PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
World Health Organization (WHO) sejaktahun 1961 menyatakan, bahwa
semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram
disebut low birth weight infant (bayi berat lahir rendah). Angka kematian bayi
menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena
merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Secara statistik, angka
kesakitan dan kematian pada nenonatus di negara berkembang adalah tinggi, dengan
penyebab utama adalah berkaitan dengan BBLR (Puspitasari,2011).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram. Angka kematian akibat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
di Indonesia berkisar 29 persen. Beberapa peneliti menyatakan bahwa Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) membutuhkan perawatan yang optimal, untuk
meningkatkan berat badannya. (Lutfia, 2009).
Kategori berat badan lahirdikelompokkan menjadi tiga, yaitu < 2500 gram
(BBLR), 2500-3999 gram, dan ≥ 4000 gram. Kecenderungan BBLR pada anak umur
0-59 bulan menurut provinsi tahun 2010 dan 2013. Persentase BBLR tahun 2013 (10,2%)
lebih rendah dari tahun 2010 (11,1%). Persentase BBLR tertinggi terdapat di provinsi
Sulawesi Tengah (16,9%) dan terendah di Sumatera Utara (7,2%) (Riskesdas 2013).
Perawat dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Perawat harus
memberikan pemantauan yang optimal terhadap bayi dengan berat lahir rendah.
BAB II
RESUME JURNAL
A. Metode Kanguru
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan Bayi Baru Lahir
(BBL). Rata-rata berat badan normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah
3200 gram. Secara umum, Bayi Berat Lahir Rendah lebih besar resikonya
untuk mengalami masalah atau komplikasi pada saat lahir (Damanik, 2010).
Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi BBLR ditinjau dari
faktor ibu, kehamilan, dan faktor janin. Faktor ibu meliputi gizi saat hamil
kurang, umur ibu (< 20 tahun dan > 35 tahun), jarak kehamilan terlalu dekat,
dan penyakit menahun. Faktor kehamilan seperti hidramnion dan kehamilan
ganda. Faktor janin yang mempengaruhi BBLR seperti cacat bawaan dan
infeksi dalam rahim. Faktor-faktor resiko lainnya yang mempengaruhi
kejadian BBLR antara lain paritas, status ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan
ibu (Sistriani, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian dapat diterapkan pada kasus By.Ny.S dengan diagnosa,
BBLR dengan rencana keperawatan sebagai berikut :
Setelah dilakaukan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan bayi
tidak mengalami hipotermi dengan criteria hasil:
akral hangat
suhu 36,5-37,5 derajat celcius
Intervensi
1. kaji suhu bayi
2. ajarkan ibu menerapkan metode kanguru pada bayi
3. ganti pakaian bayi bila basah
4. kolaborasi terhadap terapi
Implementasi :
1. mengkaji suhu bayi
2. mengajarkan ibu menerapkan metode kanguru padabayi
3. mengganti pakaian bayi bila basah
4. berkolaborasi terhadap terapi
D.Analisa SWOT
Berdasarkan analisis dari jurnal penarapan metode kanguru pada BBLR
untuk meningkatkan berat badan diruang Perinatologi RSUD Pringsewu didapatkan
sebagai berikut:
S (kekuatan ) :
1. Perawat yang bekerja di Ruang perinatologi memiliki Pengalaman kerja yang
sudah lama
2. Perawatan membuat inform consent untuk setiap tindakan yang diberikan
kepada pasien
3. Perawat dan dokter berkolaborasi menyiapkan intervensi untuk pasien.
W ( Kelemahan) :
1. Tidak semua bayi yang BBLR diberikan penerapan metode kanguru
2. Metode kanguru harus dilakukan dengan ketelitian serta kesabaran
3. Tidak adanya alat untuk mempermudah ibu atau keluarga melakukan metode
kanguru
O (Kesempatan ) :
1. Adanya alat incubator diruang perinatologi
T (Ancaman) :
1. Bayi yang terpasang peralatan medis tidak dapat melakukan metode kanguru
terlalu lama
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian metode kanguru merupakan perawatan untuk bayi berat lahir
rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi
dengan kulit ibu atau skin to skin cntact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya
untuk menghangatkan bayi.
Prinsip perawatan metode kanguru adalah untuk menggantikan perawatan
bayi baru lahir dalam inkubator dengan ibu bertindak seperti ibu kanguru yang
mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal
( 36,5-37,5 derajat celcius)
Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa metode kanguru ini dapat
meningkatkan berat badan pada bayi.
B. Saran
1. Bagi pihak ruang Perinatologi RSUD Pringsewu diharapkan dari analisis
jurnal ini dapat menjadikan acuan dalam proses pemberian perawatan pasien
dengan BBLR yang dilakukan penerapan metode kanguru.
2. Bagi keluarga bayi yang dilakukan metode kanguru untuk dapat
memperhatikan kondisi bayi dan tetap memberikan ASiI pada si kecil dalam
memberikan asupan berkala pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Lutfia, 2009. Kebijakan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB ).
Yogjakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.