Anda di halaman 1dari 37

KONSERVASI GIGI

Tujuan Intruksional Khusus:


Setelah mengikuti kuliah mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan sebab-sebab penyakit pulpa
2. Menjelaskan mekanisme terjadinya penyakit pulpa
3. Menjelaskan klasifikasi penyakit pulpa
4. Menjelaskan gejala klinis dan histopatologis penyakit pulpa
5. Menjelaskan rencana perawatan penyakit pulpa

Pokok Bahasan:
I. Pendahuluan
II. Penyakit Jaringan Pulpa:
II.1. Faktor-faktor penyebab penyakit pulpa
II.2. Mekanisme terjadinya inflamasi pulpa
II.3. Klasifikasi penyakit pulpa
II.4. Pulpitis Reversibel
II.5. Pulpitis Irreversibel
II.5.1. Pulpitis Kronis Hiperplastik
II.5.2. Resorpsi Internal
II.6. Degeneratif Pulpa
II.7. Nekrosis Pulpa

I. PENDAHULUAN

Telah diketahui bahwa secara histologis jaringan pulpa mempunyai fungsi


induktif, formatif, nutritif, defensif dan sensatif. Adapun pengertian dari
masing-masing fungsi tersebut adalah:
- Fungsi Induksif: yaitu pulpa berpartisipasi dalam induksi dan pengembangan
odontoblas dan dentin. Bila ini terbentuk maka menginduksi pembentukan
enamel.
- Fungsi Formatif: yaitu fungsi odontoblas yang khusus dalam pembentukan
dentin
- Fungsi Nutritif: yaitu mensuplai nutrisi dalam rangka pembentukan dentin
lewat tubulus dentin.
- Fungsi Defensif: oleh odontoblas akan mempengaruhi dentin terhadap
rangsangan dan oleh sel-sel radang yang memiliki imunokompeten terhadap
respon radang dan imunologik
- Fungsi Sensatif: yaitu melalui sistem saraf mengirim rangsangan ke SSP yang
manifestasinya berupa rasa nyeri.

Salah satu fungsi utama jaringan pulpa adalah formatif yang diperankan oleh
odontoblas untuk membentuk dentin primer, sekunder maupun dentin reparatif.
Dentin primer terbentuk di saat gigi dalam pertumbuhan, dentin sekunder
terbentuk setelah gigi erupsi, sedangkan dentin tersier atau reparatif dibentuk
sebagai repons terhadap rangsangan.
Jaringan pulpa mudah merespon dengan adanya rangsangan, baik rangsangan
fisis, kimia maupun bakteri. Jaringan pulpa membentuk dentin reparatif sebagai
respon, selain itu juga menimbulkan rasa nyeri yang merupakan sinyal sebagai
tanda bahwa jaringan pulpa dalam keadaan terancam. Oleh karena adanya
hubungan timbal balik antara jaringan pulpa dan periapikal, maka jaringan
pulpa yang mengalami keradangan dan tidak dirawat atau perawatannya kurang
baik maka penyakit pulpa dapat menjalar ke daerah periapikal.
Pada bab ini akan dibahas mengenai faktor-faktor penyebab, klasifikasi dan
mekanisme penyakit pulpa, yang sangat diperlukan untuk menentukan rencana
perawatan saluran akar yang akan dilakukan.

II. PENYAKIT JARINGAN PULPA


II.1. Faktor-faktor penyebab penyakit pulpa
Faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit pulpa dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
II.1.1. Fisis
A. Mekanis
1. Trauma
a. Kecelakaan (olah raga kontak)
b. Prosedur gigi iatrogenik (pemasangan alat ortho pada gigi, preparasi gigi atau
mahkota, dan lain-lain)
2. Pemakaian patologik (atrisi, abrasi, dll)
3. Retak melalui badan gigi (sindroma gigi retak)
4. Perubahan barometrik (barodontalgia)
B. Termal
1. Panas berasal dari preparasi kavitas pada kecepatan rendah atau tinggi
2. Panas eksotermik karena menjadi kerasnya (setting) semen.
3. Konduksi panas dan dingin melalui tumpatan yang dalam tanpa suatu bahan
dasar protektif
4. Panas friksional (pergesekan) yang disebabkan oleh pemolesan restorasi
C. Listrik (arus galavanik dari tumpatan metalik yang tidak sama)

II.1.2. Kimiawi
A. Asam fosfat, monomer akrilik, dll
B. Erosi (asam)

II.1.3. Bakterial
A. Toksin yang berhubungan dengan karies
B. Invasi langsung pulpa dari karies atau trauma
C. Kolonisasi mikrobial di dalam pulpa oleh mikro organisme blood–bone
(anakerosis)

II.2. Mekanisme Terjadinya Inflamasi Pulpa


Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya,
dan pulpa dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi karena
adanya jejas yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut
dapat berupa kuman beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga karena
faktor fisik dan kimia (tanpa adanya kuman). Namun kebanyakan inflamasi
pulpa disebabkan oleh kuman dan merupakan kelanjutan proses karies, dimana
karies ini proses kerusakannya terhadap gigi dapat bersifat lokal dan agresif.
Apabila lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh sisa makanan, dalam waktu
yang lama maka hal ini merupakan media kuman sehingga terjadi kerusakan di
daerah enamel yang nantinya akan terus berjalan mengenai dentin hingga ke
pulpa.

Ada tiga bentuk pertahanan dalam menanggulangi proses karies yaitu:


1. Penurunan permebilitas dentin
2. Pembentukan dentin reparatif
3. Reaksi inflamasi secara respons immunologik

Apabila pertahanan tersebut tidak dapat mengatasi, maka terjadilah radang


pulpa yang disebut pulpitis. Radang adalah merupakan reaksi pertahanan tubuh
dari pembuluh darah, syaraf dan cairan sel di jaringan yang mengalami trauma.

II.3. Klasifikasi Penyakit Pulpa


Kalsifikasi penyakit pulpa telah banyak dibuat dan beberapa kali mengalami
penyempurnaan, dengan tujuan untuk memudahkan dalam menentukan rencana
perawatan secara tepat sehingga didapatkan hasil perawatan yang optimal.
Klasifikasi Menurut Grossman (1988) sebagai berikut:
I. Pulpitis (inflamasi)
A. Reversibel
1. Dengan gejala/simtomatik (akut)
2. Tanpa gejala/asimtomatik (kronis)

B. Irreversibel
1. Akut
a. Luar biasa responsif terhadap dingin
b. Luar biasa responsif terhadap panas
2. Kronis
a. Tanpa gejala dengan terbukanya pulpa
b. Pulpitis hiperplastik
c. Resorpsi internal

II. Degenerasi pulpa


A. Mengapur (kalsifikasi)/diagnosis radiografik
B. Lain-lain (diagnosa histopatologik)

III. Nekrosis pulpa


Pada pembagian terdahulu klasifikasi Grossman (1981) masih didapatkan
adanya hiperemia pulpa sebelum infeksi menjalar lebih lanjut ke arah pulpitis,
tetapi hal ini telah diperbaharui oleh Grossman di tahun 1988 seperti klasifikasi
tersebut di atas.
Perlu diketahui bahwa pada kasus hiperemia pulpa didapatkan adanya jumlah
volume aliran darah ke pulpa yang cukup banyak tetapi belum terjadi radang,
sebenarnya pada keadaan ini sudah mengalami radang hal ini ditandai dengan
adanya perubahan pada pembuluh darah dengan terjadinya peningkatan
permiabilitas dan juga oleh peran mediator kimia. Sejak lapisan enamel
mengalami cedera sampai dentin, telah terjadi perubahan pada jaringan pulpa
berupa proses radang yang diawali dengan vasodilatasi pembuluh darah.
Pengelompokkan penyakit pulpa menurut Walton (1998) agak sedikit berbeda,
yaitu sebagai berikut:
1. Pulpitis reversibel
2. Pulpitis Irreversibel
3. Pulpitis hiperplastik
4. Nekrosis pulpa

II.4. Pulpitis Reversibel


Definisi pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai
sedang yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu kembali
pada keadaan tidak terinflamasi setelah jejas dihilangkan. Rasa sakit biasanya
sebentar, yang dapat dihasilkan oleh karena jejas termal pada pulpa yang sedang
mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit ini akan hilang segera setelah
jejas dihilangkan. Pulpitis reversibel yang disebabkan oleh jejas ringan
contohnya erosi servikal atau atrisi oklusal, fraktur email.
Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai pulpa,
antara lain: trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal yang
terganggu; syok termal, seperti yang timbul saat preparasi kavitas dengan bur
yang tumpul, atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi atau
panas yang berlebihan saat memoles tumpatan; dehidrasi kavitas dengan
alkohol atau kloroform yang berlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang
dentinnya terbuka, adanya bakteri dari karies.
Kadang-kadang setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh tentang
sensitivitas ringan terhadap permukaan temperatur, terutama dingin. Hal ini
dapat berlangsung dua sampai tiga hari atau satu minggu, tetapi berangsur-
angsur akan hilang. Sensitivitas ini adalah gejala pulpitis reversibel.
Rangsangan tersebut di atas dapat menyebabkan hiperemia atau inflamasi
ringan pada pulpa sehingga menghasilkan dentin sekunder, bila rangsangan
cukup ringan atau bila pulpa cukup kuat untuk melindungi diri sendiri. Jadi
dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya pulpitis reversibel bisa karena
trauma yaitu apa saja yang dapat melukai pulpa. Seperti telah diterangkan di
atas bahwa sejak lapisan terluar gigi terluka sudah dapat menyebabkan
perubahan pada pulpa.
Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya
sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan atau minuman dingin daripada
panas, tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya
ditiadakan. Perbedaan klinis antara pulpitis reversibel dan irreversibel adalah
kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan beralngsung
lebih lama.
Pada pulpitis reversibel penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu
stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan irreversibel rasa sakit
dapat datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimtomatik dapat
disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah
karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik.
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan
hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara
mikroskopis terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran
pembuluh darah dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis
kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel
inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala
sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh
rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan
makanan, terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila
rangsangan dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan.
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah
rangsangan dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul
bila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-
kadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika
karies porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu kemudian
tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.

Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah pencegahan. Perawatan


periodik untuk mencegah perkembangan karies, penumpatan awal bila kavitas
meluas, desensitisasi leher gigi dimana terdapat resesi gingiva, penggunaan
pernis kavitas atau semen dasar sebelum penumpatan, dan perhatian pada
preparasi kavitas dan pemolesan dianjurkan untuk mencegah pulpitis lebih
lanjut. Bila dijumpai pulpitis reversibel, penghilangan stimulasi (jejas) biasanya
sudah cukup, begitu gejala telah reda, gigi harus dites vitalitasnya untuk
memastikan bahwa tidak terjadi nekrosis. Apabila rasa sakit tetap ada walaupun
telah dilakukan perawatan yang

tepat, maka inflamasi pulpa dianggap sebagai pulpitis irreversibel, yang


perawatannya adalah eksterpasi, untuk kemudian dilakukan pulpektomi.
Prognosa untuk pulpa adalah baik, bila iritasi diambil cukup dini, kalau tidak
kondisinya dapat berkembang menjadi pulpitis irreversibel.

II.5. Pulpitis Irreversibel


Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang
persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu
stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi
yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal.
Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh
stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa
sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah
stimulus/jejas termal dihilangkan.
Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari
karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa
juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis
irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis
reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu
paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut:
perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke
dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap
berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa
sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan
pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali
dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan
umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus
tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya
dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila
bawah belakang yang terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat
pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies
lunak seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan
ke dalam pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan
biasanya tidak tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah
pembukaan atau draenase pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang
sama sekali. Rasa sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas
atau masuk di bawah tumpatan yang bocor.
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis ireversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar
- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan
sakit), nyeri lama sampai berjam-jam.
- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi
dan tekan kadang-kadang ada keluhan.
- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi
dinyatakan vital.
- Terapi: pulpektomi

Dengan pemeriksaan histopatologik terlihat tanda-tanda inflamasi kronis dan


akut. Terjadi perubahan berupa sel-sel nekrotik yang dapat menarik sel-sel
radang terutama leukosit polimorfonuklear dengan adanya kemotaksis dan
terjadi radang akut. Terjadi fagositosis oleh leukosit polimorfonuklear pada
daerah nekrosis dan leukosit mati serta membentuk eksudat atau nanah. Tampak
pula sel-sel radang kronis seperti sel plasma, limfosit dan makrofag.
Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan
penumpatan suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden
(meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau formokresol. Pada
gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan pulpa
koronal atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau dressing yang
serupa di atas pulpa radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat.
Pengambilan secara bedah harus dipertimbangkan bila gigi tidak dapat
direstorasi.
Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan terapi
endodontik dan restorasi yang tepat.

II.5.1. Pulpitis Kronis Hiperplastik (Pulpa Polip)


Pulpitis kronis hiperplastik atau pulpa polip adalah suatu inflamasi pulpa
produktif yang disebabkan oleh suatu pembukaan karies yang besar pada pulpa
muda. Pada pemeriksaan klinis terlihat adanya pertumbuhan jaringan granulasi
dalam kavitas yang besar. Gangguan ini ditandai oleh perkembangan jaringan
granulasi, kadang-kadang tertutup oleh epithelium dan disebabkan karena iritasi
tingkat rendah yang berlangsung lama.
Terbukanya pulpa karena karies yang lambat dan progresif merupakan
penyebanya. Untuk pengembangan pulpitis hiperplastik diperlukan suatu
kavitas besar yang terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat
rendah yang kronis misalnya tekanan dari pengunyahan.
Pada pulpitis hiperplastik kronis tidak mempunyai gejala, kecuali selama
mastikasi bila tekanan bolus makanan menyebabkan rasa yang tidak
menyenangkan. Pada polip ini dapat ditemukan melalui pemeriksaan klinik
tetapi perlu dipastikan melalui pemeriksaan radiologi untuk melihat tangkai dari
polip, berasal dari ruang pulpa,perforasi bifurkasi atau gingiva. Warna pulpa
polip agak kemerahan mudah berdarah dan sensitif bila disentuh. Sedangkan
warna gingiva polip lebih pucat dan biasanya timbul pada karies besar yang
mengenai proksimal (kavitas kelas II). Polip berasal dari perforasi bifurkasi
terdiri dari jaringan ikat, biasanya giginya sudah mati, kalau pada pulpa polip
giginya masih hidup (vital).
Pada pemeriksaan histopatologi terlihat pertumbuhan jaringan granulasi berupa
pulpa polip yang permukaannya ditutup oleh lapisan epithelium skuamus yang
bertingkat-tingkat. Jaringan granulasi ini merupakan jaringan penghubung
vaskuler, berisi polimorfonuklear, limfosit dan sel plasma.
Usaha perawatan harus ditunjukkan pada pembuangan jaringan polipoid diikuti
oleh eksterpasi pulpa, jika masa pulpa hiperplastik telah diambil dengan kuret
periodontal atau eksavator sendok, perdarahan biasanya banyak dan dapat
dikendalikan dengan tekanan. Kemudian jaringan yang terdapat pada kamar
pulpa diambil seluruhnya, dan atau dressing formonukresol ditempatkan
berkontak dengan jaringan pulpa. Hal terbaik yang dapat dilakukan setelah
pulpa polip terambil adalah dengan pulpectomy yaitu prosedur pengambilan
jaringan pulpa secara menyeluruh dalam satu kali kunjungan (one visit).
Harapan bagi pulpa tidak baik, tetapi prognosis gigi baik setelah perawatan
endodontik dan restorasi yang memadai.
II.5.2. Resorpsi Internal
Resorpsi internal adalah suatu proses idiopatik progresif resorptif yang lambat
atau cepat yang timbul pada dentin kamar pulpa atau saluran akar gigi.
Penyebab resorpsi internal masih belum diketahui secara pasti, namun
seringkali penderita mempunyai riwayat trauma. Ada yang beranggapan bahwa
resorpsi internal dapat terjadi sebagai akibat inflamasi pulpa.
Resorpsi internal pada akar gigi adalah asimtomatik. Pada mahkota gigi,
resorpsi internal dapat terlihat sebagai daerah yang kemerah-merahan disebut
”bintik merah muda” (”pink spot”). Daerah kemerah-merahan ini
menggambarkan jaringan granulasi yang terlihat melalui daerah mahkota yang
teresorpsi.
Pada pemeriksaan histipatologi, tidak seperti karies, resorpsi internal adalah
hasil aktivitas osteoklastik. Ciri proses resorpsi adalah lakuna yang mungkin
terisi oleh jaringan osteoid. Jaringan osteoid dapat dianggap sebagai usaha
perbaikan. Adanya jaringan granulasi menyebabkan perdarahan banyak bila
pulpa diambil. Dijumpai sel-sel raksasa bernukleus banyak atau dentinoklas.
Pulpa biasanya menderita inflamasi kronis. Kadang-kadang terjadi metaplasia
pulpa yaitu transformasi ke jenis jaringan lain seperti tulang atau sementum.
Perawatan yang dapat dilakukan pada kasus resorpsi internal adalah eksterpasi
pulpa untuk menghentikan proses resorpsi internalnya. Diindikasikan perawatan
endodontik rutin, tetapi obturasi kerusakan memerlukan suatu bahan khusus,
lebih diutamakan dengan cara guta-percha. Pada kebanyakan pasien, resorpsi
internal berkembang tanpa terlihat karena tidak menimbulkan rasa sakit, sampai
akar berlubang. Dalama kasus seperti ini, pasta kalsium hidroksida
dimampatkan pada saluran akar dan diperbaharui secara periodik sampai
kerusakan menjadi baik. Perbaikan selesai bila terjadi rintangan atau karies
mengapur, baru kemudian diisi dengan gutta-percha.
Prognosis adalah terbaik sebelum terjadi perforasi akar atau mahkota. Jika telah
terjadi perforasi akar-mahkota, prognosisnya berhati-hati dan tergantung pada
terbentuknya rintangan mengapur atau pembukaan ke perforasi yang
memungkinkan perbaikan secara bedah.

II.6. Degenerasi Pulpa


Degenarasi pulpa ini jarang ditemukan namun perlu diikutkan pada suatu
deskripsi penyakit pulpa. Degenerasi pulpa pada umunya ditemui pada
penderita usia lanjut yang dapat disebabkan oleh iritasi ringan yang persisten.
Kadang-kadang dapat juga ditemukan pada penderita muda seperti pengapuran.
Degenerasi pulpa ini tidak perlu berhubungan dengan infeksi atau karies,
meskipun suatu kavitas atau tumpatan mungkin dijumpai pada gigi yang
terpengaruh. Tingkat awal degenerasi pulpa biasanya tidak menyebabkan gejala
klinis yang nyata. Gigi tidak berubah warna, dan pulpa bereaksi secara normal
tehadap tes listrik dan tes termal. Ada beberapa macam degenerasi pulpa yaitu
degenerasi kalsifik, degenerasi atrofik, degenerasi fibrous.
Degenerasi kalsifik ditandai dengan perubahan sebagian jaringan pulpa
digantikan oleh bahan mengapur, yaitu terbentuk batu pulpa (dentikel), yang
biasanya disebut sebagai pulpa stone. Kalsifikasi ini dapat terjadi baik di dalam
kamar pulpa. Bahan mengapur mempunyai struktur berlamina seperti kulit
bawang dan terletak tidak terikat di dalam kamar pulpa. Diduga bahwa batu
pulpa dijumpai pada lebih dari 60% gigi penderita usia lanjut. Pada beberapa
pasien batu pulpa terkadang menimbulkan rasa sakit yang menyebar (refered
pain), dan dicurigai sebagai fokus infeksi oleh beberapa klinisi.
Degenerasi atrofik, tidak ada diagnosis kliniknya, pada jenis degenerasi ini
sering terjadi pada penderita usia lanjut. Secara histopatologis dijumpai lebih
sedikit sel-sel skelat, dan cairan interselular meningkat. Jaringan pulpa kurang
sensitif daripada normal. Yang disebut ”atrofi retikuler” adalah suatu artifiak
(artifact) dihasilkan oleh penundaan bahan fiksatif dalam mencapai pulpa.
Biasanya terlihat saluran akarnya sempit dan seringkali menyulitkan bila
dilakukan perawatan saluran akar.
Degenerasi fibrous, bentuk degenerasi pulpa ini ditandai dengan pergantian
elemen selular oleh jaringan penghubung fibrus. Dapat terlihat jelas pada saat
pengambilan jaringan pulpa berupa jaringan keras. Penyakit ini tidak
menyebabkan gejala khusus untuk membantu dalam diagnosa klinik.

II.7. Nekrosis Pulpa


Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya,
tergantung pada apakah sebagian atau seluruh pulpa yang terlibat. Nekrosis,
meskipun suatu inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatik yang
pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi. Nekrosis ada dua jenis yaitu
koagulasi dan likuefaksi (pengentalan dan pencairan). Pada jenis koagulasi,
bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau dirubah menjadi bahan solid.
Pengejuan adalah suatu bentuk nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah
menjadi masa seperti keju, yang terdiri atas protein yang mengental, lemak dan
air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan
menjadi massa yang melunak, suatu cairan atau debris amorfus.
Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh jejas yang membahayakan pulpa seperti
bakteri, trauma dan iritasi kimiawi. Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa
nekrotik tidak menyebabkan gejala rasa sakit. Sering adanya perubahan warna
pada gigi keabu-abuan/kecoklat-coklatan adalah indikasi pertama bahwa pulpa
mati.
Pada pemeriksaan histopatologis tampak debris seluler dan mikroorganisme
mungkin terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal
atau menunjukkan sedikit inflamasi yang dijumpai pada ligamen periodontal.
Perawatan yang perlu dilakukan adalah preparasi dan obturasi saluran akar.
Prognosis bagi gigi baik, apabila dilakukan terapi endodontik yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Grossman LI. 1998. Endodontic Practice. 8th ed. Philadelphia, London: Lea
and Febiger.
2. Walton and Torabinajed. 1996. Prinsip dan Praktik Endodonsi. Edisi ke-2.
JakarTA : EGC

DIAGNOSA PENYAKIT PULPA

PULPITIS REVERSIBLE
Pulpitis reversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai
sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada
keadaan tidak teinflamasi setelah stimuli ditiadakan.
Gejala pulpitis reversible ada yang simtomatik dan asimtomatik.
- Simtomatik : rasa sakit tajam yang hanya sebentar, disebabkan oleh makanan,
minuman dan udara dingin. Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila
penyebabnya ditiadakan.
- Asimtomatik : dapat disebabkan oleh karies yang baru mulai dan normal
kembali setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik.
Patologi : pulpitis reversible dapat berkisar dari hiperemia ke
perubahan inflamasi ringan sampai sedang terbatas pada daerah dimana tubuli
dentin terlibat, seperti misalnya karies dentin. Secara mikroskopis, terlihat
dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah,
ekstravasasi cairan edema dan adanya sel inflamasi kronis yang secara
imunologis kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol, dapat dilihat
juga sel inflamasi akut.

PULPITIS IRREVERSIBLE
Pulpitis irreversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang
persisten dapat simtomatik maupun asimtomatik yang disebabkan oleh suatu
stimuli noksius. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam
dan tetap ada setelah stimuli dihilangkan.
Gejala : pada tingkat awal, suatu paroksisme (serangan hebat) rasa
sakit dapat disebabkan oleh : - perubahan suhu yang drastis (terutama dingin)
- makanan manis atau asam
- tekanan makanan ke dalam kavitas atau pengisapan oleh lidah atau pipi.
Gambaran rasa sakitnya adalah menusuk, tajam menusuk atau menyentak-
nyentak.
Patologi : disebabkan oleh suatu stimulus berbahaya yang
berlangsung lama seperti karies. Bila karies menembus dentin dapat
menyebabkan respon inflamasi kronis. Venula pascakapiler menjadi padat dan
mempengaruhi sirkulasi di dalam pulpa, serta dapat mengakibatkan nekrosis.
Daerah nekrotik ini menarik leukosit PMN dengan kemotaktik dan memulai
reaksi inflamasi akut. Terjadi fagositosis oleh PMN pada daerah nekrosis.
Setelah itu PMN yang masa hidupnya pendek, mati dan melepaskan enzim
lisosomal. Enzim ini menyebabkan lisis beberapa stroma pulpa dan bersama
debris seluler PMN yang mati membentuk eksudat purulen (nanah).
Reaksi ini menghasilkan mikroabses (pulpitis akut). Pulpa
memproteksi dengan membatasi daerah mikroabses dengan jaringan
penghubung fibrus. Di pusat abses tidak dijumpai mikroorganisme karena
aktivitas fagositik PMN. Bila proses karies berlanjut dan menembus pulpa akan
terjadi ulserasi (pulpitis ulseratif kronis) yang cairannya keluar melalui
pembukaan karies ke dalam kavitas mulut dan mengurangi tekanan intrapulpal
dan rasa sakit. Secara histologis terlihat suatu daerah fibroblas yang
berproliferasi membentuk dinding lesi, dimana mungkin terdapat massa
mengapur. Daerah di luar abses atau ulserasi mungkin normal atau mungkin
mengalami perubahan inflamatori.

NEKROSIS
Nekrosis adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya
tergantung pada apakah sebagian atau seluruh pulpa telibat. Disebabkan oleh
bakteri, trauma dan iritasi.
Gejala : gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak
menyebabkan gejala rasa sakit. Sering, diskolorisasi gigi adalah indikasi
pertama bahwa pulpa mati. Penampilan mahkota yang buram atau opak hanya
disebabkan karena translusensi normal yang jelek, tetapi kadang-kadang gigi
mengalami perubahan warna keabu-abuan atau kecoklat-coklatan yang nyata
dan dapat kehilangan kecemerlangan dan kilauan yang biasa dipunyai. Adanya
pulpa nekrotik mungkin ditemukan secara kebetulan, karena gigi macam itu
adalah asimtomatik dan radiograf adalah nondiagnosis. Gigi dengan nekrosis
sebagian dapat bereaksi terhadap perubahan termal, karena adanya serabut saraf
vital yang melalui jaringan inflamasi di dekatnya.
Patologi : jaringan pulpa nekrotik, debris selular dan mikroorganisme
mungkin terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal
atau menunjukkan sedikit inflamasi yang dijumpai pada ligamen periodontal.
Pulpa nekrosis dapat terjadi dari lanjutan pulpitis irreversible.

2.2 Penyakit Pulpa

2.2.1 Pulpitis

Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan
gambaran klinik yang akut. Merupakan penyakit lanjut karena didahului oleh
terjadinya karies, hyperemia pulpa baru setelah itu menjadi Pulpitis, yaitu ketika
radang sudah mengenai kavum pulpa.

Etiologi
Penyebab Pulpitis yang paling sering ditemukan adalah kerusakan email dan
dentin, penyebab kedua adalah cedera.

Gejala
Pulpitis menyebabkan sakit gigi yang tajam luar biasa, terutama bila terkena
oleh air dingin, asam, manis, kadang hanya dengan menghisap angina pun sakit.
Rasa sakit dapat menyebar ke kepala, telinga dan kadang sampai ke punggung.
- Sondasi (+)
- Perkusi (-)
- Reaksi dingin, manis dan asam (+)
- Pembesaran kelenjar (-)
- Rasa sakit tidak terus menerus, terutama pada malam hari
- Rasa sakit tersebar dan tidak bias dilokalisasi.
- Rasa sakit berdenyut khas, yaitu rasa sakit yang tajam dan dapat menjalar ke
kepala dan telinga kadang ke punggung

Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan klinis. Dalam
hal ini dapat dilakukan beberapa pengujian :
- Diberikan rangsangan dingin, asam, manis
Pasien terasa sakit sekali/sakit bertambah menusuk. Rangsangan dingin, asam
dan manis (+)
- Penguji Pulpa Elektrik
pada pengujian dengan alat penguji elektrik, pasien merasa sangat nyeri, kadang
belum tersentuh pun pasien terasa sangat nyeri
- Perkusi Dengan Pangkal Sonde
pada pulpitis perkusi (-), tapi pasien merasa nyeri/perkusi (+), disebabkan
karena pada dasarnya pasien sudah merasa sakit pada giginya sehingga hanya
paktor sugesti yang mendasarinya. Bila perkusi terasa nyeri/perkusi (+), maka
peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya.
- Roentgen Gigi
pada pemeriksaan dengan roentgen maka didapatkan gambaran radiologist
berupa gambaran radioluscent yang telah mencapai kavum pulpa. Pemeriksaan
radiologist dilakukan untuk memperkuat diagnosa dan menunjukkan apakah
peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya.

Rencana Terapi
a. Endodontics (perawatan saraf gigi)
b. Ekstraksi gigi

a. Pulpitis Reversible
Menurut arti katanya, pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak
parah. Jika penyebabnya telah dihilangkan, inflamasinya akan pulih kembali
dan pulpa akan kembali normal. Pulpitis reversible dapat ditimbulkan oleh
stimuli ringan atau yang berjalan sebentar seperti karies insipien, erosi servikal
atau atrisi oklusal, sebagian prosedur operatif, kuretasi periodontium yang
dalam, dan fraktur enamel yang menyebabkan terbukanya dentin. Biasanya
pulpitis reversible tidak menimbulkan gejala (asimtomatik), akan tetapi jika ada,
gejala biasanya timbul dari suatu pola tertentu. Aplikasi cairan atau udara
dingin/panas misalnya, bisa menimbulkan nyeri tajam sementara. Jika stimuli
dihilangkan, yang secara normal tidak menimbulkan nyeri atau
ketidaknyamanan, nyeri akan reda segera. Stimuli panas atau dingin
menghasilkan respons nyeri yang berbeda-beda pada pulpa normal. Jika panas
diaplikasikan pada gigi yang pulpanya tidak terinflamasi, akan timbul respon
awal yang lambat; intensitas nyerinya akan makin naik jika suhunya dinaikkan.
Sebaliknya, nyeri sebagai respons terhadap aplikasi dingin pada pulpa normal
akan segera terjadi; intensitas nyeri cenderung menurun jika stimulus dinginnya
dipertahankan tetap. Berdasarkan observasi-observasi ini, respons pulpa pada
kedua keadaan, sehat atau sakit, tampaknya
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan
hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara
mikroskopis terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran
pembuluh darah dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis
kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel
inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala
sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh
rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan
makanan, terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila
rangsangan dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan.
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah
rangsangan dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul
bila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-
kadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika
karies porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu kemudian
tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.

Perawatan terbaik untuk pulpitis reversibel adalah pencegahan. Perawatan


periodik untuk mencegah perkembangan karies, penumpatan awal bila kavitas
meluas, desensitisasi leher gigi dimana terdapat resesi gingiva, penggunaan
pernis kavitas atau semen dasar sebelum penumpatan, dan perhatian pada
preparasi kavitas dan pemolesan dianjurkan untuk mencegah pulpitis lebih
lanjut. Bila dijumpai pulpitis reversibel, penghilangan stimulasi (jejas) biasanya
sudah cukup, begitu gejala telah reda, gigi harus dites vitalitasnya untuk
memastikan bahwa tidak terjadi nekrosis. Apabila rasa sakit tetap ada walaupun
telah dilakukan perawatan yang tepat, maka inflamasi pulpa dianggap sebagai
pulpitis irreversibel, yang perawatannya adalah eksterpasi, untuk kemudian
dilakukan pulpektomi.
Prognosa untuk pulpa adalah baik, bila iritasi diambil cukup dini, kalau tidak
kondisinya dapat berkembang menjadi pulpitis irreversibel.

b. Pulpitis Ireversible
Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang
persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu
stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi
yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal.
Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh
stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa
sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah
stimulus/jejas termal dihilangkan.
Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari
karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa
juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis
irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis
reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu
paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut:
perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke
dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap
berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa
sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan
pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali
dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan
umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus
tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya
dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila
bawah belakang yang terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat
pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies
lunak seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan
ke dalam pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan
biasanya tidak tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah
pembukaan atau draenase pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang
sama sekali. Rasa sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas
atau masuk di bawah tumpatan yang bocor.

Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis ireversibel adalah:


- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar
- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan
sakit), nyeri lama sampai berjam-jam.
- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi
dan tekan kadang-kadang ada keluhan.
- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi
dinyatakan vital.
- Terapi: pulpektomi

Dengan pemeriksaan histopatologik terlihat tanda-tanda inflamasi kronis dan


akut. Terjadi perubahan berupa sel-sel nekrotik yang dapat menarik sel-sel
radang terutama leukosit polimorfonuklear dengan adanya kemotaksis dan
terjadi radang akut. Terjadi fagositosis oleh leukosit polimorfonuklear pada
daerah nekrosis dan leukosit mati serta membentuk eksudat atau nanah. Tampak
pula sel-sel radang kronis seperti sel plasma, limfosit dan makrofag.
Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan
penumpatan suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden
(meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau formokresol. Pada
gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan pulpa
koronal atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau dressing yang
serupa di atas pulpa radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat.
Pengambilan secara bedah harus dipertimbangkan bila gigi tidak dapat
direstorasi.
Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan terapi
endodontik dan restorasi yang tepat.

c. Pulpitis Kronis Hiperplastik


Pulpitis hiperplastik (polip pulpa) adalah bentuk pulpitis irreversible akibat
bertumbuhnya pulpa muda yang terinflamasi secara kronik hingga ke
permukaan oklusal. Baisanya ditemukan pada mahkota yang karies pada pasien
muda. Pulpa poip biasanya diasosiasikan dengan kayanya pulpa muda akan
pembuluh darah, memadainya tempat terbuka untuk drainase, dan adanya
proliferasi jaringan. Pada pemeriksaan histology terlihat adanya epitel
permukaan dan jaringan ikat di bawahnya yang terinflamasi. Sel-sel epitel oral
tertanam dan bertumbuh menutupi permukaan dan membentuk tutup epitel.
Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat
seperti kol yang berwarna kemerah-merahan mengisi kavitas karies di
permukaan oklusal yang besar. Hal ini kadang-kadang diasosiasikan dengan
tanda-tanda klinis pulpitis ireversibel seperti nyeri spontan serta nyeri yang
menetap terhadap stimulus panas dan dingin . Aambang rangsang terhadap
stimulus elektrik adalah sama dengan pulpa normal. Respon gigi terhadap
palapasi atau perkusi normal. Perawatannya adalah pulpotomi, perawatan
saluran akar atau ekstraksi.

2.2.2 Nekrosis Pulpa


Pulpa yang berfungsi normal pada umumnya berespon terhadap berbagai
stimulus (panas atau dingin). Pulpa normal merespon terhadap panas atau
dingin dengan nyeriyang ringan yang terjadi selama kurang dari 10 detik. Juga
perkusi pada gigi tidak menimbulkan respon nyeri. Bagaimanapun normal pulpa
tidak akan merespon terhadap tes suhu. Jika kanal pada akar mengalami
kalsifikasi karena proses penuaan, trauma, plak yang menempel atau penyebab
lainnya, tes suhu tidak akan memberikan respon selama pulpa gigi pasien tetap
sehat dan berfungsi normal. Tes elektrik pulpa memunculkan respon dari pasien
yang pulpanya masih berfungsi. Dokter harus berhati-hati terhadap hasil dari tes
ini karena hasilnya tidak tetap se/hingga tidak diperlukan untuk melihat status
kesehatan.
Pengertian Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan dari
inflamasi pulpa akut/kronik atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba
akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat terjadi parsialis ataupun totalis
Ada 2 tipe nekrosis pulpa, yaitu:
1. Tipe koagulasi
Pada tipe ini ada bagian jaringan yang larut, mengendap dan berubah menjadi
bahan yang padat.
2. Tipe liquefaction
Pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan
yang lunak atau cair.Pada setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk hasil
akhir berupa H2S, amoniak, bahan-bahan yang bersifat lemak, indikan,
protamain, air dan CO2. Diantaranya juga dihasilkan indol, skatol, putresin dan
kadaverin yang menyebabkan bau busuk pada peristiwa kematian pulpa. Bila
pada peristiwa nekrosis juga ikut masuk kuman-kuman yang saprofit anaerob,
maka kematian pulpa ini disebut gangren pulpa3.
Etiologi
Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada
umumnya disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel tanpa
penanganan atau dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang
mengganggu suplai aliran darah ke pulpa. Meskipun bagian sisa nekrosis dari
pulpa dicairkan atau dikoagulasikan, pulpa tetap mengalami kematian. Dalam
beberapa jam pulpa yang mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi
kondisi nekrosis2. Penyebab nekrosi lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari
bahan restorasi silikat, ataupun akrilik. Nekrosis pulpa juga dapat terjadi pada
aplikasi bahan-bahan devitalisasi seperti arsen dan paraformaldehid. Nekrosis
pulpa dapat terjadi secara cepat (dalam beberapa minggu) atau beberapa bulan
sampai menahun. Kondisi atrisi dan karies yang tidak ditangani juga dapat
menyebabkan nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa lebih sering terjadi pada kondisi
fase kronis dibanding fase akut.
Patofisiologi
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki
kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk
mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan.Akan tetapi apabila terjadi
inflamasi kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang
jaringan pulpa maka akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini
sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau
penyembuhan. Semakin luas kerusakan jaringan pulpayang meradang semakin
berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan vitalitasnya.
Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteria
pada jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa
dengan lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal
exposure, hal ini memudahkan infeksi bacteria ke jaringan pulpa yang
menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila tidak dilakukan penanganan,
maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi perubahan
sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis
pulpa. Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai hasil dari operative atau
restorative procedure yang kurang baik atau akibat restorative material yang
bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur
dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal tubules inilah infeksi
bakteria dapat mencapai jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan.
Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan karenaproses trauma,
operative procedure dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal ini
mengakibatkan bakteria menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan
jaringan pulpa. Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat
menyebabkan nekrosis pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa minggu.
Pada dasarnya prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam
pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat
menyebabkan obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya
mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi
kapiler pulpa ini diikuti dengan degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa.
Karena kekurangan sirkulasi kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia
infark sebagian atau total pada pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap
inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri untuk penetrasi sampai ke
pembuluh dara kecil pada apeks. Semuaproses tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya nekrosis pulpa.
Gejala-gejala
Nekrosis pulpa dapat terjadi parsial atau total. Tipe parsial dapat
memperlihatkan gejala pulpitis yang ireversibel. Yaitu menunjukkan rasa sakit
yang biasanya disebabkan oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang
timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai
berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal dihilangkan. Pada awal
pemeriksaan klinik ditandai dengan suatu paroksisme (serangan hebat), rasa
sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba,
terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang
dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan
bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika
penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa
penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai
menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa
sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat
keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu
stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar
ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena.
Diagnosis
Radiograf umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan besar, suatu
jalan terbuka ke saluran akar, dan suatu penebalan ligamen periodontal.

Pengobatan
Simtomatis :
Diberikan obat-obat penghilang rasa sakit/anti inflmasi (OAINS)
Kausatif :
Diberikan antibiotika (bila ada peradangan)
Tindakan :
Gigi dibersihkan dengan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas. Beri
anagesik, bila ada peradangan bisa di tambah dengan antibiotic Sesudah
peradangan reda bisa dilakukan pencabutan atau dirujuk untuk perawatan
saluran akar. Biasanya perawatan saluran akar yang digunakan yaitu endodontic
intrakanal. Yaitu perawatan pada bagian dalam gigi (ruang akar dan saluran
akar) dan kelainan periapaikal yang disebabkan karena pulpa gigi tersebut
a. Nekrosi Parsialis
Pulpa terkurung dalam ruangan yang dilingkungi oleh dinding yang kaku, tidak
memiliki sirkulasi darah kolateral, dan venula serta system limfenya akan
lumpuh jika tekanan intrapulpanya meningkat. Oleh karena itu, pulpitis
irreversible akan menyebabkan nekrosis likuefaksi. Jika eksudat yang timbul
selama pulpitis ireversibel diabsorbsi atau terdrainase melalui karies atau
melalui daerah pulpa terbuka ke dalam rongga mulut, terjadinya nekrosis akan
tertunda; pulpa di akar mungkin masih tetap vital untuk waktu yang lama.
Sebaliknya, penutupan atau penambalan pulpa terinflamasi akan menginduksi
nekrosis pulpa yang cepat dan total serta penyakit periradikuler. Selain nekrosis
likuefaksi, nekrosis pulpa iskemik dapat timbul akibat trauma karena
terganggunya pembuluh darah. Dapat dikatakan nekrosis pulpa parsialis apabila
sebagian jaringan pulpa di dalam saluran akar masih dalam keadaan vital.

Nekrosis pulpa biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi dapat juga disertai
dengan episode nyeri spontan atau nyeri ketika ditekan (dari periapeks). Gejala
klinis nekrosis pulpa parsialis:
- Pada anamnesa terdapat keluhan spontan.
- Pada pemeriksaan obyektif dengan jarum Miller terasa sakit sebelum apikal.

Pemeriksaan klinis dari nekrosis pulpa parsialis:


- Tes termis: bereaksi atau tidak bereaksi.
- Tes jarum Miller: bereaksi.
- Pemeriksaan rontgenologis: terlihat adanya perforasi.

Nekrosis pulpa parsialis dapat dilakukan perawatan dengan pulpektomi.

b. Nekrosis Totalis
Merupakan matinya pulpa seluruhnya.
Gejala klinis :
Nekrosis totalis biasanya asimtomatik, tetapi bisa juga ditandai dengan nyeri
spontan dan ketidaknyamanan nyeri tekan (dari periapeks). Diskolorisasi gigi
merupakan indikasi awal matinya pulpa. Dapat dilihat dari penampilan mahkota
yang buram atau opak dan perubahan warna gigi menjadi keabu-abuan atau
kecoklatan serta bau busuk dari gigi.
Rencana perawatan :
Perawatan terdiri dari preparasi dan obturasi saluran akar (perawatan saluran
akar).
Pemeriksaan Klinis :
1. Pemeriksaan subyektif
2. Pemeriksaan obyektif
Gigi dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap tes termal dingin, tes pulpa
listrik, atau tes kavitas. Namun, gigi dengan pulpa nekrotik sering kali sensitive
terhadap perkusi dan palpasi asalkan disertai dengan inflamasi periapikal.
3. Rontgenologis
Gambaran radiografi umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan
besar, jalan terbuka ke saluran akar, dan penebalan ligament periodontal.
Kadang-kadang gigi yang tidak mempunyai tumpatan atau kavitas pulpanya
mati karena akibat trauma.

Penegakan Diagnosis
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang dapat
diperoleh. Keluhan ini berupa gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam
bahasanya sendiri yang berkaitan dengan kondisi yang membuatnya cepat-cepat
dating mencari perawatan. Keluhan utama hendaknya dicatat dengan bahasa apa
adanya menurut pasien.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 72)

2. Riwayat Kesehatan Umum


Suatu riwayat kesehatan umum yang lengkap bagi pasien terdiri atas data
demografis rutin, riwayat medis, riwayat dental, keluhan utama, dan sakit yang
sekarang diderita.
a. Data Demografis
Data demografis mengidentifikasi karakteristik pasien.
b. Riwayat Medis
Karena suatu riwayat medis tidak dimaksudkan sebagai pemeriksaan klinis
lengkap, pertanyaan medis janganlah terlalu luas. Buatlah formulir pemeriksaan
yang berisi penyakit serius yang sedang dan pernah dialami. Jika ditemukan
adanya penyakit fisik atau psikologis yang parah atau penyakit yang masih
diragukan yang mungkin mengganggu diagnosis dan perawatan kita, lakukanlah
pemeriksaan lebih lanjut dan konsultasikan dengan profesi kesehatan lainnya.

c. Riwayat Dental
Riwayat dental merupakan ringkasan dari penyakit dental yang pernah dan
sedang diderita. Informasi ini menyediakan informasi yang sangat berharga
mengenai sikap pasien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan, serta
perawatannya. Infromasi demikian tidak hanya berperan penting dalam
penegakan diagnosis, melainkan berperan pula pada rencana perawatan.
Kuesionernya hendaknya berisikan pertanyaan mengenai gejala dan tanda, baik
kini maupun di masa lalu. Pengambilan riwayat dental ini merupakan langkah
teramat penting dalam menentukan diagnosis yang spesifik.(Walton &
Torabinejad, 1997 : 72-73)

3. Pemeriksaan Subyektif
Sejumlah infromasi rutin yang berkaitan dengan data pribadi, riwayat medis,
dan riwayat dental serta keluhan utama didapatkan dari pemeriksaan subyektif.
Banyak pasien yang menunjukkan tingkatan nyeri yang jelas dan merasa
tertekan. Pada umumnya nyeri dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
penyakit pulpa dan periradikuler yang parah dapat mempengaruhi kondisi fisik
pasien. Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai lokasi, asal nyeri, karakter
dan keparahan nyeri yang dialami. Kemudian pertanyaan lanjutan mengenai
spontanitas dan durasi nyeri, serta stimulus yang merangsang atau meredakan
nyeri. Keparahan rasa nyeri dan obat-obatan yang diminum pasien untuk
meredakan nyeri dan keefektifannya juga perlu diketahui.
Makin intens nyerinya, makin besar kemungkinan adanya penyakit irreversible.
Nyeri intens dapat timbul dari pulpitis ieversible atau dari periodontitis atau
abses apikalis akut. Nyeri spontan yang bersama dengan nyeri intens juga
mengindikasikan adanya penyakit pulpa atau periradikuler yang parah. (Walton
& Torabinejad, 1997 : 73-75)

4. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan ekstraoral Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial,
pembengkakan, perubahan warna, jaringan parut ekstraoral, dan kepekaan atau
nodus jaringan limfe servikal atau fasial yang membesar, merupakan indokator
status fisik pasien. Pemeriksaan ekstraoral yang hati-hati akan membantu
mengidentifikasi sumber keluhan pasien serta adanya dan luasnya reaksi
inflamasi rongga mulut.

b. Pemeriksaan intraoral
Bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum, dan otot-otot serta semua
keabnormalan diperiksa. Periksa pula mukosa alveolar dan gingival-cekatnya
untuk memeriksa apakah ada perubahan warna, terinflamasi mengalami
ulserasi, atau mempunyai saluran sinus. Suatu stoma saluran sinus biasanya
menandakan adanya pulpa nekrosis atau periodontitis apikalis supuratif atau
kadang-kadang abses periodontium.
Gigi geligi diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur, abrasi,
erosi, karies, restorasi yang luas, atau abnormalitas lain. Mahkota yang berubah
warna sering merupakan tanda adanya penyakit pulpa atau merupakan akibat
perawatan saluran akar yang telah dilakukan sebelumnya.

c. Tes klinis
Tes klinis meliputi tes dengan menggunakan kaca mulut dan sonde serta tes
periodontium selain tes pulpa dan jaringan periapeks. Hasil satu tes harus
dikonfirmasikan dengan tes tambahan yang lain. Penting untuk diingat bahwa
tes-tes ini bukan tes untuk gigi melainkan tes mengenain respons pasien
terhadap berbagai stimuli. Pasien mungkin tidak memahami arti stimuli atau
salah menginterpretasikannya. Oleh karena itu, hasil tes obyektif dan subyektif
dan tanda yang ditemukan tidak konsisten sehingga kadang –kadang
membingungkan. (Walton & Torabinejad, 1997 : 77-78)

5. Tes Periapeks
a. Perkusi
Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler. Respons positif
yang jelas menandakan adanya inflamasi periodontium. Karena perubahan
inflamasi dalam ligament periodontium tidak selalu berasal dari pulpa dan dapat
diinduksi oleh penyakit periodontium, hasilnya harus dikonfirmasikan dengan
tes yang lain. Cara melakukan perkusi dengan mengetukan ujung kaca mulut
yang dipegang paralel atau tegak lurus terhadap mahkota pada permukaan
insisal atau oklusal mahkota.
b. Palpasi
Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses inflamasi
meluas kearah periapeks. Respon positif menandakan adanya inflamasi
periradikuler. Palpasi dilakukan dengan menekan mukosa di atas apeks dengan
cukup kuat. Pemeriksaan hendaknya memakai juga gigi pembanding.

c. Tes kevitalan pulpa


Tes dingin menggunakan larutan chlor etil yang dibasahkan pada cotton palate.
Respon nyeri tajam dan sebentar akan timbul baik pada pulpa normal, pulpitis
reversible maupun irreversible. Akan tetapi jika responnya cukup intens dan
berkepanjangan, pulpa biasanya telah mengalami peradangan irreversible.
Sebaliknya jika pulpa nekrosis tidak akan memberikan respon.
Tes panas menggunakan gutta percha yang dipanaskan dan diaplikasikan pada
permukaan fasial. Seperti halnya pada tes dingin, nyeri tajam dan sebentar
menandakan pulpa vital atau peradangan reversible. Respon hebat dan tidak
cepat hilang adalah pulpitis irreversible. Jika tidak ada respon menandakan
pulpanya nekrosis.
Pengetesan pulpa secara elektrik diaplikasikan pada permukaan fasial untuk
menentukan ada tidaknya saraf sensoris dan vital tidaknya pulpa. Tes ini masih
belum sempurna dan mungkun menghasilkan respons positif dan negative palsu.
Metamorphosis kalsium dapat menghasilkan respons negative palsu. (Walton &
Torabinejad, 1997 : 79-81)

6. Pemeriksaan Radiografis
a. Periapeks
Lesi periradikuler yang disebabkan oleh pulpa biasanya memiliki empat
karakteristik yaitu (1) hilangnya lamina dura di daerah apeks, (2) radiolusensi
tetap terlihat di apeks bagaimanapun sudut pengambilannya, (3) radiolusensi
menyerupai suatu hanging drop; dan (4) biasanya nekrosisnya pulpa telah jelas.
Lesi radiolusen yang terbentuk sempurna disebabkan oleh hasil dari suatu pulpa
yang nekrosis. Suatu radiolusensi yang cukup besar di daerah periapeks dengan
gigi yang pulpanya vital adalah bukan berasal dari lesi endodonsi melainkan
struktur normal atau penyakit nonendodonsi. Perubahan juga bisa berupa
radioopak. Condensing osteitis adalah reaksi yang jelas terhadap pulpa atau
inflamasi periradikuler dan mengakibatkan peningkatan dalam tulang medulla.
b. Pulpa
Hanya sedikit keadaan patologis khusus yang berkaitan dengan pulpitis
ireversibel terlihat secara radiografis. Suatu pulpa yang terinflamasi dengan
aktivitas dentinoklast dapat memperlihatkan pembesaran ruang pulpa yang
berubah abnormal dan merupakan tanda patologis dari resorpsi
interna.kalsifikasi yang menyebar luas dalam kamar pulpa menunjukkan adanya
iritasi dengan derajat rendah yang sudah berjalan lama (tidak harus suatu
pulpitis ireversibel.) (Walton & Torabinejad, 1997 : 83-85)

7. Tes Khusus
a. Pembuangan karies
Pada beberpa keadaan, yang perlu dilakukan untuk menentukan diagnosis yang
tepat adalah penentuan kedalaman penetrasi karies. Keadaan yang sering
dijumpai adalah adanya karies dalam yang terlihat secara radiografis, tidak ada
riwayat penyakit, dan pulpa yang memberikan respons terhadap ter-tes klinis.
Semua temuan lain tidak begitu relevan. Tes definitive finalnya adalah
pembuangan karies seluruhnya untuk melihat keadaan pulpanya.
Penetrasi karies ke dalam pulpa menandakan adanya pulpitis irebersible. Karies
yang belum berpenetrasi ke dalam pulpa biasanya menunjukkan suatu pulpitis
reversible (walaupun ada sejumlah pulpa yang mengalami inflamasi irreversible
tanpa ada daerah yang terbuka). Gigi kemudian direstorasi secara nirtrauma.
b. Anastesi selektif
Tes ini berlawanan dengan tes kavitas yang dilaksanakan pada gigi tanpa nyeri
maupun gigi yang disertai gejala. Tes ini bermanfaat pada gigi yang sedang
nyeri terutama jika pasien tidak dapat menentukan gigi mana yang sakit, bahkan
tidak dapat pula menentukan lengkung giginya. Jika dicurigai gigi yang sakit
ada di daerah mandibula, anastesi blok mandibula akan mengkonformasikan
paling sedikit region sakitnya apabila nyeri tersebut hilag setelah dianastesi.
c. Transluminasi
Tes ini membantu mengidentifikasi fraktur mahkota vertical karena segmen
fraktur dari mahkota tidak mentransmisikan cahaya secara sama. Transluminasi
menghasilkan bayangan gelap dan abu-abu di daerah fraktur.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 85-87)

2.4 Rencana Perawatan


Jika sifat penyakitnya telah ditentukan, buatlah keputusan perawatan dasarnya.
Keputusannya dapat berupa perawatan saluran akar atau cara lain yang lebih
tepat. Sejumlah keadaan memerlukan perawatan saluran akar yang
dikombinasikan dengan prosedur tambahan. Sedangkan yang lain mungkin
memerlukan pencabutan atau perawatan sementara (misalnya pada suatu
keadaan darurat) dengan perawatan saluran akar definitif pada kunjungan
berikutnya. Akan tetapi keputusan utama adalah apakah memang suatu
perawatan saluran akar merupakan indikasi atau bukan.

Perawatan Berdasarkan Diagnosis


Diagnosis pulpa secara umum menentukan apakah perawatan saluran akar
memang diperlukan. Andaikata berbagai keadaan pulpa ini dibuat daftarnya,
yakni : normal, pulpitis reversible, pulpitis irreversible, dan nekrosis, terdapat
suatu garis yang membentang antara pulpitis reversible dan ireversibel. Semua
yang ada di sisi yang reversible mungkin perlu atau mungkin pula tidak perlu
dilakukan perawatan noninvasive, sedangkan yang berada pada sisi irreversible
memerlukan pencabutan atau perawatan saluran akar atau paling tidak
pembuangan jaringan pulpanya yang terinfeksi.
Diagnosis periapeks menandakan adanya sifat khusus yang harus diikuti,
biasanya dalam kaitannya dengan perawatan saluran akar. Dengan perkataan
lain, berkembangnya lesi periradikuler hanyalah karena adanya suatu penyakit
pulpa yang parah. Hal ini memerlukan terapi saluran akar (jika memang
dibutuhkan) dan kadang-kadang prosedur bedah lain seperti insisi dan drainase.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 90)

Jumlah kunjungan
Walaupun masih merupakan bahan perdebatan, hasil penelitian mutakhir
menunjukkan bahwa perawatan saluran akar satu kali kunjungan dapat
dilakukan pada sebagian besar kasus. Akan tetapi, dokter gigi umum harus
mengerjakan macam perawatan ini dengan hati-hati serta memilih kasusnya
dengan teliti.

a. Kunjungan Jamak
Ada dua keadaan yang memerlukan lebih dari satu kunjungan pasien. Pertama
adalah kasus yang rumit atau memerlukan waktu banyak. Yang berkaitan
dengan hal ini dan yang paling penting adalah manajemen pasien dan tingkat
toleransi pasien dan operatornya. Jika sudah lelah atau frustasi, hentikan dahulu
perawatan dan buat tumpatan sementara serta perjanjian pertemuan berikutnya.
Situasi lain adalah jika pasien memiliki gejala periradikuler parah dan keluarnya
eksudat saluran akar yang tidak berhenti. Flare up diantara waktu kunjungan
lebig sering terjadi pada situasi seperti ini. Flare up pasca perawatan akan lebih
sukar ditanggulangi jika saluran akarnya telah diiisi.

b. Pengaruh pada Prognosis dan Rasa Nyeri


Prognosis jangka panjang dan gejala setelah perawatan adalah dua hal utama
yang harus diperhitungkan dalam menentukan jumlah kunjungan. Dari
penelitian terungkap bahwa pada pasien yang asimtomatik, baik nyeri
pascaperawatan maupun kegagalan perawatan tidak disebabkan oleh apakah
perawatannya dilakukan dalam satu kali kunjungan. Tetapi perawatan saluran
akar satu kali kunjungan harus selalu disertai dengan kehati-hatian yang tinggi
dan dengan mempertimbangkan kasus per kasus dengan teliti. (Walton &
Torabinejad, 1997 : 90-91)
Seperti telah dikemukakan di muka, jika diagnosis telah ditegakkan, buatlah
rencana perawatan keseluruhan. Walaupun demikian, pendekatan khusus juga
dilakukan tergantung kepada situasi tiap-tiap pasien. Rekomendasi umum
berikutnya dibuat berdasarkan diagnosis pulpa dan jaringan periapeks. Variasi
atau perubahan dalam perawatan ditentukn kemudian berdasarkan situasi yang
dihadapi.
(Walton & Torabinejad, 1997 : 91)

Perawatan Untuk Diagnosis Pulpitis Reversible


Perawatan saluran akar bukan merupakan indikasi untuk kasus pulpitis
reversible (kecuali pada kasus-kasus tertentu). Pasien dengan pulpitis reversible,
biasanya ditangani dengan membuang penyebabnya kemudian diikuti dengan
restorasi (jika diperlukan). (Walton & Torabinejad, 1997 : 91)

DAFTAR PUSTAKA

Baum, Lloyd, Philips, Ralph W., Lund, Melvin R. 1197. Buku Ajar Ilmu
KonservasiGigi, Edisi 3. Jakarta: EGC
Grossman LI. 1998. Endodontic Practice. 8th ed. Philadelphia, London: Lea and
Febiger
Tarigan, Rasinta. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : Widya
Medika
Walton, Richard. E & Torabinejad, Mahmoud. 1997. Prinsip dan Praktik Ilmu
Endodonsi. Jakarta : EGC.

PENYAKIT PULPA ( PULPITIS )


Pulpitis Reversible
Pulpitis reversible merupakan proses inflamasi ringan yang apabila
penyebabnya dihilangkan maka inflamasi menghilang dan pulpa akan kembali
normal. Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversible, antara lain
stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipient, erosi servikal, atau atrisi
oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam
dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.
Gejala
Pulpitis reversible bersifat asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang
baru muncul dan akan kembali normal bila karies dihilangkan dan gigi
direstorasi dengan baik, apabila ada gejala (bersifat simtomatik) biasanya
berbentuk pola khusus. Aplikasi stimulus dingin atau panas, dapat
menyebabkan rasa sakit yang tajam. Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan
segera reda. Stimulus panas dan dingin menimbulkan nyeri yang berbeda pada
pulpa normal. Ketika panas diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak
terinflamasi, respon awal yang langsung terjadi (tertunda), namun jika stimulus
panas ditingkatkan maka intensitas nyeri akan meningkat. Sebaliknya, jika
stimulus dingin diberikan, pulpa normal akan segera terasa nyeri dan menurun
jika stimulus dingin dipertahankan. Berdasarkan observasi hal ini, respon dari
pulpa sehat maupun terinflamasi tampaknya sebagian besar disebabkan oleh
perubahan dalam tekanan intrapulpa.
Pulpitis Irreversible

Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih
walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi
nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali merupakan akibat atau perkembangan
dari pulpa reversible. Dapat pula disebabkan oleh kerusakan pulpa yang parah
akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif, trauma atau
pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya
aliran darah pulpa.
Gejala
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu
paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut:
perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke
dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap
berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa
sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan
pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali
dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan
umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus
tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya
dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila
bawah belakang yang terkena. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit
dibandingkan nyeri pada periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika
nyerinya semakin intens.Stimulus eksternal, seperti dingin atau panas dapat
menyebabkan nyeri berkepanjangan.
Nyeri pada pulpitis irreversible berbeda dengan pulpa yang normal atau sehat.
Sebagai contoh, aplikasi panas pada inflamasi ini dapat menghasilkan respon
yang cepat dan aplikasi dingin, responnya tidak hilang dan berkepanjangan.
Walaupun telah diklaim bahwa gigi dengan pulpitis irreversible mempunyai
ambang rangsang yang rendah terhadap stimulasi elektrik, menurut Mumford
ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang terinflamasi dan tidak
terinflamasi adalah sama.
Nekrosis Pulpa

pulpa nekrosis
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya,
tergantung pada seluruh atau sebagian yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu
inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatic yang pulpanya rusak sebelum
terjadi reaksi inflamasi. Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuifaksi
(pengentalan dan pencairan). Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang dapat
larut mengendap atau diubah menjadi bahan solid. Pengejuan adalah suatu
bentuk nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa seperti keju,
yang terdiri atas protein yang mengental, lemak dan air. Nekrosis likuefaksi
terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak,
suatu cairan atau debris amorfus. Pulpa terkurung oleh dinding yang kaku, tidak
mempunyai sirkulasi daerah kolateral, dan venul serta limfatiknya kolaps akibat
meningkatnya tekanan jaringan sehingga pulpitis irreversible akan menjadi
nekrosis likuifaksi. Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis irreversible
diserap atau didrainase melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang tebuka ke
dalam rongga mulut, proses nekrosis akan tertunda; pulpa di daerah akar akan
tetap vital dalam jangka waktu yang cukup lama. Sebaliknya, tertutup atau
ditutupnya pulpa yang terinflamasi mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang
cepat dan total serta timbulnya patosis periapikal.
Gejala
Gejala umum nekrosis pulpa :

1. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible


2. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan.
3. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiografik
4. Mungkin memiliki perubahan-perubahan radiografik defenitif seperti
pelebaran jaringan periodontal yang sangat nyata adalah kehilangan
lamina dura
5. Perubahan-perubahan radiografik mungkin jelas terlihat
6. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks dari
salah satu atau beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.

Keluhan subjektif :

1. Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan panas


2. Bau mulut (halitosis)
3. Gigi berubah warna.

Pemeriksaan objektif :

1. Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman


2. Terdapat lubang gigi yang dalam
3. Sondenasi,perkusi dan palpasi tidak sakit
4. Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal. Kecuali pada
nekrosis tipe liquifaktif.
5. Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium, perkusi,palpasi dan
sondenasi sakit.
1. 2. Pulpitis Reversibel

Definisi pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai
sedang yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu kembali
pada keadaan tidak terinflamasi setelah jejas dihilangkan. Rasa sakit biasanya
sebentar, yang dapat dihasilkan oleh karena jejas termal pada pulpa yang sedang
mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit ini akan hilang segera setelah
jejas dihilangkan. Pulpitis reversibel yang disebabkan oleh jejas ringan
contohnya erosi servikal atau atrisi oklusal, fraktur email.
Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai pulpa,
antara lain: trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal yang
terganggu; syok termal, seperti yang timbul saat preparasi kavitas dengan bur
yang tumpul, atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi atau
panas yang berlebihan saat memoles tumpatan; dehidrasi kavitas dengan
alkohol atau kloroform yang berlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang
dentinnya terbuka, adanya bakteri dari karies.
Kadang-kadang setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh tentang
sensitivitas ringan terhadap permukaan temperatur, terutama dingin. Hal ini
dapat berlangsung dua sampai tiga hari atau satu minggu, tetapi berangsur-
angsur akan hilang. Sensitivitas ini adalah gejala pulpitis reversibel.
Rangsangan tersebut di atas dapat menyebabkan hiperemia atau inflamasi
ringan pada pulpa sehingga menghasilkan dentin sekunder, bila rangsangan
cukup ringan atau bila pulpa cukup kuat untuk melindungi diri sendiri. Jadi
dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya pulpitis reversibel bisa karena
trauma yaitu apa saja yang dapat melukai pulpa. Seperti telah diterangkan di
atas bahwa sejak lapisan terluar gigi terluka sudah dapat menyebabkan
perubahan pada pulpa.
Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya
sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan atau minuman dingin daripada
panas, tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya
ditiadakan. Perbedaan klinis antara pulpitis reversibel dan irreversibel adalah
kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan beralngsung
lebih lama.
Pada pulpitis reversibel penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu
stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan irreversibel rasa sakit
dapat datang tanpa stimulus yang nyata. pulpitis reversibel asimtomatik dapat
disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah
karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik.
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan
hingga sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin terlibat. Secara
mikroskopis terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran
pembuluh darah dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis
kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol dapat dilihat juga sel
inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik, seacara klinik ditandai dengan gejala
sensitif dan rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh
rangsangan dingin daripada panas. Ada keluhan rasa sakit bila kemasukan
makanan, terutama makanan dan minuman dingin. Rasa sakit hilang apabila
rangsangan dihilangkan, rasa sakit yang timbul tidak secara spontan. Cara
praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah
rangsangan dihilangkan
- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul
bila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-
kadang mencapai selapis tipis dentin), perkusi, tekanan tidak sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika
karies porfunda perlu pulp capping terlebih dahulu, apabila 1 minggu kemudian
tidak ada keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan.

1. 3. Pulpitis Irreversibel

Definisi pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang


persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu
stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi
yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal.
Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh
stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa
sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah
stimulus/jejas termal dihilangkan.
Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari
karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa
juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis
irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis
reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu
paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut:
perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke
dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap
berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa
sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan
pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali
dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan
umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus
tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya
dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan
rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila
bawah belakang yang terkena.
Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat
pembukaan sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies
lunak seperti kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan
ke dalam pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan
biasanya tidak tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah
pembukaan atau draenase pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang
sama sekali. Rasa sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas
atau masuk di bawah tumpatan yang bocor. Cara praktis untuk mendiagnosa
pulpitis ireversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta
menyebar
- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada
rangsangan sakit), nyeri lama sampai berjam-jam.
- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi,
perkusi dan tekan kadang-kadang ada keluhan.
- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi
dinyatakan vital.
- Terapi: pulpektomi

1. 4. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya,


tergantung pada apakah sebagian atau seluruh pulpa yang terlibat. Nekrosis,
meskipun suatu inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatik yang
pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi. Nekrosis ada dua jenis yaitu
koagulasi dan likuefaksi (pengentalan dan pencairan). Pada jenis koagulasi,
bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau dirubah menjadi bahan solid.
Pengejuan adalah suatu bentuk nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah
menjadi masa seperti keju, yang terdiri atas protein yang mengental, lemak dan
air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan
menjadi massa yang melunak, suatu cairan atau debris amorfus.
Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh jejas yang membahayakan pulpa seperti
bakteri, trauma dan iritasi kimiawi. Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa
nekrotik tidak menyebabkan gejala rasa sakit. Sering adanya perubahan warna
pada gigi keabu-abuan/kecoklat-coklatan adalah indikasi pertama bahwa pulpa
mati.
Pada pemeriksaan histopatologis tampak debris seluler dan mikroorganisme
mungkin terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal
atau menunjukkan sedikit inflamasi yang dijumpai pada ligamen periodontal.

NEKROSIS PULPA
I. Definisi
Nekrosis pulpa (gangrene) merupakan proses lanjut dari radang pulpa akut
maupun kronis atau terhentinya darah secara tiba-tiba karena trauma. Nekrosi
pulpa dapat terjadi parsial maupun full. Ada 2 macam nekrosis :
 Tipe koagulasi terjadi karena jaringan yang larut mengendap dan berubah
menjadi bahan yang padat.
 Tipa liquefaction terjadi karena enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa
menjadi bahan yang lunak dan cair.
Penyebabnya :
1. Microbakterial
2. Trauma fisik (benturan, radiasi)
3. Bahan-bahan kimia (tumpatan gigi, bahan korosif)
4. Reaksi hipersensitivitas
Umumnnya nekrosis pulpa disebabkan karena pulpitis reversible dan
irreversible yang tidak di tangani dengan baik/benar (kegagalan perawatan).
Nekrosis pulpa ditandai dengan hasil akhir berupa H2S, amoniak, bahan yang
bersifat lemak, indikan, protamine, CO2 selain itu Indole, Skatol, Putresin dan
kadaverin yang menimbulkan bau busuk. Ditemukan juga kuman saprofit
anaerob.
II. Mekanisme
Meknisme terjadinya nekrosis pulpa merupakan penjalaran yang membutuhkan
waktu yang lama. Proses terjadi nekrosis dimulai dari :
 Karies superfacial (karies email).
Dimana terjadi pembentukan plak dan penguraian karbohidrat oleh bakteri
dengan menggunakan enzim Ftase dan Gtase. Bakteri yang mengurai
karbohidrat (sukrosa) akan menghasilkan asam sebagai hasil akhir yang meng-
etsa email gigi hingga tebentuk kavitas.
 Karies dentin
Merupakan kelanjutan invasi bakteri setelah terbentuk kavitas superfacial.
 Peradangan pulpa (infeksi pulpa)
Merupakan reaksi terhadap invasi bakteri yang telah mengenai pulpa.
Ditandai dengan terjadinya dilatasi pembuluh darah, peningkatan volume darah
dalam ruangan pulpa (kongesti)
 Pulpitis
Dibedakan menjadi 2 :
- Reversible
Inflamasi pulpa yang masih ringan yang disebabkan oleh stimuli tapi pulpa
dapat kembali ke keadaan tidak terinflamasi bila stimuli dihilangkan.
a. Kronik (tanpa gejala)/asimtomatik
b. Akut (dengan gejala)/symtomatik
- Ireversibel
Inflamasi pulpa yang persisten yang dapat simtomatik ataupun asimtomatik
yang menyebabkan pulpa menjadi nekrosis (mati).
a. Akut
b. Kronik : pulpitis hiperplastik
Ditandai dengan berlanjutnya dilatasi pembuluh darah, akumulasi cairan udema
pada jaringan penghubung yang mengelilingi pembuluh darah kecil. Cairan
udema ini akan merusak kapiler yang ditandai dengan ektravasasi sel darah
merah dan diapedesis sel darah putih. Ditemukan juga PMN disekitar dinding
pembuluh kapiler yang aktif bergerak secara teratur. Sel-sel yang rusak, leukosit
PMN, bakteri yang mati yang menyebabkan terbentuknya PUS (abses pulpa).
Pus tersebut akan menyumbat jalan peredaran darah sehingga drainase
terganggu akibatnya pus menjalar di seluruh bagian pulpa dan menyebabkan
terjdinya nekrosis.
 Nekrosis (gangrene)
Nekrosis yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya abses periapikal.
 Abses periapikal
 Penyebaran PUS ke organ tubuh lain melalui pembuluh darah, yang bisa
menyebabkan kematian.
III. Gejala :
Gejala umum nekrosis pulpa :
a. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible
b. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan.
c. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiografik
d. Mungkin memiliki perubahan-perubahan radiografik defenitif seperti
pelebaran jaringa periodontal yang sangat nyata adalah kehilangan lamina dura
e. Perubahan-perubahan radiografik mungkin jelas terlihat
f. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks dari salah
satu atau beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.
• Keluhan subjektif :
 Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan panas
 Bau mulut (halitosis)
 Gigi berubah warna.
• Pemeriksaan objektif :
 Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman
 Terdapat lubang gigi yang dalam
 Sondenasi,perkusi dan palpasi tidak sakit
 Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal. Kecuali pada
nekrosis tipe liquifaktif.
 Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium, perkusi,palpasi dan
sondenasi sakit.
IV. Pengobatan
a. Simtomatis :
Diberikan obat-obat penghilang rasa sakit/anti inflmasi (OAINS)
b. Kausatif :
Diberikan antibiotika (bila ada peradangan)
c. Tindakan :
- Gigi dibersihkan dengan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas.
- Beri anagesik, bila ada peradangan bisa di tambah dengan antibiotic
- Sesudah peradangan reda bisa dilakukan pencabutan atau dirujuk untuk
perawatan saluran akar.
- Biasanya perawatan saluran akar yang digunakan yaitu endodontic intrakanal.
Yaitu perawatan pada bagian dalam gigi (ruang akar dan saluran akar) dan
kelainan periapaikal yang disebabkan karena pulpa gigi tersebut.

Hiperemi Pulpa
Posted on April 17, 2011 byDokter Gigi
Hiperemi pulpa adalah penumpukan darah secara berlebihan pada pulpa,
yangdisebabkan oleh kongesti vaskular. Hiperemi pulpa ada dua tipe:1. Arteri
(aktif), jika terjadi peningkatan peredaran darah arteri.2. Vena (pasif), jika
terjadi pengurangan peredaran darah vena.Jadi, hiperemi pulpa merupakan
penanda bahwa pulpa tidak dapat dibebani iritasi lagiuntuk dapat bertahan
sebagai suatu pulpa yang tetap sehat.
Hiperemi pula dapat disebabkan oleh:
1. Trauma, seperti oklusi traumatik, syok termal sewaktu preparasi kavitas,
dehidrasiakibat penggunaan alkohol atau kloroform, syok galvanik, iritasi terhadap dentin
yangterbuka di sekitar leher gigi.2. Kimiawi, seperti makanan yang asam atau manis, iritasi
terhadap bahan tumpatansilikat atau akrilik, bahan sterilisasi dentin (fenol, H2O2, alkohol, kloroform).3.
Bakteri yang dapat menyebar melalui lesi karies atau tubulus dentin ke pulpa,
jadidalam hal ini sebelum bakterinya masuk ke jaringan pulpa, tetapi baru
toksin bakteri.
Gejala
Hiperemi pulpa bukanlah penyakit, tetapi merupakan suatu tanda bahwa
ketahananpulpa yang normal telah ditekan sampai kritis. Hiperemi pulpa
ditandai dengan rasasakit yang tajam dan pendek. Umumnya rasa sakit timbul karena rangsangan
air,makanan, atau udara dingin, juga karena makanan yang manis atau asin. Rasa
sakit initidak spontan dan tidak berlanjut jika rangsangan dihilangkan.
Diagnosis
Hiperemi pulpa didiagnosis melalui gejalanya dan pemeriksaan klinis. Rasa
sakit tajamdan berdurasi pendek, berlangsung beberapa detik sampai kira-kira 1 menit,
umumnyahilang jika rangsangan disingkirkan. Pulpa yang hiperemi, peka terhadap
perubahantemperatur, terutama rangsangan dingin. Rasa manis umumnya juga menyebabkanrasa
sakit.Pemeriksaan visual dan riwayat sakit pada gigi tersebut harus diperhatikan, misalnyaapakah
terdapat karies, gigi pernah ditumpat, terdapat fraktur pada mahkota gigi,
atauoklusi traumatik. Pada pemeriksaan perkusi, gigi tidak peka walaupun
kadangkadangada respons ringan. Hal ini disebabkan oleh vasodilatasi kapiler
di dalam pulpa.

Pengertian Pulpitis dan Macam penyakit Pulpa


Pengertian / Definisi Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan
gambaran klinik yang akut. Merupakan kelanjutan dari Hiperemi Pulpa, yaitu bakteri telah
menggerogoti jaringan pulpa (Tarigan 2006).
Macam atau Klasifikasi Penyakit Pulpa menurut Walton dan Torabinejad (1998) adalah :

1. Pulpitis Reversibel

Adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dihilangkan, inflamasinya
akan pulih kembali dan pulpa akan kembali normal. Penyebab Pulpitis Reversibel adalah stimuli

ringan seperti karies insipien dan fraktur email yang mengakibatkan terbukanya dentin.
2. Pulpitis Irreversibel

Adalah inflamasi parah yang tidak akan pulih kembali sekalipun penyebabnya dihilangkan. Pulpa
lambat atau cepat akan menjadi nekrosis.

Gejala pulpitis jenis ini menyebabkan episode nyeri spontan atau terus menerus tanpa ada stimulus
eksternal.

3. Degenerasi Pulpa

Degenerasi pulpa biasanya terdapat pada gigi orang dewasa. Penyebabnya adalah iritasi ringan yang
persisten pada saat muda. Degenerasi pulpa tidak selalu berhubungan dengan infeksi atau karies
walaupun kadang-kadang terjadi pada gigi yang telah ditumpat. Jika degenerasi pulpa total, misalnya
akibat trauma dan infeksi, gigi dapat berubah warna.

4. Nekrosis Pulpa

Adalah kematian pulpa gigi yang merupakan lanjutan dari radang pulpa akut maupun kronis atau
terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat mengenai sebagian
atau seluruhnya bagian pulpa. Gigi yang nekrosis tidak terasa sakit, terlihat perubahan warna gigi,

Anda mungkin juga menyukai