Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ANALITIK

PENETUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE


KJELDAHL
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Instrumentasi Analitik

Dosen Pembimbing : Tri Reksa Saputra, S.Si., M.Si.


Tanggal Praktikum : 14 Mei 2018
Tanggal Penyerahan : 21 Mei 2018

Oleh
Kelompok 8
Silvilla Sani ( 171411062 )
Weldy Putera ( 171411063 )
Yasir Mohammad Naufal A. ( 171411064 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
I. Tujuan Praktikum
1.1 Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar dari metode Kjeldahl.
1.2 Mahasiswa mampu mengoperasikan Instrumen Kjeldahl meliputi tahapan destruksi,
destilasi, dan penetralan (titrasi).
1.3 Dengan menggunakan metode Kjeldahl, mahasiswa mampu menganalisis kandungan
nitrogen total. Selanjutnya dengan menggunakan faktor konversi, dapat ditentukan
kandungan protein dari suatu sampel.

II. Dasar Teori


Destilasi kjeldahl berfungsi untuk menentukan kadar nitrogen total yang terkandung
dalam cuplikan. Prinsip dari penentuan kadar protein dengan metode Kjedahl adalah
penentuan jumlah nitrogen (N) total yang terkandung oleh suatu bahan dengan cara
mendegradasi protein bahan organik dengan menggunakan asam sulfat pekat untuk
menghasilkan nitrogen sebagai amonia, kemudian jumlah nitrogen yang terlepas sebagai
amonia dihitung lalu dikonversikan nilai kadar protein dengan mengalikannya dengan
konstanta tertentu.
Penentuan kadar nitrogen ini melalui tiga tahapan proses pengerjaan, yaitu :

Destruksi : penghancuran senyawa organik seperti protein menjadi senyawa


anorganik. Material yang digunakan sebagai destruktor adalah asa sulfat pekat ditambah
selenium sebagai katalis pengganti garam kjeldahl.

Destilasi : proses pemisahan senyawa berdasarkan titik didih. Pada kasus ini,
amunium sulfat ditambah larutan NaOH 30% bertujuan untuk membebaskan gas amoniak
(NH3) dan dengan pemanasan atau destilasi akan dibebaskan sebagai destilat. Destilat (gas
amoniak) yang terbentuk ditampung dalam larutan asam, misalnya asam borat (H3BO3)
2% atau H2SO4 encer yang telah diberi indikator campuran (mixed indicator). Larutan
penampung ini berwarna merah muda (pink) dan akan berubah warna menjadi hijau muda
karena terjadi reaksi asam borat dengan gas NH3. Reaksinya sbb :

(NH4)2SO4 + 2NaOH 2NH3 + Na2SO4 + 2H2O


NH3 + H3BO3 → NH4+ + H2BO3 (merah muda)

Titrasi : untuk mengetahui jumlah asam borat yang bereaksi dengan gas amoniak
yang terbentuk, maka larutan ini direaksikan dengan asam klorida dengan menggunakan
metode volumetric atau titrasi. Titik ekivalen dicapai pada saat warna larutan berubah
kembali menjadi merah muda atau warna sebelum asam borat digunakan sebagai
penampung destilat. Jumlah mol Nitrogen yang bereaksi dengan asam dapat diukur dengan
menitrasi asam borat yang berubah menajdi ion H2BO3 larutan HCl, reaksinya :

2 NH4H2BO3 + 2 HCl → 2 NH4Cl + 2 H3BO3

Berdasarkan tahapan proses penentuan kadar nitrogen total dalam sampel dapat
dijelaskan bahwa:

Ekivalen asam klorida ↔ Ekivalen kadar nitrogen total

Jumlah persen (%) nitrogen total sampel

%N=
va  vo N 14100%
P
dengan :

Va = volume asam klorida yang diperlukan untuk titrasi sampel (mL)

Vo = volume asam klorida yang diperlukan untuk titrasi blangko (tanpa sampel) (mL)

N = Konsentrasi asam klorida (N)

14 = berat molekul nitrogen

P = berat sampel dalam m gram

Kadar protein dalam sampel khususnya makanan

% protein = f x %N

f adalah faktor konversi kandungan N dalam suatu bahan makanan

III. Prosedur Percobaan


3.1 Alat dan Bahan
Alat
Gelas kimia 250 mL (1) 500 mL (1) Seperangkat alat distilasi kjeldahl
Gelas ukur 100 mL atau 50 mL (1) Corong biasa
Hot plate Erlenmeyer 300 mL (4)
Pengaduk Erlenmeyer 100 mL (2)
Seperangkat alat destruktor Buchi Water jet Vacum
Neraca analitik Gelas kimia plastik 2,0 L
Bahan
Selenium (8 gram) Indikator campuran
Asam sulfat pekat (100 mL) Indikator MM
aquades Asam Borat 10 gram
Larutan NaOH 60% (250 mL) Larutan HCl 0,5 N (100mL)
Boraks 2 gram

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Pembuatan Asam Borat 2%

8 gram 400 ml 400 ml


asam aquadest asam borat
borat 2%

@ 100 ml

2-3 tetes mixed indicator


3.2.2 Proses Destruksi

Blangko 1 ml 1,5 ml 2 ml
Sampel
1 (susu Cair)

2 buah batu didih


dan 2 gram
2
selenium

Lemari asam

3 20 ml H2SO4 pekat

Pindahkan ke alat pemanas dan


Tunggu dan amati sampai
putar tombol suhu setiap 5
warna berwarna hijau
menit naik 1000C sampai 3000C

Pindahkan tabung ke rak


semula

Tunggu sampai dingin Matikan keran

100 mL aquadest Kocok sampai homogen

Tunggu sampai suhu ruang


dan lakukan destilasi
3.2.3 Proses Destilasi
Hubungkan air
keran dengan
alat destilasi

Tekan ON  Pasang tabung destruktor pada alat


Tunggu 10 menit destilasi

Tempat
destruktor

Tempat
penampung

Simpan Mengalirkan Buka katup B Tutup Keluarkan tabung


erlenmeyer NaOH (buka dan C sampai katup destruksi panas dari
berisi asam katup A) sampai volume B, alat destilasi
borat 2% pada larutan pada erlenmeyer amati menggunakan
keluaran tabung berwarna (penampung) larutan penjepit dan sarung
destilat kehitaman 150 mL tangan
(penampung)

Bilas pipa dengan


aquadest dan tutup
katup C
3.2.4 Proses Titrasi

Titrasi larutan blanko


destilat dengan HCl Catat volume HCl
yang telah yang ditambahkan
distandardisasi

Ulangi proses Destilasi  proses Titrasi


dengan tabung destruktor II, III, dan IV

IV. Keselamatan Kerja

4.1 Menggunakan APD yang lengkap seperti jas lab, sarung tangan, dan masker
4.2 Percobaan destruksi dilakukan di lemari asam
4.3 Melakukan penambahan aquades ke dalam sampel yang telah didestruksi secara
perlahan dan hati-hati. Mengikuti prosedur kerja dengan benar dan menggunakan
kacamata serta sarung tangan.
4.4 Mematuhi anjuran pembimbing dan bila ragu-ragu menanyakannya kepada
pembimbing. Baca juga MSDS.

V. Data Pengamatan
Sampel : Susu cair .-.

No Berat Sampel Berat Volume Asam Volume


(mL) Selenium Sulfat (mL) HCl (mL)
(gram)
1. 0 2,0034 20 ml 0,2 ml
2. 1 2,0028 20 ml 1,1 ml
3. 1,5 2,0031 20 ml 0,6 ml
4. 2 2,0026 20 ml 3,6 ml
VI. Pengamatan Visual

No. Proses Gejala/Peristiwa Selama Proses


1. Destruksi  Pencampuran sampel, selenium, dan asam sulfat pekat
ke dalam tabung destruktor dengan komposisi tertentu.
Batu didih ikut serta dimasukkan ke dalam tabung
 Pemanasan (muncul asap di dalam tabung destruktor
saat pemanasan campuran)
 Perubahan warna menjadi hijau bening setelah
pemanasan berlangsung ±40 menit
 Pendinginan larutan campuran dan penambahan
aquades.
2. Destilasi  Pembuatan larutan asam borat 2% (400 mL)

 Penambahan mixed indicator pada asam borat (terjadi


perubahan warna asam borat menjadi berwarna ungu
bening). Asam borat akan menjadi penampung destilat
dari larutan dalam tabung destruksi.

 Larutan NaOH 30% dimasukkan kedalam tangka


jerigen pada bagian bawah alat destilasi.

 Tabung destruktor dan larutan asam borat diletakkan


pada posisi berdiri dan berdampingan, lalu dilakukan
destilasi.

 Proses destilasi dihentikan ketika penampung distilat


(asam borat) dan larutan dalam tabung destruksi
mencapai volume 150 ml dan berubah warna.

 Larutan pada tabung destruktor blanko berubah warna


menjadi cokelat begitu juga tabung kedua (sampel
pertama). namun sampel pertama warna cokelatnya
lebih pekat. Sedangkan tabung ketiga dan keempat
berubah warna menjadi kebiruan.

 Destilasi larutan blanko, kolom desruktor berwarna


coklat kehitaman dan ada pengotornya sedangkan
kolom destilat berwarna bening. Warna bening pada
kolom destilat karena tidak ada reaksi antara asam borat
dengan gas amoniak.

3. Titrasi  Destilat yang berwarna bening berubah warna menjadi


merah muda kembali setelah dititrasi menggunakan
HCl, hal ini menunjukan telah tercapainya titik
ekivalen. Yang selanjutnya diukur kadar nitrogen
totalnya.

VII. Pengolahan Data

6.1 Perhitungan Pembuatan Larutan HCl 0,5 N :


N1 = 1 N
N 2 = 0,5 N
V1 = ?
V2 = 250 mL

N1V1 = N 2 V2
1N x V1 = 0,5 N x 250 mL
V1 = 125 mL

6.2 Perhitungan Kadar Nitrogen

Sampel : Susu Cair

Faktor konversi : 6,38

%N=
va  vo N 14100%
P
(Vol HCL sampel – Vol HCL blanko) x N HCL x Ar N x 100%
Kadar N(%) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

1. Tabung 2
𝑔𝑟𝑎𝑚
(1,1−0,2)𝑚𝐿 𝑥 0,1𝑁 𝑥 14 𝑥 100%
𝑚𝑜𝑙
Kadar N (%) = = 1,26%
1 𝑔𝑟𝑎𝑚

Kadar P (%) = %N x faktor konversi = 1,26% x 6,38 = 8,0388 %


2. Tabung 3
𝑔𝑟𝑎𝑚
(0,6−0,2)𝑚𝐿 𝑥 0,1𝑁 𝑥 14 𝑥 100%
𝑚𝑜𝑙
Kadar N (%) = = 0,373%
1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

Kadar P (%) = 0,373% x 6,38 = 2,3819%


3. Tabung 4
𝑔𝑟𝑎𝑚
(1,6−0,2)𝑚𝐿 𝑥 0,1𝑁 𝑥 14 𝑥 100%
𝑚𝑜𝑙
Kadar N (%) = = 0,98%
2 𝑔𝑟𝑎𝑚

Kadar P (%) = 0,98% X 6,38 = 6,2524%

VIII. Pembahasan

Praktikum Penentuan Kadar Nitrogen dan Protein suatu bahan dengan Metode
Kjedahl menggunakan sampel susu cair dilakukan melalui tiga tahapan proses yaitu
destruksi, destilasi dan titrasi.

Pada tahap awal destruksi, sampel, larutan H2SO4, selenium, dan batu didih, dengan
kadar masing-masing yang sudah ditentukan, dimasukan ke dalam 4 tabung destruktor dan
diberi label. Batu didih (terbuat dari silika) dimasukkan agar panas tidak terpusat pada satu
titik dan menyebar secara merata ke seluruh bagian cairan dalam tabung. Penambahan
larutan H2SO4 atau asam sulfat yang merupakan oksidator kuat pada tabung destruktor
masing-masing sebanyak 20 ml bertujuan untuk mendestruksi sampel menjadi unsur-unsur
penyusunnya.

Selenium yang ditambahkan berfungsi sebagai katalis, mempercepat terjadinya


reaksi destruksi dengan cara menurunkan titik didih asam sulfat sehingga reaksi berjalan
dengan efektif karena semakin tinggi titik didih, maka waktu yang dibutuhkan semakin
lama (tanpa katalis proses penguapan asam sulfat akan berlangsung lebih lama). Setelah
proses destruksi selesai, larutan di tabung destruktor akan berubah menjadi warna hijau
bening. Perubahan warna yang terjadi menunjukkan terpecahnya nitrogen organik. larutan
ini kemudian didinginkan lalu ditambahkan aquades, masing-masing sebanyak 40 mL
dengan tujuan menstabilkan larutan. Pada saat penambahan aquades dilakukan dengan
hati-hati dan cairannya ditempelkan ke dinding tabung agar tidak langsung mengenai
larutan yang didalamnya.

Tahap kedua yaitu destilasi dengan menggunakan asam borat 2%, asam borat yang
telah dibuat dimasukan ke dalam 4 labu erlenmeyer yang masing-masing berisi 100 ml lalu
diberi mixed indicator sebanyak 3-4 tetes.

Destilasi merupakan suatu proses memisahkan cairan maupun larutan yang


berdasarkan pada perbedaan titik didih. Tujuannya yaitu untuk memisahkan zat yang akan
dianalisa dengan cara memecah ammonium sulfat menjadi ammonia (NH3). NH3 yang
dihasilkan dalam destilat berupa gas. Pada tahap ini, ammonium sulfat dipecah menjadi
ammonia dengan penambahan NaOH dan dipanaskan dengan menggunakan steam. Reaksi
antara NaOH dan ammonium sulfat merupakan reaksi eksoterm (menghasilkan energi
panas yang sangat tinggi). Amonia yang diperoleh tadi, selanjutnya dialirkan ke dalam
erlenmeyer yang berisi larutan asam borat 2 % yang sudah ditambahkan mixed indicator.
Indikator campuran ini bersifat amfoter, sehingga bisa bereaksi dengan asam maupun basa.

Tabung destruktor yang mengandung banyak kadar nitrogen atau protein akan
berubah warna menjadi berwarna coklat berlumut sedangkan asam boratnya yang semula
berwarna merah muda akan berubah warna menjadi hijau muda karena terjadi reaksi antara
asam borat dengan gas amonia.

Pada tabung destruktor pertama (blanko) yang seharusnya tidak ada perubahan
warna ternyata terdapat perubahan warna, hal ini disebabkan adanya zat pengotor yang ikut
larut ke dalam tabung destruktor. Tabung ke dua yang terdapat sampel sebanyak 1 ml
tabung destruktornya menjadi berwarna hijau tua sama seperti blangko hanya saja
warnanya lebih gelap, sedangkan asam boratnya berubah warna menjadi hijau muda.
Tabung ke tiga dan ke keempat warna pada tabung destruktornya menjadi biru bening,
sedangkan pada asam boratnya berwarna hijau muda

Tahap ketiga yaitu proses titrasi. Dilakukan pada asam borat yang menjadi
penampung pada destilasi. Proses titrasi menggunakan larutan HCl sebagai titrannya. HCl
yang terpakai untuk mentitrasi asam borat sampel ke-1 sebanyak 1,1 ml, sampel ke-2
sebanyak 0,6 ml, dan sampel ke-3 sebanyak 1,6 ml

Proses titrasi ini akan mengembalikann warna asam borat yang semula berwarna
hijau muda menjadi warna merah muda (bening)
Setelah ketiga tahapan tersebut selesai barulah kita menghitung jumlah kadar
nitrogen dan protein sampel pada masing-masing tabung destruktor (kecuali blanko).
banyaknya protein dalam sampel dapat dihitung dari konversi HCl yang digunakan
dikalikan dengan factor konversi nitrogen protein. Dari metode yang dilakukan untuk
menentukan kadar protein dalam susu Ultra-milk, maka diperoleh kadar protein pada
sampel. Kadungan nitrogen didapat sampel 1 = 8,0388% sampel 2= 2,3819% sampel 3 =
6,2524%

IX. Kesimpulan

9.1 Ada tiga proses penentuan kadar nitrogen dalam cuplikan dengan metode kjeldahl, yaitu
proses destruksi, distilasi dan titrasi. Destruksi berfungsi untuk menguraikan senyawa
organic menjadi anorganik, destilasi berfungsi untuk memisahkan amoniak dalam sampel,
dan titrasi untuk mengukur besarnya kandungan amoniak dalam sampel yang tertampung
dalam asam borat yang telah ditambahkan mixed indikator.

9.2 Kadar nitrogen berdasarkan percobaan dari sampel 1=8,0388% sampel 2 = 2,3819% dan
sampel 3= 6,2524%

9.3 Kadar protein dalam cuplikan berdasarkan hasil percobaan dengan perolehan hasil %
protein rata-rata pada sampel sebesar 5,5577%

X. Daftar Pustaka

1. (Sumber : www.examtutor.com )
2. Lab 3. Protein determination bio.classes.ucsc.edu/bio20L/MANUAL/Lab%203.pdf
3. http://www.pauleyequipment.co.uk/template
4. Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia, Jakarta
5. Afrianti, L H. 2008. Teknologi Pengawetan Makanan. Alfabeta, Bandung
6. Andarwulan, N, F. Kusnandar, D. Herawati. 2011. Analisis Pangan. PT Dian Rakyat,
Jakarta
7. Yazid, E, L. Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis.
CV Andi Offset, Yogyakarta
8. John M. deMan. 1989. Principles of food chemistry. By Van Nostrand Reinhold, A
Division of wadsworth, Inc. Canada
9. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/sunarto-drs-msi/keselamatan-kerja-
dilaboratorium.pdf

Anda mungkin juga menyukai