Pokok Bahasan:
I. Pendahuluan
II. Penyakit Jaringan Pulpa:
II.1. Faktor-faktor penyebab penyakit pulpa
II.2. Mekanisme terjadinya inflamasi pulpa
II.3. Klasifikasi penyakit pulpa
II.4. Pulpitis Reversibel
II.5. Pulpitis Irreversibel
II.5.1. Pulpitis Kronis Hiperplastik
II.5.2. Resorpsi Internal
II.6. Degeneratif Pulpa
II.7. Nekrosis Pulpa
I. PENDAHULUAN
Salah satu fungsi utama jaringan pulpa adalah formatif yang diperankan oleh
odontoblas untuk membentuk dentin primer, sekunder maupun dentin reparatif.
Dentin primer terbentuk di saat gigi dalam pertumbuhan, dentin sekunder
terbentuk setelah gigi erupsi, sedangkan dentin tersier atau reparatif dibentuk
sebagai repons terhadap rangsangan.
Jaringan pulpa mudah merespon dengan adanya rangsangan, baik rangsangan
fisis, kimia maupun bakteri. Jaringan pulpa membentuk dentin reparatif sebagai
respon, selain itu juga menimbulkan rasa nyeri yang merupakan sinyal sebagai
tanda bahwa jaringan pulpa dalam keadaan terancam. Oleh karena adanya
hubungan timbal balik antara jaringan pulpa dan periapikal, maka jaringan
pulpa yang mengalami keradangan dan tidak dirawat atau perawatannya kurang
baik maka penyakit pulpa dapat menjalar ke daerah periapikal.
Pada bab ini akan dibahas mengenai faktor-faktor penyebab, klasifikasi dan
mekanisme penyakit pulpa, yang sangat diperlukan untuk menentukan rencana
perawatan saluran akar yang akan dilakukan.
II.1.2. Kimiawi
A. Asam fosfat, monomer akrilik, dll
B. Erosi (asam)
II.1.3. Bakterial
A. Toksin yang berhubungan dengan karies
B. Invasi langsung pulpa dari karies atau trauma
C. Kolonisasi mikrobial di dalam pulpa oleh mikro organisme blood–bone
(anakerosis)
B. Irreversibel
1. Akut
a. Luar biasa responsif terhadap dingin
b. Luar biasa responsif terhadap panas
2. Kronis
a. Tanpa gejala dengan terbukanya pulpa
b. Pulpitis hiperplastik
c. Resorpsi internal
DAFTAR PUSTAKA
1. Grossman LI. 1998. Endodontic Practice. 8th ed. Philadelphia, London: Lea
and Febiger.
2. Walton and Torabinajed. 1996. Prinsip dan Praktik Endodonsi. Edisi ke-2.
JakarTA : EGC
PULPITIS REVERSIBLE
Pulpitis reversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai
sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada
keadaan tidak teinflamasi setelah stimuli ditiadakan.
Gejala pulpitis reversible ada yang simtomatik dan asimtomatik.
- Simtomatik : rasa sakit tajam yang hanya sebentar, disebabkan oleh makanan,
minuman dan udara dingin. Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila
penyebabnya ditiadakan.
- Asimtomatik : dapat disebabkan oleh karies yang baru mulai dan normal
kembali setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik.
Patologi : pulpitis reversible dapat berkisar dari hiperemia ke
perubahan inflamasi ringan sampai sedang terbatas pada daerah dimana tubuli
dentin terlibat, seperti misalnya karies dentin. Secara mikroskopis, terlihat
dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah,
ekstravasasi cairan edema dan adanya sel inflamasi kronis yang secara
imunologis kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol, dapat dilihat
juga sel inflamasi akut.
PULPITIS IRREVERSIBLE
Pulpitis irreversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang
persisten dapat simtomatik maupun asimtomatik yang disebabkan oleh suatu
stimuli noksius. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam
dan tetap ada setelah stimuli dihilangkan.
Gejala : pada tingkat awal, suatu paroksisme (serangan hebat) rasa
sakit dapat disebabkan oleh : - perubahan suhu yang drastis (terutama dingin)
- makanan manis atau asam
- tekanan makanan ke dalam kavitas atau pengisapan oleh lidah atau pipi.
Gambaran rasa sakitnya adalah menusuk, tajam menusuk atau menyentak-
nyentak.
Patologi : disebabkan oleh suatu stimulus berbahaya yang
berlangsung lama seperti karies. Bila karies menembus dentin dapat
menyebabkan respon inflamasi kronis. Venula pascakapiler menjadi padat dan
mempengaruhi sirkulasi di dalam pulpa, serta dapat mengakibatkan nekrosis.
Daerah nekrotik ini menarik leukosit PMN dengan kemotaktik dan memulai
reaksi inflamasi akut. Terjadi fagositosis oleh PMN pada daerah nekrosis.
Setelah itu PMN yang masa hidupnya pendek, mati dan melepaskan enzim
lisosomal. Enzim ini menyebabkan lisis beberapa stroma pulpa dan bersama
debris seluler PMN yang mati membentuk eksudat purulen (nanah).
Reaksi ini menghasilkan mikroabses (pulpitis akut). Pulpa
memproteksi dengan membatasi daerah mikroabses dengan jaringan
penghubung fibrus. Di pusat abses tidak dijumpai mikroorganisme karena
aktivitas fagositik PMN. Bila proses karies berlanjut dan menembus pulpa akan
terjadi ulserasi (pulpitis ulseratif kronis) yang cairannya keluar melalui
pembukaan karies ke dalam kavitas mulut dan mengurangi tekanan intrapulpal
dan rasa sakit. Secara histologis terlihat suatu daerah fibroblas yang
berproliferasi membentuk dinding lesi, dimana mungkin terdapat massa
mengapur. Daerah di luar abses atau ulserasi mungkin normal atau mungkin
mengalami perubahan inflamatori.
NEKROSIS
Nekrosis adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya
tergantung pada apakah sebagian atau seluruh pulpa telibat. Disebabkan oleh
bakteri, trauma dan iritasi.
Gejala : gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak
menyebabkan gejala rasa sakit. Sering, diskolorisasi gigi adalah indikasi
pertama bahwa pulpa mati. Penampilan mahkota yang buram atau opak hanya
disebabkan karena translusensi normal yang jelek, tetapi kadang-kadang gigi
mengalami perubahan warna keabu-abuan atau kecoklat-coklatan yang nyata
dan dapat kehilangan kecemerlangan dan kilauan yang biasa dipunyai. Adanya
pulpa nekrotik mungkin ditemukan secara kebetulan, karena gigi macam itu
adalah asimtomatik dan radiograf adalah nondiagnosis. Gigi dengan nekrosis
sebagian dapat bereaksi terhadap perubahan termal, karena adanya serabut saraf
vital yang melalui jaringan inflamasi di dekatnya.
Patologi : jaringan pulpa nekrotik, debris selular dan mikroorganisme
mungkin terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal
atau menunjukkan sedikit inflamasi yang dijumpai pada ligamen periodontal.
Pulpa nekrosis dapat terjadi dari lanjutan pulpitis irreversible.
2.2.1 Pulpitis
Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan
gambaran klinik yang akut. Merupakan penyakit lanjut karena didahului oleh
terjadinya karies, hyperemia pulpa baru setelah itu menjadi Pulpitis, yaitu ketika
radang sudah mengenai kavum pulpa.
Etiologi
Penyebab Pulpitis yang paling sering ditemukan adalah kerusakan email dan
dentin, penyebab kedua adalah cedera.
Gejala
Pulpitis menyebabkan sakit gigi yang tajam luar biasa, terutama bila terkena
oleh air dingin, asam, manis, kadang hanya dengan menghisap angina pun sakit.
Rasa sakit dapat menyebar ke kepala, telinga dan kadang sampai ke punggung.
- Sondasi (+)
- Perkusi (-)
- Reaksi dingin, manis dan asam (+)
- Pembesaran kelenjar (-)
- Rasa sakit tidak terus menerus, terutama pada malam hari
- Rasa sakit tersebar dan tidak bias dilokalisasi.
- Rasa sakit berdenyut khas, yaitu rasa sakit yang tajam dan dapat menjalar ke
kepala dan telinga kadang ke punggung
Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan klinis. Dalam
hal ini dapat dilakukan beberapa pengujian :
- Diberikan rangsangan dingin, asam, manis
Pasien terasa sakit sekali/sakit bertambah menusuk. Rangsangan dingin, asam
dan manis (+)
- Penguji Pulpa Elektrik
pada pengujian dengan alat penguji elektrik, pasien merasa sangat nyeri, kadang
belum tersentuh pun pasien terasa sangat nyeri
- Perkusi Dengan Pangkal Sonde
pada pulpitis perkusi (-), tapi pasien merasa nyeri/perkusi (+), disebabkan
karena pada dasarnya pasien sudah merasa sakit pada giginya sehingga hanya
paktor sugesti yang mendasarinya. Bila perkusi terasa nyeri/perkusi (+), maka
peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya.
- Roentgen Gigi
pada pemeriksaan dengan roentgen maka didapatkan gambaran radiologist
berupa gambaran radioluscent yang telah mencapai kavum pulpa. Pemeriksaan
radiologist dilakukan untuk memperkuat diagnosa dan menunjukkan apakah
peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya.
Rencana Terapi
a. Endodontics (perawatan saraf gigi)
b. Ekstraksi gigi
a. Pulpitis Reversible
Menurut arti katanya, pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak
parah. Jika penyebabnya telah dihilangkan, inflamasinya akan pulih kembali
dan pulpa akan kembali normal. Pulpitis reversible dapat ditimbulkan oleh
stimuli ringan atau yang berjalan sebentar seperti karies insipien, erosi servikal
atau atrisi oklusal, sebagian prosedur operatif, kuretasi periodontium yang
dalam, dan fraktur enamel yang menyebabkan terbukanya dentin. Biasanya
pulpitis reversible tidak menimbulkan gejala (asimtomatik), akan tetapi jika ada,
gejala biasanya timbul dari suatu pola tertentu. Aplikasi cairan atau udara
dingin/panas misalnya, bisa menimbulkan nyeri tajam sementara. Jika stimuli
dihilangkan, yang secara normal tidak menimbulkan nyeri atau
ketidaknyamanan, nyeri akan reda segera. Stimuli panas atau dingin
menghasilkan respons nyeri yang berbeda-beda pada pulpa normal. Jika panas
diaplikasikan pada gigi yang pulpanya tidak terinflamasi, akan timbul respon
awal yang lambat; intensitas nyerinya akan makin naik jika suhunya dinaikkan.
Sebaliknya, nyeri sebagai respons terhadap aplikasi dingin pada pulpa normal
akan segera terjadi; intensitas nyeri cenderung menurun jika stimulus dinginnya
dipertahankan tetap. Berdasarkan observasi-observasi ini, respons pulpa pada
kedua keadaan, sehat atau sakit, tampaknya
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan
hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara
mikroskopis terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran
pembuluh darah dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis
kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel
inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala
sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh
rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan
makanan, terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila
rangsangan dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan.
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah
rangsangan dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul
bila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-
kadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika
karies porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu kemudian
tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.
b. Pulpitis Ireversible
Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang
persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu
stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi
yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal.
Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh
stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa
sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah
stimulus/jejas termal dihilangkan.
Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari
karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa
juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis
irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis
reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu
paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut:
perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke
dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap
berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa
sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan
pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali
dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan
umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus
tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya
dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila
bawah belakang yang terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat
pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies
lunak seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan
ke dalam pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan
biasanya tidak tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah
pembukaan atau draenase pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang
sama sekali. Rasa sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas
atau masuk di bawah tumpatan yang bocor.
Pengobatan
Simtomatis :
Diberikan obat-obat penghilang rasa sakit/anti inflmasi (OAINS)
Kausatif :
Diberikan antibiotika (bila ada peradangan)
Tindakan :
Gigi dibersihkan dengan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas. Beri
anagesik, bila ada peradangan bisa di tambah dengan antibiotic Sesudah
peradangan reda bisa dilakukan pencabutan atau dirujuk untuk perawatan
saluran akar. Biasanya perawatan saluran akar yang digunakan yaitu endodontic
intrakanal. Yaitu perawatan pada bagian dalam gigi (ruang akar dan saluran
akar) dan kelainan periapaikal yang disebabkan karena pulpa gigi tersebut
a. Nekrosi Parsialis
Pulpa terkurung dalam ruangan yang dilingkungi oleh dinding yang kaku, tidak
memiliki sirkulasi darah kolateral, dan venula serta system limfenya akan
lumpuh jika tekanan intrapulpanya meningkat. Oleh karena itu, pulpitis
irreversible akan menyebabkan nekrosis likuefaksi. Jika eksudat yang timbul
selama pulpitis ireversibel diabsorbsi atau terdrainase melalui karies atau
melalui daerah pulpa terbuka ke dalam rongga mulut, terjadinya nekrosis akan
tertunda; pulpa di akar mungkin masih tetap vital untuk waktu yang lama.
Sebaliknya, penutupan atau penambalan pulpa terinflamasi akan menginduksi
nekrosis pulpa yang cepat dan total serta penyakit periradikuler. Selain nekrosis
likuefaksi, nekrosis pulpa iskemik dapat timbul akibat trauma karena
terganggunya pembuluh darah. Dapat dikatakan nekrosis pulpa parsialis apabila
sebagian jaringan pulpa di dalam saluran akar masih dalam keadaan vital.
Nekrosis pulpa biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi dapat juga disertai
dengan episode nyeri spontan atau nyeri ketika ditekan (dari periapeks). Gejala
klinis nekrosis pulpa parsialis:
- Pada anamnesa terdapat keluhan spontan.
- Pada pemeriksaan obyektif dengan jarum Miller terasa sakit sebelum apikal.
b. Nekrosis Totalis
Merupakan matinya pulpa seluruhnya.
Gejala klinis :
Nekrosis totalis biasanya asimtomatik, tetapi bisa juga ditandai dengan nyeri
spontan dan ketidaknyamanan nyeri tekan (dari periapeks). Diskolorisasi gigi
merupakan indikasi awal matinya pulpa. Dapat dilihat dari penampilan mahkota
yang buram atau opak dan perubahan warna gigi menjadi keabu-abuan atau
kecoklatan serta bau busuk dari gigi.
Rencana perawatan :
Perawatan terdiri dari preparasi dan obturasi saluran akar (perawatan saluran
akar).
Pemeriksaan Klinis :
1. Pemeriksaan subyektif
2. Pemeriksaan obyektif
Gigi dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap tes termal dingin, tes pulpa
listrik, atau tes kavitas. Namun, gigi dengan pulpa nekrotik sering kali sensitive
terhadap perkusi dan palpasi asalkan disertai dengan inflamasi periapikal.
3. Rontgenologis
Gambaran radiografi umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan
besar, jalan terbuka ke saluran akar, dan penebalan ligament periodontal.
Kadang-kadang gigi yang tidak mempunyai tumpatan atau kavitas pulpanya
mati karena akibat trauma.
Penegakan Diagnosis
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang dapat
diperoleh. Keluhan ini berupa gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam
bahasanya sendiri yang berkaitan dengan kondisi yang membuatnya cepat-cepat
dating mencari perawatan. Keluhan utama hendaknya dicatat dengan bahasa apa
adanya menurut pasien.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 72)
c. Riwayat Dental
Riwayat dental merupakan ringkasan dari penyakit dental yang pernah dan
sedang diderita. Informasi ini menyediakan informasi yang sangat berharga
mengenai sikap pasien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan, serta
perawatannya. Infromasi demikian tidak hanya berperan penting dalam
penegakan diagnosis, melainkan berperan pula pada rencana perawatan.
Kuesionernya hendaknya berisikan pertanyaan mengenai gejala dan tanda, baik
kini maupun di masa lalu. Pengambilan riwayat dental ini merupakan langkah
teramat penting dalam menentukan diagnosis yang spesifik.(Walton &
Torabinejad, 1997 : 72-73)
3. Pemeriksaan Subyektif
Sejumlah infromasi rutin yang berkaitan dengan data pribadi, riwayat medis,
dan riwayat dental serta keluhan utama didapatkan dari pemeriksaan subyektif.
Banyak pasien yang menunjukkan tingkatan nyeri yang jelas dan merasa
tertekan. Pada umumnya nyeri dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
penyakit pulpa dan periradikuler yang parah dapat mempengaruhi kondisi fisik
pasien. Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai lokasi, asal nyeri, karakter
dan keparahan nyeri yang dialami. Kemudian pertanyaan lanjutan mengenai
spontanitas dan durasi nyeri, serta stimulus yang merangsang atau meredakan
nyeri. Keparahan rasa nyeri dan obat-obatan yang diminum pasien untuk
meredakan nyeri dan keefektifannya juga perlu diketahui.
Makin intens nyerinya, makin besar kemungkinan adanya penyakit irreversible.
Nyeri intens dapat timbul dari pulpitis ieversible atau dari periodontitis atau
abses apikalis akut. Nyeri spontan yang bersama dengan nyeri intens juga
mengindikasikan adanya penyakit pulpa atau periradikuler yang parah. (Walton
& Torabinejad, 1997 : 73-75)
4. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan ekstraoral Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial,
pembengkakan, perubahan warna, jaringan parut ekstraoral, dan kepekaan atau
nodus jaringan limfe servikal atau fasial yang membesar, merupakan indokator
status fisik pasien. Pemeriksaan ekstraoral yang hati-hati akan membantu
mengidentifikasi sumber keluhan pasien serta adanya dan luasnya reaksi
inflamasi rongga mulut.
b. Pemeriksaan intraoral
Bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum, dan otot-otot serta semua
keabnormalan diperiksa. Periksa pula mukosa alveolar dan gingival-cekatnya
untuk memeriksa apakah ada perubahan warna, terinflamasi mengalami
ulserasi, atau mempunyai saluran sinus. Suatu stoma saluran sinus biasanya
menandakan adanya pulpa nekrosis atau periodontitis apikalis supuratif atau
kadang-kadang abses periodontium.
Gigi geligi diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur, abrasi,
erosi, karies, restorasi yang luas, atau abnormalitas lain. Mahkota yang berubah
warna sering merupakan tanda adanya penyakit pulpa atau merupakan akibat
perawatan saluran akar yang telah dilakukan sebelumnya.
c. Tes klinis
Tes klinis meliputi tes dengan menggunakan kaca mulut dan sonde serta tes
periodontium selain tes pulpa dan jaringan periapeks. Hasil satu tes harus
dikonfirmasikan dengan tes tambahan yang lain. Penting untuk diingat bahwa
tes-tes ini bukan tes untuk gigi melainkan tes mengenain respons pasien
terhadap berbagai stimuli. Pasien mungkin tidak memahami arti stimuli atau
salah menginterpretasikannya. Oleh karena itu, hasil tes obyektif dan subyektif
dan tanda yang ditemukan tidak konsisten sehingga kadang –kadang
membingungkan. (Walton & Torabinejad, 1997 : 77-78)
5. Tes Periapeks
a. Perkusi
Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler. Respons positif
yang jelas menandakan adanya inflamasi periodontium. Karena perubahan
inflamasi dalam ligament periodontium tidak selalu berasal dari pulpa dan dapat
diinduksi oleh penyakit periodontium, hasilnya harus dikonfirmasikan dengan
tes yang lain. Cara melakukan perkusi dengan mengetukan ujung kaca mulut
yang dipegang paralel atau tegak lurus terhadap mahkota pada permukaan
insisal atau oklusal mahkota.
b. Palpasi
Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses inflamasi
meluas kearah periapeks. Respon positif menandakan adanya inflamasi
periradikuler. Palpasi dilakukan dengan menekan mukosa di atas apeks dengan
cukup kuat. Pemeriksaan hendaknya memakai juga gigi pembanding.
6. Pemeriksaan Radiografis
a. Periapeks
Lesi periradikuler yang disebabkan oleh pulpa biasanya memiliki empat
karakteristik yaitu (1) hilangnya lamina dura di daerah apeks, (2) radiolusensi
tetap terlihat di apeks bagaimanapun sudut pengambilannya, (3) radiolusensi
menyerupai suatu hanging drop; dan (4) biasanya nekrosisnya pulpa telah jelas.
Lesi radiolusen yang terbentuk sempurna disebabkan oleh hasil dari suatu pulpa
yang nekrosis. Suatu radiolusensi yang cukup besar di daerah periapeks dengan
gigi yang pulpanya vital adalah bukan berasal dari lesi endodonsi melainkan
struktur normal atau penyakit nonendodonsi. Perubahan juga bisa berupa
radioopak. Condensing osteitis adalah reaksi yang jelas terhadap pulpa atau
inflamasi periradikuler dan mengakibatkan peningkatan dalam tulang medulla.
b. Pulpa
Hanya sedikit keadaan patologis khusus yang berkaitan dengan pulpitis
ireversibel terlihat secara radiografis. Suatu pulpa yang terinflamasi dengan
aktivitas dentinoklast dapat memperlihatkan pembesaran ruang pulpa yang
berubah abnormal dan merupakan tanda patologis dari resorpsi
interna.kalsifikasi yang menyebar luas dalam kamar pulpa menunjukkan adanya
iritasi dengan derajat rendah yang sudah berjalan lama (tidak harus suatu
pulpitis ireversibel.) (Walton & Torabinejad, 1997 : 83-85)
7. Tes Khusus
a. Pembuangan karies
Pada beberpa keadaan, yang perlu dilakukan untuk menentukan diagnosis yang
tepat adalah penentuan kedalaman penetrasi karies. Keadaan yang sering
dijumpai adalah adanya karies dalam yang terlihat secara radiografis, tidak ada
riwayat penyakit, dan pulpa yang memberikan respons terhadap ter-tes klinis.
Semua temuan lain tidak begitu relevan. Tes definitive finalnya adalah
pembuangan karies seluruhnya untuk melihat keadaan pulpanya.
Penetrasi karies ke dalam pulpa menandakan adanya pulpitis irebersible. Karies
yang belum berpenetrasi ke dalam pulpa biasanya menunjukkan suatu pulpitis
reversible (walaupun ada sejumlah pulpa yang mengalami inflamasi irreversible
tanpa ada daerah yang terbuka). Gigi kemudian direstorasi secara nirtrauma.
b. Anastesi selektif
Tes ini berlawanan dengan tes kavitas yang dilaksanakan pada gigi tanpa nyeri
maupun gigi yang disertai gejala. Tes ini bermanfaat pada gigi yang sedang
nyeri terutama jika pasien tidak dapat menentukan gigi mana yang sakit, bahkan
tidak dapat pula menentukan lengkung giginya. Jika dicurigai gigi yang sakit
ada di daerah mandibula, anastesi blok mandibula akan mengkonformasikan
paling sedikit region sakitnya apabila nyeri tersebut hilag setelah dianastesi.
c. Transluminasi
Tes ini membantu mengidentifikasi fraktur mahkota vertical karena segmen
fraktur dari mahkota tidak mentransmisikan cahaya secara sama. Transluminasi
menghasilkan bayangan gelap dan abu-abu di daerah fraktur.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 85-87)
Jumlah kunjungan
Walaupun masih merupakan bahan perdebatan, hasil penelitian mutakhir
menunjukkan bahwa perawatan saluran akar satu kali kunjungan dapat
dilakukan pada sebagian besar kasus. Akan tetapi, dokter gigi umum harus
mengerjakan macam perawatan ini dengan hati-hati serta memilih kasusnya
dengan teliti.
a. Kunjungan Jamak
Ada dua keadaan yang memerlukan lebih dari satu kunjungan pasien. Pertama
adalah kasus yang rumit atau memerlukan waktu banyak. Yang berkaitan
dengan hal ini dan yang paling penting adalah manajemen pasien dan tingkat
toleransi pasien dan operatornya. Jika sudah lelah atau frustasi, hentikan dahulu
perawatan dan buat tumpatan sementara serta perjanjian pertemuan berikutnya.
Situasi lain adalah jika pasien memiliki gejala periradikuler parah dan keluarnya
eksudat saluran akar yang tidak berhenti. Flare up diantara waktu kunjungan
lebig sering terjadi pada situasi seperti ini. Flare up pasca perawatan akan lebih
sukar ditanggulangi jika saluran akarnya telah diiisi.
DAFTAR PUSTAKA
Baum, Lloyd, Philips, Ralph W., Lund, Melvin R. 1197. Buku Ajar Ilmu
KonservasiGigi, Edisi 3. Jakarta: EGC
Grossman LI. 1998. Endodontic Practice. 8th ed. Philadelphia, London: Lea and
Febiger
Tarigan, Rasinta. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : Widya
Medika
Walton, Richard. E & Torabinejad, Mahmoud. 1997. Prinsip dan Praktik Ilmu
Endodonsi. Jakarta : EGC.
Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih
walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi
nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali merupakan akibat atau perkembangan
dari pulpa reversible. Dapat pula disebabkan oleh kerusakan pulpa yang parah
akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif, trauma atau
pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya
aliran darah pulpa.
Gejala
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu
paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut:
perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke
dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap
berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa
sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan
pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali
dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan
umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus
tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya
dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila
bawah belakang yang terkena. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit
dibandingkan nyeri pada periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika
nyerinya semakin intens.Stimulus eksternal, seperti dingin atau panas dapat
menyebabkan nyeri berkepanjangan.
Nyeri pada pulpitis irreversible berbeda dengan pulpa yang normal atau sehat.
Sebagai contoh, aplikasi panas pada inflamasi ini dapat menghasilkan respon
yang cepat dan aplikasi dingin, responnya tidak hilang dan berkepanjangan.
Walaupun telah diklaim bahwa gigi dengan pulpitis irreversible mempunyai
ambang rangsang yang rendah terhadap stimulasi elektrik, menurut Mumford
ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang terinflamasi dan tidak
terinflamasi adalah sama.
Nekrosis Pulpa
pulpa nekrosis
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya,
tergantung pada seluruh atau sebagian yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu
inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatic yang pulpanya rusak sebelum
terjadi reaksi inflamasi. Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuifaksi
(pengentalan dan pencairan). Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang dapat
larut mengendap atau diubah menjadi bahan solid. Pengejuan adalah suatu
bentuk nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa seperti keju,
yang terdiri atas protein yang mengental, lemak dan air. Nekrosis likuefaksi
terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak,
suatu cairan atau debris amorfus. Pulpa terkurung oleh dinding yang kaku, tidak
mempunyai sirkulasi daerah kolateral, dan venul serta limfatiknya kolaps akibat
meningkatnya tekanan jaringan sehingga pulpitis irreversible akan menjadi
nekrosis likuifaksi. Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis irreversible
diserap atau didrainase melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang tebuka ke
dalam rongga mulut, proses nekrosis akan tertunda; pulpa di daerah akar akan
tetap vital dalam jangka waktu yang cukup lama. Sebaliknya, tertutup atau
ditutupnya pulpa yang terinflamasi mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang
cepat dan total serta timbulnya patosis periapikal.
Gejala
Gejala umum nekrosis pulpa :
Keluhan subjektif :
Pemeriksaan objektif :
Definisi pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai
sedang yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu kembali
pada keadaan tidak terinflamasi setelah jejas dihilangkan. Rasa sakit biasanya
sebentar, yang dapat dihasilkan oleh karena jejas termal pada pulpa yang sedang
mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit ini akan hilang segera setelah
jejas dihilangkan. Pulpitis reversibel yang disebabkan oleh jejas ringan
contohnya erosi servikal atau atrisi oklusal, fraktur email.
Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai pulpa,
antara lain: trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal yang
terganggu; syok termal, seperti yang timbul saat preparasi kavitas dengan bur
yang tumpul, atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi atau
panas yang berlebihan saat memoles tumpatan; dehidrasi kavitas dengan
alkohol atau kloroform yang berlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang
dentinnya terbuka, adanya bakteri dari karies.
Kadang-kadang setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh tentang
sensitivitas ringan terhadap permukaan temperatur, terutama dingin. Hal ini
dapat berlangsung dua sampai tiga hari atau satu minggu, tetapi berangsur-
angsur akan hilang. Sensitivitas ini adalah gejala pulpitis reversibel.
Rangsangan tersebut di atas dapat menyebabkan hiperemia atau inflamasi
ringan pada pulpa sehingga menghasilkan dentin sekunder, bila rangsangan
cukup ringan atau bila pulpa cukup kuat untuk melindungi diri sendiri. Jadi
dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya pulpitis reversibel bisa karena
trauma yaitu apa saja yang dapat melukai pulpa. Seperti telah diterangkan di
atas bahwa sejak lapisan terluar gigi terluka sudah dapat menyebabkan
perubahan pada pulpa.
Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya
sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan atau minuman dingin daripada
panas, tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya
ditiadakan. Perbedaan klinis antara pulpitis reversibel dan irreversibel adalah
kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan beralngsung
lebih lama.
Pada pulpitis reversibel penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu
stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan irreversibel rasa sakit
dapat datang tanpa stimulus yang nyata. pulpitis reversibel asimtomatik dapat
disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah
karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik.
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan
hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara
mikroskopis terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran
pembuluh darah dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis
kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel
inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala
sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh
rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan
makanan, terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila
rangsangan dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan. Cara
praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah
rangsangan dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul
bila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-
kadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika
karies porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu kemudian
tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.
1. 3. Pulpitis Irreversibel
1. 4. Nekrosis Pulpa
NEKROSIS PULPA
I. Definisi
Nekrosis pulpa (gangrene) merupakan proses lanjut dari radang pulpa akut
maupun kronis atau terhentinya darah secara tiba-tiba karena trauma. Nekrosi
pulpa dapat terjadi parsial maupun full. Ada 2 macam nekrosis :
Tipe koagulasi terjadi karena jaringan yang larut mengendap dan berubah
menjadi bahan yang padat.
Tipa liquefaction terjadi karena enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa
menjadi bahan yang lunak dan cair.
Penyebabnya :
1. Microbakterial
2. Trauma fisik (benturan, radiasi)
3. Bahan-bahan kimia (tumpatan gigi, bahan korosif)
4. Reaksi hipersensitivitas
Umumnnya nekrosis pulpa disebabkan karena pulpitis reversible dan
irreversible yang tidak di tangani dengan baik/benar (kegagalan perawatan).
Nekrosis pulpa ditandai dengan hasil akhir berupa H2S, amoniak, bahan yang
bersifat lemak, indikan, protamine, CO2 selain itu Indole, Skatol, Putresin dan
kadaverin yang menimbulkan bau busuk. Ditemukan juga kuman saprofit
anaerob.
II. Mekanisme
Meknisme terjadinya nekrosis pulpa merupakan penjalaran yang membutuhkan
waktu yang lama. Proses terjadi nekrosis dimulai dari :
Karies superfacial (karies email).
Dimana terjadi pembentukan plak dan penguraian karbohidrat oleh bakteri
dengan menggunakan enzim Ftase dan Gtase. Bakteri yang mengurai
karbohidrat (sukrosa) akan menghasilkan asam sebagai hasil akhir yang meng-
etsa email gigi hingga tebentuk kavitas.
Karies dentin
Merupakan kelanjutan invasi bakteri setelah terbentuk kavitas superfacial.
Peradangan pulpa (infeksi pulpa)
Merupakan reaksi terhadap invasi bakteri yang telah mengenai pulpa.
Ditandai dengan terjadinya dilatasi pembuluh darah, peningkatan volume darah
dalam ruangan pulpa (kongesti)
Pulpitis
Dibedakan menjadi 2 :
- Reversible
Inflamasi pulpa yang masih ringan yang disebabkan oleh stimuli tapi pulpa
dapat kembali ke keadaan tidak terinflamasi bila stimuli dihilangkan.
a. Kronik (tanpa gejala)/asimtomatik
b. Akut (dengan gejala)/symtomatik
- Ireversibel
Inflamasi pulpa yang persisten yang dapat simtomatik ataupun asimtomatik
yang menyebabkan pulpa menjadi nekrosis (mati).
a. Akut
b. Kronik : pulpitis hiperplastik
Ditandai dengan berlanjutnya dilatasi pembuluh darah, akumulasi cairan udema
pada jaringan penghubung yang mengelilingi pembuluh darah kecil. Cairan
udema ini akan merusak kapiler yang ditandai dengan ektravasasi sel darah
merah dan diapedesis sel darah putih. Ditemukan juga PMN disekitar dinding
pembuluh kapiler yang aktif bergerak secara teratur. Sel-sel yang rusak, leukosit
PMN, bakteri yang mati yang menyebabkan terbentuknya PUS (abses pulpa).
Pus tersebut akan menyumbat jalan peredaran darah sehingga drainase
terganggu akibatnya pus menjalar di seluruh bagian pulpa dan menyebabkan
terjdinya nekrosis.
Nekrosis (gangrene)
Nekrosis yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya abses periapikal.
Abses periapikal
Penyebaran PUS ke organ tubuh lain melalui pembuluh darah, yang bisa
menyebabkan kematian.
III. Gejala :
Gejala umum nekrosis pulpa :
a. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible
b. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan.
c. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiografik
d. Mungkin memiliki perubahan-perubahan radiografik defenitif seperti
pelebaran jaringa periodontal yang sangat nyata adalah kehilangan lamina dura
e. Perubahan-perubahan radiografik mungkin jelas terlihat
f. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks dari salah
satu atau beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.
• Keluhan subjektif :
Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan panas
Bau mulut (halitosis)
Gigi berubah warna.
• Pemeriksaan objektif :
Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman
Terdapat lubang gigi yang dalam
Sondenasi,perkusi dan palpasi tidak sakit
Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal. Kecuali pada
nekrosis tipe liquifaktif.
Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium, perkusi,palpasi dan
sondenasi sakit.
IV. Pengobatan
a. Simtomatis :
Diberikan obat-obat penghilang rasa sakit/anti inflmasi (OAINS)
b. Kausatif :
Diberikan antibiotika (bila ada peradangan)
c. Tindakan :
- Gigi dibersihkan dengan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas.
- Beri anagesik, bila ada peradangan bisa di tambah dengan antibiotic
- Sesudah peradangan reda bisa dilakukan pencabutan atau dirujuk untuk
perawatan saluran akar.
- Biasanya perawatan saluran akar yang digunakan yaitu endodontic intrakanal.
Yaitu perawatan pada bagian dalam gigi (ruang akar dan saluran akar) dan
kelainan periapaikal yang disebabkan karena pulpa gigi tersebut.
Hiperemi Pulpa
Posted on April 17, 2011 byDokter Gigi
Hiperemi pulpa adalah penumpukan darah secara berlebihan pada pulpa,
yangdisebabkan oleh kongesti vaskular. Hiperemi pulpa ada dua tipe:1. Arteri
(aktif), jika terjadi peningkatan peredaran darah arteri.2. Vena (pasif), jika
terjadi pengurangan peredaran darah vena.Jadi, hiperemi pulpa merupakan
penanda bahwa pulpa tidak dapat dibebani iritasi lagiuntuk dapat bertahan
sebagai suatu pulpa yang tetap sehat.
Hiperemi pula dapat disebabkan oleh:
1. Trauma, seperti oklusi traumatik, syok termal sewaktu preparasi kavitas,
dehidrasiakibat penggunaan alkohol atau kloroform, syok galvanik, iritasi terhadap dentin
yangterbuka di sekitar leher gigi.2. Kimiawi, seperti makanan yang asam atau manis, iritasi
terhadap bahan tumpatansilikat atau akrilik, bahan sterilisasi dentin (fenol, H2O2, alkohol, kloroform).3.
Bakteri yang dapat menyebar melalui lesi karies atau tubulus dentin ke pulpa,
jadidalam hal ini sebelum bakterinya masuk ke jaringan pulpa, tetapi baru
toksin bakteri.
Gejala
Hiperemi pulpa bukanlah penyakit, tetapi merupakan suatu tanda bahwa
ketahananpulpa yang normal telah ditekan sampai kritis. Hiperemi pulpa
ditandai dengan rasasakit yang tajam dan pendek. Umumnya rasa sakit timbul karena rangsangan
air,makanan, atau udara dingin, juga karena makanan yang manis atau asin. Rasa
sakit initidak spontan dan tidak berlanjut jika rangsangan dihilangkan.
Diagnosis
Hiperemi pulpa didiagnosis melalui gejalanya dan pemeriksaan klinis. Rasa
sakit tajamdan berdurasi pendek, berlangsung beberapa detik sampai kira-kira 1 menit,
umumnyahilang jika rangsangan disingkirkan. Pulpa yang hiperemi, peka terhadap
perubahantemperatur, terutama rangsangan dingin. Rasa manis umumnya juga menyebabkanrasa
sakit.Pemeriksaan visual dan riwayat sakit pada gigi tersebut harus diperhatikan, misalnyaapakah
terdapat karies, gigi pernah ditumpat, terdapat fraktur pada mahkota gigi,
atauoklusi traumatik. Pada pemeriksaan perkusi, gigi tidak peka walaupun
kadangkadangada respons ringan. Hal ini disebabkan oleh vasodilatasi kapiler
di dalam pulpa.
1. Pulpitis Reversibel
Adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dihilangkan, inflamasinya
akan pulih kembali dan pulpa akan kembali normal. Penyebab Pulpitis Reversibel adalah stimuli
ringan seperti karies insipien dan fraktur email yang mengakibatkan terbukanya dentin.
2. Pulpitis Irreversibel
Adalah inflamasi parah yang tidak akan pulih kembali sekalipun penyebabnya dihilangkan. Pulpa
lambat atau cepat akan menjadi nekrosis.
Gejala pulpitis jenis ini menyebabkan episode nyeri spontan atau terus menerus tanpa ada stimulus
eksternal.
3. Degenerasi Pulpa
Degenerasi pulpa biasanya terdapat pada gigi orang dewasa. Penyebabnya adalah iritasi ringan yang
persisten pada saat muda. Degenerasi pulpa tidak selalu berhubungan dengan infeksi atau karies
walaupun kadang-kadang terjadi pada gigi yang telah ditumpat. Jika degenerasi pulpa total, misalnya
akibat trauma dan infeksi, gigi dapat berubah warna.
4. Nekrosis Pulpa
Adalah kematian pulpa gigi yang merupakan lanjutan dari radang pulpa akut maupun kronis atau
terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat mengenai sebagian
atau seluruhnya bagian pulpa. Gigi yang nekrosis tidak terasa sakit, terlihat perubahan warna gigi,