Demam Thypoid
Disusun oleh:
dr. Jorgi Neforinaldy M
Pembimbing:
dr. Ritha Allo Somba
Segala puji syuku rkehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Shalawat besertasalam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, juga kepada sahabat dan
keluarga beliau.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada pembimbing kami
dr. Ritha Allo Somba dan para dokter di Puskesmas Kecamatan Ciracas yang
telah memberikan arahan serta bimbingan hingga terselesaikannya laporan kasus
ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah laporan kasus.
Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa
penyebabnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap
laporan kasus ini demi perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
LAPORAN KASUS ...................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi ................................................................................................................. 11
Epidemiologi........................................................................................................ 12
Etiologi ................................................................................................................. 12
Patofisiologi ......................................................................................................... 16
Diagnosis .............................................................................................................. 16
Pencegahan dan Manajemen ............................................................................. 18
Prognosis .............................................................................................................. 23
ANALISA KASUS………………………………………………………………….. 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
Di negara maju kasus demam tifoid terjadi secara sporadik dan sering juga
berupa kasus impor atau bila ditelusuri ternyata ada riwayat kontak dengan karier
kronik. Di negara berkembang kasus ini endemik. Diperkirakan sampai dengan 90
- 95 % penderita dikelola sebagai penderita rawat jalan. Jadi data penderita yang
dirawat di rumahsakit dapat lebih rendah 15 – 25 kali dari keadaan yang
sebenarnya.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kampung rambutan RT 6/12, Jakarta Timur
Pekerjaan : Belum Bekerja
Status Pernikahan : Belum Menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
HP/ Telp :-
Nomor RM : 4998/16
Tanggal Periksa : 15 Agustus 2018
Anamnesis
- Keluhan Utama :
Demam sejak 5 hari yang lalu.
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dating diantar oleh ibunya ke puskesmas dengan keluhan demam
sejak 5 hari. Demam dirasakan naik turun. Demam terutama saat sore menjelang
malam hari. Dan biasanya tidak demam pada pagi dan siang hari. Terdapat
keluhan tambahan pusing,mual, batuk dan pilek. Batuk dan pilek sudah 5 hari
dan awal muncul bersamaan dengan demam.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
- Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-), asma (-), diabetes melitus (-)
Pemeriksaan Fisik
5
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Tanda vital
Tekanan darah : Tidak diukur
Frekuensi nadi : 82 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu badan : 39oC
Toraks
Cor : BJ I dan BJ II normal reguler, murmur (-), gallop
(-)
Pulmo : BND vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen
Tidak teraba massa. Terdapat nyeri tekan epigastrium.
Ekstremitas
Akral hangat, edem (-/-), parese (-/-)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil
Leukosit 8.645/uL
Hematokrit 42 Vol%
Trombosit 289.000/uL
6
Widal :
- S Thypi O : 1/320
Diagnosis
Medikamentosa :
Amoxycilin 3 x 500 mg
SF 1 x I tab
Vit A 1 x I
Antasyd Syr 3 x I C
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Klasifikasi
8
2. Perdarahan masa nifas (Perdarahan Persalinan Sekunder atau Perdarahan Post
PartumLambat, atau Late PPH).
Epidemiologi
1. Insiden
Etiologi
9
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi
dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan postpartum secara
fisiologis di kontrol oleh kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada
disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan
plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada
perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpasi.. Atonia
uteri merupakan penyebab utama Perdarahan Post Partum. Disamping
menyebabkan kematian, Perdarahan Post Partum memperbesar kemungkinan
infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang. Perdarahan yang banyak
bisa menyebabkan “ Sindroma Sheehan “ sebagai akibat nekrosis pada hipofisis
pars anterior sehingga terjadi insufiensi bagian tersebut dengan gejala : astenia,
hipotensi, dengan anemia, turunnya berat badan sampai menimbulkan kakeksia,
penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat-alat genital, kehilangan rambut pubis
dan ketiak, penurunan metabolisme dengan hipotensi, amenorea dan kehilangan
fungsi laktasi.
2. Tissue
10
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu
dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena : plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perarahan, tapi apabila terlepas
sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus dapat di karenakan oleh kontraksi
uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva ) serta plasenta
yang melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis menembus desidua
sampai miometrium – sampai dibawah peritoneum ( plasenta akreta – perkreta )
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta ( inkarserasio plasenta ). Sisa
plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25 % dari kasus perdarahan post
partum.
3. Trauma
Sekitar 20% kasus perdarahan post partum disebabkan oleh trauma jalan
lahir seperti ruptur uteri, inversi uteri, dan perlukaan jalan lahir
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya,
dan persalinan dengan induksi oxytosin. Ruptur uterus sering terjadi akibat
jaringan parut SC sebelumnya.
Laserasi dapat mengenai uterus, serviks, vagina, atau vulva, dan biasanya
terjadi karena persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam dengan
bayi besar, terminasi kehamilan dengan vacum atau forcep, walau begitu laserasi
bisa terjadi pada sembarang persalinan. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa
vagina dan vulva akan menyebabkan hematom, perdarahan akan tersamarkan dan
11
dapat menjadi berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama beberapa jam dan
bisa menyebabkan terjadinya syok.
- Hipofibrinogenemia,
- Trombositopeni,
- HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count )
- Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit karena
darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin dan trombosit sudah
rusak.
5. Subinvolusio uteri
12
post patum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus subinvolusi. Jumlah lokia bisa
lebih banyak dari pada yang diperkirakan. Leukore, sakit punggung, dan lokia
berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi.
Faktor Resiko
1. Grande multipara
2. Perpanjangan persalinan
3. Chorioamnionitis
4. Kehamilan multiple
Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus terus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah – pembuluh darah yang
melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus.
Trauma jalan lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum, dan
rupturuteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah.
Penyakit pada darah ibu misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena
tidak adanya atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga
13
merupakan penyebab dari Perdarahan Post Partum. Perdarahan yang sulit
dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Diagnosis
5. Pembengkakan dan nyeri pada jaringan daerah vagina dan sekitar perineum
14
jika ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik dilakukan eksplorasi untuk
mengetahui adanya sisa plasenta atau laserasi jalan lahir.
b. Robekan rahim
c. Plasenta succenturiata
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada cervix, vagina, dan varises yang pecah.
5. Pemeriksaan laboratorium : bleeding time, Hb, Clot Observation test dan lain-
lain
B. Persiapan persalinan
15
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan
darah, dan bila memungkinkan sediakan donor darah dan dititipkan di bank darah.
Pemasangan cateter intravena dengan lobang yang besar untuk persiapan apabila
diperlukan transfusi. Untuk pasien Sangat dianjurkan pada pasien dengan resiko
perdarahan post partum untuk menabung darahnya sendiri dan digunakan saat
persalinan.
C. Persalinan
Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular atau
maju mundur sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik. Massae
yang berlebihan atau terlalu keras terhadap uterus sebelum, selama ataupun
sesudah lahirnya plasenta bisa mengganggu kontraksi normal myometrium dan
bahkan mempercepat kontraksi akan menyebabkan kehilangan darah yang
berlebihan dan memicu terjadinya perdarahan post partum.
16
Lakukan pemeriksaan secara teliti untuk mencari adanya perlukaan jalan
lahir yang dapat menyebabkan perdarahan dengan penerangan yang cukup. Luka
trauma ataupun episiotomi segera dijahit sesudah didapatkan uterus yang
mengeras dan berkontraksi dengan baik.
- Transfusi darah : bisa berupa whole blood ataupun packed red cell
- Atonia uteri
Periksa ukuran dan tonus uterus dengan meletakkan satu tangan di fundus
uteri dan lakukan massase untuk mengeluarkan bekuan darah di uterus dan
17
vagina. Apabila terus teraba lembek dan tidak berkontraksi dengan baik perlu
dilakukan massase yang lebih keras dan pemberian oksitosin.
- Sisa plasenta
Hematom jalan lahir bagian bawah biasanya terjadi apabila terjadi laserasi
pembuluh darah dibawah mukosa, penatalaksanaannya bisa dilakukan incise dan
18
drainase. Apabila hematom sangat besar curigai sumber hematom karena
pecahnya arteri, cari dan lakukan ligasi untuk menghentikan perdarahan.
- Terapi pembedahan
o Laparatomi
o Histerektomi
Prognosis
19
sebaik-baiknya, Perdarahan post partum masih merupakan salah satu sebab
kematian ibu yang penting”.
Pada perdarahan post partum, Mochtar R. Dkk, (1969), melaporkan
kematian ibu sebesar 7,9 % dan Wiknjosastro H. (1960) 1,8 – 4,5 %. Tingginya
angka kematian ibu karena banyak penderita yang dikirim dari luar dengan
keadaan umum yang sangat jelek dan anemis dimana tindakan apapun kadang-
kadang tidak menolong.
Sehingga prognosis pada kasus Perdarahan Post Partum ditentukan
bagaimana tatalaksananya dalam menghentikan perdarahan yang terjadi.
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan mulas disertai keluar air-air
dari kemaluan. Awalnya keluhan mulas sudah dirasakan sejak kurang lebih 8
jam yang lalu. Kemudian sekitar 4 jam yang lalu mulai keluar air-air dari
kemaluan berwarna hijau. Rasa mulas yang dirasakan semakin sering. Pasien
datang pukul 07.00. Kemudian pukul 08.20 bayi lahir secara spontan. Pada kala
III, plasenta tidak segera lahir dibutuhkan waktu kurang lebih 50 menit setelah
bayi lahir dan perdarahannya kurang lebih 500 cc. Hal ini sesuai dengan kriteria
diagnosis dari perdarahan post partum yaitu keluar darah sebanyak 500 cc atau
lebih. Pasien mengalami perdarahan <24 jam pasca melahirkan, maka dapat
digolongkan sebagai Perdarahan Post Partum Primer ec. Retensio Plasenta. Sesuai
dengan kriteria Retensio Plasenta yaitu plasenta lahir lebih dari 30 menit setelah
bayi lahir.
Pasien dinyatakan anemia sedang sesuai dengan grade Anemia pada ibu
hamil yaitu anemia ringan jika HB : 9-10 g/dl, anemia sedang jika HB : 7-8 g/dl ,
dan anemia berat jika HB : < 7 g/dl.
20
Tindakan perawatan yang dilakukan pada kasus ini, dengan memberikan
transfusi dikarenakan HB yang rendah dan rencana USG Abdomen untuk
mengetahui apakah masih ada sisa plasenta yang tertinggal.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu Kebidanan, editor Prof.dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOg, edisi Ketiga
cetakan Kelima,Yayaan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 1999
2. Williams Obstretics 21 st Ed: F.Gary Cunningham (Editor), Norman F.Grant
3. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke tiga Jilid Pertama , Editor Arif Mansjoer ,
Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri , Wahyu Ika Wardani , Wiwiek Setiowulan.
4. Suharto, Wibowo A, Tobing S, et al. Pedoman diagnosis dan terapi
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi. (Sutarinda Z). Banjarmasin:
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Ulin; 2010
5. Suharto, Wibowo A, Tobing S, et al. Kegawatdaruratan obstetri dan
ginekologi. Banjarmasin: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Ulin;
2010
22