VISUM ET REPERTUM
Oleh :
Pembimbing :
Dr. Surjit Singh, MBBS, SpF, DFM
Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, maka
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini baik
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
Halaman
Halaman Judul........................................................................................... 1
Kata Pengantar .......................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Bantuan dokter kepada kalangan hukum yang paling sering dan sangat
(VeR) atau lebih sering disingkat ‘visum’ saja. Melalui jalur inilah umumnya
terjalin hubungan antara pihak yang membuat dan memberi bantuan dengan pihak
yang meminta dan menggunakan bantuan. Visum adalah jamak dari visa, yang
berarti dilihat dan repertum adalah jamak dari repere yang berarti ditemukan atau
didapati, sehingga terjemahan langsung dari VeR adalah ‘yang dilihat dan
ditemukan’. 1
Walaupun istilah ini berasal dari bahasa latin namun sudah dipakai sejak
jaman belanda dan sudah demikian menyatu dalam bahasa indonesia dalam
sendiripun akan segera menyadari bahwa visum pasti berkaitan dengan surat yang
Ada usaha untk mengganti istilah VeR ini ke bahasa indonesia seperti
‘keterangan ahli’ untuk pengganti visum. Namun usaha demikian tidak banyak
berguna karena sampai saat ini ternyata istilah visum tetap saja dipakai oleh
semua kalangan. 1
Acara Pidana (KUHAP) tidak ada satu pasalpun yang memuat perkataan
VeR.Hanya didalam lembaran negara tahun 1937 no.350 pasal 1 dan pasal 2 yang
dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat pada benda
bulan ada ratusan pemeriksaan yang harus dilakukan dokter untuk membuat
visum yang diminta oleh penyidik. Yang paling banyak adalah visum untuk luka
Visum yang lain seperti visum psikiatri, visum untuk korban keracunan, atau
penentuan keraguan siapa bapak seorang anak (disputed parenity), biarpun tidak
TINJAUAN PUSTAKA
Pasal 1:
Visa reperta seorang dokter, yang dibuat baik atas sumpah jabatan yang diucapkan
merupakan alat bukti yang sah dalam perkara-perkara pidana, selama visa reperta
tersebut berisikan keterangan mengenai hal-hal yang dilihat dan ditemui oleh
Pasal 2:
1.Pada dokter yang tidak pernah mengucapkan sumpah jabatan baik di negeri
- VeR mempunyai daya bukti yang syah/alat bukti yang syah dalam perkara
pidana
- VeR berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat, ditemukan pada
mengatasi masalah yang dihadapi dokter dalam membuat visum, yaitu mereka
tidak perlu disumpah tiap kali sebelum membuat visum. Seperti dikteahui setiap
sumpah. Dengan adanya ktetantuan ini, maka sumpah yang telah diikrarkan
untuk kepentingan membuat VeR biarpun lafal dan maksudnya berbeda. Oleh
karena itu sampai sekarang pada bagian akhir cisum, masih dicantumkan
menggunakan visum, bahwa dokter waktu membuat visum akan bertindak jujur
dan menyampaikan tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan
bukti berupa tubuh manusia (hidup atau mati) atau benda yang berasal dari
pemeriksaan tersebut”.1
Pasal 133
Dalam KUHAP kedudukan atau nilai VeR adalah satu alat bukti yang sah
a. Keterangan saksi
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keteragan terdakwa. 1
Pasal 186
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan disidang pengadilan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara
resmi kepadanya.2
perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Sebagaimana yang tertulis
dalam Pasal 184 KUHAP, Visum et Repertum merupakan alat bukti yang sah
dalam proses peradilan, yang berupa keterangan ahli, surat, dan petunjuk.
Dalam penjelasan Pasal 133 KUHAP, dikatakan bahwa keterangan ahli yang
yang dibuat oleh dokter selain spesialis forensik disebut keterangan. Hal ini
keterangan yang dibuat oleh dokter bukan ahli merupakan alat bukti petunjuk.
Di dalam Pasal 184 KUHAP, alat bukti yang sah tersebut berturut-
yang lebih besar bila dibandingkandengan keterangan yang diberikan oleh dokter
karena segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis telah diuraikan di dalam
bagian Pemberitaan. Karena barang bukti yang diperiksa tentu saja akan
mengalami perubahan alamiah, seperti misalnya luka yang telah sembuh, jenazah
yang mengalami pembusukan atau jenazah yang telah dikuburkan yang tidak
barang bukti tersebut yang telah diperiksa secara ilmiah oleh dokter ahli. 4
persoalan di sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau
diajukannya bahan baru. Sesuai dengan Pasal 180 KUHAP, hakim tersebut dapat
barang bukti jika memang timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau
dibedakan atas:
korban selesai diperiksa. Visum inilah yang paling banyak dibuat oleh
dokter.
(2) Visum sementara. Visum yang diberikan pada korban yang masih dalam
(3) Visum lanjutan. Visum ini diberikan setelah korban sembuh atau
tanggal dari visum sementara yang telah diberikan. Dalam visum ini
dokter telah membuat kesimpulan. Visum lanjutan tidak perlu dibuat oleh
dokter yang membuat visum sementara, tetapi oleh dokter yang terakhir
merawat penderita.1
yaitu:
dipidana”2
Jadi yang dapat dikenakan pasal ini tidak hanya orang yang menderita
penyakit jiwa (psikosis), tetapi juga orang dengan retardasi mental. Apabila
penyakit itu telah ada sewaktu tindak pidana tersebut dilakukan. Tentu saja, jika
semakin panjang jarak antara saat kejadian dengan saat pemeriksaan, maka akan
pemeriksaan lanjutan. Demikian pula jenis penyakit jiwa yang bersifat hilang
kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga manusia. Oleh karena Visum et
seseorang atas tindak pidana yang dilakukannya, maka lebih baik pembuat Visum
pemeriksaan medisnya.
keadilan. 1
yaitu yang diatur dalam KUHP pasal 90. Luka sedang adalah
KUHP pasal 90
maut.
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
kesehatan. 1
cukup umur. 2
dikaitkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya. Pada surat
bagian luar.
kematian. 3
Pro justitia
diatas kertas materai dan hal ini akan menyulitkan bagi dokter bila setiap
kepada peraturan pos, maka bila dokter menulis pro-justitia dibagian atas
Pendahuluan
Data diri korban diisi sesuai degnan yang tercantum dalam permintaan
visum.
Pemeriksaan
karena apa yang dilihat dan ditemukan dokter sebagai terjemahan dari
Visum et Repertum itu terdapat pada bagian ini. Pada bagian ini dokter
ini dokter menuliskan luka, cedera, dan kelainan pada tubuh korban seperti
apa adanya. Misalnya didapati suatu luka dokter menuliskan dalam visum
suatu luka mulai dari panjang, lebar, dalam, tepi luka, dan jarak luka.
Kesimpulan
kesembuhan.
Penutup
lampiran foto. Lampiran foto terutama perlu untuk memudahkan pemakai visum
memahami laporan yang disampaikan dalam visum. Pada luka yang sulit
penyidik, tidak boleh dititip melalui korban atau keluarga korban. Juga
permintaan dilakukan secaraq tertulis dan disebutkan secara jelas apakah untuk
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat, serta pada saat mayat
dikirim kerumah sakit harus diberi label mayat yang memuat identitas mayat,
dilak dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari atau bagian lain
badan mayat.
penegak hukum tentang tata cara permohonan visum kepada dokter, sehingga
dapat menyebabkan kerugian pada pihak korban. Maka dari itu diterbitkan
Visum et Repertum.
dibenarkan. Bila terpaksa Visum et Repertum yang sudah diminta harus diadakan
kesatuan paling rendah tingkat Komres dan untuk kota hanya oleh DANTES.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Visum et repertum terdapat dalam lembaran negara tahun 1937 No. 350
Dokter yang telah disumpah dapat membuat VeR, dimana didalam VeR
berisi laporan tertuis tentang apa yang dilihat dan diemukan pada
Dasar hukum dari Visum et Repertum terdapat dalam KUHAP pasal 133,
suatu perkara pidana terhadap kesehatan, jiwa, dan juga orang yang telah
yang sah karena segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis telah
2. Visum sementara
3. Visum lanjutan
1. Objek psikis
2. Objek fisik
a) Korban hidup
keracunan/perlukaan
kejahatan susila
b) Korban meninggal
Pemeriksaan luar
1. Pro justititia
2. Pendahuluan
3. Pemeriksaan
4. Kesimpulan
5. Penutup
2. Surat diantar langsung oleh penyidik, tidak boleh dititip atau melalui
pos
2. Diberi label (identitas mayat, dilak, dan diberik cap jabatan) diletakkan
VeR tidak dapat dibenarkan. Bila terpaksa Visum et Repertum yang sudah
1. Amir, Prof. Dr. Amri. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi
2. Idries, Dr. Abdul Mun’im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi