1. TEORI PENYAKIT
a. Pengertian
Anemia aplastik adalah anemia dengan gagal sumsum tulang yang
ditandai dengan pansitopenia dan pada sebagian besar kasus dengan sumsum
tulang hipoplasia. ( E-Jurnal Medika Udayana, 2014)
Anemia aplastik adalah kelainan bawaan yang jarang terjadi, kelainan
sumsum tulang yang ditandai dengan pansitopenia dan sumsum tulang
hipokelular. (Young NS, 2006)
Anemia aplastik berat adalah penyakit hematologi yang jarang terjadi
yang menyebabkan insufisiensi sumsum tulang kuantitatif. (Montané E, 2008)
Anemia Aplastik
e. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Suportif
Transfusi darah dan platelet sangat bermanfaat, namun harus
digunakan dengan bijaksana dan baik karena dapat terjadi
sensitisasi pada sel dan imunitas humoral pasien anemia
aplastik. Bila terjadi hal yang demikian, donor diganti dengan
yang cocok HLA-nya (orang tua atau saudara kandung).
2. Faktor-faktor pertumbuhan hematopoietik
Terapi dengan Growth factor sebenarnya tidak dapat
memperbaiki kerusakan sel induk. Namun terapi ini masih
dapat dijadikan pilihan terutama untuk pasien dengan infeksi
berat. Penggunaan G-CSF (granulocyte-colony stimulating
factor) terbukti bermanfaat memulihkan neutrofil pada
kasus neutropenia berat. Namun hal ini tidak berlangsung
l ma. G-CSF harus dikombinasikan dengan regimen lain
misalnya ATG/CsA untuk mendapatkan hasil terapi yang lebih
baik.
3. Transplantasi Sumsum Tulang (SCT, Stem Cell Transplantation)
Transplantasi sumsum tulang ini dapat dilakukan pada pasien
anemia aplastik jika memiliki donor yang cocok HLA-nya
(misalnya saudara kembar ataupun saudara kandung). Terapi
ini sangat baik pada pasien yang masih anak-anak.
Transplantasi sumsum tulang ini dapat mencapai angka
keberhasilan lebih dari 80% jika memiliki donor yang HLA-
nya cocok. Namun angka ini dapat menurun bila pasien yang
mendapat terapi semakin tua. Artinya, semakin meningkat
umur, makin meningkat pula reaksi penolakan sumsum tulang
donor. Kondisi ini biasa disebut GVHD atau graft-versus-host
disease.
4. Terapi imunosupresif
Terapi imunosupresif dapat dijadikan pilihan bagi mereka yang
menderita anemia aplastik. Terapi ini dilakukan dengan
konsumsi obat-obatan. Obat-obat yang termasuk terapi
imunosupresif ini antara lain antithymocyte globulin (ATG)
atau antilymphocyte globulin (ALG), siklosporin A (CsA) dan
Oxymethalone. Orang dewasa yang tidak mungkin lagi
melakukan terapi transplantasi sumsum tulang, dapat
melakukan terapi imunosupresif ini. (Samuel, 2010)
3. PENGKAJIAN FISIK
Kaji keadaan fisik anak termasuk keadaan umum, tinggi badan, berat badan,
pajang badan, dan pemeriiksaan head to toe.
4. DATA LAIN
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang
lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama apabila
anak berada di klinik.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Analisa Data
DATA FOKUS DATA STANDAR ETIOLOGI MASALAH
- Trombosit menurun - Trombosit dalam batas Penurunan Trombosit Resiko
- Hemoglob in 5 normal Perdarahan
- Nilai hemoglobin normal
gr/dl
- Tidak terjadi Lethargi
- Lethargi
- Pasien tidak lesu, mata
- Lesu
pandangan tidak kunang –
- Pandangan kunang-
kunang dan tidak nyeri
kunang
kepala
- Nyeri kepala
b. Analisa masalah
1. Resiko Perdarahan
Data yang mengdukung : Trombosit menurun, Hemoglobin 5 gr/dl, Lethargi,
Lesu, Pandangan kunang-kunang dan Nyeri kepala
P : Resiko Perdarahan
E : Koagulopati inheren ( Trombositopenia )
Proses terjadi : Berawal dari sel induk yang hemopoetik yang menyebabkan
depresi sumsum ulang belakang, dan mengakibatkan pansitopeni yang
menimbulkan terjadinya anemia aplastic. Hal ini jika berpengaruh terhadap
trombosit akan menyebabkan penurunan trombosit (trombositopenia) yang
mengakibatkan pembekuan darah terganggu makadari itu terjadilah pendarahan
secara terus menerus. Makadari itu diangkatlah masalah keperawatan resiko
pendarahan.
Akibat jika tida ditangani : terjadi perdarahan
2. Resiko infeksi
Data yang mendukung : leukosit menurun, kekebalan tubuh menurun, dan
Demam
P : Resiko infeksi
E : leukopenia
Proses terjadi : Diawali dengan sel induk yang hemopoetik yang menyebabkan
depresi sumsum ulang belakang, dan mengakibatkan pansitopeni yang
menimbulkan terjadinya anemia aplastic. Hal ini jika berpengaruh terhadap
leukosit akan mengakibatkan penurunan kekebalan tubuh yang dapat
menyebabkan mudah terinfeksi bakteri. Makadari itu diangkatlah rmasalah
keperawatan Resiko infeksi .
Akibat jika tidak ditangani : terjadi infeksi
4. Intoleransi aktivitas
DS :
- Keluarga Klien mengatakan klien merasa lemah dan letih
- Klien mengatakan penglihatan nya tidak jelas
- Keluarga Klien mengatakan bahwa klen hanya ingin tidur
DO :
- Klien terlihat meringis menahan nyeri
- Klien terlihat lesu, lemah, mengntuk dan tonus otot mnurun
- Tekanan darah meningkat
- Takikardia
P : Intoleransi aktivitas
E : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
S : dyspnea,dan keletihan
Proses terjadi : Depresi sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh adanya
hemopoetik sel induk yang berpengaruh terhadap eritrosit. Yang menyebabkan
terjadinya penurunan eritrosit. Yang mengakibatkan terjadinya syndrome anemia
yang menyebabkan kadar HB menurun hal tersebut mengakibatkan Penurunan
komponen pengangkut O2 dan Nutrisi ke sel berkurang lalumenyebabkan
kelelahan dan lemas. Maka dari itu diangkatlah masalah intoleransi aktifitas
Akibat jika tidak ditangani : kontraktur sendi
c. Rumusan Diagnose Keperawatan
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen di tandai dengan dyspnea,dan keletihan
2. Ketidak seimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan di tandai dengan tonus otot menurun, penurunan BB,
Kurang minat pada makanan
3. Resiko Perdarahan didukung dengan Koagulopati inheren ( Tromositopenia )
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan leukopenia
C. RENCANA KEPERAWATAN
Prioritas diagnose
1. Ketidak seimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan di tandai dengan tonus otot menurun, penurunan BB,
Kurang minat pada makanan
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen di tandai dengan dyspnea,dan keletihan
3. Resiko Perdarahan didukung dengan Koagulopati inheren ( Tromositopenia )
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan leukopenia
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan (NOC)
1. Ketidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi Manajemen nutrisi
1. Tentukan status gizi 1. Meningkatkan
seimbangan keperawatan selama 3 x 24
pasien dan status gizi
nutrisi Kurang jam diharapkan asupan
kemampuan pasien pasien
dari kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
2. Mengetahui
untuk memenuhi
tubuh dan masalah keperawatan
makanan yang
kebutuhan gizi
berhubungan pasien dapat teratasi dengan
2. Berikan pilihan disukai oleh
dengan kurang kriteria hasil
makanan sambil pasien guna
NOC
asupan makanan
Status nutrisi menawarkan menjadi refrensi
di tandai dengan 1. Asupan nutrisi, cairan
tonus otot dan makanan pasien bimbingan terhadap untuk
menurun, seimbang pilihan maknan meningkatkan
2. Rasio Berat badan
penurunan BB, yang lebih sehat asupan nutrisi
dalam batas normal 3. Anjukan keluarga
Kurang minat pasien
3. Tidak ada hidrasi
untuk membawa 3. Dapat
pada makanan
makanan favorit meningkatkan
pasien nafsu makan
4. Tawarkan makanan
pasien
ringan yang padat 4. Dapat menjadi
gizi asupan nutrisi
Bantu Peningkatan BB
selingan dan
1. Timbang pasien
dapat memenuhi
pada jam yang sama
asupan nutrisi
setiap hari
2. Monitor nilai yang adekuat
Bantu
albumin, limfosit ,
Peningkatan BB
dan elektrolit
1. Dapat
memantau
penurunan
berat badan
pasien agar
dapat
memberikan
tindakan yang
tepat dan cepat
2. Guna
menghitung
dan memantau
IMT tubuh
pasien
c. EVALUASI
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam
pelaksanaannya. Untuk pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP.
(Salmah, 2002 : 157 – 164)
a) S : Data Subyektif
b) O : Data Obyektif
c) A : Analisis
d) P : Penatalaksanaan
Amin Huda Nurarif, Hardi Kusuma. 2015.. AplikasiAsuhan Keperawatan berdasarkan diagnosis
medis dan NANDA NIC-NOC Jillid 1. Yogyakarta : Medi Action Publlishing
Bulecheck, Gloria M., et al. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) sixth Edition.
Mosby an Imprint of Elsevier Inc.
Montané E, Ibáñez L, Vidal X, Ballarín E, Puig R, García N, Laporte JR, Catalan Group for
Study of Agranulocytosis and Aplastic Anemia.
Haematologica. 2008 Apr; 93(4):518-23. [PMC free article] [PubMed]
Moorhead, Sue., et al. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Mosby an
Imprint of Elsevier Inc.
NANDA International. 2015. Diagnosa Keperawatan Defisinisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10. Jakarta: EGC
Young NS, Calado RT, Scheinberg P. Current concepts in the pathophysiology and treatment of
aplastic anemia. Blood. 2006;108:2509–2519. [PMC free article] [PubMed]
Sembiring Samuel Pola Karta. 2010. Anemia Aplastik. MorphostLab E-BookPress. Medan –
Indonesia ( http://morbphostlab.com )