Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN ANEMIA APLASTIK

1. TEORI PENYAKIT
a. Pengertian
Anemia aplastik adalah anemia dengan gagal sumsum tulang yang
ditandai dengan pansitopenia dan pada sebagian besar kasus dengan sumsum
tulang hipoplasia. ( E-Jurnal Medika Udayana, 2014)
Anemia aplastik adalah kelainan bawaan yang jarang terjadi, kelainan
sumsum tulang yang ditandai dengan pansitopenia dan sumsum tulang
hipokelular. (Young NS, 2006)
Anemia aplastik berat adalah penyakit hematologi yang jarang terjadi
yang menyebabkan insufisiensi sumsum tulang kuantitatif. (Montané E, 2008)

b. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :
Pada penderita anemia aplastik dapat ditemukan tiga gejala utama yaitu, anemia,
trombositopenia, dan leukopenia. Ketiga gejala ini disertai dengan gejala-gejala
lain yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Anemia biasanya ditandai dengan pucat, mudah lelah, lemah, hilang selera
makan, dan palpitasi.
- Trombositopenia, misalnya: perdarahan gusi, epistaksis, petekia, ekimosa dan
lain-lain.
- Leukopenia ataupun granulositopenia, misalnya: infeksi.
Selain itu, hepatosplenomegali dan limfadenopati juga dapat ditemukan pada
penderita anemia aplastik ini meski sangat jarang terjadi. (Samuel. 2010)

1. Penyebab Primer ( Idiopatik , Anemia Fanconi


c. Pathway dan Dyskeratosis congenital
2. Penyebab Sekunder ( Zat kimia, Obat-obatan,
Infeksi dan Radiasi )

Depresi sumsum tulang belakang


Pansitopenia

Anemia Aplastik

Penurunan Trombosit Penurunan eritrosit Penurunan leuksit


( trombositopenia )
Sindrome anemia System kekebalan
Pembekuan darah
tubuh menurun
tergangu
Kadar HB menurun Anoreksia
Pendarahan terjadi Mudah terkena infeksi
terus menerus Penurunan BB menurun
komponen RISIKO INFEKSI
Perdarahan mukosa, pengangkut O2 dan
kulit dan organ dalam Nutrisi ke sel NUTRISI
berkurang KURANG DARI
RISIKO KEBUTUHAN
PERDARAHAN Lemas
TUBUH
Cepat Lelah
Sumber ( NANDA, 2015 – 2017),
INTOLERANSI
(NANDA NIC-OC 2015),
AKTIVITAS
(SAMUEL, 2010 )

d. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


Ada dua jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis anemia aplastik, yaitu pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan laboratorium. (Samuel, 2010)
1. PEMERIKSAAN FISIS
Pada pemeriksaan fisis penderita anemia aplastik
diperoleh:
- Pucat
- Perdarahan pada gusi, retina, hidung, dan kulit.
- Tanda-tanda infeksi, misalnya demam.
- Pembesaran hati (hepatomegali)
- Tanda anemia Fanconi, yaitu bintik Café au lait dan postur tubuh yang
pendek.
- Tanda dyskeratosis congenita, yaitu jari-jari yang aneh dan
leukoplakia.
2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah Tepi
o Granulosit < 500 /mm3
o Trombosit < 20.000 /mm3
o Retikulosit < 1.0 % (atau bahkan hampir tidak ada)
Pada penderita anemia aplastik ditemukan kadar retikulosit yang
sedikit atau bahkan tidak ditemukan. Sedangkan jumlah limfosit dapat
normal atau sedikit menurun. Dari ketiga kriteria darah tepi di atas, dapat
ditentukan berat tidaknya suatu anemia aplastik yang diderita oleh pasien.
Cukup dua dari tiga kriteria di atas terpenuhi, maka individu sudah dapat
digolongkan sebagai penderita anemia aplastik berat.
b. Sumsum Tulang
Hiposeluler < 25% (Pemeriksaan sumsum tulang pemeriksaan
biopsi dan aspirasi).

e. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Suportif
Transfusi darah dan platelet sangat bermanfaat, namun harus
digunakan dengan bijaksana dan baik karena dapat terjadi
sensitisasi pada sel dan imunitas humoral pasien anemia
aplastik. Bila terjadi hal yang demikian, donor diganti dengan
yang cocok HLA-nya (orang tua atau saudara kandung).
2. Faktor-faktor pertumbuhan hematopoietik
Terapi dengan Growth factor sebenarnya tidak dapat
memperbaiki kerusakan sel induk. Namun terapi ini masih
dapat dijadikan pilihan terutama untuk pasien dengan infeksi
berat. Penggunaan G-CSF (granulocyte-colony stimulating
factor) terbukti bermanfaat memulihkan neutrofil pada
kasus neutropenia berat. Namun hal ini tidak berlangsung
l ma. G-CSF harus dikombinasikan dengan regimen lain
misalnya ATG/CsA untuk mendapatkan hasil terapi yang lebih
baik.
3. Transplantasi Sumsum Tulang (SCT, Stem Cell Transplantation)
Transplantasi sumsum tulang ini dapat dilakukan pada pasien
anemia aplastik jika memiliki donor yang cocok HLA-nya
(misalnya saudara kembar ataupun saudara kandung). Terapi
ini sangat baik pada pasien yang masih anak-anak.
Transplantasi sumsum tulang ini dapat mencapai angka
keberhasilan lebih dari 80% jika memiliki donor yang HLA-
nya cocok. Namun angka ini dapat menurun bila pasien yang
mendapat terapi semakin tua. Artinya, semakin meningkat
umur, makin meningkat pula reaksi penolakan sumsum tulang
donor. Kondisi ini biasa disebut GVHD atau graft-versus-host
disease.
4. Terapi imunosupresif
Terapi imunosupresif dapat dijadikan pilihan bagi mereka yang
menderita anemia aplastik. Terapi ini dilakukan dengan
konsumsi obat-obatan. Obat-obat yang termasuk terapi
imunosupresif ini antara lain antithymocyte globulin (ATG)
atau antilymphocyte globulin (ALG), siklosporin A (CsA) dan
Oxymethalone. Orang dewasa yang tidak mungkin lagi
melakukan terapi transplantasi sumsum tulang, dapat
melakukan terapi imunosupresif ini. (Samuel, 2010)

2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANEMIA


APLASTIK
A. Pengkajian
1. IDENTITAS PASIEN
Dalam identitas pasien terdapat biodata lengkap pasien, dan tanggal masuk rumah
sakit. Selain itu dilengkapi pula dengan identitas penanggung jawab pasien.
2. DATA KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan anak
i. Keluhan utama
Dalam keluhan utama terdapat alasan pasien datang ke RS atau
Poli Klinik. Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk
masuk RS.
ii. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan
hebatnya keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang
pernah dialami sebelumnya.
iii. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post
natal. Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang
pernah diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal : apakah
bayi lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak. Riwayat neonatal
(distres pernafasan, sianosis, ikterus, kejang, kemampuan makan buruk).

iv. Riwayat Penyakit Dahulu


Termasuk keadaan umum kesehatan pasien sebelum datang ke RS
maupun Poli Klinik. Tanyakan tentang nafsu makan, penurunan atau
peningkatan BB akhir-akhir ini. Alergi pada anak perlu diketahui untuk
dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
v. Penyakit operasi atau cidera sebelumnya
Termasuk riwayat operasi atau cidera yang pernah dijalani atau
dialami sebelum masuk RS atau Poli Klinik
vi. Penyakit pada masa anak-anak
Termasuk penyakit menular yang umum seperti
campak,gondok,dan cacar air(varisela), tanyakan kontak terakhir dengan
orang yang menderita penyakit menular.
vii. Imunisasi
Termasuk hal-hal spesifik tentang imunisasi (tanggal dan jenis) dan
reaksi yang tidak diharapkan,bila anak belum di imunisasi, catat
alasannya.Catat desentisasi misalnya campak, gondok/rubela.
viii. Pengobatan saat ini
Termasuk obat-obatan dengan resep atau tanpa resep dokter, dosis,
frekuensi, dan waktu dari dosis terakhir
ix. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
Mengidentifikasi bagaimana tumbuh kembang anak, termasuk
tinggi dan berat badan rata-rata pada umur 1, 2, 5 dan 10 tahun dan erupsi/
tanggalnya gigi. Gunakan KPSP pada anak dengan usia dibawah 72 bulan.
x. Riwayat perkembangan
Riwayat perkembangan anak berfungsi sebagai acuan dalam
merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan tingkat usia
anak, termasuk umur pada saat anak berguling badan, duduk sendiri,
merangkak, berjalan, mengucapkan kata pertama, mengucapkan kata
pertama, dan berpakaian tanpa bantuan.

xi. Riwayat social


Meliputi hubungan anak dengan keluarga dan lingkungan social
serta keaktifan anak dalam bersosialisasi
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Termasuk umur dan kesehatan anggota keluarga terdekat, penyakit keturunan,
adanya kelainan kongenital dan jenisnya, keturunan dari orang tua, pekerjaan dan
pendidikan orang tua, dan hubungan keluarga. Pada keadaan ini status kesehatan
keluarga perlu diketahui, apakah adaanggota keluarga yang menderita penyakit
menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien

2. POLA FUNGSIONAL GORDON (Gordon, 1982)


1) Pola Fungsional Kesehatan (GORDON)
i. Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan pasien
b. Bagaimana pengetahuan tentang gaya hidup pasien yang berhubungan
dengan sehat
c. Bagaimana pengetahuan pasien tentang praktik kesehatan preventif
d. Bagaimana ketaatan pasien pada ketentuan media dan keperawatan

ii. Pola nutrisi – metabolic


Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana pola makan biasa dan masukan cairan pasien
b. Bagaimana tipe makanan dan cairan
c. Apakah ada peningkatan / penurunan berat badan
d. Bagaimana nafsu makan, pilihan makanan pasien
e. Melihat apakah pasien menggunakan alat bantu untuk kebutuhan nutrisi
metaboliknya.
Biasanya pada pasien dengan anemia aplastic yang sering ditemukan pada
pola ini adalah
Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera, gangguan
menelan , penurunan BB.
Tanda : Membran mukosa kering, turgor kulit buruk, Inflamasi bibir

iii. Pola eliminasi


Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana defekasi dan berkemih pasien (jumlah, warna, bau, dan pola)
b. Apakah ada penggunaan alat bantu dalam eliminasi
c. Apakah ada penggunaan obat-obatan untuk merangsang proses defekasi
atau berkemih
Biasanya pada pasien dengan anemia aplastic yang sering ditemukan
pada pola ini adalah
Gejala : Penurunan haluaran urin, diare atau kontipasi
Tanda : Distensi abdomen

iv. Pola aktivitas – latihan


Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana pola aktivitas, latihan dan rekreasi pasien
b. Bagaimana kemampuan untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari
Biasanya pada pasien dengan anemia aplastic yang sering ditemukan pada
pola ini adalah
Gejala :
Keletihan, kelemahan, malaise umum, toleransi terhadap latihan rendah,
kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
Takikardi, takipnea, dipsnea saat beristirahat, apatis, lesu, kelemahan otot,
ataksia, berjalan lambat.

v. Pola tidur dan istirahat


Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana pola tidur – istirahat pasien dalam 24 jam
b. Bagaimana kualitas dan kuantitas tidur pasien
c. Apakah pasien mengalami masalah sebelum tidur atau saat tidur
d. Apakah pasien ada menggunakan obat tidur

vi. Pola kognitif – perseptual – keadekuatan alat sensori


Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana fungsi penglihatan, perasa, pembau pasien
b. Bagaimana kemampuan bahasa, belajar, ingatan dan pembuatan
keputusan pasien
c. Apakah mengalami disorientasi atau tidak
Biasanya pada pasien dengan anemia aplastic yang sering ditemukan
pada pola ini adalah
 Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi, insomnia, penurunan penglihatan,
kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah saat berjalan.
Tanda : Peka terhadap rangsangan, gelisah, depresi,
cenderung tidur, apatis, kemampuan merespon dangkal,
epistaksis, Gangguan koordinasi.
 Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.
Tanda : Wajah meringis, respon menarik pada rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
 Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas ( napas pendek pada istirahat
dan aktivitas)
Gejala : Takipnea, ortopnea, dispnea

vii. Pola persepsi-konsep diri


Pada pola ini hal yang perlu kita kaji adalah:
a. Bagaimana sikap pasien mengenai dirinya
b. Bagaimana persepsi pasien tentang kemampuannya
c. Bagaimana pola emosional pasien
d. Bagaimana citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri
Biasanya pada pasien dengan anemia aplastic yang sering ditemukan
pada pola ini adalah
 Interaksi Sosial
Tanda : Aphasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara
berulang-ulang.
 Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang
atau dramatis).
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi,
bingung. depresi dan impulsif.

viii. Pola peran dan tanggung jawab


Kaji mengenai hubungan pasien dengan keluarga dan peran pasien sebagai
seorang anak
ix. Pola seksual – reproduksi
Mengkaji keadaan seksual anak, apakah ada kelainan atau tidak.
x. Pola koping dan toleransi stress
Pada anak kaji pola koping dan toleransi stress secara objektif. Stress
Psikologi tidak di evaluasi.
xi. Pola nilai dan keyakinan
Pada pola ini anak umur 3-4 tahun belum bisa dikaji

3. PENGKAJIAN FISIK
Kaji keadaan fisik anak termasuk keadaan umum, tinggi badan, berat badan,
pajang badan, dan pemeriiksaan head to toe.
4. DATA LAIN
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang
lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama apabila
anak berada di klinik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Analisa Data
DATA FOKUS DATA STANDAR ETIOLOGI MASALAH
- Trombosit menurun - Trombosit dalam batas Penurunan Trombosit Resiko
- Hemoglob in 5 normal Perdarahan
- Nilai hemoglobin normal
gr/dl
- Tidak terjadi Lethargi
- Lethargi
- Pasien tidak lesu, mata
- Lesu
pandangan tidak kunang –
- Pandangan kunang-
kunang dan tidak nyeri
kunang
kepala
- Nyeri kepala

- leukosit menurun - Leukosi dalam batas Penurunan leukosit Resiko infeksi


- Kekebalan tubuh normal
- Pasien tidak mengalami
menurun
demam
- Demam
- Kekebalan tubuh tidak
menurun
DS : - Klien memiliki nafsu Ketidak
- Keluarga Klien
mengatakan bahwa makan Anoreksia seimbangan
- Klien dapat
klien tidak nafsu nutrisi Kurang
menghabiskan diet yang
makan dari kebutuhan
- Kleluarga Klien diberikan
tubuh
- Tidak merasa mual
mengatakan klien
- Tidak mengalami
sering mual
penurunan BB
DO :
- Integritas kulit baik
- Mukosa mulut
- IMT dalam Batasan
pasien telihat kering
normal
dan pecah pecah
- BB menurun >dari
10 % dari bb
sebelum nya
- Kulit terlihat kering
- IMT p
- asien dibawah
normal

DS : - klien lebih bertenaga dan Penurunan komponen Intoleransi


- Keluarga Klien
bersemangat pengangkut O2 dan aktivitas
mengatakan klien - klien tidak menahan nyeri
Nutrisi ke sel
- tekanan darah dalam
merasa lemah dan
berkurang
Batasan normal
letih
- tidak mengalami
- Klien mengatakan
takikardia
penglihatan nya
tidak jelas
- Keluarga Klien
mengatakan bahwa
klen hanya ingin
tidur
DO :
- Klien terlihat
meringis menahan
nyeri
- Klien terlihat lesu,
lemah, mengntuk
dan tonus otot
mnurun
- Tekanan darah
meningkat
- Takikardia

b. Analisa masalah
1. Resiko Perdarahan
Data yang mengdukung : Trombosit menurun, Hemoglobin 5 gr/dl, Lethargi,
Lesu, Pandangan kunang-kunang dan Nyeri kepala
P : Resiko Perdarahan
E : Koagulopati inheren ( Trombositopenia )
Proses terjadi : Berawal dari sel induk yang hemopoetik yang menyebabkan
depresi sumsum ulang belakang, dan mengakibatkan pansitopeni yang
menimbulkan terjadinya anemia aplastic. Hal ini jika berpengaruh terhadap
trombosit akan menyebabkan penurunan trombosit (trombositopenia) yang
mengakibatkan pembekuan darah terganggu makadari itu terjadilah pendarahan
secara terus menerus. Makadari itu diangkatlah masalah keperawatan resiko
pendarahan.
Akibat jika tida ditangani : terjadi perdarahan

2. Resiko infeksi
Data yang mendukung : leukosit menurun, kekebalan tubuh menurun, dan
Demam
P : Resiko infeksi
E : leukopenia
Proses terjadi : Diawali dengan sel induk yang hemopoetik yang menyebabkan
depresi sumsum ulang belakang, dan mengakibatkan pansitopeni yang
menimbulkan terjadinya anemia aplastic. Hal ini jika berpengaruh terhadap
leukosit akan mengakibatkan penurunan kekebalan tubuh yang dapat
menyebabkan mudah terinfeksi bakteri. Makadari itu diangkatlah rmasalah
keperawatan Resiko infeksi .
Akibat jika tidak ditangani : terjadi infeksi

3. Ketidak seimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh


DS :
- Keluarga Klien mengatakan bahwa klien tidak nafsu makan
- Kleluarga Klien mengatakan klien sering mual
DO :
- Mukosa mulut pasien telihat kering dan pecah pecah
- BB menurun >dari 10 % dari bb sebelumnya
- Kulit terlihat kering
- IMT pasien dibawah normal
P : Ketidak seimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
E : kurang asupan makanan
S : tonus otot menurun, penurunan BB, Kurang minat pada makanan
Proses terjadi : Depresi sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh adanya
hemopoetik sel induk yang berpengaruh terhadap eritrosit. Yang menyebabkan
terjadinya penurunan eritrosit. Yang mengakibatkan terjadinya syndrome anemia
yang berpengaruh terhadap nafsumakan yang mengakibatkan terjadinya anoreksia
dan menyebabkan penurunan BB lebih dari 10%. Maka dari itu diangkatlah
masalh keperawatan yaitu Ketidak seimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan
tubuh
Akibat juka tidak ditangani : obstruksi usus

4. Intoleransi aktivitas
DS :
- Keluarga Klien mengatakan klien merasa lemah dan letih
- Klien mengatakan penglihatan nya tidak jelas
- Keluarga Klien mengatakan bahwa klen hanya ingin tidur
DO :
- Klien terlihat meringis menahan nyeri
- Klien terlihat lesu, lemah, mengntuk dan tonus otot mnurun
- Tekanan darah meningkat
- Takikardia
P : Intoleransi aktivitas
E : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
S : dyspnea,dan keletihan
Proses terjadi : Depresi sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh adanya
hemopoetik sel induk yang berpengaruh terhadap eritrosit. Yang menyebabkan
terjadinya penurunan eritrosit. Yang mengakibatkan terjadinya syndrome anemia
yang menyebabkan kadar HB menurun hal tersebut mengakibatkan Penurunan
komponen pengangkut O2 dan Nutrisi ke sel berkurang lalumenyebabkan
kelelahan dan lemas. Maka dari itu diangkatlah masalah intoleransi aktifitas
Akibat jika tidak ditangani : kontraktur sendi
c. Rumusan Diagnose Keperawatan
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen di tandai dengan dyspnea,dan keletihan
2. Ketidak seimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan di tandai dengan tonus otot menurun, penurunan BB,
Kurang minat pada makanan
3. Resiko Perdarahan didukung dengan Koagulopati inheren ( Tromositopenia )
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan leukopenia

C. RENCANA KEPERAWATAN
Prioritas diagnose
1. Ketidak seimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan di tandai dengan tonus otot menurun, penurunan BB,
Kurang minat pada makanan
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen di tandai dengan dyspnea,dan keletihan
3. Resiko Perdarahan didukung dengan Koagulopati inheren ( Tromositopenia )
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan leukopenia

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan (NOC)
1. Ketidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi Manajemen nutrisi
1. Tentukan status gizi 1. Meningkatkan
seimbangan keperawatan selama 3 x 24
pasien dan status gizi
nutrisi Kurang jam diharapkan asupan
kemampuan pasien pasien
dari kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
2. Mengetahui
untuk memenuhi
tubuh dan masalah keperawatan
makanan yang
kebutuhan gizi
berhubungan pasien dapat teratasi dengan
2. Berikan pilihan disukai oleh
dengan kurang kriteria hasil
makanan sambil pasien guna
NOC
asupan makanan
Status nutrisi menawarkan menjadi refrensi
di tandai dengan 1. Asupan nutrisi, cairan
tonus otot dan makanan pasien bimbingan terhadap untuk
menurun, seimbang pilihan maknan meningkatkan
2. Rasio Berat badan
penurunan BB, yang lebih sehat asupan nutrisi
dalam batas normal 3. Anjukan keluarga
Kurang minat pasien
3. Tidak ada hidrasi
untuk membawa 3. Dapat
pada makanan
makanan favorit meningkatkan
pasien nafsu makan
4. Tawarkan makanan
pasien
ringan yang padat 4. Dapat menjadi
gizi asupan nutrisi
Bantu Peningkatan BB
selingan dan
1. Timbang pasien
dapat memenuhi
pada jam yang sama
asupan nutrisi
setiap hari
2. Monitor nilai yang adekuat
Bantu
albumin, limfosit ,
Peningkatan BB
dan elektrolit
1. Dapat
memantau
penurunan
berat badan
pasien agar
dapat
memberikan
tindakan yang
tepat dan cepat
2. Guna
menghitung
dan memantau
IMT tubuh
pasien

2. Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi Manajemen


1. Kaji status fisiologis
aktifitas keperawatan selama 3 x 24 Energi
pasien yang 1. Dapat
berhubungan jam diharapkan klien dapat menyebabkan mengetahui
dengan ketidak beraktifitas seperti biasanya kelelahan, dan
2. Perbaiki deficit
seimbangan dan masalah keperawatan memperjelas
status fisiologi.
antara suplai pasien dapat teratasi dengan penyebab dari
3. Tentukan jenis dan
dan kebutuhan kriteria hasil kelelahhan
banyaknya aktifitas
NOC 2. Mengatasi
oksigen ditandai
Label : Toleransi Terhadap yang dibutuhkan
masalah dari
dengan
Ktifitas untuk menjaga
akar penyebab
dyspnea,dan 1. Saturasi oksigen dalan
ketahanan.
terjadinya
keletihan rentan normal 4. Monitor intake/
2. Frekuensi nadi ketika kelelahan
asupan nutrisi untuk
3. Menentukan
beraktifitas normal
mengetahui sumber
3. Pasien mampu jenis dan
energi yang adekuat
melakukan ADL banyaknya
5. Konsulkan dengan
4. Pasien mudah
aktivitas yang
ahli gizi mengenai
mengambil nafas ketika
sesuai dengan
cara meningkatkan
beraktifitas.
kebutuhan
asupan energi dari
dapat melatih
makanan.
6. Ajarkan pasien otot agar tidak
mengenai kaku dan
pengglolaan kegiatan meningkatkan
dan Teknik ketahanan
manajemen waktu tubuh pasien
4. Dapat
untuk mencegah
mengetahui
kelelahan
sasupan nurtisi
pasien
5. Memberi
asupan nutrisi
sesuai dengan
kebutuhan
6. Dapat
meningkatkan
pemahaman
pasien
mengenai apa
saja yang boleh
dilakukan dan
serapa lama hal
itu boleh
dilakukan agar
dapat tetap
mempertahank
an ketahan.
3. Resiko Setelah dilakukan asuhan Pencegahan perdarahan Pencegahan
Perdarahan keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor dengan perdarahan
1. Dapat
didukung jam diharapkan masalah ketat resiko
mengetahui
dengan keperawatan klien dapat terjadinya
lebih dini
Koagulopati teratasi dengan kriteria hasil perdarahan pada
NOC mengenai
inheren( Tromos pasien
Status Sirkulasi
perdarahan yang
itopenia) 1. Tekanan darah dalam 2. Monitor tanda tanda
terjadi
rentan normal vital ortostatik,
2. menggambarkan
2. Saturasi oksigen dalam
termasuk tekanan
keadaan organ
batas normal
darah
3. Crt < dari 2 det vital pasien dan
4. Kekuatan nadi ksrotis 3. Instruksikan pasien
Dapat dengan
kanan dan kiri normal untuk mengkonsumsi
cepat menilai
5. Wajah tidak pucat
makanan yang kaya
apakah terjadi
akan vitamin K
oendarahan
4. Isntruksikan pasien
pada pasien atau
atau keluarga untuk
tidak.
memonitor tanda - 3. Vitamin K dapat
tanda perdarahan dan meningkatkan
dengan cepat Trombosit dan
melaporkan ke mempercepat
perawat proses
pembekuan
darah
4. Dapat
memberikan
tindakan secara
cepat dan tepat
jika perdarahan
diketahui lebih
dini

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Control infeksi Control infeksi


1. Ganti peralatan per 1. Mencegah
dibuktikan keperawatan selama 3 x 24
pasien sesuai terjadinya
dengan jam diharapkan masalah
protocol institusi penyebaran
leukopenia keperawatan klien dapat
2. Isolasi orang yang
bakteri dari
teratasi dengan kriteria hasil
terkena penyakit
NOC pasien 1 ke
Keparahan Infeksi menular
pasien yang lain
1. Tidak ada kemerahan 3. Batasi jumlah
2. Dapat
2. tidak demam
pengunjung
3. pasien tidak mengeluh meminimalisir
4. Ajarkan cara cuci
nyeri terjadinya
tangan yang benar
4. suhu tubuh pasie
5. Anjurkan keluarga penyebaran
dalam batasan normal
dan pengunjung penyakit
3. Mencegah
untuk mencuci
bakteri dari luar
tangan pada saat
menginfeksi
memasuki dan
pasien
meninggalkan
4. Agar kebersihan
ruangan pasien
terjaga dan
terhindar dari
infeksi
5. Mecegah
terjadinya
penyebaran
virus
b. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi

c. EVALUASI
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam
pelaksanaannya. Untuk pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP.
(Salmah, 2002 : 157 – 164)

a) S : Data Subyektif

Data ini diperoleh melalui anamnesa.

b) O : Data Obyektif

Hasil pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung lainnya.

c) A : Analisis

Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan.

d) P : Penatalaksanaan

Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat


DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, Hardi Kusuma. 2015.. AplikasiAsuhan Keperawatan berdasarkan diagnosis
medis dan NANDA NIC-NOC Jillid 1. Yogyakarta : Medi Action Publlishing

Bulecheck, Gloria M., et al. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) sixth Edition.
Mosby an Imprint of Elsevier Inc.

Thaha; LESTARI, AA Wiradewi; SUTIRTA YASA, I Wayan Putu. Diagnosis, Diagnosis


Differensial dan Penatalaksanaan Immunosupresif dan Terapi Sumsum Tulang pada Pasien
Anemia Aplastik. E-Jurnal Medika Udayana, [S.l.], p. 264-275, feb. 2014. ISSN 2303-1395.
Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/7897>. Date accessed: 08 dec.
2017

Montané E, Ibáñez L, Vidal X, Ballarín E, Puig R, García N, Laporte JR, Catalan Group for
Study of Agranulocytosis and Aplastic Anemia.
Haematologica. 2008 Apr; 93(4):518-23. [PMC free article] [PubMed]

Moorhead, Sue., et al. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Mosby an
Imprint of Elsevier Inc.

NANDA International. 2015. Diagnosa Keperawatan Defisinisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10. Jakarta: EGC

Young NS, Calado RT, Scheinberg P. Current concepts in the pathophysiology and treatment of
aplastic anemia. Blood. 2006;108:2509–2519. [PMC free article] [PubMed]

Sembiring Samuel Pola Karta. 2010. Anemia Aplastik. MorphostLab E-BookPress. Medan –
Indonesia ( http://morbphostlab.com )

Anda mungkin juga menyukai