R35
1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 7 1 R36
1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 7 1 R37
0 1 1 1 1 1 0
0 0 1 6 1 R38
1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 7 1 R39
1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 8 1 R40
1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 7 1 R41
1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 8 1 R42
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R43
1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 8 1 R44
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R45
0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 9 2 R46
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R47
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2
----------------------- Page 84-----------------------

83 R48 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1
9 2 R49 0 1
1 1 1 1 1 1 1
1 9 2 R50
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R51
1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 8 1 R52
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R53
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R54
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R55
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R56
1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 7 1 R57
0 1 1 1 1 1 0
1 0 1 7 1 R58
1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 9 2 R59
1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 8 1 R60
1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 7 1 R61
1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 7 1 R62
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R63
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R64
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R65
1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 8 1 R66
1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 7 1 R67
1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 8 1 R68
0 1 1 1 1 1 1
0 1 1 8 1 R69
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 10 2 R70
1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 8 1
----------------------- Page 85-----------------------

84 Lampiran 13: Data Hasil


Penelitian HASIL PENELITIAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN PENULARAN FILARIASIS DENGAN
KONDISI FISIK LINGKUNGAN
KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO KOTA PEKALONGAN 2015
PENGETAHUAN SIKAP
HASIL OBSERVASI NOMOR NAMA
JENIS ALAMAT
UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN
RESPONDEN RESPONDEN
KELAMIN
SKOR % KATEGORI SKOR % KATEGORI
SKOR KATEGORI R1 Zaenal
RT 1 RW 5 35 Laki-laki Tamat SMA
Pegawai Swasta 5 50% 0 10
100% 2 3 1 R2
Yusron RT 1 RW 5 53 Laki-laki
Tamat PT Pegawai Swasta 10 100% 2
10 100% 2 3 1 R3
Nur Khomawati RT 1 RW 5 35 Perempuan
Tamat PT Tdak Bekerja 10 100% 2
8 80% 1 2 0 R4
Masbihin RT 1 RW 5 45 Laki-laki
Tamat PT PNS 10 100% 2
10 100% 2 3 1 R5
Agus RT 1 RW 5 34 Laki-laki
Tamat SMA Pegawai Swasta 9 90% 2
10 100% 2 1 0 R6
Eka Putri Sofiani RT 1 RW 5 21 Perempuan
Tamat SMA Tdak Bekerja 6 60% 1
10 100% 2 3 1 R7
Yuyun RT 1 RW 5 42 Perempuan
Tamat SMA Wirausaha 9 90% 2
10 100% 2 3 1 R8
Hidayah RT 1 RW 5 27 Perempuan
Tamat SMA Tdak Bekerja 8 80% 2
6 60% 1 3 1 R9
Syafa'atun RT 2 RW 5 43 Perempuan
Tamat SMA Pegawai Swasta 9 90% 2
10 100% 2 3 1 R10
Hapri RT 2 RW 5 30 Laki-laki
Tamat SMA Wirausaha 8 80% 2
10 100% 2 3 1 R11
Agung RT 2 RW 5 24 Laki-laki
Tamat SMA Pegawai Swasta 8 80% 2
10 100% 2 3 1 R12
Hidayah RT 1 RW 6 28 Perempuan
Tamat SMA Wirausaha 8 80% 2
10 100% 2 3 1 R13
Dimyanto RT 1 RW 6 52 Laki-laki
Tamat PT PNS 8 80% 2
7 70% 1 3 1 R14
Sutrisno RT 1 RW 6 27 Laki-laki
Tamat PT Pegawai Swasta 10 100% 2
7 70% 1 2 0 R15
Tri Yuniarti RT 1 RW 6 18 Perempuan
Tamat SMA Tdak Bekerja 8 80% 2
8 80% 1 2 0 R16
Ratnawati RT 1 RW 6 44 Perempuan
Tamat PT PNS 10 100% 2
10 100% 2 3 1 R17
Ely RT 1 RW 6 28 Perempuan
Tamat PT PNS 9 90% 2
10 100% 2 3 1 R18
Diariyah RT 2 RW 6 39 Perempuan
Tamat SMA Buruh 9 90% 2
10 100% 2 3 1 R19
Yayuk RT 2 RW 6 43 Perempuan
Tamat SMA Tdak Bekerja 10 100% 2
10 100% 2 3 1 R20
Sufi RT 2 RW 6 34 Perempuan
Tamat SMA Tdak Bekerja 7 70% 1
10 100% 2 3 1 R21
Karima RT 2 RW 6 23 Perempuan
Tamat PT Wirausaha 8 80% 2
10 100% 2 3 1
----------------------- Page 86-----------------------

85 R22 Ikrilah Khairunnisa RT


2 RW 6 18 Perempuan Tamat SMA
Tdak Bekerja 10 100% 2 10
100% 2 3 1 R23
Umi Kulsum RT 1 RW 7 40 Perempuan
Tamat SMA PNS 10 100%
2 10 100% 2 2
0 R24 Adil Amri RT 1 RW 7
33 Laki-laki Tamat SMA Pegawai Swasta
10 100% 2 10 100% 2
2 0 R25 Riza RT 1
RW 7 20 Perempuan Tamat PT
Tdak Bekerja 8 80% 2 8
80% 1 3 1 R26
Nur Hikmah RT 1 RW 7 35 Perempuan
Tamat SMA PNS 8 80%
2 7 70% 1 2
0 R27 Nasrudin RT 1 RW 7
37 Laki-laki Tamat PT PNS
9 90% 2 10 100% 2
3 1 R28 Siti Rohmah RT 2
RW 7 49 Perempuan Tamat SMA
Wirausaha 8 80% 2 9
90% 2 3 1 R29
Nurma RT 2 RW 7 34 Perempuan
Tamat SMA Tdak Bekerja 10 100%
2 10 100% 2 3
1 R30 Uliyah RT 2 RW 7
26 Perempuan Tamat SMA Wirausaha
10 100% 2 10 100% 2
3 1 R31 Dwi RT 2
RW 7 23 Laki-laki Tamat SMA
Buruh 10 100% 2 10
100% 2 1 0 R32
Dani RT 2 RW 7 20 Laki-laki
Tamat SMA Pegawai Swasta 8 80%
2 10 100% 2 3
1 R33 Nurul Athasp RT 2 RW 7
29 Laki-laki Tamat PT Wirausaha
9 90% 2 10 100% 2
3 1 R34 Saidin RT 1
RW 8 45 Laki-laki Tamat SMA
Wirausaha 6 60% 1 60
60% 1 3 1 R35
Pujiati RT 1 RW 8 51 Perempuan
Tamat SMA Wirausaha 8 80%
2 7 70% 1 3
1 R36 Maslihah RT 1 RW 8
25 Perempuan Tamat SMA Wirausaha
8 80% 2 7 70% 1
3 1 R37 Masatus Sholihah RT 1
RW 8 19 Perempuan Tamat SMA
Wirausaha 6 60% 2 6
60% 1 3 1 R38
Zar'ah RT 1 RW 8 32 Perempuan
Tamat SMA Tdak Bekerja 8 80%
2 7 70% 1 2
0 R39 Mila RT 2 RW 8
25 Perempuan Tamat SMA Buruh
7 70% 1 8 80% 1
1 0 R40 Umi RT 2
RW 8 51 Perempuan Tamat SMA
Tdak Bekerja 8 80% 2 7
70% 1 3 1 R41
Surono RT 2 RW 8 47 Laki-laki
Tamat SMA Pegawai Swasta 9 90%
2 8 80% 1 3
1 R42 Sri Kaum RT 2 RW 8
47 Perempuan Tamat SMA Wirausaha
9 90% 2 10 100% 2
2 0 R43 Amalia RT 2
RW 8 28 Perempuan Tamat SMA
Wirausaha 9 90% 2 8
80% 1 2 0 R44
Razaq RT 1 RW 9 25 Laki-laki
Tamat PT Pegawai Swasta 10 100% 2
10 100% 2 3 1 R45
M. Karimu Sidiq RT 1 RW 9 32 Laki-
laki Tamat SMA Wirausaha 5
50% 0 9 90% 2
3 1 R46 Lutfinnisa RT 1
RW 9 24 Perempuan Tamat SMA
Tdak Bekerja 7 70% 1 10
100% 2 2 0
----------------------- Page 87-----------------------

86 R47 Dairul Hasanah RT


1 RW 9 38 Perempuan Tamat SMA
Wirausaha 10 100% 2 10
100% 2 3 1 R48
Sabit Muqasid RT 1 RW 9 20 Laki-laki
Tamat SMA Buruh 10 100%
2 9 90% 2 3
1 R49 Rofiatul Maulida RT 1 RW 9
21 Perempuan Tamat SMA Pegawai Swasta
8 80% 2 9 90% 2
4 1 R50 Risjayanti RT 1
RW 9 27 Perempuan Tamat SMA
Wirausaha 10 100% 2 10
100% 2 3 1 R51
Prihartati RT 1 RW 9 31 Perempuan
Tamat SMA Tdak Bekerja 7 70%
1 8 80% 1 1
0 R52 Fitriani RT 1 RW 9
26 Perempuan Tamat PT PNS
9 90% 2 10 100% 2
3 1 R53 Muslimin RT 1
RW 9 41 Laki-laki Tamat SMA
Wirausaha 8 800% 2 10
100% 2 2 0 R54
Dian RT 1 RW 9 25 Perempuan
Tamat SMA Tdak Bekerja 10 100%
2 10 100% 2 2
0 R55 M. Jitni Wafa RT 1 RW 9
19 Laki-laki Tamat SMA Buruh
6 60% 1 10 100% 2
2 0 R56 Khosari RT 2
RW 9 48 Perempuan Tamat SMA
Tdak Bekerja 7 70% 1 7
70% 1 3 1 R57
Riana RT 2 RW 9 30 Perempuan
Tamat SMA Wirausaha 6 60%
1 7 70% 1 3
1 R58 Ivana RT 2 RW 9
32 Perempuan Tamat SMA Tdak Bekerja
8 80% 2 9 90% 2
3 1 R59 Darsono RT 1
RW 10 50 Laki-laki Tamat SMA
Pegawai Swasta 6 60% 1 8
80% 1 1 0 R60
Irwanto RT 1 RW 10 44 Laki-laki
Tamat SMA PNS 10 100%
2 7 70% 1 3
1 R61 Rina RT 1 RW 10
34 Perempuan Tamat SMA Wirausaha
7 70% 1 7 70% 1
3 1 R62 Eka Khoirul P. RT 1
RW 10 26 Perempuan Tamat PT
PNS 5 50% 0 10
100% 2 3 1 R63
Sri kalsum RT 1 RW 10 49 Perempuan
Tamat PT PNS 6 60% 1
10 100% 2 3 1 R64
Nurul Fadhilah RT 1 RW 10 33 Perempuan
Tamat SMA Tdak Bekerja 7 70%
1 10 100% 2 3
1 R65 Ari Kusnita RT 1 RW 10
39 Perempuan Tamat SMA Tdak Bekerja
10 100% 2 8 80% 1
3 1 R66 Ari RT1 RW
10 33 Perempuan Tamat SMA
Tdak Bekerja 10 100% 2 7
70% 1 3 1 R67
Ma'ripah RT 2 RW 10 39 Perempuan
Tamat PT PNS 9 90% 2
8 80% 1 2 0 R68
Slamet Barullah RT 2 RW 10 52 Laki-
laki Tamat PT PNS 5
50% 0 8 80% 1
2 0 R69 Anisah RT 3
RW 10 35 Perempuan Tamat PT
PNS 8 80% 2 10
100% 2 3 1 R70
Ahmad Zumroni RT 3 RW 10 29 Laki-
laki Tamat PT PNS 10
100% 2 8 80% 1
2 0
----------------------- Page 88-----------------------

87 Lampiran 14: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan


HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENGETAHUAN
Case Processing Summary N
% Cases Valid 20 100.0
a Excluded 0 .0
Total 20 100.0 a. Listwise deletion based
on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items .859
12 Item Statistics
Std. Mean Deviation N P1
.70 .470 20 P2 .65
.489 20 P3 .80 .410
20 P4 .80 .410 20 P5
.85 .366 20 P6 .80
.410 20 P7 .95 .224
20 P8 .95 .224 20 P9
.90 .308 20 P10 .95
.224 20 P11 .90 .308
20 P12 .95 .224 20
----------------------- Page 89-----------------------

88 Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's Scale
Mean if Variance if Item-Total Alpha if
Item Item Deleted Item Deleted
Correlation Deleted P1 9.50
5.421 .625 .843 P2
9.55 5.418 .594
.846 P3 9.40 5.516
.688 .837 P4 9.40
5.516 .688 .837 P5
9.35 6.555 .171
.873 P6 9.40 6.358
.234 .871 P7 9.25
6.197 .685 .845 P8
9.25 6.197 .685
.845 P9 9.30 6.011
.600 .845 P10 9.25
6.197 .685 .845 P11
9.30 6.011 .600
.845 P12 9.25 6.197
.685 .845 Scale
Statistics Std. Mean
Variance Deviation N of Items 10.20
7.011 2.648 12
----------------------- Page 90-----------------------

89 Lampiran 15: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap


HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS SIKAP Case Processing
Summary N % Cases
Valid 20 100.0
a Excluded 0 .0
Total 20 100.0 a. Listwise deletion based
on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items .906
10 Item Statistics
Std. Mean Deviation N P1
.75 .444 20 P2 .60
.503 20 P3 .90 .308
20 P4 .80 .410 20 P5
.90 .308 20 P6 .85
.366 20 P7 .80 .410
20 P8 .85 .366 20 P9
.80 .410 20 P10 .80
.410 20
----------------------- Page 91-----------------------

90 Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total
Alpha if Item Item Deleted Item Deleted
Correlation Deleted P1
7.30 7.168 .509
.908 P2 7.45 6.471
.724 .894 P3 7.15
7.503 .581 .902 P4
7.25 7.250 .524
.906 P5 7.15 7.608
.515 .905 P6 7.20
7.326 .563 .903 P7
7.25 6.513 .905
.881 P8 7.20 7.116
.679 .896 P9 7.25
6.513 .905 .881 P10
7.25 6.724 .791
.889 Scale Statistics
Std. Mean Variance Deviation N of
Items 8.05 8.576 2.929
10
----------------------- Page 92-----------------------
91 Lampiran 16: Analisis Chi Square Pengetahuan ANALISIS CHI
SQUARE DATA PENGETAHUAN DENGAN KONDISI
FISIK LINGKUNGAN
Case Processing Summary
Cases Valid
Missing Total
N Percent N Percent N
Percent Pengetahuan * Kondisi Fisik
70 100.0% 0 .0% 70
100.0% Lingkungan
Pengetahuan * Kondisi Fisik Lingkungan Crosstabulation
Kondisi Fisik Lingkungan
Buruk Baik Total Pengetahuan
Kurang Count 1
3 4 Expected Count
1.2 2.8 4.0 Cukup
Count 5 8
13 Expected Count
3.9 9.1 13.0 Baik
Count 15 38
53 Expected Count
15.9 37.1 53.0 Total
Count 21 49
70 Expected Count
21.0 49.0 70.0
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Value
df sided)
a Pearson Chi-Square .564 2
.754 Likelihood Ratio .546
2 .761 Linear-by-Linear Association
.101 1 .750 N of Valid Cases
70 a. 3 cells (50,0%) have expected count less than
5. The minimum expected count is 1,20.
----------------------- Page 93-----------------------

92 Case Processing
Summary
Cases Valid
Missing Total
N Percent N Percent N
Percent Pengetahuan * Kondisi Fisik
70 100.0% 0 .0% 70
100.0% Lingkungan Pengetahuan * Kondisi
Fisik Lingkungan Crosstabulation
Kondisi Fisik Lingkungan
Buruk Baik Total Pengetahuan
Kurang*cukup Count 6
11 17
Expected Count 5.1 11.9
17.0 Baik Count
15 38 53
Expected Count 15.9 37.1
53.0 Total Count
21 49 70
Expected Count 21.0 49.0
70.0
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided)
sided) a
Pearson Chi-Square .300
1 .584
b Continuity Correction .059
1 .808 Likelihood Ratio
.294 1 .588
Fisher's Exact Test
.762 .396 Linear-by-Linear Association
.295 1 .587
b N of Valid Cases 70
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5,10. b. Computed only for a 2x2 table
----------------------- Page 94-----------------------

93 Lampiran 17: Analisis Chi Square Sikap ANALISIS CHI


SQUARE DATA SIKAP DENGAN KONDISI FISIK
LINGKUNGAN
Case Processing Summary
Cases Valid
Missing Total
N Percent N Percent N
Percent Sikap * Kondisi Fisik
70 100.0% 0 .0% 70
100.0% Lingkungan Sikap * Kondisi Fisik Lingkungan
Crosstabulation
Kondisi Fisik
Lingkungan Buruk
Baik Total Sikap Cukup Count
13 15 28 Expected
8.4 19.6 28.0 Count
Baik Count 8 34
42 Expected
12.6 29.4 42.0 Count
Total Count 21
49 70 Expected
21.0 49.0 70.0 Count
----------------------- Page 95-----------------------

94 Chi-Square
Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided)
sided) a Pearson
Chi-Square 5.998 1
.014 b
Continuity Correction 4.765 1
.029 Likelihood Ratio
5.947 1 .015
Fisher's Exact Test
.018 .015 Linear-by-Linear
5.912 1 .015 Association
b N of Valid Cases 70
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 8,40. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence
Interval Value Lower
Upper Odds Ratio for Sikap
3.683 1.263 10.738 (Cukup / Baik) For cohort
Kondisi Fisik Lingkungan = 2.438
1.163 5.107 Buruk For cohort Kondisi Fisik Lingkungan =
.662 .455 .963 Baik N of Valid Cases
70
----------------------- Page 96-----------------------

95 Lampiran 18: Dokumentasi


DOKUMENTASI
Gambar 1: Wawancara dengan responden
Gambar 2: Kondisi SPAL yang terbuka dan tergenang
----------------------- Page 97-----------------------

96
Gambar 3: Semak-semak di sekitar rumah responden
Gambar 4: Semak-semak di belakang rumah responden

Anda mungkin juga menyukai