Anda di halaman 1dari 25

PAPER

VISUM ET REPERTUM

Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepanitraan Klinik Senior (KKS)

Oleh :

Andrianus mooy (17360034)


Eka saputri (17360054)
Erica febriana (17360056)
Ferli glaudiara (17360057)
Lia agesta (17360062)
Shinta chitra sari (17360074)

Pembimbing :
Dr. Surjit Singh, MBBS, SpF, DFM

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR (KKS)


SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN SUMATRA UTARA
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobilalamin atas rahmat dan ridho dariNYA sehingga

penulis dapat menyelesaikan paper dengan judul “VISUM ET REPERTUM”.

Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, maka

tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Surjit Singh, MBBS, SpF, DFMselaku pembimbing dalam

melaksanakan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) SMF Ilmu Kedokteran

Forensik Rs. Umum Haji Mina Medan, Sumatera Utara

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini baik

secara langsung ataupun tidak langsung

Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, Mei 2017

Penulis

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 2


DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul........................................................................................... 1
Kata Pengantar .......................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Visum et Repertum ........................................... 6
2.2 Dasar Hukum Visum et Repertum ...................................... 8
2.3 Fungsi dan Peran Visum et Repertum ................................. 9
2.4 Jenis – Jenis Visum et Repertum ......................................... 11
2.5 Struktur Visum et Repertum ................................................ 19
2.6 Tatacara Permohonan dan Pencabutan ................................ 20

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bantuan dokter kepada kalangan hukum yang paling sering dan sangat

diperlukan adalah pemeriksaan korban untuk pembuatan Visum et Repertum

(VeR) atau lebih sering disingkat ‘visum’ saja. Melalui jalur inilah umumnya

terjalin hubungan antara pihak yang membuat dan memberi bantuan dengan pihak

yang meminta dan menggunakan bantuan. Visum adalah jamak dari visa, yang

berarti dilihat dan repertum adalah jamak dari repere yang berarti ditemukan atau

didapati, sehingga terjemahan langsung dari VeR adalah ‘yang dilihat dan

ditemukan’. 1

Walaupun istilah ini berasal dari bahasa latin namun sudah dipakai sejak

jaman belanda dan sudah demikian menyatu dalam bahasa indonesia dalam

kehiduapn sehari-hari. Jangankan kalangan hukum dan kesehatan, masyarakat

sendiripun akan segera menyadari bahwa visum pasti berkaitan dengan surat yang

dikeluarkan dokter untuk kepentingan polisi dan pengadilan. Di Belanda sendiri

istilah ini tidak dipakai. 1

Ada usaha untk mengganti istilah VeR ini ke bahasa indonesia seperti

yang terlihat dalam KUHAP, dimana digunakan istilah ‘keterangan’ dan

‘keterangan ahli’ untuk pengganti visum. Namun usaha demikian tidak banyak

berguna karena sampai saat ini ternyata istilah visum tetap saja dipakai oleh

semua kalangan. 1

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 4


Baik didalam Kitab Hukum Acara Pidana yang lama, yaitu RIB

(Reglemen Indonesia yang diper-Baharui) maupun Kitab Undang-undah Hukum

Acara Pidana (KUHAP) tidak ada satu pasalpun yang memuat perkataan

VeR.Hanya didalam lembaran negara tahun 1937 no.350 pasal 1 dan pasal 2 yang

menyatakan bahwa Visum et Repertum adalah suatu keterangan tertulis yang

dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat pada benda

yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam perkara-perkara pidana. 2

Dari rumah sakit pemerintah maupun swasta sampai ke puskesmas, setiap

bulan ada ratusan pemeriksaan yang harus dilakukan dokter untuk membuat

visum yang diminta oleh penyidik. Yang paling banyak adalah visum untuk luka

karena perkelahian, penganiayaan, dan kecelakaan lalu lintas, selanjutnya visum

untuk pelanggaran kesusilaan atau perkosaa, kemudian diikuti visum jenazah.

Visum yang lain seperti visum psikiatri, visum untuk korban keracunan, atau

penentuan keraguan siapa bapak seorang anak (disputed parenity), biarpun tidak

banyak namun merupakan pelayanan yang dapat dilakukan doter juga. 1

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 5


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Visum et Repertum

Dalam undang-undang terdapat satu ketentuan hukum yang menuliskan

langsung tentang Visum et Repertum, yaitu pada Staatsblad (Lembaran Negara)

tahun 1937 No.350 pasal 1 dan pasal 2 yang menyatakan:

Pasal 1:

Visa reperta seorang dokter, yang dibuat baik atas sumpah jabatan yang diucapkan

pada waktu menyelesaikan pelajaran di negeri belanda ataupun di Indonesia,

merupakan alat bukti yang sah dalam perkara-perkara pidana, selama visa reperta

tersebut berisikan keterangan mengenai hal-hal yang dilihat dan ditemui oleh

dokter pada benda yang diperiksa. 1

Pasal 2:

1.Pada dokter yang tidak pernah mengucapkan sumpah jabatan baik di negeri

Belanda ataupun di Indonesia, sebagai tersebut dalam pasal 1 diatas, dapat

mengucapkan sumpah sebagai berikut:

“saya bersumpah (berjanji), bahwa saya sebagai dokter akan membuat

pernyataan-pernyataan atau keterangan-keterangan tertulis yang diperlukan untuk

kepentingan peradilan dengan sebenar-benarnya menurut pengetahuan saya yang

sebaik-baiknya. Semoga tuhan yang maha pengasih dan penyayang melimpahkan

kekuatan lahir dan batin” 1

Bila dirinci isi Staatsblad ini mengandung makna:

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 6


- Setiap dokter yang telah disumpah waktu menyelesaikan pendidikannya di

negeri belanda ataupun di Indonesia, ataupun dokter-dokter lain

berdasarkan sumpah khusus dapat membuat VeR

- VeR mempunyai daya bukti yang syah/alat bukti yang syah dalam perkara

pidana

- VeR berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat, ditemukan pada

benda-benda/korban yang diperiksa.

Ketentuan dalam Staatsblad ini sebetulnya merupakan terobosan untuk

mengatasi masalah yang dihadapi dokter dalam membuat visum, yaitu mereka

tidak perlu disumpah tiap kali sebelum membuat visum. Seperti dikteahui setiap

keerangan yang akan disampaikan untuk pengadilan haruslah keterangan dibawah

sumpah. Dengan adanya ktetantuan ini, maka sumpah yang telah diikrarkan

dokter waktu menamatkan pendidikannya, dianggap sebagai sumpah yang syah

untuk kepentingan membuat VeR biarpun lafal dan maksudnya berbeda. Oleh

karena itu sampai sekarang pada bagian akhir cisum, masih dicantumkan

ketetntuan hukum ini untuk mengingatkan yang membuat maupun yang

menggunakan visum, bahwa dokter waktu membuat visum akan bertindak jujur

dan menyampaikan tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan

korban menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya. 1

Pada seminar lokakarnya VeR di Medan ahun 1981 pengertian visum

dirumuskan lebih jelas, yaitu:

“laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter berdasarkan

sumpah/janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, memuat

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 7


pemberitaan tentang segala hal (fakta) yang dilihat dan ditemukan pada benda

bukti berupa tubuh manusia (hidup atau mati) atau benda yang berasal dari

tubuh manusia yang diperiksa dengan pengetahuan dan keterampilan yang

sebaik-baiknya dan pendapat mengenai apa yang ditemukan sepanjang

pemeriksaan tersebut”.1

2.2 Dasar Hukum Visum et Repertum

Dasar hukum Visum et Repertum dalam Kitab Undang-undah Hukum

Acara Pidana (KUHAP)

Pasal 133

1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang

korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena

peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan

permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter

dan atau ahli lainnya.

2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan

tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau

pemeriksaan bedah mayat.2

Dalam KUHAP kedudukan atau nilai VeR adalah satu alat bukti yang sah

KUHAP pasal 184

Alat bukti yang sah adalah:

a. Keterangan saksi

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 8


b. Keterangan ahli

c. Surat

d. Petunjuk

e. Keteragan terdakwa. 1

Pasal 186

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan disidang pengadilan

Pasal 187 (c)

Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarka

keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara

resmi kepadanya.2

2.3 Fungsi dan Peran Visum et Repertum

Visum et Repertum dapat berperan dalam proses pembuktian suatu

perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Sebagaimana yang tertulis

dalam Pasal 184 KUHAP, Visum et Repertum merupakan alat bukti yang sah

dalam proses peradilan, yang berupa keterangan ahli, surat, dan petunjuk.

Dalam penjelasan Pasal 133 KUHAP, dikatakan bahwa keterangan ahli yang

diberikan oleh dokter spesialis forensik merupakan keterangan ahli, sedangkan

yang dibuat oleh dokter selain spesialis forensik disebut keterangan. Hal ini

diperjelas pada Pedoman Pelaksanaan KUHAP dalam Keputusan Menteri

Kehakiman RI No.M.01.PW.07.03 Tahun 1982 yang menjelaskan bahwa

keterangan yang dibuat oleh dokter bukan ahli merupakan alat bukti petunjuk.

Dengan demikian, semua hasil Visum et Repertumyang dikeluarkan oleh dokter

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 9


spesialis forensik maupun dokter bukan spesialis forensik merupakan alat bukti

yang sah sesuai dengan Pasal 184 KUHAP.3

Di dalam Pasal 184 KUHAP, alat bukti yang sah tersebut berturut-

turutadalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan

keteranganterdakwa. Beban pembuktian dari masing-masing alat bukti

tersebut berbedansesuai dengan urutannya. Sebagai contoh, keterangan saksi

harus lebih dipercayaoleh hakim bila dibandingkan dengan keterangan

terdakwa. Demikian halnyadengan keterangan ahli yang diberikan oleh

seorang dokter spesialis forensiktentunya akan mempunyai beban pembuktian

yang lebih besar bila dibandingkandengan keterangan yang diberikan oleh dokter

bukan spesialis forensik. Sehingga,kedudukan Visum et Repertum yang dibuat

oleh dokter spesialis forensik masihlebih tinggi dibandingkan dengan Visum et

Repertum yang dibuat oleh dokterbukan spesialis forensik.4

Visum et Repertum juga dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti

karena segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis telah diuraikan di dalam

bagian Pemberitaan. Karena barang bukti yang diperiksa tentu saja akan

mengalami perubahan alamiah, seperti misalnya luka yang telah sembuh, jenazah

yang mengalami pembusukan atau jenazah yang telah dikuburkan yang tidak

mungkin dibawa ke persidangan, maka Visum et Repertum merupakan pengganti

barang bukti tersebut yang telah diperiksa secara ilmiah oleh dokter ahli. 4

Apabila Visum et Repertum belum dapat menjernihkan suatu duduk

persoalan di sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau

diajukannya bahan baru. Sesuai dengan Pasal 180 KUHAP, hakim tersebut dapat

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 10


meminta kemungkinan untuk dilakukan pemeriksaan atau penelitian ulang atas

barang bukti jika memang timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau

penasihat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. 4

2.4 Jenis-jenis Visum et Repertum

Berdasarkan waktu pemberiannya visum untuk orang hidup dapat

dibedakan atas:

(1) Visum seketika (definitive). Visum yang langsung diberikan setelah

korban selesai diperiksa. Visum inilah yang paling banyak dibuat oleh

dokter.

(2) Visum sementara. Visum yang diberikan pada korban yang masih dalam

perawatan. Biasanya visum sementara ini diperlukan penyidik untuk

menentukan jenis kekerasan, sehingga dapat menahan tersangka atau

sebagai petunjuk dalam menginterogasi tersangka. Dalam visum

semsentara ini belum ditulis kesimpulan.

(3) Visum lanjutan. Visum ini diberikan setelah korban sembuh atau

meninggal dan merupakan lanjutan dari visum semsentara yang telah

diberikan sebelumnya. Dalam visum ini harus dicantumkan nomr dan

tanggal dari visum sementara yang telah diberikan. Dalam visum ini

dokter telah membuat kesimpulan. Visum lanjutan tidak perlu dibuat oleh

dokter yang membuat visum sementara, tetapi oleh dokter yang terakhir

merawat penderita.1

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 11


Berdasarkan objek yang diperiksa, Visum et Repertum dibagi menjadi dua

yaitu:

(1) Objek psikis

Visum et Repertum berupa objek psikis ialah Visum et Repertum

psikiatrikum. Visum et Repertum ini perlu dibuat karena adanya pasal 44

(1) KUHP yang berbunyi “Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak

dapat dipertanggung jawabkan padanya disebabkan karena jiwanya

cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit tidak

dipidana”2

Jadi yang dapat dikenakan pasal ini tidak hanya orang yang menderita

penyakit jiwa (psikosis), tetapi juga orang dengan retardasi mental. Apabila

penyakit jiwa (psikosis) yang ditemukan, maka harus dibuktikan apakah

penyakit itu telah ada sewaktu tindak pidana tersebut dilakukan. Tentu saja, jika

semakin panjang jarak antara saat kejadian dengan saat pemeriksaan, maka akan

semakin sulit bagi dokter untuk menentukannya sehingga diperlukan

pemeriksaan lanjutan. Demikian pula jenis penyakit jiwa yang bersifat hilang

timbul juga akan mempersulit pembuatan kesimpulan dokter.3

Visum et Repertum psikiatrikum dibuat untuk tersangka atau terdakwa

pelaku tindak pidana, bukan bagi korban sebagaimana Visum et Repertum

lainnya. Selain itu, Visum et Repertumpsikiatrikum menguraikan tentang segi

kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga manusia. Oleh karena Visum et

Repertum psikiatrikum menyangkut masalah dapat dipidana atau tidaknya

seseorang atas tindak pidana yang dilakukannya, maka lebih baik pembuat Visum

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 12


et Repertum psikiatrikum ini adalah dokter spesialis psikiatri yang bekerja di

rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.3

(2) Objek fisik, yang dapat dibagi menjadi dua yaitu

A. Visum et Repertum orang hidup

a. Visum et Repertum perlukaan atau keracunan

Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup

adalah untuk mengetahui penyebab luka atau sakit dan derajat

parahnya luka atau sakitnya tersebut. Terhadap setiap pasien,

dokter harus membuat catatan medis atas semua hasil

pemeriksaan medisnya.

Umumnya, korban dengan luka ringan datang ke dokter

setelah melapor ke penyidik atau pejabat kepolisian, sehingga

mereka datang dengan membawa serta surat permintaan Visum

et Repertum. Sedangkan para korban dengan luka sedang dan

berat akan datang ke dokter atau rumah sakit sebelum melapor

ke penyidik, sehingga surat permintaan Visum et Repertum-

nya akan datang terlambat. Keterlambatan surat permintaan

Visum et Repertumini dapat diperkecil dengan diadakannya

kerja sama yang baik antara dokter atau institusi kesehatan

dengan penyidik atau instansi kepolisian. 3

Dalam membuat kesimpulan dalam kasus perlukaan dokter

sebaiknya menentukan juga derajat keparahan luka yang

dialami korban atau disebut juga derajat kualifikasi luka. Ini

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 13


sebagai usaha untuk membantu yudex facti dalam menegakkan

keadilan. 1

Kualifikasi luka yang dapat dibuat dokter adalah

menyatakan pasien mengalami luka ringan, sedang, atau berat.


1

Yang dimaksud dengan luka ringan adalah luka yang tidak

menimbulkan halangan dalam menjalankan mata pencaharian,

tidak mengganggu kegiatan sehari-hari. Sedangkan luka berat

harus disesuaikan dengan ketentuan dalam undang-undang

yaitu yang diatur dalam KUHP pasal 90. Luka sedang adalah

keadaan luka diantara luka ringan dan luka berat. 1

KUHP pasal 90

Luka berat berarti:

 Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan

akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya

maut.

 Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas

jabatan atau pekerjaan pencaharian.

 Kehilangan salah satu panca indra

 Mendapat cacat berat

 Menderita sakit lumpuh

 Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih

 Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan. 1,2

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 14


Penganiayaan ringan diatur dalam KUHP pasal 352 dan

penganiayaan sedang diatur dalam KUHP pasal 351 ayat 1.

KUHP pasal 352

(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka

penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau

halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau

pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan dengan

pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda

empat ribu lima ratus rupiah.1

KUHP pasal 351

(1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-

lamanya dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak

empat ribu lima ratus rupiah

(2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat dyang bersalah

diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun

(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara

paling lama tujuh tahun

(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak

kesehatan. 1

b. Visum et Repertum korban kejahatan susila

Pada umumnya, korban kejahatan susila yang dimintakan

Visum et Repertum-nya kepada dokter adalah kasus dugaan

adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh KUHP.

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 15


Persetubuhan yang diancam pidana oleh KUHP meliputi

perzinahan, pemerkosaan, persetubuhan pada wanita yang

tidak berdaya, dan persetubuhan dengan wanita yang belum

cukup umur. 2

Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban

untuk membuktikan adanya persetubuhan, adanya kekerasan,

serta usia korban. Selain itu, dokter juga diharapkan memeriksa

adanya penyakit hubungan seksual, kehamilan, dan kelainan

psikiatri atau kejiwaan sebagai akibat dari tindak pidana

tersebut. Dokter tidak dibebani pembuktian adanya

pemerkosaan karena istilah pemerkosaan adalah istilah hukum

yang harus dibuktikan di depan sidang pengadilan. 2

B. Visum et Repertum orang mati (jenazah)

Visum et Repertum jenazah dibuat terhadap korban yang

meninggal. Tujuan pembuatan Visum et Repertumini adalah untuk

menentukan sebab, cara, dan mekanisme kematian. Jenazah yang akan

dimintakan Visum et Repertum-nya harus diberi label yang

memuat identitas mayat, di-lak dengan diberi cap jabatan, yang

dikaitkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya. Pada surat

permintaan Visum et Repertum-nya harus jelas tertulis jenis

pemeriksaan yang diminta, apakah hanya pemeriksaan luar jenazah

atau pemeriksaan bedah jenazah (autopsi) (Pasal 133 KUHAP).1,2

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 16


a. Visum et Repertum dengan pemeriksaan luar

Pemeriksaan luar jenazah adalah pemeriksaan berupa

tindakan tanpa merusak keutuhan jaringan jenazah.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan teliti dan sistematik, serta

kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup

jenazah, pakaian, benda-benda di sekitar jenazah, perhiasan,

ciri-ciri umum identitas, tanda-tanda tanatologi, gigi geligi, dan

luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh

bagian luar.

Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja,

maka kesimpulan Visum et Repertum menyebutkan jenis luka

atau kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan

penyebabnya, sedangkan sebab matinya tidak dapat

ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan bedah

jenazah. Bila dapat diperkirakan, lama mati sebelum

pemeriksaan (perkiraan waktu kematian) dapat dicantumkan

dalam bagian kesimpulan.

b. Visum et Repertum dengan pemeriksaan luar dan dalam

Bila juga disertakan pemeriksaan autopsi, maka

penyidik wajib memberi tahu kepada keluarga korban dan

menerangkan maksud dan tujuan pemeriksaan. Autopsi

dilakukan jika keluarga korban tidak keberatan, atau bila

dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 17


korban (Pasal 134 KUHAP). Jenazah yang diperiksa dapat juga

berupa jenazah yang didapat dari penggalian kuburan

(Pasal 135 KUHAP).3

Pemeriksaan autopsi dilakukan menyeluruh dengan

membuka rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan

panggul. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan penunjang

yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologi,

toksikologi, serologi, dan lain sebagainya. Dari pemeriksaan

dapat disimpulkan sebab kematian korban, jenis luka atau

kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, dan perkiraan waktu

kematian. 3

2.5 Struktur Visum et Repertum

Visum et Repertum terdiri dari 5 kerangka dasar yang terdiri dari:

 Pro justitia

Menyadari bahwa semua surat baru sah dipengadilan bila dibuat

diatas kertas materai dan hal ini akan menyulitkan bagi dokter bila setiap

visum yang dibuatnya harus memakai kertas bermaterai. Berpedoman

kepada peraturan pos, maka bila dokter menulis pro-justitia dibagian atas

visum, maka itu sudah dianggap sama dengan kertas materai.

 Pendahuluan

Bagian pendahuluan berisi tentang siapa yang memeriksa, siapa

yang diperiksa, saat pemeriksaan (tanggal, hari, dan jam), dimana

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 18


diperiksa, mengapa diperiksa, dan atas permintaan siapa visum itu dibuat.

Data diri korban diisi sesuai degnan yang tercantum dalam permintaan

visum.

 Pemeriksaan

Bagian terpenting dari visum sebetulnya terletak pada bagian ini,

karena apa yang dilihat dan ditemukan dokter sebagai terjemahan dari

Visum et Repertum itu terdapat pada bagian ini. Pada bagian ini dokter

melaporkan hasil pemeriksaannya secara objektif. Biasanya pada bagian

ini dokter menuliskan luka, cedera, dan kelainan pada tubuh korban seperti

apa adanya. Misalnya didapati suatu luka dokter menuliskan dalam visum

suatu luka mulai dari panjang, lebar, dalam, tepi luka, dan jarak luka.

 Kesimpulan

Untuk pemakai visum, ini adalah bagian yang terpenting, karena

diharpkan dokter dapat menyimpulkan kelainan yang terjadi pada korban

menurut keahliannya. Pada korban luka perlu penjelasan tentang jenis

kekerasan, hubungan sebab-akibat dari kelainan, tentang derajat

kualifikasi luka, berapa lama korban dirawat dan bagaimana harapan

kesembuhan.

Pada korban perkosaan atau pelanggaran kesusilaan perlu

penjelasan tentang tanda-tanda persetubuhan, tanda-tanda kekerasan,

kesadaran korban serta bila perlu umur korban.

 Penutup

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 19


Bagian ini mengingatkan pembuat dan pemakai visum bahwa laporan

tersebut dibuat dengan sejujur-jujurnya dan mengingat sumpah.1

Selain dari 5 bagian diatas, Visum et Repertum dapat juga disertakan

lampiran foto. Lampiran foto terutama perlu untuk memudahkan pemakai visum

memahami laporan yang disampaikan dalam visum. Pada luka yang sulit

disampaikan dengan kata-kata, dengan lampiran foto akan memudahkan pemakai

visum memahami apa yang ingin disampaikan dokter.˩

2.6 Tata Cara Permohonan dan Pencabutan Visum et Repertum

Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan saat pihak berwenang

meminta dokter untuk membuat Visum et Repertum. Syarat Visum et Repertum

korban hidup yaitu:

 Harus tertulis, tidak boleh secara lisan

 Surat permohonan visum harus diserahkan langsung kepada dokter dari

penyidik, tidak boleh dititip melalui korban atau keluarga korban. Juga

tidak diperbolehkan melalui jasa pos

 Bukan kejadian yang sudah lewat

 Ada alasan mengapa korban dibawa kedokter

 Ada identitas korban

 Ada identitas peminta

 Mencantumkan tanggal permintaannya

 Korban diantar oleh polisi atau jaksa

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 20


Jika korban sudah meninggal dunia, sesuai dengan KUHP pasal 133 maka

permintaan dilakukan secaraq tertulis dan disebutkan secara jelas apakah untuk

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat, serta pada saat mayat

dikirim kerumah sakit harus diberi label mayat yang memuat identitas mayat,

dilak dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari atau bagian lain

badan mayat.

Pada kenyataanya dilapangan sering terjadi ketidak pahaman dari pihak

penegak hukum tentang tata cara permohonan visum kepada dokter, sehingga

dapat menyebabkan kerugian pada pihak korban. Maka dari itu diterbitkan

instruksi polisi No.Pol.INS/E/20/IX/75 tentang tata cara permohonan/pencabutan

Visum et Repertum.

Pada dasarnya penarikan/pencabutan Visum et Repertum tidak dapat

dibenarkan. Bila terpaksa Visum et Repertum yang sudah diminta harus diadakan

pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut hanya diberikan oleh komandan

kesatuan paling rendah tingkat Komres dan untuk kota hanya oleh DANTES.

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 21


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Visum et repertum terdapat dalam lembaran negara tahun 1937 No. 350

pasal 1 dan pasal 2.

 Dokter yang telah disumpah dapat membuat VeR, dimana didalam VeR

berisi laporan tertuis tentang apa yang dilihat dan diemukan pada

benda/korban yang diperiksa

 Dasar hukum dari Visum et Repertum terdapat dalam KUHAP pasal 133,

184, 186, dan 187.

 Fungsi dari Visum et Repertum adalah berperan dalam proses pembuktian

suatu perkara pidana terhadap kesehatan, jiwa, dan juga orang yang telah

meninggal. Visum et Repertum juga dapat dianggap sebagai barang bukti

yang sah karena segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis telah

diuraikan dalam bagian pemberitaan. Serta keterbatasan barang bukti yang

diperiksa pasti akan mengalami perubahan alamiah sehingga tidak

memungkinkan untuk dibawa kepengadilan.

 Jenis-jenis visum et Repertum:

o Berdasarkan waktu pemberian

1. Visum seketika (definitif)

2. Visum sementara

3. Visum lanjutan

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 22


o Berdasarkan objek yang diperiksa

1. Objek psikis

2. Objek fisik

a) Korban hidup

 keracunan/perlukaan

 kejahatan susila

b) Korban meninggal

 Pemeriksaan luar

 Pemeriksaan luar dan dalam

 Struktur visum et repertum:

1. Pro justititia

2. Pendahuluan

3. Pemeriksaan

4. Kesimpulan

5. Penutup

 Tata cara permohonan visum korban hidup:

1. Harus tertulis, tidak boleh lisan

2. Surat diantar langsung oleh penyidik, tidak boleh dititip atau melalui

pos

3. Bukan kejadian yang sudah lewat

4. Ada alasan mengapa korban dibawa kedokter

5. Ada identitas korban

6. Ada identitas peminta

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 23


7. Mencantumkan tanggal permintaan

8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa

 Jika korban meninggal, sesuai dengan KUHAP pasal 133 ayat 3:

1. Harus diperlakukan secara baik

2. Diberi label (identitas mayat, dilak, dan diberik cap jabatan) diletakkan

pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lain mayat.

 Sesuai dengan instruksi polisi No.Pol.INS/E/20/IX/75 tentang tata cara

permohonan/ pencabutan Visum et Repertum, pada dasarnya pencabutan

VeR tidak dapat dibenarkan. Bila terpaksa Visum et Repertum yang sudah

diminta harus diadakan pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut

hanya diberikan oleh komandan kesatuan paling rendah tingkat Komres

dan untuk kota hanya oleh DANTES.

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 24


DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, Prof. Dr. Amri. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi

Kedua. Percetakan Ramadhan: Medan.

2. Idries, Dr. Abdul Mun’im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi

Pertama. Binapura Aksara: Jakarta Barat.

3. Budiyanto A, Widiatmaka W, sudiono S, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran

Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia: Jakarta.

4. Afandi. 2010. Visum et Repertum pada Korban Hidup. Bagian Ilmu

Kedokteran Forensik dan Medikolegal: FK UNRI

Malahayati |PAPER FORENSIK-VeR 25

Anda mungkin juga menyukai