Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi islam tidak dapat di pisahkan dari perkembangan
sejarah peradaban islam itu sendiri. Berdasarkan realita yang ada dalam masyarakat
ilmu ekonomi konvensional lebih dikenal, sehingga ilmu ekonomi islam baru
muncul pada tahun 1970-an. Tetapi pemikiran dan praktik ekonomi islam telah ada
sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan bisa dikatakan sejak islam itu diturunkan
melalui Nabi Muhammad, tepatnya sekitar abad akhir 6 M hingga awal abad 7 M.
Dikatakan dalam sejarah, setelah masa tersebut para ulama banyak memberi
kontribusi karya pemikirannya tentang ekonomi. Karya-karya mereka sangat
berbobot dalam menanggapi permasalahan ekonomi syari’ah.
Jika pada saat ini terkesan bahwa perkembangan pemikiran ekonomi islam
kurang di kenal dalam masyarakat karena kajian-kajian pemikiran ekonomi islam
kurang tereksploritasi di tengah dominasi ilmu konvensional. Dalam sejarah
perkembangan pemikiran ilmu ekonomi islam dibagi menjadi 4 ( empat ) periode
yaitu periode pertama dimulai pada tahun sebelum 450 H – 1058 M, periode kedua
pada tahun 450 – 1350 H / 1446 – 1932 M, periode ke empat atau periode
kontemporer dimulai tahun 1930 sampai sekarang.
Oleh karena itu penulis akan membahas salah satu tokoh pemikir ilmu
ekonomi islam pada periode pertama dengan judul “Pemikiran Ekonomi Islam
Menurut Abu Hanifah”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Abu Hanifah ?
2. Apa karya-karya Abu Hanifah ?
3. Bagaimana pemikiran ekonomi islam menurut Abu Hanifah

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Abu Hanifah
2. Untuk mengetahui karya-karya Abu Hanifah
3. Untuk mengetahui oemikiran ekonomi islam menurut Abu Hanifah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Abu Hanifah


Imam Abu Hanifah, yang dikenal dengan sebutan Imam Hanafi, mempunyai
nama lengkap : Abu Hanifah Al-Nu’man bin Tsabit bin Zutha Al-Kufi. Lahir di
irak pada tahun 80 Hijriah/699 M, bertepatan dengan masa khalifah Bani Umayyah
Abdul Malik bin Marwan. Beliau digelari dengan nama Abu Hanafi yang berarti
suci dan lurus, karena sejak kecil beliau dikenal dengan kesungguhannya dalam
beribadah, berakhlak mulia , serta menjauhi perbuatan-perbuatan dosa dan keji. Dan
mazhab fiqihinya dinamakan Mazhab Hanafi.
Ayahnya (Tsabit) berasal dari keturunan Persia sedangkan kakenya (Zutha)
berasal dari Kabul, Afganistan. Ketika Tsabit masih didalam kandungan, ia dibawa
ke Kufah, kemudian menetap sampai Abu Hanafi lahir. Ketika Zutha bersama
anaknya Tsabit berkunjung kepada Ali bin Abi Thalib mendo’akan agar kelak
keturunan Tsabit menjadi orang-orang yang utama di zamannya, dan doa itu pun
terkabul dengan kehadiran Imam hanafi, namun tak lama kemudian ayahnya wafat.
Abu Hanafi tumbuh dan dibesarkan di kota Kufah. Di kota ini lah ia mulai
belajar dan menimba banyak ilmu. Ia pun pernah melakukan perjalanan ke Basrah,
Makkah dan madinah dalam rangka mengembangan wawasan dan memperluas
ilmu pengetahuan yang telah ia peroleh.
Guru-guru yang pernah beliau temui antara lain adalah : {“Hammad bin
Abu Sulaiman Al-Asy’ari (W. :[120 H / 738 M]) faqih kota “Kaufah”, ‘Atha’ bin
Abi Rabah (W. :[114 H / 732 M]) faqih kota “Makkah”, ‘Ikrimah’ (W. :[104 H /
723 M]) maula serta pewaris imu Abdullah bin Abbas, Nafi’ (W. :[117 H / 735 M])
maula dan pewaris ilmu Abudllah bin Umar serta yang lain-lain. Beliau juga pernah
belajar kepada ulama’ “Ahlul-Bait” seperti missal : Zaid bin Ali Zainal ‘Abidin (79-
122 H / 698-740 M), Muhammad Al-Baqir ([57-114 H / 676-732 M]), Ja’far bin
Muhammad Al-Shadiq ([80-148 H / 699-765 M]) serta Abdullah bin Al-Hasan.
Beliau juga pernah berjumpa dengan beberapa sahabat seperti missal : Anas bin
Malik ([10 SH-93 H / 612-712 M]), Abdullah bin Abi Aufa ([w. 85 H / 704 M])[1]
di kota Kufah, Sahal bin Sa’ad Al-Sa’idi ([9 SH-88 H / 614-697 M]) di kota
Madinah serta bertemu dengan Abu Al-Thufail Amir bin Watsilah (W. :[110 H /
729 M]) di kota Makkah.
Abu Hanifah belajar kepada Hammad Selama 18 tahun sampai Hammad
wafat. Dan setelah itu beliau menggantikan kedudukan Hammad sebagai pengajar
di majelis ilmu fiqih di kota Kufah dengan gelar Imam ahl al-ra’y yang artinya
pemimpin ulama ahlu-al-ra’y.
Ia pernah berkata bahwa ia tidak menunaikan shalat kecuali mendoakan
gurunya Hammad dan setiap orang yang pernah mengajarinya (belajar
kepadanya).” Hammad bin Abi Sulaiman adalah seorang guru yang paling
berpengaruh dalam pembentukan karakter intelektual dan corak mazhab Abu
Hanifah.
Imam Abu Hanifah menciptakan suatu metode dalam berijtihad dengan cara
melemparkan suatu permasalahan dalam suatu forum, kemudian ia mengungkapkan
pendapatnya beserta argumentasinya. Imam Abu Hanifah akan membela
pendapatnya di forum tersebut dengan menggunakan dalil dari Alquran dan sunnah
ataupun dengan logikanya. Diskusi bisa berlangsung seharian dalam menuntaskan
suatu permasalahan. Inilah metode Imam Abu Hanifah yang dikenal dengan metode
yang sangat mengoptimalkan logika.
Metode ini dianggap sangat efektif untuk merangsang logika para murid
Imam Abu Hanifah sehingga mereka terbiasa berijtihad. Para murid juga melihat
begitu cerdasnya Imam Abu Hanifah dan keutamaan ilmu beliau. Dari majlis beliau
lahirlah ulama-ulama besar semisal Abu Yusuf, Muhammad asy-Syaibani, az-
Zuffar, dll. Dan majlis beliau menjadi sebuah metode dalam rangka ilmu fiqih yang
dikenal dengan Madzhab Hanafi dan membuah sebuah kitab yang istimewa, al-
Fiqh al-Akbar.
Imam Abu Hanifah beberapa kali ditawari untuk memegang jabatan
menjadi seorang hakim di Kufa, namun tawaran tersebut senantiasa beliau tolak.

1http://www.mutiarapublic.com/ragam-public/biografi-tokoh-islam/biografi-
imam-abu-hanifah-pendiri-madzhab-hanafi/
Hal inilah diantara yang menyebabkan beliau dipenjara oleh otoritas Umayyah dan
Abbasiah.
Imam Abu Hanifah wafat di kota Baghdad pada tahun 150 H / 767 M. Imam
Ibnu Katsir mengatakan, “6 kelompok besar Penduduk Baghdad menyolatkan
jenazah beliau secara bergantian. Hal itu dikarenakan banyaknya orang yang
hendak menyolatkan jenazah beliau.”
Di masa Turki Utsm didedikasikan untuk beliau. Masjid tersebut dinamai
Masjid Imam Abu Hanifah.
Sepeninggal beliau, madzhab fikihnya tidak redup dan terus dipakai oleh
umat Islam bahkan menjadi madzhab resmi beberapa kerajaan Islam seperti Daulah
Abbasiyah, Mughal, dan Turki Utsmani. Saat ini madzhab beliau banyak dipakai di
daerah Turki, Suriah, Irak, Balkan, Mesir, dan india. [2]

B. Karya Karya Abu Hanifah


Perlu diketahui bahwa Abu Hanifah tidak pernah menulis kitab tentang
mazhabnya. Muhammad Abu Zahrah menjelaskan bahwa Abu Hanifah tidak
menulis kitab secara langsung kecuali beberapa “risalah” kecil yang dinisbahkan
kepadanya, seperti risalah yang dinamakan al-Fiqh al-Akbar dan al-Alim wa al-
Muta”alim. Walau demikian mazhabnya sangat populer dan tersebar luas. Ini
karena hasil perjuangan murid-murid Abu Hanifah dalam mengembangkan dan
menyebarluaskan pemikirannya terutama pada istimbath yang ia rumuskan.
Diceritakan bahwa Imam Abu Yusuf merupakan orang yang pertama
menulis beberapa buku berdasarkan mazhab Hanafi dan menyebarkannya ke
berbagai daerah untuk dipelajari. Demikian pula halnya dengan Muhammad Ibnu
al-Hasan asy-Syaibani banyak menimba ilmu dari Abu Hanifah dan menyebarkan
pemikiran-pemikiran beliau melalui karya-karyanya . dari sejumlah sumber,
menyebutkan bahwa Abu Hanifah sendiri tidak meninggalkan karya atau buku yang
ditulisnya langsung, kecuali apa yang dinukil oleh para murid beliau.[3]

2 https://kisahmuslim.com/4365-biografi-imam-abu-hanifah.html
3 http://annajihah91.blogspot.co.id/2016/11/sejarah-dan-pemikiran-ekonomi-
abu.html
Abu Zahrah, menceritakan bahwa penulisan di bidang ushul fiqh untuk
pertama kali disusun oleh murid Imam Abu Hanifah. Hal senada juga disebutkan
oleh pengikut dan para muridnya. Diantara murid Abu Hanifah yang paling terkenal
dan merupakan orang yang pertama menulis buku ushul fiqh berdasarkan
pandangan Abu Hanifah adalah Imam Abu Yusuf (w. 182 H). Dan karya Abu Yusuf
ini pada akhirnya menjadi pegangan mazhab Hanafi, dala, ushul fiqh.
Menurut penuturan Imam Nadim sebagaimana dikutip oleh Tengku
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, bahwa Abu Yusuf dan Zufar adalah dua orang
murid yang sangat berjasa dalam merumuskan dan mengembangkan pemikiran Abu
Hanifah dan mazhab ushul Hanafi. Abu Yusuf sendiri banyak menghasilkan karya-
karya yang didasarkan kepada mazhab Hanafi, seperti kitab as-Zakah, as-Shiyam,
al-Faraidh, al-Hudud, al-Kharaj dan al-Jami”. Dan diantara karya Abu Yusuf
yang terkenal adalah kita al-Kharaj.
Selain Abu Yusuf dan Zufar, Muhammad Ibn Hasan asy-Syaibani juga
salah seorang murid Abu Hanifah yang terkenal dan berjasa dalam
mengembangkan mazhab Hanafi. Ibn Hasan mengikuti cara-cara istimbath yang
telah dirintis oleh Abu Yusuf berdasarkan pemikiran Abu Hanifah.
Menurut riwayat, bahwa para ulama Hanafiyah (yang bermazhab Hanafi)
telah membagi-bagu masalah fiqh Hanafiyah menjadi tiga tingkatan, yakni;
pertama, masail al-Ushul, kedua, masail an-Nawadhir dan ketiga, al-Fatawa wa
al-waqi”at.
Pertama, masail al-Ushul yaitu masalah-masalah yang termasuk zhahir ar-
Riwayah, yaitu pendapat yang diriwayatkan oleh Abu Hanifah dan sahabatnya,
seperti Abu Yusuf, Muhammad dan Zufar. Muhuammad Ibn al-Hasan asy-Syaibani
telah mengumpulkan pendapat-pendapat tersebut yang kemudian disusun dalam
kitab yang bernilai tinggi. Zahir ar-Rriwayah.
Kitab-kitab yang termasuk Zahir ar-Rriwayah ada enam buah, yaitu (1) al-
Mabsuth atau al-Ashl, (2) al-Jami” al-Kabir, (3) al-Jami” ash-Shagir, (4) as-Siyar
al-Kabir, (5) as-Siyar ash-shagir, dam (6) az-Ziyadat. Keenam kitab tersebut
kemudian disusun oleh Hakim asy-Syahid menjadi satu kitab yang diberi nama al-
Kafi. Kitab ini dikomentari atau diberi syarah oleh Syamsu ad-dhin asy-Syarkhasyi
dan dikenal dengan nama al-Mabsuth.
Kedua, masail An-Nawadir yaitu pendapat-pendapat yang diriwayatkan
Abu Hanifah dan sahabatnya yang tidak terdapat dalam kitab yang termasuk Zahir
ar-Riwayah. Adapun kitab-kitab terkenal yang termasuk an-Nawadir adalah al-
Kaisaniyyat, ar-Ruqayyat, al-Jurjaniyyat dan Badai”ash-Shanai” fi Tartib asy-
Syarai”.
Ketiga, al-Fatawa wa al-Waqi”at yaitu yang berisi masalah-masalah
keagamaan yang dari istimbath-nya para mujtahid yang bermazhab Imam Hanafi
yang datang kemudian, pada waktu mereka ditanyai tentang masalah hukum-
hukum keagamaan, padahal mereka tidak dapat menjawabnya, lantaran dalam
kitab-kitab mazhabnya terdahulu tidak didapati keterangannya, kemudian mereka
berijtihad guna menjawabnya. Adapun tentang kitab al-Fatawa wa al-Waqi’at yang
pertama kali ialah kitab an-Nawazil karya Abi al-Laits as-Samarqandi.
Kitab-kitab yang terkenal susunan ulama Hanafiah mutaakkhirin
diantaranya adalah ; jami” al-Fushulain, Dharar al-Hukkam, Multaqa al-Akhbar,
Majmu” al-Anshar dan Radd al-Mukhtar”. ala Dhar al-Mukhtar yang terkenal
dengan has. Selain kitab-kitab fiqh, dalam aliran Hanafi terdapat kitab ushul al-
Fiqh dan Qawaid al-Fiqhiyah. Kitab-kitab ushul al-Fiqh dalam aliran Hanafi
adalah (1) ushul al-Fiqh karya Abu Zaid ad-Duyusi (w.430 H); (2) ushul al-Fiqh
karya Fakhr al-Islam al-Bazdawi (w.430 H); dan (3) ushul al-Fiqh karya an-Nasafi
(w.790 H) dan syarah-nya Misykat al-Anwar.
Selain kitab fiqh dan ushul al-Fiqh, ulama Hanafiah juga membangun
kaidah-kaidah fiqh yang kemudian disusun dalam kitab tersendiri. Diantara kitab
qawaid al-Fiqhiyyah aliran Hanafi yaitu, Ushul al-Karkhi Karya al-Karkhi (260-
340 H), Ta”ziz an-Nazhar karya Abu Zaid al-Dabusi (w. 430 H), Al-Asybah wa an-
Nazha”ir karya Ibn Nujaim (W. 970 H), Majami” al-Haqaiq karya Abu Said al-
Khadimi (w. 1176 H), Majallah al-Ahkam al-Adhiyyah (Turki Usmani, w. 1292 H),
Al-Fawaid al-Bahiyyah fi Qawaid wa al-Fawaid karya Ibn Hamzah (w. 1305 H)
dan Qawaid al-Fiqh karya Mujaddidi.

C. Pemikiran Ekonomi Menurut Abu Hanifah


Abu Hanifah merupakan seorang fuqaha terkenal yang juga seorang
pedangan di kota kufah yang ketika itu merupakan pusat aktivitas perdagangan dan
perekonomian yang sedang maju dan berkembang. Semasa hidupnya, salah satu
transaksi yang sangat populer adalah salam, yaitu menjual barang yang akan di
kirimkan kemudian sedangkan pembayaran di lakukan secara tunai pada waktu[4]
akad disepakati. Abu Hanifah meragukan keabsahan akad tersebut yang dapat
mengarah kepada perselisihan. Ia mencoba menghilangkan perselisihan ini dengan
merinci lebih khusus apa yang harus di ketahui dan dinyatakan dengan jelas didalam
akad, seperti jenis komoditi, mutu, dan kuantitas serta tempat dan waktu
pengiriman. Ia memberikan persyaratan bahwa komoditi tersebut harus tersedia di
pasar selama waktu kontrak dan tanggal pengiriman sehingga kedua belah pihak
mengetahui bahwa pengiriman tersebut merupakan sesuatu yang mungkin dapat
dilakukan.
Pengalaman dan pengetahuan tentang dunia perdagangan yang didapat
langsung Abu Hanifah sangat membantunya dalam menganalisis masalah tersebut.
Salah satu kebijakan Abu Hanifah adalah menghilangkan ambiguitas dan
perselisihan masalah transaksi. Hal ini merupakan salah satu tujuan syariah dalam
hubungannya dengan jual beli.
Disamping itu, Abu Hanifah mempunyai perhatian yang sangat besar
terhadap orang-orang yang lemah. Ia tidak akan membebaskan kewajiban zakat
terhadap perhiasan dan sebaliknya, membebaskan pemilik harta yang dililit utang
dan tidak sanggup menebusnya dari kewajiban membayar zakat. Ia juga tidak
memperkenankan pembagian hasil panen (muzara’ah) dalam kasus tanah yang
tidak menghasilkan apapun.
Pengertian salam, murabahah, dan muzara’ah yaitu :
1. Salama dalah kontrak jual beli atas suatu barang dengan jumlah dan kualitas
tertentu dimana pembayaran dilakukan dikemudian hari pada waktu yang
telah disepakati.
2. Murabahah adalah transaksi jual beli dengan prosedur penjual menyatakan
modal pembelian barang kemudian menentukan (Margin Profit) yang
disepakati dari modal.

4
Adiwarman Azwar Karim,Pemikir EKONOMI Islam(cet.3;Jakarta;PT
Rajagrafindo perseda,2010),hlm 13-14
3. Muzara’ah adalah, kontrak kerja sama antara pemilik tanah (malik) dengan
pekerja (amil) untuk bercocok tanam, dengan benih berasal dari pihak tanah,
dan dengan system bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.
Transaksi menurut Abu Hanifah terbagi 3 yaitu :
1. Salam
Konsep salam menurut Abu Hanifa yaitu suatu bentuk transaksi dimana
antara pihak penjual dan pembeli sepakat bila barang yang dibeli dikirim setelah
dibayar secara tunai pada waktu kontrak disepakati. Abu Hanifa mengkritik kontrak
tersebut yang cenderung mengarah kepada perselisihan antara yang memesan
barang dengan cara membayar terlebih dahulu, dengan orang yang membelikan
barang. Beliau mencoba menghilangkan perselisihan ini dengan merinci lebih jauh
apa yang harus diketahui dan dinyatakan dengan jelas didalam kontrak, seperti jenis
komoditi, kualitas, waktu, dan tempat pengiriman. Beliau memberikan persyaratan
bahwa komoditi tersebut harus tersedia di pasar selama waktu kontrak dan
pengiriman.
2. Murabahah
Untuk menghilangkan ambiguitas dan perselelisihan dalam masalah
bertransaksi beliau memberikan contoh murabahah dalam jual-beli. Murabahah
yaitu penjualan dengan suatu persentase penaikan harga yang disepakati terhadap
harga pembelian pembayaran yang di angsur. Pengalaman Abu Hanifa di bidang
perdagangan menjadikan beliau dapat menentukan mekanisme yang lebih adil
dalam transaksi ini dan transaksi sejenis.
3. Muzara’ah
Abu Hanifa sangat perhatian pada orang-orang lemah. Abu Hanifa
membebaskan kewajiban membayar zakat bagi pemilik harta yang dililit utang.
Beliau tidak memperbolehkan pembagian panen ( muzara’ah ) dari penggarap
kepada pemilik tanah dalam kasus tanah tidak menghasilkan apapun. Hal ini
dilakukan untuk melindungi para penggarap yang umumnya orang lemah.[5]

5
http://avierahman.blogspot.co.id/2016/11/pemikiran-abu-hanifa-dalam-ekonomi-
islam_31.html
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abu Hanifa Al-Nu’man Ibn Sabit Bin Zauti, ahli hokum agama islam
dilahirkan di Kufa pada 699 M semasa pemerintahan Abdul malik bin Marwan.
Abu Hanifa lebih di kenal sebagai Imam Madzhab. Abu Hanifa hidup di masa Bani
Umayyah dan Bani Abbasiyah, karena menolak menjadi qodhi Abu Hanifa pernah
hidup di sel penjara. Abu Hanifa meninggal pada tahun 150 H, tahun di masa Imam
Syafi’i lahir. Beliau dimakamkan di pemakaman umum khaizaran.
Adapun pemikiran Abu Hanifa dalam ekonomi islam adalah akad salam,
murabahah, dan muzara’ah.
Salam adalah kontrak jual beli atas suatu barang dengan jumlah dan kualitas
tertentu dimana pembayaran dilakukan kemudian hari pada waktu yang telah di
sepakati.
Murabahah ( Cost Plus Financing ) adalah transaksi jual beli dengan
prosedur penjual menyatakan modal pembelian barang, kemudian menetukan
margin profit uang di sepakati modal.
Muzara’ah adalah, kontrak kerja sama antara pemilik tanah ( malik ) dengan
pekerja ( amil ) untuk becocok tanam, dengan benih berasal dari pihak pemilik
tanah, dan dengan sistem bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.

B. Saran
Sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan, penulis mengharapkan
kritikan dan masukan yang membangun daru semua pihak, termasuk dari pembaca
guna memperbaiki dan menyempurnakan tulisan dan pengetahuan penulis. Apa lagi
penulis yakin bahwa makalah ini masih sangat jauh dari standar sebuah karya
ilmiah. Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat kepada para
pembaca terlebih bagi pribadi penulis dan mendapatkan kebaikan serta petunjuk
dari Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA

Ir. H. Adiwarman Azwar Karim 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi


Islam.Jakarta.PT Rajagrafindo perseda.
https://kisahmuslim.com/4365-biografi-imam-abu-hanifah.html
http://www.mutiarapublic.com/ragam-public/biografi-tokoh-islam/biografi-imam-
abu-hanifah-pendiri-madzhab-hanafi/
http://avierahman.blogspot.co.id/2016/11/pemikiran-abu-hanifa-dalam-ekonomi-
islam_31.html
http://annajihah91.blogspot.co.id/2016/11/sejarah-dan-pemikiran-ekonomi
abu.html
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Pemikiran Ekonomi Islam Menurut Abu
Hanifah” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
lurus berupa jajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta
rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas pendidikan agama dengan judul “Pemikiran Ekonomi Islam Menurut Abu
Hanifah”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung
sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritikan dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya bisa diperbaiki.

Medan, November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Abu Hanifah ..............................................................................2
B. Karya Karya Abu Hanifah......................................................................4
C. Pemikiran Ekonomi Menurut Abu Hanifah .........................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................9
B. Saran .........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iii


MAKALAH TENTANG
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MENURUT
ABU HANIFAH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK V
NAMA : LITA LISTAMI
PRODI : PERBANKAN SYARIAH
SEMESTER :I
DOSEN PENGAMPU : BAMBANG M.E.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH


T.A 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai