0110
LAPORAN
ID&R/PK/240513.01
PENDAPAT KEWAJARAN
ATAS RENCANA TRANSAKSI
Kepada Yth.
Direksi
PT Tirta Mahakam Resources Tbk
Gapura Prima Office Tower (The Bellezza) Lantai 20
Jl. Let. Jend. Soepono No.34 Arteri Permata Hijau
Jakarta Selatan 12210
Dengan hormat,
Sehubungan dengan Rencana Transaksi, PT Tirta Mahakam Resources Tbk (“Perseroan”) telah
menunjuk KJPP Ihot Dollar & Raymond (“ID&R”), sebagai Penilai Independen sesuai dengan Surat
Penugasan No. 038/V/FO/13/KJPPID&R tertanggal 14 Mei 2013, untuk memberikan pendapat
kewajaran atas rencana Perseroan untuk melaksanakan transaksi peminjaman dana oleh pihak
terafiliasi (untuk selanjutnya disebut “Rencana Transaksi”), dengan tanggal pisah batas (cut off
date) pendapat kewajaran adalah per 31 Desember 2012.
ID&R merupakan kantor jasa penilai publik yang terdaftar sebagai profesi penunjang di pasar modal
berdasarkan Surat Izin Usaha dari Menteri Keuangan No. 1408/KM.1/2012 tanggal 27 November
2012. Rekan telah memenuhi persyaratan pendidikan profesional yang ditentukan dan/atau
diselenggarakan oleh asosiasi Penilai yang diakui Pemerintah dengan No. MAPPI: 03-S-01751 dan
No. Izin: 03/BL/STTD-P/B/2009.
Halaman 1
2. Pendahuluan
Laporan ini bertujuan untuk memberikan pendapat kewajaran atas Rencana Transaksi
yang akan dilakukan oleh Perseroan, yaitu transaksi peminjaman dana oleh pihak
terafiliasi. Rencana Transaksi tersebut dilakukan terkait dengan tujuan Perseroan dalam
hal pengembangan bisnisnya sehingga diharapkan akan dapat memberikan nilai tambah
lebih baik bagi para pemegang saham secara keseluruhan di masa depan.
Terkait dengan Rencana Transaksi tersebut di atas, maka Perseroan wajib mengikuti
ketentuan yang diatur dalam peraturan Badan Pengawas Pasar Modal-LK (“Bapepam-LK”)
No. IX.E.1 dan No. IX.E.2 tentang “Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi
Tertentu” (“Peraturan IX.E.1”) yang dimuat dalam Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK
No. Kep-412/BL/2009 tanggal 25 November 2009 dan “Transaksi Material dan Perubahan
Kegiatan Usaha Utama” (“Peraturan IX.E.2”) yang dimuat dalam Lampiran Keputusan
Ketua Bapepam-LK No. Kep-614/BL/2011 tanggal 28 November 2011. Dalam Peraturan
IX.E.1 tersebut, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan transaksi afiliasi adalah
transaksi yang dilakukan oleh perusahaan atau perusahaan terkendali dengan afiliasi dari
perusahaan atau afiliasi dari anggota direksi, anggota dewan komisaris, atau pemegang
saham utama perusahaan. Disebutkan pula dalam Peraturan IX.E.2 bahwa yang dimaksud
dengan transaksi material adalah setiap penyertaan dalam badan usaha, proyek, dan/atau
kegiatan usaha tertentu; pembelian, penjualan, pengalihan, tukar menukar aset atau
segmen usaha; sewa menyewa aset, pinjam meminjam dana; menjaminkan aset; dan/atau
memberikan jaminan perusahaan, dengan nilai 20% atau lebih dari ekuitas perusahaan,
yang dilakukan dalam satu kali atau dalam suatu rangkaian transaksi untuk suatu tujuan
atau kegiatan tertentu.
Tujuan dari pemberian pendapat kewajaran ini adalah untuk memberikan opini apakah
Transaksi tersebut merupakan transaksi yang wajar dan tidak merugikan bagi Perseroan
maupun pemegang saham Perseroan, sebagaimana diatur dalam Peraturan IX.E.1 dan
Peraturan IX.E.2. Selanjutnya dalam analisa terhadap Transaksi tersebut, kami
mempertimbangkan sisi kualitatif maupun kuantitatif serta dampak bagi Perseroan dan
Pemegang Saham, termasuk risiko keuangan.
Dalam penyusunan Pendapat Kewajaran kepada Perseroan atas transaksi yang akan
dilaksanakan untuk menyatakan bahwa Rencana Transaksi dapat dilaksanakan pada
kondisi wajar (arm’s length) di dalam batasan komersial yang berlaku umum dan tidak
Halaman 2
merugikan kepentingan pihak Perseroan dan para pemegang saham Perseroan, Penilai
independen memiliki asumsi berdasarkan analisis terhadap Rencana Transaksi sebagai
berikut:
Halaman 3
pihak lain. Selanjutnya, Laporan ini tidak dimaksudkan untuk memberikan
rekomendasi kepada pemegang saham Perseroan untuk menyetujui atau tidak
menyetujui atau mengambil tindakan tertentu atas Rencana Transaksi tersebut.
10. Kami tidak bertanggung jawab untuk menegaskan kembali atau melengkapi pendapat
kami karena peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah tanggal Laporan Pendapat
Kewajaran ini.
4. Analisis Transaksi
2. PT Harita Jayaraya (“HJR”), suatu perusahaan yang didirikan pada tahun 1973 dan
berkedudukan di Jakarta, yang Akta perubahan terakhirnya dimuat dalam Akta No. 11
tanggal 14 Agustus 2010, dihadapan Marina Soewana, S.H. dan telah mendapat
Halaman 4
persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui
Surat Keputusan No. AHU-AH.01.10-21943.Tahun 2010 tanggal 24 Agustus 2010.
HJR bergerak dalam bidang perdagangan, pertambangan, jasa, perindustrian,
pembangunan, pengangkutan darat, pertanian, percetakan dan perbengkelan.
3. PT Long Bagun Putra (“LBP”), suatu perusahaan yang didirikan pada tahun 1979
dan berkedudukan di Jakarta, yang Akta perubahan terakhirnya dimuat dalam Akta
No. 7 tanggal 21 Mei 2008, dihadapan Yulida Vincestra, S.H., Notaris di Kota Bekasi
dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-37395.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal
30 Juni 2008. LBP bergerak dalam bidang pembangunan, perdagangan, perindustrian,
pertambangan, pengangkutan darat, pertanian, percetakan, perbengkelan dan jasa.
Sebelum Transaksi
Perseroan LBP
Pinjaman Pinjaman
Rp 150.000.000.000 USD 5.000.000
Sesudah Transaksi
Perseroan LBP
Pinjaman Pinjaman
Rp 200.000.000.000 USD 5.000.000
Para Pihak
1) Perseroan sebagai “Debitur”; dan
2) HJR dan LBP sebagai “Kreditur”.
Halaman 5
Pihak-pihak yang terkait dalam Rencana Transaksi adalah Perseroan sebagai Debitur,
sementara HJR dan LBP sebagai Kreditur, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dari Kepengurusan
Bapak Lim Hariyanto Wijaya Sarwono menjabat sebagai Presiden Komisaris/ Komisaris
Utama pada sususan kepengurusan Perseroan, HJR dan LBP, selain juga merupakan
pemegang saham HJR dan LBP. Bapak Lim Gunawan Hariyanto menjabat sebagai
Presiden Direktur pada susunan kepengurusan Perseroan, HJR dan LBP, dan merupakan
pemegang saham HJR. Bapak Lim Gunardi Hariyanto menjabat sebagai Direktur pada
susunan kepengurusan Perseroan, HJR dan LBP, dan merupakan pemegang saham HJR.
Halaman 6
4.2 Analisis Persyaratan Disepakati Dalam Transaksi
Berikut adalah ringkasan penyelesaian transaksi dan persyaratan sesuai dengan draft
Addendum Perjanjian Pinjam Meminjam antara Perseroan dan HJR pada tanggal 27 Mei
2013:
a. HJR setuju untuk memberikan fasilitas pinjaman kepada Perseroan dengan jumlah
pokok pinjaman maksimum sebesar Rp 200.000.000.000,- dari fasilitas pinjaman saat
ini yang maksimum sebesar Rp 150.000.000.000,-.
b. Perseroan dapat melakukan penarikan sisa fasilitas pinjaman baik secara sekaligus
maupun secara bertahap sampai dengan plafon jumlah pokok pinjaman sebagaimana
telah disepakati, dan atas setiap penarikan pinjaman tersebut akan dibuat tanda bukti
penerimaannya yang sah (kwitansi) tersendiri.
c. Jangka waktu fasilitas pinjaman yang diberikan adalah selama 6 tahun dan 6 bulan
terhitung mulai tanggal 19 Maret 2009 dan akan berakhir pada tanggal 19 September
2015, serta dapat diperpanjang kembali berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
dan sepanjang memenuhi persyaratan yang berlaku.
d. Perseroan dan HJR menyetujui dan sepakat bahwa pemberian fasilitas pinjaman
tersebut tanpa dikenakan bunga, baik pada saat ini maupun dikemudian hari.
e. Pelunasan atas fasilitas pinjaman yang terhutang dapat dilakukan baik secara seketika
dan sekaligus lunas atau secara bertahap sebelum tanggal jatuh tempo pinjaman
tanpa dikenakan biaya apapun. Perseroan wajib melakukan pembayaran kembali
pinjaman pokok yang belum dibayar pada saat jatuh tempo pinjaman.
f. Pelunasan fasilitas pinjaman dapat dilakukan dengan mata uang lain yang akan
disepakati dengan nilai tukar (kurs) yang akan ditetapkan kedua belah pihak,
pelunasan mana dilakukan dengan cara transfer ke rekening Kreditur, atau cara lain
yang disepakati kemudian oleh kedua belah pihak.
g. Perseroan tidak akan menyerahkan jaminan baik pada saat ini maupun dikemudian
hari.
Halaman 7
Menjual, mengalihkan, menjaminkan dan bentuk-bentuk lainnya yang
memungkinkan beralihnya kepemilikan harta kekayaan Perseroan kepada pihak
ketiga lainnya;
Mengadakan perubahan dari sifat dan kegiatan usaha Perseroan;
Melakukan perubahan susunan direksi dan dewan komisaris dan pemegang
saham;
Melakukan merger, konsolidasi, akuisisi maupun pembubaran.
i. Kreditur berhak menagih pinjaman yang terhutang dengan seketika dan dimintakan
pembayarannya secara lunas kepada Perseroan apabila terjadi hal-hal sebagai
berikut:
Perseroan tidak memenuhi salah satu kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam
Perjanjian.
Perseroan berada dalam keadaan yang menurut pertimbangan Kreditur semata-
mata dapat membahayakan kemampuan Perseroan untuk melakukan
kewajibannya membayar kembali pinjaman yang terhutang.
Perseroan dinyatakan pailit oleh keputusan pengadilan atau Perseroan
mengajukan permintaan penundaan pembayaran baik yang bersifat sementara
maupun yang tetap kepada pihak lainnya.
Perseroan dikenakan penyitaan atau adanya tindakan eksekusi dari pihak-pihak
lain atas sebagian besar atau seluruh dari harta kekayaan Perseroan.
Perseroan memberikan pernyataan-pernyataan, surat-surat keterangan dan
laporan-laporan serta dokumen-dokumen lain sehubungan dengan hutang
tersebut kepada Kreditur yang kemudian ternyata palsu atau dipalsukan atau tidak
mengandung kebenaran dalam arti materiil.
j. Kreditur berhak membatalkan Perjanjian dalam hal terjadi keadaan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam poin i diatas dan sehubungan dengan hal tersebut
Perseroan wajib untuk mengembalikan seluruh fasilitas pinjaman kepada Kreditur
secara seketika dan sekaligus lunas.
k. Dalam hal Perjanjian tersebut batal, maka kedua belah pihak sepakat untuk
mengesampingkan ketentuan mengenai diperlukannya keputusan Pengadilan untuk
mengakhiri Perjanjian.
l. Apabila timbul perselisihan antara kedua belah pihak sehubungan dengan Perjanjian
beserta lampiran-lampirannya dan/atau addendum-addendumnya, jika ada, maka
kedua belah pihak akan menyelesaikannya terlebih dahulu dengan cara musyawarah
untuk memperoleh mufakat. Apabila dengan jalan musyawarah tidak dapat dicapai
kata sepakat, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya melalui
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Berdasarkan analisis kami atas perjanjian dan persyaratan dalam draft Addendum
Perjanjian Pinjam Meminjam dengan HJR, Perseroan dapat ditagih pinjaman terhutang
oleh Kreditur dalam hal terdapat persyaratan dalam point h tidak dapat dipenuhi dan
terjadinya hal-hal yang tercantum dalam point i. Sehingga Perseroan wajib mengupayakan
agar persyaratan dalam point h dapat dilaksanakan dan patut menghindari hal-hal yang
dinyatakan dalam point i sesuai perjanjian dengan HJR.
Halaman 8
Berikut adalah ringkasan penyelesaian transaksi dan persyaratan sesuai dengan draft
Addendum Perjanjian Pinjam Meminjam antara Perseroan dan LBP pada tanggal 27 Mei
2013:
a. LBP setuju untuk memberikan fasilitas pinjaman kepada Perseroan dengan jumlah
pokok pinjaman maksimum sebesar USD 5.000.000 atau ekuivalen
Rp 48.350.000.000,-.
b. Perseroan dapat melakukan penarikan sisa fasilitas pinjaman baik secara sekaligus
maupun secara bertahap sampai dengan plafon jumlah pokok pinjaman sebagaimana
telah disepakati, dan atas setiap penarikan pinjaman tersebut akan dibuat tanda bukti
penerimaannya yang sah (kwitansi) tersendiri.
c. Jangka waktu fasilitas pinjaman yang diberikan adalah selama 4 tahun dan 3 bulan
terhitung mulai tanggal 22 Juni 2011 dan akan berakhir pada tanggal 22 September
2015, serta dapat diperpanjang kembali berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
dan sepanjang memenuhi persyaratan yang berlaku.
d. Perseroan dan LBP menyetujui dan sepakat bahwa pemberian fasilitas pinjaman
tersebut tanpa dikenakan bunga, baik pada saat ini maupun dikemudian hari.
e. Pelunasan atas fasilitas pinjaman yang terhutang dapat dilakukan baik secara seketika
dan sekaligus lunas atau secara bertahap sebelum tanggal jatuh tempo pinjaman
tanpa dikenakan biaya apapun. Perseroan wajib melakukan pembayaran kembali
pinjaman pokok yang belum dibayar pada saat jatuh tempo pinjaman.
f. Pelunasan fasilitas pinjaman dapat dilakukan dengan mata uang lain yang akan
disepakati dengan nilai tukar (kurs) yang akan ditetapkan kedua belah pihak,
pelunasan mana dilakukan dengan cara transfer ke rekening Kreditur, atau cara lain
yang disepakati kemudian oleh kedua belah pihak.
g. Perseroan tidak akan menyerahkan jaminan baik pada saat ini maupun dikemudian
hari.
Halaman 9
Perseroan berada dalam keadaan yang menurut pertimbangan Kreditur semata-
mata dapat membahayakan kemampuan Perseroan untuk melakukan
kewajibannya membayar kembali pinjaman yang terhutang;
Perseroan dinyatakan pailit oleh keputusan pengadilan atau Perseroan
mengajukan permintaan penundaan pembayaran baik yang bersifat sementara
maupun yang tetap kepada pihak lainnya;
Perseroan dikenakan penyitaan atau adanya tindakan eksekusi dari pihak-pihak
lain atas sebagian besar atau seluruh dari harta kekayaan Perseroan;
Perseroan memberikan pernyataan-pernyataan, surat-surat keterangan dan
laporan-laporan serta dokumen-dokumen lain sehubungan dengan hutang
tersebut kepada Kreditur yang kemudian ternyata palsu atau dipalsukan atau tidak
mengandung kebenaran dalam arti materiil.
j. Kreditur berhak membatalkan Perjanjian dalam hal terjadi keadaan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam poin sebelumnya dan sehubungan dengan hal tersebut
Perseroan wajib untuk mengembalikan seluruh fasilitas pinjaman kepada Kreditur
secara seketika dan sekaligus lunas.
k. Dalam hal Perjanjian tersebut batal, maka kedua belah pihak sepakat untuk
mengesampingkan ketentuan mengenai diperlukannya keputusan Pengadilan untuk
mengakhiri Perjanjian.
l. Apabila timbul perselisihan antara kedua belah pihak sehubungan dengan Perjanjian
beserta lampiran-lampirannya dan/atau addendum-addendumnya, jika ada, maka
kedua belah pihak akan menyelesaikannya terlebih dahulu dengan cara musyawarah
untuk memperoleh mufakat. Apabila dengan jalan musyawarah tidak dapat dicapai
kata sepakat, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya melalui
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Berdasarkan analisis kami atas perjanjian dan persyaratan dalam draft Addendum
Perjanjian Pinjam Meminjam dengan LBP, Perseroan dapat ditagih pinjaman terhutang
oleh Kreditur dalam hal terdapat persyaratan dalam point h tidak dapat dipenuhi dan
terjadinya hal-hal yang tercantum dalam point i. Sehingga Perseroan wajib mengupayakan
agar persyaratan dalam point h dapat dilaksanakan dan patut menghindari hal-hal yang
dinyatakan dalam point i sesuai perjanjian dengan LBP.
Halaman 10
Peningkatan cadangan persediaan bahan baku log tersebut diperlukan dalam rangka
menjamin kesinambungan produksi Perseroan untuk memenuhi permintaan atas produk
Perseroan.
Risiko terkait dengan adanya Rencana Transaksi antara lain sebagai berikut:
1. Risiko tidak terpenuhinya persyaratan Perjanjian
Risiko ini terjadi jika Perseroan tidak dapat memenuhi persyaratan sebagaimana wajib
diupayakan dan dihindari terjadinya hal-hal tertentu yang tercantum dalam Perjanjian
Pinjam Meminjam untuk tetap berlakunya pinjaman kepada Kreditur.
2. Risiko gagal bayar
Risiko gagal bayar disebabkan kegagalan Perseroan untuk melakukan pembayaran
pokok pinjaman pada waktu yang telah ditetapkan atau kegagalan Perseroan untuk
memenuhi ketentuan lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Pinjaman yang merupakan
dampak dari memburuknya kinerja dan perkembangan usaha Perseroan.
3. Risiko nilai tukar mata uang asing
Risiko ini terjadi akibat fluktuasi kenaikan nilai mata uang USD terhadap Rupiah,
dikarenakan Rencana Peminjaman kepada LBP adalah dalam USD.
Halaman 11
4.4 Analisis Pengaruh Transaksi terhadap Keuangan Perseroan
Berdasarkan likuiditas Perseroan tahun 2010, 2011 dan 2012, rasio lancar (current ratio)
tahun 2010, 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 1,18, 1,45 dan 1,19 sementara rasio
cepat (quick ratio) adalah sebesar 0,22, 0,20 dan 0,14 pada tahun 2010, 2011 dan 2012.
Berdasarkan rasio likuiditas historis tersebut, Perseroan memiliki kapasitas likuiditas yang
cukup dikarenakan total aset lancar yang dimiliki lebih besar dibandingkan dengan liabilitas
lancar yang harus dipenuhi dalam jangka pendek.
Halaman 12
Penilaian dilakukan dengan memenuhi ketentuan KEPI dan SPI yang diakui oleh
Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI);
Penilai telah memenuhi persyaratan pendidikan profesional yang ditentukan dan/atau
diselenggarakan oleh asosiasi Penilai yang diakui Pemerintah;
Kami melakukan penugasan ini secara independen tanpa intervensi dari pihak
manapun;
Kami bertanggungjawab atas Laporan Pendapat Kewajaran ini.
Halaman 13
Kami juga tidak memberikan pendapat atas dampak perpajakan dari Rencana Transaksi.
Jasa-jasa yang kami berikan kepada Perseroan dalam kaitan dengan Rencana Transaksi
hanya merupakan evaluasi keuangan atas kewajaran Rencana Transaksi saja dan bukan
jasa-jasa akuntansi, audit, atau perpajakan. Kami juga tidak menganalisa kewajaran atas
transaksi-transaksi lain yang mungkin tersedia atau pun yang dapat dilaksanakan oleh
Perseroan.
Pekerjaan kami yang berkaitan dengan Rencana Transaksi tidak merupakan dan tidak
dapat ditafsirkan merupakan dalam bentuk apapun, suatu penelaahan atau audit atau
pelaksanaan prosedur-prosedur tertentu atas informasi keuangan. Pekerjaan tersebut juga
tidak dapat dimaksudkan untuk mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian internal,
kesalahan, atau penyimpangan dalam laporan keuangan atau pelanggaran hukum. Selain
itu, kami tidak mempunyai kewenangan dan tidak mencoba mendapatkan bentuk
transaksi-transaksi lainnya yang ada untuk Perseroan.
Laporan dan fakta yang terkandung di dalam Laporan adalah berdasarkan informasi dan
representasi yang disediakan oleh Perseroan dan dikompilasi oleh ID&R. Informasi yang
terkandung dalam Laporan ini adalah benar dan akurat dalam semua hal yang material,
tidak menyesatkan, dan bahwa tidak ada fakta lainnya, yang mana jika dihilangkan dapat
membuat Laporan ini dan informasi atau pernyataan di dalamnya menjadi menyesatkan.
Selain itu informasi lainnya seperti informasi pasar, industri, dan data lainnya yang
diperoleh dari data riset dari publik domain.
Dalam penyusunan laporan ini, telah dilakukan prosedur sebagai berikut : (i) Perseroan
telah diberikan kesempatan untuk meminta dan mereview, dan telah menerima semua
informasi yang diperlukan untuk memeriksa kembali keakuratan informasi atau untuk
melengkapi informasi di dalamnya (ii) Perseroan tidak bergantung kepada Penilai atau
seseorang yang memiliki hubungan afiliasi dengan Penilai atau pihak lain yang berafiliasi
dengan Penilai sehubungan dengan pemeriksaan keakuratan informasi atau keputusan.
Penyampaian dari Laporan ini atau setiap negosiasi yang dibuat berdasarkan laporan ini,
dalam kondisi apapun, tidak dapat diimplikasikan bahwa informasi yang terkandung adalah
benar setelah tanggal Laporan ini.
Prosedur lain yang Penilai lakukan adalah memeriksa dan menganalisa seluruh Dokumen
Transaksi, Laporan Keuangan, Proforma Laporan Keuangan Perseroan sesudah Rencana
Transaksi dan tiap bagian dari Rencana Transaksi dalam hal kewajarannya baik secara
individu maupun secara keseluruhan sebagai satu kesatuan Transaksi.
7. Asumsi-Asumsi Pokok
Pendapat Kewajaran ini disusun berdasarkan kondisi pasar dan perekonomian, kondisi
umum bisnis dan keuangan, serta peraturan-peraturan Pemerintah pada tanggal Pendapat
Kewajaran ini diterbitkan.
Dalam penyusunan Pendapat Kewajaran ini, kami juga menggunakan beberapa asumsi
lainnya, seperti terpenuhinya semua kondisi dan kewajiban Perseroan dan semua pihak
yang terlibat dalam Rencana Transaksi. Rencana Transaksi telah dilaksanakan seperti
Halaman 14
yang telah dijelaskan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan, serta keakuratan
informasi mengenai Rencana Transaksi yang diungkapkan oleh manajemen Perseroan.
Kami juga mengasumsikan bahwa dari tanggal penerbitan Pendapat Kewajaran ini sampai
dengan tanggal terjadinya Rencana Transaksi tidak terjadi perubahan apapun yang
berpengaruh secara material terhadap asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan
Pendapat Kewajaran ini.
Perseroan didirikan berdasarkan Akta No. 245 tanggal 22 April 1981 jo dan Akta
perubahan No. 14 tanggal 11 Januari 1982, keduanya dibuat dihadapan Kartini Muljadi,
S.H., Notaris di Jakarta dan telah memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan No. Y.A 5/48/2 tanggal 8 Mei 1982.
Anggaran dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, dimana perubahan
terakhir adalah berdasarkan Akta No. 20 tanggal 22 Juli 2011, oleh Leolin Jayayanti, S.H.,
Notaris di Jakarta mengenai perubahan anggaran dasar Perseroan. Akta tersebut telah
memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dengan Surat Keputusan No. AHU-50144.AH.01.02.Tahun 2011 tanggal 13 Oktober 2011.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar, maksud dan tujuan Perseroan adalah
menjalankan usaha dalam bidang perindustrian, kehutanan, jasa dan perdagangan. Untuk
mencapai maksud dan tujuan tersebut diatas, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan
usaha utama yakni berusaha dalam perindustrian penggergajian, pembuatan veneer,
plywood dan block board serta industri pengolahan kayu dan industri lainnya yang
berkaitan, selanjutnya memperdagangkan hasil usaha/produksi dari industri tersebut, baik
di dalam negeri maupun ke luar negeri (ekspor), mengimpor bahan-bahan, alat-alat serta
mesin-mesin yang diperlukan untuk usaha-usaha tersebut. Sedangkan kegiatan usaha
penunjang yang dapat dijalankan adalah berusaha dalam bidang kehutanan, menjalankan
dan turut serta dalam pengusahaan, eksploitasi hutan dan Hutan Tanaman Industri (HTI);
berusaha dalam bidang jasa, termasuk jasa pertambangan yang termasuk konsultasi,
perencanaan, pengujian di bidang penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi pertambangan, lingkungan pertambangan, pasca tambang dan reklamasi
dan/atau keselamatan dan kesehatan kerja, pengolahan dan pemurnian, jasa konsultan
bisnis manajemen; berusaha dalam bidang perdagangan, termasuk perdagangan lokal,
antar pulau, ekspor, impor, distributor utama, termasuk namun tidak terbatas pada bahan
bakar dan gas bumi, batu bara, bijih besi, nikel serta emas, perdagangan besar hasil
tambang dan industri.
Halaman 15
Perseroan bergerak dalam bidang industri dan penjualan kayu lapis dan produk-produk
kayu sejenis. Perseroan berlokasi di Jakarta dengan lokasi pabrik di Samarinda,
Kalimantan Timur dan Gresik, Jawa Timur. Perseroan memulai kegiatan komersialnya pada
November 1983.
Modal dasar Perseroan adalah sebesar Rp 500 miliar, yang terdiri dari 4.000.000.000
lembar saham, dengan nilai nominal sebesar Rp 125 per saham. Modal ditempatkan dan
disetor adalah sebesar Rp 126.471.843.750,-, dengan susunan pemegang saham sebagai
berikut:
Berdasarkan Akta No. 18 tanggal 25 Juli 2012 yang dibuat dihadapan Leolin Jayayanti,
S.H., Notaris di Jakarta, susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan pada tanggal
31 Desember 2012 adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris : Lim Hariyanto Wijaya Sarwono
Komisaris Independen : Liem Hok Seng
Direksi
Presiden Direktur : Lim Gunawan Hariyanto
Direktur : Lim Gunardi Hariyanto
Direktur : Irwan Santoso
Direktur Tidak Terafiliasi : Lay Latif Kuswanto
Industri global hasil hutan secara perlahan pulih dari krisis ekonomi, terutama kawasan
Asia Pasifik. Berdasarkan Food and Agriculture Organization (FAO), produksi global rata-
rata hasil hutan tumbuh sebesar 1%-4% pada 2011 dibandingkan dengan 2010. Hal
tersebut menunjukkan bahwa negara global secara perlahan keluar dari resesi (sumber:
http://www.businessghana.com/portal/news/index.php?op=getNews&news_cat_id=&id=17
6421).
Pada kuartal pertama tahun 2013, produksi kayu gergajian sekitar 2,5 juta m2 atau naik
sekitar 10% dari tahun 2012. Sedangkan produksi kayu lapis sebesar 270.000 m2 atau
Halaman 16
lebih tinggi 8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012. Permintaan terhadap
kayu lapis telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan (sumber:
http://www.forestindustries.fi/juurinyt2/tiedotteet/Pages/ForestindustryinJanuary-
March2013Economicdownturnweakensdemandinmainmarketareas.aspx).
Permintaan produk kayu di Cina mengalami penurunan pada tahun 2012 yang
mengakibatkan ekspor log dan kayu dari Amerika Utara turun 17% dari tahun 2011
menjadi USD 2,1 miliar. Meskipun terjadi penurunan, hutan di Amerika Serikat (AS) dan
perusahaan kayu di Kanada telah mendapat keuntungan dari konsumsi kayu di Cina yang
meningkat pada 5 tahun terakhir. Penurunan pembelian log oleh Cina disebabkan oleh
perlambatan dalam kegiatan konstruksi (sumber: http://www.farminguk.com/news/China-s-
demand-for-wood-products-fell-in-2012_25172.html).
Pada tahun 2012, penurunan impor kayu juga lebih rendah dibandingkan dengan log.
Perubahan terbesar dalam impor kayu antara tahun 2011 dan 2012 adalah penurunan
pada log Rusia yang melintasi perbatasan Cina dan volume kayu yang berkurang dari kayu
AS yang memasuki pelabuhan Cina.
Amerika Utara adalah pemasok utama produk kayu lunak ke Cina, dengan pangsa pasar
untuk log dan kayu pada Januari 2013 yaitu sebesar 26% dan 53%. Ekspor log dari
wilayah barat AS ke Cina telah melonjak sepuluh kali lipat dalam 5 tahun terakhir, yang
berdampak besar pada pasar log di negara bagian Washington dan Oregon.
Pada tahun 2013, permintaan kayu dari Cina diperkirakan akan membaik jika pemerintah
memutuskan perekonomian negara membutuhkan stimulus, sehingga mereka akan
tergantung pada impor (sumber: http://www.capitalpress.com/newest/mp-log-exports-
121912).
Vietnam memperoleh USD 831 miliar dari ekspor berbasis kayu pada Januari-Februari
tahun 2013, yaitu meningkat sebesar 36,2% dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2011. Permintaan terhadap kayu dan produk hutan Vietnam dari AS selama periode
tersebut diperkirakan mencapai hampir USD 1,7 triliun yaitu hampir sama dengan total
omset tahun 2011. Tuntutan untuk ekspor kayu Vietnam telah meningkat sepanjang tahun
2013 (sumber: http://www.livetradingnews.com/us-demand-for-vietnamese-wood-exports-
up-in-1st-2-months-of-2013-106445.htm#.UZ9EyZziWUM).
Berdasarkan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), produksi kayu dari hutan alam
selama lima tahun terakhir terus menurun, bahkan diperkirakan semakin merosot jika tidak
ada upaya cepat pemerintah untuk mengubah kebijakan terhadap sektor usaha
kehutanan.
Menurut Direktur Eksekutif APHI, selama tahun 2012 produksi kayu dari hutan alam
sebanyak 3,8 juta meter kubik atau menurun dibandingkan dengan tahun 2011 yang
mencapai 5,19 juta meter kubik (sumber: http://www.investor.co.id/agribusiness/produksi-
kayu-hutan-terus-menurun/54198).
Halaman 17
Dari tahun ke tahun, produksi hutan alam tidak pernah mencapai target sekitar 9,1 juta
meter kubik. Dalam lima tahun terakhir, sejak 2008 sampai 2012 rata-rata hanya mampu
mencapai 5,5 juta meter kubik. Penyebab makin turunnya produksi hutan alam adalah
beban biaya produksi tinggi yang tidak diimbangi dengan harga jual yang memadai dari
sektor industri kehutanan, sedangkan ekspor kayu gelondongan (log) tidak
memungkinkan.
Kondisi tersebut mengakibatkan banyak HPH (Hak Pengusahaan Hutan) yang memilih
tidak berproduksi daripada harus menanggung kerugian. Hal itu terlihat dari jumlah HPH
yang memperoleh Rencana Kerja Tahunan (RKT) terus menurun seperti pada 2012 dari
295 HPH hanya 115 unit yang RKT-nya diterbitkan atau sekitar 39%.
Selain harga jual yang relatif rendah, persoalan yang dialami sektor hulu usaha
kehutanan, yakni beban yang semakin berat dari waktu ke waktu, terutama pengenaan
pungutan di sektor tersebut. Salah satu contohnya di sektor pajak saat ini, terjadi kenaikan
pajak bumi dan bangunan (PBB) yang signifikan sekitar 30% karena ada perubahan cara
penghitungan, antara lain masuknya pendapatan bersih dalam kalkulasi PBB.
Dengan tingginya biaya produksi karena pungutan ini, sulit rasanya bagi pemegang izin
(HPH) untuk bersaing dengan peredaran kayu ilegal. Oleh karena itu, rasionalisasi
pungutan menjadi agenda yang mendesak untuk dilakukan. Selain itu, regulasi, terutama
yang terkait dengan penatausahaan hasil hutan segera disederhanakan, antara lain
dengan mendorong "self assesment" dan pemberlakuan sistem dalam jaringan untuk tata
usaha kayu tersebut.
Menurut Kepala Bidang Produksi Hutan Alam APHI, saat ini biaya produksi yang
dikeluarkan pengusaha sektor kehutanan tidak sebanding dengan harga produksi yang
diperoleh. Saat ini biaya global namun harga jual lokal. Oleh karena itu diharapkan harga
log bisa senilai harga di pasaran internasional. Jika kondisi terus seperti ini, untuk
mempertahankan produksi kayu hutan alam sebesar 3,8 juta ton saja akan sulit pada
2013. Namun demikian, produksi diperkirakan akan dapat ditingkatkan dua kali lipat jika
pemerintah segera mengambil kebijakan perubahan dalam sektor kehutanan.
APHI meminta pemerintah mengkaji ulang harga dasar kayu Hutan Tanaman Industri
(HTI) yang saat ini berada pada kisaran USD 30 per meter kubik. Menurut Direktur
Eksekutif APHI, hingga akhir tahun 2012 lahan HTI mencapai 9,8 juta hektar dengan luas
tanaman kumulatif 5,78 juta hektar (sumber: http://bisnis.com/harga-dasar-kayu-aphi-
minta-produk-hti-ditinjau-ulang).
Luas lahan tersebut berpotensi bertambah 8,72 juta hektar lahan yang dapat ditanami
hingga menjadi 14,5 juta hektar pada 2020. Namun dengan harga jual yang sangat
rendah, potensi ini menjadi minimal lantaran pengusaha harus berhitung ulang.
Pemerintah harus mengkaji penentuan floor price agar harga jual menjadi pasti dan HTI
dapat berkembang.
Dengan harga jual USD 30 per meter kubik pengusaha dapat memperoleh pendapatan
sekitar Rp 45 juta pada musim panen. Persoalannya panen kayu dari HTI membutuhkan
waktu hingga 5-6 tahun. Padahal di pasar global, harga jual kayu HTI asal Malaysia dapat
mencapai USD 60 – USD 70 per meter kubik. Perbaikan harga kayu ini salah satunya
Halaman 18
dapat terjadi apabila pemerintah membuka kembali ekspor log. Pasar internasional lebih
menyukai log karena memudahkan mereka membentuk kayu daripada kayu yang sudah
diolah.
APHI mendesak pemerintah segera menerapkan sistem atau aturan tata kelola yang baik
untuk lahan hutan yang izin tebangnya dimoratoriumkan. Menurut Ketua Bidang Hutan
Tanaman Industri APHI, bukan soal moratorium diperpanjang atau tidak, tapi pemerintah
harus menetapkan aturan tata kelola yang baik untuk area-area yang dimoratoriumkan.
Moratorium merupakan solusi sementara dan berguna untuk memberikan kesempatan
pada pemerintah dalam merumuskan sistem tata kelola yang baik. Dengan sistem tata
kelola yang baik, moratorium tidak akan diperlukan lagi (sumber:
http://bisnis.com/moratorium-hutan-aphi-desak-pemerintah-terapkan-tata-kelola).
Sementara Menteri Kehutanan (Menhut) mendukung moratorium izin tebang hutan untuk
diperpanjang. Menurut Menhut, moratorium berdampak baik untuk menjaga kawasan
konservasi hutan, serta banyak pihak yang mendukung agar moratorium dilanjutkan
termasuk diantaranya LSM. Namun, pihaknya masih menunggu perubahan Instruksi
Presiden terkait perpanjangan moratorium tersebut.
Kayu lapis merupakan produk komposit yang terbuat dari lembaran-lembaran vinir yang
direkat bersama dengan susunan bersilangan tegak lurus. Kayu lapis termasuk dalam
salah satu golongan panel struktural, dimana arah penggunaan kayu lapis ini adalah untuk
panel-panel struktural.
Bisnis plywood dan kayu gergajian dianggap kian tak menggiurkan. Realisasi ekspor terus
merosot, sementara harga kayu lapis tak kunjung membaik. Menurut Ketua Ahli APHI,
pelaku industri plywood dan sawn timber harus menerima kenyataan tengah mengalami
crash landing. Sejumlah penggiat usaha kayu lapis, kembang-kempis bertahan di tengah
terjangan krisis Eropa dan Amerika Serikat.
Harga plywood saat ini hanya dibanderol rata-rata USD 500 per meter kubik. Sepanjang
semester I tahun 2012, volume ekspor plywood hanya mencapai 966.427 meter kubik
senilai USD 523,14 juta, atau turun 10% dibandingkan pencapaian tahun lalu (sumber:
http://bisnis.com/industri-kehutanan-ekspor-plywood-terus-merosot).
Kelangkaan bahan baku menjadi hambatan paling dominan bagi pelaku industri kayu
lapis. Penutupan lahan kawasan hutan tanaman seluas 2,82 juta hektar tahun lalu
menumbangkan 140 pabrik yang sebelumnya mampu memproduksi 150.000—190.000
m3 kayu lapis setiap tahun. Bahkan, pemain besar seperti Sumalindo memutuskan untuk
berhenti beroperasi akibat kesulitan keuangan dan kekurangan modal kerja. Sumalindo
juga belum menuntaskan rencana kerja usaha (RKU) berbasis inventarisasi hutan
Halaman 19
menyeluruh berkala (IHMB) sesuai ketentuan yang diwajibkan oleh Kementerian
Kehutanan.
Pasokan bahan baku industri plywood kian sulit karena kelangkaan suplai kayu hutan
alam terutama kayu meranti. Selama ini, sejumlah perusahaan HPH tidak dapat memanen
akibat skala ekonomi usaha yang tidak menguntungkan karena jatah produksi tahunan
yang terlalu kecil. Satu-satunya cara untuk menggairahkan kembali bisnis kehutanan pada
umumnya yakni dengan mencabut larangan ekspor kayu log dan gergajian. Faktanya,
hanya Indonesia yang memberlakukan 100% banned ekspor log.
Perseroan didirikan pada tahun 1981 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1983 dengan memproduksi regular plywood yang kemudian diikuti oleh serangkaian
program-program ekspansi yang telah tumbuh dan berkembang menjadi produsen dari
beragam jenis plywood dengan spesialisasi floorbase plywood dan turunannya, serta
berbagai special items plywood.
Perseroan juga membangun pabrik pengolahaan untuk mendaur ulang sisa potongan kayu
bulat untuk menghasilkan blockboard dan lamin ply yang dibangun pada tahun 1986,
kemudian pabrik fancy yang dibangun pada tahun 1986, kemudian pabrik fancy wood dan
color floor masing-masing dibangun pada tahun 1992 dan 1997.
Perseroan memiliki sebuah pabrik pengolahan kayu terpadu yang didirikan di atas tanah
seluas 179.050 m2. Pabrik pengolahan ini terletak di tepi Sungai Mahakam, Desa Bukuan,
Kecamatan Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur. Produk-produk yang dihasilkan antara
lain Floorbase, General Plywood, Laminply/Multiply, Concrete Panel, Blockboard dan
Moulding.
Pada tahun 2001, Perseroan memindahkan unit usaha UV Color Floor dari Samarinda ke
pabrik baru yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur dengan luas area 51.898 m2. Perseroan
membangun pabrik polyester plywood dan polyester blockboard pada akhir tahun 2012 di
Desa Bukuan, Kecamatan Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur, yang siap beroperasi di
awal tahun 2013.
Pada bulan Desember 1999, Perseroan menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan
seluruh sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Produksi kayu lapis Perseroan dipasarkan ke luar negeri dalam bentuk panel product.
Sebagai persyaratan standar produk dan mutu yang diminta oleh beberapa negara tujuan
ekspor, Perseroan telah memiliki beberapa sertifikasi standar produk dan mutu, seperti
Japan Agricultural Standards (JAS), ISO 9001-2000, Forest Stewarship Council – Chain of
Custody (FSC-COC) dan California Air Resources Board (CARB).
Halaman 20
Untuk memenuhi sebagian kebutuhan bahan baku industri, Perseroan didukung oleh 2
perusahaan HPH afiliasi yaitu PT Roda Mas Timber Kalimantan dan PT Kemakmuran
Berkah Timber. Untuk mengantisipasi penyediaan bahan baku industri berkelanjutan
secara jangka panjang, Perseroan telah mendapatkan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. SK. 328/Menhut-II/2010 tanggal 25 Mei 2010 seluas 41.735 Ha
yang berlokasi di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.
Visi Perseroan adalah menjadi produsen berkualitas kelas dunia dalam bisnis industri kayu
terpadu, yang ramah lingkungan dengan pengelolaan hutan yang berkesinambungan. Misi
Perseroan adalah memberikan pelayanan yang terbaik dengan memberikan produk yang
berkualitas tinggi pada tingkat harga yang tepat dan pengiriman tepat waktu.
Sehubungan dengan telah/akan jatuh temponya utang Perseroan kepada HJR dan LBP,
masing-masing pada tanggal 19 Mei 2013 dan 22 Juni 2013, Perseroan berencana untuk
memperpanjang fasilitas pinjaman saat ini dan menambah plafon pokok fasilitas pinjaman
kepada Kreditur.
Halaman 21
tersebut kepada Kreditur yang kemudian ternyata palsu atau dipalsukan atau tidak
mengandung kebenaran dalam arti materiil.
a. Jumlah Fasilitas : USD 5.000.000 (lima juta dolar Amerika) atau ekuivalen
sejumlah Rp 48.350.000.000,- (empat puluh delapan miliar
tiga ratus lima puluh juta Rupiah)
b. Jangka Waktu : 22 Juni 2011 – 22 Juni 2013
c. Suku Bunga : 0%
d. Jaminan : -
e. Hukum yang berlaku : Hukum Negara Republik Indonesia
f. Pembatasan/Larangan :
Menjual, mengalihkan, menjaminkan dan bentuk-bentuk lainnya yang
memungkinkan beralihnya kepemilikan harta kekayaan Perseroan kepada pihak
ketiga lainnya;
Mengadakan perubahan dari sifat dan kegiatan usaha Perseroan;
Melakukan perubahan susunan direksi dan dewan komisaris dan pemegang
saham;
Melakukan merger, konsolidasi, akuisisi maupun pembubaran.
g. Hal yang harus dihindari:
Perseroan tidak memenuhi salah satu kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam
Perjanjian.
Perseroan berada dalam keadaan yang menurut pertimbangan Kreditur semata-
mata dapat membahayakan kemampuan Perseroan untuk melakukan
kewajibannya membayar kembali pinjaman yang terhutang.
Perseroan dinyatakan pailit oleh keputusan pengadilan atau Perseroan
mengajukan permintaan penundaan pembayaran baik yang bersifat sementara
maupun yang tetap kepada pihak lainnya.
Perseroan dikenakan penyitaan atau adanya tindakan eksekusi dari pihak-pihak
lain atas sebagian besar atau seluruh dari harta kekayaan Perseroan.
Perseroan memberikan pernyataan-pernyataan, surat-surat keterangan dan
laporan-laporan serta dokumen-dokumen lain sehubungan dengan hutang
tersebut kepada Kreditur yang kemudian ternyata palsu atau dipalsukan atau tidak
mengandung kebenaran dalam arti materiil.
Halaman 22
8.1.6 Analisis Dampak Leverage pada Keuangan
Analisis leverage Perseroan juga dapat dilakukan dengan membandingkan Debt to Asset
dan Debt to Equity Perseroan dengan perusahaan publik yang sejenis. Sebelum adanya
Transaksi, Debt to Asset dan Debt to Equity Perseroan masing-masing sebesar 0,85 dan
5,45, sementara berdasarkan Proforma Laporan Keuangan Perseroan per tanggal 31
Desember 2012 setelah adanya Rencana Transaksi adalah sebesar 0,86 dan 5,93.
Dengan demikian, rasio Debt to Asset Perseroan berada di dalam rata-rata kisaran rasio
Debt to Asset perusahaan publik di industri sejenis yang berkisar antara 0,85 – 1,03 dan
rasio Debt to Equity Perseroan berada di atas kisaran rata-rata rasio Debt to Equity
perusahaan publik di industri sejenis yang berkisar antara (31,78) – 5,45.
Perseroan memiliki Current Ratio yang meningkat dari 1,52 di tahun 2013 menjadi 1,81 di
tahun 2017, yang artinya bahwa aset Perseroan dapat memenuhi liabilitas jangka pendek
Perseroan. Quick Ratio diproyeksikan meningkat hingga tahun 2017 menjadi 0,41, berarti
bahwa nilai aset likuid Perseroan belum dapat memenuhi liabilitas jangka pendek
Perseroan.
Perseroan diperkirakan masih akan mengalami kerugian usaha dan defisit keuangan
selama beberapa tahun mendatang, yang disebabkan sampai dengan tanggal
31 Desember 2012 defisit dalam saldo laba di Neraca Perseroan masih sebesar minus
Rp 38.318.495.161,-. Kerugian usaha tersebut disebabkan oleh tingginya risiko lonjakan
biaya bahan baku pada industri kayu dan berkurangnya modal kerja yang dimiliki
Perseroan sebagai dampak pelunasan hutang kepada pihak afiliasi tersebut.
Halaman 23
8.2 Analisis Kuantitatif
(dalam Rupiah)
Keterangan 31-Des-10 31-Des-11 31-Des-12
ASET
Aset Lancar
Kas dan setara kas 4.006.766.753 25.816.238.564 30.800.823.324
Piutang usaha 61.133.868.980 39.677.552.602 26.674.938.109
Piutang lain-lain 4.922.709.794 2.700.231.489 1.678.858.402
Persediaan 253.870.380.295 385.852.448.025 388.300.098.940
Pajak dibay ar di muka 19.499.394.668 9.823.937.069 12.589.334.976
Biay a dibay ar dimuka 39.756.643.392 39.223.348.664 28.542.814.278
EKUITAS
Modal saham 126.471.843.750 126.471.843.750 126.471.843.750
Tambahan modal disetor - neto 16.238.938.833 16.238.938.833 16.238.938.833
Saldo laba (rugi) (9.352.636.378) (5.200.881.637) (37.418.495.161)
Total aset di dalam posisi keuangan Perseroan per 31 Desember 2012, mengalami
penurunan sebesar Rp 11.283.316.958,- atau turun sekitar 1,63% dibandingkan dengan
total aset per 31 Desember 2011. Penurunan tersebut terutama disebabkan adanya
penurunan pada aset tetap sebesar Rp 14.692.673.060,- pada tahun 2012. Sementara,
total aset per 31 Desember 2011 mengalami peningkatan sebesar Rp 113.750.416.747,-
Halaman 24
atau naik sekitar 19,71% dibandingkan dengan total aset per 31 Desember 2010,
disebabkan oleh peningkatan persediaan sebesar Rp 131.982.067.730,- pada tahun 2011.
Total liabilitas di dalam posisi keuangan Perseroan per 31 Desember 2012, mengalami
peningkatan sebesar Rp 20.934.296.565,- atau naik sekitar 3,78% dibandingkan dengan
total liabilitas per 31 Desember 2011. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh
peningkatan pada utang lain-lain sebesar Rp 47.786.081.677,- dan utang bank jangka
panjang bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun sebesar Rp 16.254.000.000,-,
serta penurunan pada utang pihak berelasi jangka panjang sebesar Rp 43.526.400.000,-
pada tahun 2012. Sementara, total liabilitas per 31 Desember 2011 mengalami
peningkatan sebesar Rp 109.598.662.006,- atau naik sekitar 24,69% dibandingkan dengan
total liabilitas per 31 Desember 2010, disebabkan oleh peningkatan utang bank jangka
panjang bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun sebesar Rp 112.575.717.386,-
pada tahun 2011.
Total ekuitas di dalam posisi keuangan Perseroan per 31 Desember 2012, mengalami
penurunan lebih dari 20%, yaitu sebesar Rp 32.217.613.524,- atau turun sekitar 23,43%
dibandingkan dengan total ekuitas per 31 Desember 2011. Penurunan tersebut terutama
disebabkan oleh penurunan saldo laba Perseroan pada tahun 2012. Sementara, total
ekuitas per 31 Desember 2011 mengalami peningkatan sebesar Rp 4.151.754.741,- atau
naik sekitar 3,11% dibandingkan dengan total ekuitas per 31 Desember 2010, disebabkan
oleh peningkatan saldo laba Perseroan pada tahun 2011.
Berikut adalah Laba Rugi Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2010-2012:
(dalam Rupiah)
Keterangan 2010 2011 2012
Total penjualan di dalam laba rugi Perseroan tahun 2012, mengalami peningkatan sebesar
Rp 76.277.352.750,- atau naik sekitar 13,25% dibandingkan dengan total penjualan tahun
2011. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan penjualan kayu lapis
sebesar Rp 75.169.325.084,- pada tahun 2012. Sementara, total penjualan di dalam laba
rugi Perseroan tahun 2011, mengalami penurunan sebesar Rp 41.492.561.369,- atau
Halaman 25
turun sekitar 6,72% dibandingkan dengan total penjualan tahun 2010, disebabkan oleh
penurunan penjualan kayu lapis sebesar Rp 24.766.136.047,- dan Perseroan tidak
memproduksi barecore pada tahun 2011.
Total laba tahun berjalan Perseroan tahun 2012, mengalami penurunan sebesar
Rp 36.369.368.266,- atau turun sekitar 876% dibandingkan dengan total laba tahun
berjalan 2011. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan laba bruto
sebesar Rp 30.098.159.029,- dan peningkatan beban usaha sebesar Rp 11.903.221.811,-
pada tahun 2012. Sementara, total laba tahun berjalan Perseroan tahun 2011, mengalami
peningkatan sebesar Rp 14.056.172.882,- atau naik sekitar 141,92% dibandingkan
dengan total laba tahun berjalan 2010, disebabkan oleh peningkatan laba bruto sebesar
Rp 8.944.185.840, penurunan beban usaha sebesar Rp 10.674.352.306,- dan peningkatan
beban lain-lain sebesar Rp 6.000.027.777,- pada tahun 2011.
Berikut adalah Arus Kas Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2010-2012:
(dalam Rupiah)
Keterangan 31-Des-10 31-Des-11 31-Des-12
Halaman 26
Kas dan setara kas untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2012 mengalami
peningkatan sebesar Rp 4.984.584.760,- atau naik sekitar 19,31% dibandingkan dengan
kas dan setara kas untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2011. Hal tersebut
terutama disebabkan adanya peningkatan arus kas dari aktivitas pendanaan akibat
kenaikan utang berelasi dan utang lain-lain Perseroan pada tahun 2012.
Sementara, kas dan setara kas untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2011
mengalami peningkatan sebesar Rp 21.809.471.811,- atau naik sekitar 544,32%
dibandingkan dengan kas dan setara kas untuk periode yang berakhir pada 31 Desember
2010, terutama disebabkan adanya peningkatan kas bersih dari aktivitas pendanaan
sebesar Rp 93.778.369.121,- serta penurunan kas bersih dari aktivitas operasi dan
investasi masing-masing sebesar Rp 57.645.847.662,- dan Rp 14.323.049.648,-.
Berikut adalah Rasio Keuangan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2010-2012:
Operasi
Marjin laba bruto 12,22% 14,65% 8,32%
Marjin laba (rugi) usaha 0,05% 3,46% -3,39%
Marjin laba (rugi) tahun berjalan -1,61% 0,72% -4,94%
Marjin EBITDA 3,72% 7,31% 0,22%
Imbal hasil aset (ROA) -1,72% 0,60% -4,74%
Imbal hasil ekuitas (ROE) -7,43% 3,02% -30,60%
Likuiditas
Rasio Lancar (Current Ratio) 1,18 1,45 1,19
Rasio Cepat (Quick Ratio) 0,22 0,20 0,14
Solvabilitas
Rasio Liabilitas terhadap Aset 0,77 0,80 0,85
Rasio Liabilitas terhadap Ekuitas 3,33 4,02 5,45
Berdasarkan analisis rasio keuangan Perseroan tahun 2010, 2011 dan 2012, marjin laba
bruto Perseroan tahun 2010, 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 12,22%, 14,65% dan
8,32%. Rasio lancar tahun 2010, 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 1,18, 1,45 dan
1,19 sementara rasio cepat adalah sebesar 0,22, 0,20 dan 0,14 pada tahun 2010, 2011
dan 2012. Rasio liabilitas terhadap aset (debt to asset ratio) tahun 2010, 2011 dan 2012
masing-masing sebesar 0,77, 0,80 dan 0,85 sementara rasio liabilitas terhadap ekuitas
(debt to equity ratio) adalah sebesar 3,33, 4,02 dan 5,45 pada tahun 2010, 2011 dan 2012.
Halaman 27
Total liabilitas di dalam proyeksi keuangan Perseroan tahun 2013 adalah sebesar
Rp 655.541.654.544,- dan akan terus meningkat menjadi sebesar Rp 674.553.232.277,-
yang disebabkan adanya kenaikan utang usaha Perseroan.
Total ekuitas di dalam proyeksi keuangan Perseroan tahun 2017 adalah sebesar
Rp 145.827.662.784,- dibandingkan dengan ekuitas tahun 2012 yang hanya sebesar
Rp 111.022.785.292,-, sehingga Perseroan akan mengalami tingkat pertumbuhan
majemuk tahunan (CAGR) sekitar 7,05%, yang disebabkan berkurangnya saldo defisit
yang dialami Perseroan akibat kinerja Perseroan yang semakin positif selama periode
proyeksi.
Total penjualan di dalam proyeksi keuangan Perseroan tahun 2017 adalah sebesar
sebesar Rp 1.241.750.417.997,- dibandingkan dengan perolehan penjualan Perseroan
tahun 2013 yang hanya sebesar Rp 978.582.637.991,-, sehingga Perseroan akan
mengalami tingkat pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) sekitar 6,14%. Sementara
total laba tahun berjalan yang akan diperoleh Perseroan tahun 2013 adalah sebesar
Rp 5.730.497.870,- dan diproyeksikan akan terus meningkat pada tahun 2017 menjadi
sebesar Rp 17.767.546.632,- yang disebabkan oleh asumsi membaiknya kinerja
Perseroan sehubungan dengan Rencana Transaksi. Total laba sebelum bunga pajak
depresiasi amortisasi (EBITDA) di dalam proyeksi keuangan Perseroan tahun 2017 adalah
sebesar Rp 58.238.536.760,- dibandingkan dengan EBITDA Perseroan tahun 2013 yang
hanya sebesar Rp 46.805.447.256,-, sehingga Perseroan akan mengalami tingkat
pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) sekitar 5,62%.
Berikut adalah rasio keuangan Perseroan untuk tahun 2013-2017 dengan adanya
Rencana Transaksi:
Operasi
Marjin laba bruto 8,32% 12,66% 12,48% 12,79% 13,10% 13,50%
Marjin laba (rugi) usaha -3,39% 2,25% 1,64% 2,10% 2,59% 3,06%
Marjin laba (rugi) neto -4,94% 0,59% 0,05% 0,51% 1,00% 1,43%
Marjin EBITDA 0,22% 4,78% 4,36% 4,49% 4,64% 4,69%
Imbal hasil aset (ROA) -4,74% 0,75% 0,06% 0,67% 1,43% 2,17%
Imbal hasil ekuitas (ROE) -30,60% 5,16% 0,39% 4,47% 8,89% 12,18%
Likuiditas
Rasio Lancar 1,19 1,52 1,62 1,66 1,73 1,81
Quick Ratio 0,14 0,29 0,43 0,41 0,39 0,41
Solvabilitas
Rasio Liabilitas terhadap Aset 0,85 0,86 0,85 0,85 0,84 0,82
Rasio Liabilitas terhadap Ekuitas 5,45 5,90 5,68 5,64 5,22 4,63
Berdasarkan analisis rasio keuangan Perseroan, seperti yang dirangkum pada tabel di
atas, marjin laba bruto Perseroan akan berkisar antara 12,48% - 13,50% dibandingkan
dengan marjin laba bruto Perseroan tahun 2012 yang sekitar 8,32%. Marjin operasi
Perseroan lainnya seperti marjin laba usaha dan EBITDA juga diproyeksikan akan positif
dengan adanya Rencana Transaksi.
Halaman 28
Likuiditas Perseroan diproyeksikan akan mengalami kenaikan yang cukup baik dengan
semakin meningkatnya rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio) Perseroan.
Demikian juga dengan kemampuan Perseroan dalam memenuhi liabilitas yang semakin
membaik, dengan rasio solvabilitas Perseroan yang semakin menurun dibandingkan
dengan proforma Perseroan saat ini.
8.2.4 Analisis Keuangan Sebelum dan Sesudah Transaksi Pinjam Meminjam Dana
dan/atau Penjaminan
Sebelum Rencana Transaksi, Perseroan memiliki rasio liabilitas terhadap ekuitas yang
besar yaitu sebesar 5,45 pada tanggal 31 Desember 2012, yang artinya saldo liabilitas
Perseroan telah melebihi saldo ekuitas yang dimiliki Perseroan. Demikian juga rasio
liabilitas terhadap aset yang semakin meningkat dari 0,77 di tahun 2010 menjadi 0,80 di
tahun 2011 dan 0,85 di tahun 2012, yang artinya jumlah aset Perseroan semakin menurun
dibandingkan dengan saldo liabilitasnya.
Sesudah Rencana Transaksi, Perseroan akan dapat lebih meningkatkan penjualan dengan
adanya peningkatan kapasitas produksi yang berasal dari utang pemegang saham
sebesar Rp 50.000.000.000,-. Hal tersebut ditunjukkan dari rasio keuangan sesudah
adanya Transaksi yaitu dengan rasio liabilitas terhadap ekuitas dan rasio liabilitas terhadap
aset yang akan semakin menurun, yang menandakan Perseroan akan mampu melunasi
segala kewajibannya melalui pemanfaatan aset dan pengembangan bisnis di masa
mendatang.
Berdasarkan analisis terhadap arus kas yang tersedia Perseroan sebelum Rencana
Transaksi, arus kas bersih dari aktivitas operasi tahun 2010, 2011 dan 2012 masing-
masing Rp 32.588.149.985,-, minus Rp 57.645.847.662,- dan Rp 12.535.671.620,-.
Dengan demikian, jumlah kas dan setara kas Perseroan pada akhir periode tahun 2010,
2011 dan 2012 tersisa masing-masing sejumlah Rp 4.006.766.753,-, Rp 25.816.238.564,-
dan Rp 30.800.823.324,-.
Halaman 29
(dalam Rupiah)
Keterangan 2013P 2014P 2015P 2016P 2017P
Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (34.844.846.467) 64.539.220.288 8.248.551.216 628.482.580 16.818.972.300
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan 35.640.050.000 (14.359.950.000) (14.359.950.000) (14.359.950.000) (14.359.950.000)
PENINGKATAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS 795.203.533 50.179.270.288 (6.111.398.784) (13.731.467.420) 2.459.022.300
KAS DAN SETARA KAS, AWAL 30.800.823.324 31.596.026.857 81.775.297.145 75.663.898.361 61.932.430.941
KAS DAN SETARA KAS, AKHIR 31.596.026.857 81.775.297.145 75.663.898.361 61.932.430.941 64.391.453.242
Berdasarkan analisis terhadap arus kas yang tersedia Perseroan sesudah Rencana
Transaksi, arus kas bersih dari aktivitas operasi Perseroan pada tahun 2014-2017
diproyeksikan akan tetap positif. Selama periode proyeksi, kas bersih yang diperoleh
Perseroan belum cukup untuk melunasi seluruh porsi pembayaran pokok sehubungan
dengan Rencana Transaksi. Namun demikian, dikarenakan fasilitas pembiayaan
Perseroan diperoleh dari pihak terafiliasi, maka Perseroan dapat memperpanjang fasilitas
tersebut, yang mana dana hasil pinjaman tersebut masih dapat digunakan untuk
membiayai keperluan modal kerja Perseroan di masa mendatang.
8.2.6 Analisis Cash Management dan Financial Covenant Transaksi Pinjam Meminjam
Dana
Rasio saldo kas yang tersedia terhadap pendapatan Perseroan berkisar antara 0,03-0,09
selama tahun 2013-2017, yang menunjukkan Perseroan cukup efektif dalam kebijakan
kredit dan penagihan, sehingga kas dan setara kas yang tersedia dapat dipergunakan
sebagai cadangan dalam hal terjadi penundaan kolektabilitas kas Perseroan.
Berdasarkan Addendum Perjanjian Pinjam Meminjam dengan HJR dan LBP, Perseroan
tidak memiliki persyaratan financial covenant tertentu, seperti syarat pemenuhan coverage
ratio, debt ratio serta saldo kas minimum dari pihak Kreditur. Namun demikian, Perseroan
tidak diperbolehkan menjual, mengalihkan, menjaminkan dan bentuk-bentuk lainnya yang
memungkinkan beralihnya kepemilikan harta kekayaan Perseroan kepada pihak ketiga
lainnya; mengadakan perubahan dari sifat dan kegiatan usaha Perseroan; melakukan
Halaman 30
perubahan susunan direksi dan dewan komisaris dan pemegang saham; dan melakukan
merger, konsolidasi, akuisisi maupun pembubaran.
Tingkat bunga pinjaman rata-rata untuk keperluan modal kerja dalam mata uang
Rupiah dan USD yang berlaku di pasar berdasarkan kelompok bank periode Januari
sampai Desember 2012 adalah sebagai berikut :
Suku Bunga Pinjaman Rupiah yang diberikan Menurut Kelompok Bank untuk keperluan Modal Kerja (%) :
Kelompok Bank Jan. Feb. Mar. Apr. May June July Aug. Sep. Okt. Nov. Des. AVG
Bank Persero 12,39 12,38 12,19 12,05 11,95 12,00 11,99 11,97 11,91 11,93 11,83 11,70 12,02
Bank Swasta Nasional 12,34 12,36 12,27 12,11 12,06 12,02 12,03 11,99 11,95 11,88 11,81 11,68 12,04
Bank Asing dan Bank Campuran 8,52 8,25 8,25 8,04 7,97 7,98 7,93 7,96 7,96 8,00 7,95 7,90 8,06
Bank Umum 12,14 12,02 12,01 11,86 11,78 11,79 11,78 11,73 11,70 11,68 11,61 11,49 11,80
Rata-rata (AVG) 11,35 11,25 11,18 11,02 10,94 10,95 10,93 10,91 10,88 10,87 10,80 10,69 10,98
Suku Bunga Pinjaman US Dollar yang diberikan Menurut Kelompok Bank untuk keperluan Modal Kerja (%) :
Kelompok Bank Jan. Feb. Mar. Apr. May June July Aug. Sep. Okt. Nov. Des. AVG
Bank Persero 4,70 4,66 4,70 4,65 4,58 4,70 4,75 4,77 4,83 4,72 4,79 4,62 4,71
Bank Swasta Nasional 5,19 5,28 5,23 5,18 5,26 5,39 5,43 5,42 5,33 5,45 5,47 5,53 5,35
Bank Asing dan Bank Campuran 2,86 2,90 2,91 2,91 2,92 2,94 2,93 2,90 2,86 2,87 2,76 2,79 2,88
Bank Umum 3,97 4,00 4,01 4,01 4,02 4,09 4,09 4,09 4,06 4,07 4,02 4,04 4,04
Rata-rata (AVG) 4,18 4,21 4,21 4,19 4,20 4,28 4,30 4,30 4,27 4,28 4,26 4,25 4,24
Sumber : Bank Indonesia
Halaman 31
Terlihat bahwa besaran suku bunga rata-rata pinjaman untuk keperluan modal kerja
berdasarkan kelompok bank adalah sebesar 10,98% untuk Rupiah dan sebesar 4,24%
untuk USD. Dengan demikian pinjaman yang diberikan oleh HJR dan LBP selaku pihak
terafiliasi yang tidak membebankan kewajiban pembayaran bunga atas pinjaman
tersebut adalah wajar dan menguntungkan Perseroan.
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 30.800.823.324 50.000.000.000 80.800.823.324
Piutang usaha 26.674.938.109 - 26.674.938.109
Piutang lain-lain 1.678.858.402 - 1.678.858.402
Persediaan 388.300.098.940 - 388.300.098.940
Pajak dibay ar dimuka 12.589.334.976 - 12.589.334.976
Biay a dibay ar dimuka 28.542.814.278 - 28.542.814.278
Total Aset Lancar 488.586.868.029 50.000.000.000 538.586.868.029
ASET TIDAK LANCAR
Inv estasi jangka panjang 651.888.000 - 651.888.000
Aset pajak tangguhan 9.291.132.161 - 9.291.132.161
Aset tetap 154.108.805.649 - 154.108.805.649
Beban ditangguhkan-neto 27.010.510.418 - 27.010.510.418
Jumlah Aset Tidak Lancar 191.062.336.228 - 191.062.336.228
TOTAL ASET 679.649.204.257 50.000.000.000 729.649.204.257
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang usaha 62.967.632.653 - 62.967.632.653
Utang lain-lain 48.035.469.689 (46.416.000.000) 1.619.469.689
Utang pajak 249.022.108 - 249.022.108
Biay a y ang masih harus dibay ar 14.487.073.006 - 14.487.073.006
Uang muka pelanggan 22.247.393.616 - 22.247.393.616
Utang bank jangka panjang-bagian y ang
jatuh tempo dalam waktu satu tahun 261.090.000.000 - 261.090.000.000
Utang bank - - -
Total Liabilitas Jangka Pendek 409.076.591.072 (46.416.000.000) 362.660.591.072
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas pajak tangguhan - neto - - -
Kewajiban imbalan pasca kerja 16.319.910.763 - 16.319.910.763
Utang pihak berelasi jangka panjang - 46.416.000.000 46.416.000.000
Utang pemegang saham 148.960.415.000 50.000.000.000 198.960.415.000
Total Liabilitas Jangka Panjang 165.280.325.763 96.416.000.000 261.696.325.763
Halaman 32
Analisis terhadap Laporan Posisi Keuangan Proforma Perseroan per tanggal
31 Desember 2012, menunjukkan dengan dilakukannya Rencana Transaksi, aset dan
liabilitas Perseroan mengalami peningkatan, yang terutama berasal dari peningkatan
masing-masing akun Kas dan Setara Kas dan Utang Pemegang Saham masing-
masing sebesar Rp 50.000.000.000,-.
Terlihat bahwa keseluruhan Rencana Transaksi akan membuat struktur kapital
Perseroan akan menguat, sehingga Perseroan diharapkan dapat memperkuat bisnis
yang dimiliki dan mengembangkan bisnis baru yang potensial sehingga dapat
meningkatkan nilai bagi seluruh pemegang saham.
3. Analisis Inkremental dan Profitabilitas
Berikut adalah kinerja Perseroan tanpa terjadinya Rencana Transaksi selama periode
proyeksi tahun 2013-2017:
(dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Keterangan 2013P 2014P 2015P 2016P 2017P
Penjualan Neto 931.172 831.440 930.176 1.054.505 1.149.546
Laba Usaha 18.397 8.892 14.960 22.861 31.043
Laba Tahun Berjalan 3.028 (5.468) 450 6.376 12.512
Beban Keuangan 14.360 14.360 14.360 14.360 14.360
Depresiasi 24.804 24.801 24.172 23.511 20.189
EBITDA 43.202 33.693 39.132 46.372 51.231
Marjin Laba Usaha 1,98% 1,07% 1,61% 2,17% 2,70%
Marjin Laba Tahun Berjalan 0,33% -0,66% 0,05% 0,60% 1,09%
Marjin EBITDA 4,64% 4,05% 4,21% 4,40% 4,46%
*) EBITDA= Earning Before Interest Tax Depreciation Amortisation
Halaman 33
Keterangan 2013P 2014P 2015P 2016P 2017P
Marjin EBITDA 4,78% 4,36% 4,49% 4,64% 4,69%
Laba tahun berjalan Perseroan dengan adanya Rencana Transaksi diproyeksikan rata-
rata selama periode proyeksi adalah sebesar Rp 8.107 juta per tahun, lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa terjadinya Rencana Transaksi yang diproyeksikan rata-
rata sebesar Rp 3.380 juta per tahun.
10. Kesimpulan
Berdasarkan pertimbangan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap Rencana Transaksi
dan faktor-faktor yang relevan dalam memberikan Pendapat Kewajaran atas Rencana
Transaksi Perseroan, maka kami berpendapat bahwa Rencana Transaksi yang akan
dilakukan Perseroan adalah wajar (arms – length).
Mengingat bahwa ada kemungkinan terjadinya perbedaan waktu dari tanggal laporan ini
disusun dengan pelaksanaan Rencana Transaksi, maka kesimpulan di atas berlaku bila
tidak ada perubahan yang memiliki dampak yang signifikan terhadap nilai dan hubungan
manajemen Perseroan dengan pelaksanaan Rencana Transaksi, yang meliputi kondisi
pasar dan perekonomian, kondisi umum bisnis dan keuangan, peraturan Pemerintah
Indonesia dan perubahan organisasi dan/atau manajemen Perseroan setelah tanggal
laporan ini dikeluarkan. Pendapat Kewajaran atas Rencana Transaksi mungkin akan
berbeda jika setelah tanggal laporan dikeluarkan terjadi perubahan-perubahan tersebut di
atas.
Halaman 34
11. Distribusi Pendapat Kewajaran Ini
Pendapat Kewajaran ini ditujukan untuk kepentingan Direksi Perseroan dalam kaitannya
dengan Rencana Transaksi dan tidak untuk digunakan oleh pihak lain.
Pendapat Kewajaran ini harus dipandang sebagai satu kesatuan dan penggunaan
sebagian dari analisis dan informasi tanpa mempertimbangkan isi Pendapat Kewajaran ini
secara keseluruhan dapat menyebabkan pandangan yang menyesatkan atas proses yang
mendasari Pendapat Kewajaran ini.
Pendapat Kewajaran ini juga disusun berdasarkan kondisi ekonomi dan peraturan yang
ada pada saat ini. Kami tidak bertanggung jawab untuk memutakhirkan atau melengkapi
Pendapat Kewajaran kami karena peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah tanggal
Pendapat Kewajaran ini. Pendapat Kewajaran ini tidak sah apabila tidak dibubuhi tanda
tangan pihak yang berwenang dan stempel perusahaan (corporate seal) dari ID&R.
Hormat kami,
KJPP Ihot Dollar & Raymond
Halaman 35