Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemenyan merupakan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang berasal dari

proses patogenis pada kegiatan penyadapan pohon dari keluarga Styracaceae.

Getah kemenyan sudah dimanfaatkan sejak abad ke 18 untuk keperluan kegiatan

ritual keagamaan. Dalam perkembangannya ekstrasi dari getah kemenyai dapat

juga dimanfaatkan untuk kegunaan lain, seperti untuk obat-obatan, bahan

pengawet makanan, parfum, dan lain-lain. Kayu dari pohon kemenyan yang sudah

tidak produktif lagi dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan mebel maupun

konstruksi bangunan. Pohon kemenyan ini dapat juga dimasukkan sebagai salah

satu jenis tanaman konservasi di tanah masyarakat yang merupakan hutan hak

yang terletak di daerah penyangga, karena produk utamanya bukan kayu tapi

HHBK nya.

Di Indonesia telah teridentifikasi paling tidak ada 3 jenis kemenyan asli,

yaitu kemenyan bulu (Styrax benzoine var hiliferum), durame (Styrax benzoin

Dryan) dan toba (Styrax sumatrana JJSM atau Styrax paralleloerum Perk). Ketiga

jenis kemenyan ini tumbuh secara alami di sepanjang Bukit Barisan mulai dari

Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara sampai dengan Lampung. Dua jenis

kemenyan yang disebut terakhir adalah kemenyan yang sudah dikenal di pasaran.

Propinsi Sumatera Utara merupakan sentra produksi kemenyan sekaligus daerah

penyebaran tertinggi dan terluas dalam pengelolaan kedua jenis kemenyan


tersebut (Sasmuko, 2001). Budidaya kemenyan di Sumatera Utara khususnya di

Tapanuli sudah cukup lama berlangsung, yaitu sekitar tahun 1800 an (Waluyo,

dkk., 2001).

Hampir 100 % kemenyan yang beredar di Pulau Jawa di pasok dari Pulau

Sumatera, 80% diantaranya di pasok oleh Sumatera Utara, khususnya dari daerah

Tapanuli (Sasmuko, 2001). Di Pulau Jawa getah kemenyan tersebut beredar

dipasaran, khususnya pasar-pasar tradisional sudah dalam bentuk bongkahan

berbentuk dadu, ataupun serbuk dalam kemasan. Produk ini biasa dijumpai

ditukang “rampe” (jual bunga-bungaan khusus untuk ziarah kuburan atau acara

ritual lainnya).

Selama ini masyarakat hanya mengetahui bahwa kemenyan

penggunaannya sebatas hanya untuk kegiatan ritual, praktek perdukunan atau

kegiatan lainnya yang berbau mistis, padahal berdasarkan penelitian getah

kemenyan itu mengandung senyawa yang disebut dengan benzoin. Selain itu

ekstraksi kemenyan menghasilkan juga asam sinamat tidak kurang dari 36,5%.

Senyawa ini merupakan bahan baku utama industri parfum, farmasi dan

kosmetika. Dengan kehadiran asam sinamat dalam parfum dapat membuat aroma

asli dari parfum tersebut lebih tahan lama, lembut dan tidak berisiko terhadap

kesehatan (Jayusman,1998 dan Sasmuko, 2001).


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Budidaya Pohon Kemenyan

Pohon Kemenyan membutuhkan naungan pada awal pertumbuhannya.

Jenis ini termasuk toleran yaitu mampu tumbuh di bawah naungan pohon. Pada

tingkat semai, jenis ini membutuhkan naungan, namun pada pertumbuhan

berikutnya setelah mencapai ukuran pohon, tajuknya membutuhkan penyinaran

matahari langsung. Pada periode penyadapan tajuk tanaman ini menghendaki

cahaya penuh sedangkan batangnya relatif harus lebih sedikit karena untuk

menghindari kerusakan kulit batang (kulit kering dan mengeras). Karakter ini

perlu dipertimbangkan sebagai dasar-dasar budidaya Kemenyan di lapangan.

Kesesuaian lahan untuk penanaman Kemenyan perlu dipertimbangkan karena

faktor tempat tumbuh sangat penting untuk keberhasilan penanaman. Salah satu

cara untuk menilai kesesuaian lahan adalah dengan membandingkan persyaratan

tempat tumbuh Kemenyan dengan calon areal pengembangan ( Jayusman, 1998a

& Jayusman et al, 1999).

A. Persiapan dan Teknik Penanaman

1. Pengolahan lahan

Pengolahan lahan disesuaikan tipe lahan dan kondisi vegetasi awal lokasi

penanaman. Untuk penanaman monokultur areal terbuka dapat dilakukan

pengolahan mekanis dan semi mekanis untuk memperbaiki struktur dan tekstur
tanah. Pada kelerengan 15% dapat dilakukan dengan semi mekanis (hand traktor

dan cangkul).

2. Pemasangan ajir dan pembuatan lubang tanam

Arah jalur yang akan dipasang ajir perlu mendapatkan perhatian. Untuk itu

pemasangan ajir harus disesuaikan garis kontur yang telah dibuat sebelumnya.

Pada areal tidak bervegetasi letak ajir dapat dipola dengan jarak 3 x 4 meter (833

titik/ha), 4 x 4 meter (625 titik/ha) atau 4 x 5 meter (500 titik/ha). Sedangkan

pengajiran areal bervegetasi disesuaikan jalur tanam yang dibuat.

Pada areal terbuka setelah sebaiknya dilakukan penanaman tanaman

naungan terlebih dahulu dengan sistim jalur dan jarak tanam yang diterapkan.

Sedangkan areal bervegetasi yang telah memiliki naungan dapat dilakukan

pembuatan lubang tanam dengan ukuran (lebar x panjang x dalam) 30 x 40 x 40

cm. Lapisan tanah atas dipisahkan dengan lapisan tanah bawah. Sebaiknya lubang

tanam disiapkan 1 - 2 minggu sebelum penanaman.

B. Seleksi benih

Dilakukan dengan terlebih dahulu merendam dalam air dingin, benih yang

terapung dibuang. Benih kemenyan memiliki karakter dormansi benih (2-3 bulan).

Pengaruh kulit biji yang keras menjadi pembatas dalam kecepatan perkecambahan

sehingga memerlukan praperlakuan awal benih sebelum disemai. Teknik

skarifikasi dengan menipiskan sebagian kulit benih (dikikir-diamplas dengan batu

asahan) maupun stratifikasi dengan perendaman dan pemanasan benih pada


berbagai suhu tertentu dapat memecahkan dormansi benih. Kombinasi stratifikasi

dan skarifikasi di atas mampu menghasilkan persen kecambah 50-75%.

C. Pengadaan bibit

Penyiapan bibit dapat dilakukan secara langsung oleh petani atau dibeli

dari penangkar bibit yang memiliki lisensi resmi. Kriteria mutu bibit Kemenyan

sebaiknya memenuhi kriteria sehat, tinggi 30 – 50 cm, diameter batang minimal

0,7 – 1,2 cm, perakaran bibit pada media kompak. Umur bibit dengan kriteria

tersebut umumnya dicapai 6 – 9 bulan).

Bibit diangkut ke lokasi penanaman 1 - 2 minggu sebelum penanaman.

Tujuannyaadalah menjaga bibit dari stress akibat cekaman lingkungan baru di

lokasi penanaman dan mengkondisikan bibit di areal terbuka sehingga proses

lignifikasi (pengkerasan batang bibit) dapat terjadi dengan baik.

D. Tahapan perkecambahan

a. Menyiapkan bedeng semai atau bak kecambah dengan media pasir halus

setebal 25-30 cm. Sebelum digunakan media disterilisasi dengan

fungisida Benlate 2 gram/liter.

b. Benih hasil seleksi diskarifikasi cara di atas dan strafikasi dengan

perendaman air panas (100˚C) hingga dingin dan dilanjutkan perendaman

air dingin selama 24 jam

c. Benih disemai sedalam 2-3 cm dengan jarak 5 x 5 cm, didalam media

kecambah kemudian ditimbun dengan pasir halus 1-2 cm.


Cara lain benih disemai langsung kedalam polybag yang telah diisi media

campuran tanah dan kompos (7:3). Bak kecambah dan polybag tersebut

diletakkan di bawah naungan yang sebelumnya telah disiapkan. Lakukan

penyiraman 2 kali sehari (pagi-sore) dan proteksi hama penyakit dengan

penyemprotan insektisida dan fungisida sekali dalam seminggu. Benih

berkecambah pada minggu ketiga setelah penyemaian.

E. Penanaman dan Pemeliharaan

Plastik polybag dipisahkan dari media secara hati-hati agar media tidak

pecah. Selanjutnya bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan pangkal

batangnya sejajar permukaan tanah. Tekan secara perlahan tanah timbunan agar

bibit dapat berdiri tegak dan kuat.

1. Pemeliharaan tanaman tahun pertama


a. Pembersihan tumbuhan bawah (gulma alang-alang, rumput), mencabut
dan membuang serta membakar tanaman yang sakit maupun yang
tumbuh terlalu kerdil dan merana).
b. Pendangiran-penggemburan serta pembumbunan tanah di sekitar lubang
tanam (0.5-1 meter disekeliling batang tanaman).
c. Untuk mendapatkan keseragaman pertumbuhan maka penyulaman
tanaman mati maupun tanaman yang merana pertumbuhannya karena
hama-penyakit maupun sebab lain maka harus dilakukan dengan
menanam bibit dengan kriteria dan umur yang sama dengan bibit yang
telah ditanam.
d. Apabila terdapat indikasi serangan hama ulat daun maupun ulat
penggerek batang maka dilakukan pengendalian dengan pestisida
Thiodan 2,5%. Untuk serangan jamur atau cendawan maka dilakukan
pengendalian dengan fungisida Benlate 2% atau disesuaikan dosis
anjuran. Untuk pengendalian skala kecil akibat serangan hama penyakit
tertentu dapat dilakukan dengan memotong dan membuang bagian
tanaman (cabang, ranting atau daun yang terserang). Pengendalian
secara preventif sangat dianjurkan.
e. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik sebaiknya dilakukan
pemupukan NPK 150 gram/lubang tanam serta penambahan pupuk
kandang 1-2 kg/lubang tanam yang pemberiannya disesuaikan jadwal
waktu penggemburan-pembumbunan tanaman.

F. Pemeliharaan lanjutan

a. Penyiangan gulma, penggemburan-pembumbunan, proteksi hama dan

penyakit

dilakukan sebagaimana pemeliharaan pertama

b. Pemupukan lanjutan dosisnya dapat ditingkatkan. Idealnya pemupukan harus

disesuaikan dengan kondisi penampakan tanaman di lapangan dan hasil

analisis tanah sebelum penanaman. Pemupukan tanaman dewasa dilakukan

dengan membuat parit selebar mata cangkul disekeliling tajuk tanaman,

pupuk diberikan merata dan ditimbun ulang dengan tanah.

c. Pemberantasan gulma benalu harus rutin dilakukan untuk menghindari

kerusakan pohon kemenyan di lapangan.

d. Pengaturan naungan dilakukan bertahap, sehingga tajuk tanaman dewasa

optimal mendapatkan cahaya penuh sedangkan bagian batang kemenyan

relatif lebih sedikit.


G. Pemupukan

Untuk memacu petumbuhan pohon Kemenyan dilakukan pemupukan

dengan dosis pupuk disesuaikan hasil analisa tanah yang sebelumnya dilakukan.

Sebagai awal pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk majemuk NPK

Teknik pemberian pupuk harus mempertimbangkan penampilan tanaman

di lapangan. Pemberian pupuk organik sebaiknya disertakan saat pendangiran-

pembubunan, sedangkan pemupukan anorganik dapat dilakukan dengan cara

membuat parit kecil selebar mata cangkul di sekeliling pokok tanaman (sesuaikan

lebar tajuk tanaman). Setelah pupuk ditabur, parit ditimbun kembali. Teknik

pemberian pupuk harus mempertimbangkan penampilan tanaman di lapangan.

Pemberian pupuk organik sebaiknya disertakan saat pendangiran-pembubunan,

sedangkan pemupukan anorganik dapat dilakukan dengan cara membuat parit

kecil selebar mata cangkul di sekeliling pokok tanaman (sesuaikan lebar tajuk

tanaman). Setelah pupuk ditabur, parit ditimbun kembali.

H. Penyadapan dan Pemanenan Getah

Pohon kemenyan sudah bisa disadap pada umur 7 Tahun dan dalam satu

tahun bisa dilakukan penyadapan 1 sampai 2 kali, yaitu di bulan Juni sampai

September, menurut pengalaman petani kemenyan di Tapanuli (Sumatera Utara)

ciri-ciri pohon kemenyan yang sudah siap disadap adalah ketika mencukil kulit

batangnya akan terbuka dengan mudah dan sebaliknya. Hal ini diduga berkaitan

erat dengan musim berbuah dari pohon kemenyan. Proses penyadapan dan

pemanenan getah sebagai berikut :


1. Penggurisan

Sebelum dilakukan penyadapan kulit batang pohon dibersihkan dari

kotoran lumut atau kulit tua yang mengelupas menggunakan pisau khusus yang

dinamakan pengguris (Tapanuli).

2. Pencungkilan Kulit

Pembuatan takik sadap tidak sama seperti pada kegiatan penyadapan

Pinus, Damar Mata Kucing ataupun Karet, maka pada kegiatan penyadapan

kemenyan disebutnya ”pencungkilan kulit”. Hal ini didasarkan pada proses

terbentuknya ”getah kemenyan” bukan pada jaringan kayu (Xylem) melainkan

antara kulit dan xylem. Kegiatan pencungkilan ini menggunakan ”panukul” (pisau

mirip obeng). Ukuran kulit yang dicungkil lebar 2 cm dan panjang 2-4 cm.

Setelah kulit terkuak kemudian ditutupkan kembali dengan cara dipukul-pukul

menggunakan panukul.

3. Pemanenan Getah.

Dalam satu kali musim penyadapan dapat dilakukan minimal 2 kali

pemanenan getah. Getah sudah dapat dipanen setelah 3 bulan dari pencungkilan

kulit dengan cara mengerat (mencungkil) kulit dari batang pohon. Getah hasil

proses patogenis ini berada dibagian dalam kulit berbentuk lempengan berwarna

putih. Proses terbentuknya getah yang tidak terekspos ke udara (di balik kulit) ini

akan menghasilkan getah kemenyan kualitas I (komoditi ekspor). Menurut laporan

Edison dkk. (1983) dalam Totok Kartono Waluyo, dkk. (2006) kemenyan seperti

itu di eksport ke Prancis, Taiwan, Jepang dan Singapura. Pemanenan berikutnya

dilakukan 3 bulan setelah pemanenan pertama, yaitu mengumpulan sisa-sisa getah


yang meleleh sepanjang batang pohon ataupun dibekas kowakan yang telah

diambil getahnya 3 bulan sebelumnya. Tentunya kemenyan yang dihasilkan dari

pemanenan kedua ini kualitasnya lebih rendah dari kemenyan pemanenan

pertama, karena baik besaran lempengan maupun warnanya sudah berubah karena

terjadi interaksi dengan udara bebas. Untuk lebih jelasnya mengenai kualitas,

karakteristik dan harga kemenyan ditingkat eksportir di Sumatera Utara


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemenyan ternyata penggunaannya tidak hanya sebatas untuk kegiatan

ritual keagamaan, perdukunan atau yang berbau mistis lainnya, tapi juga bisa

untuk kepentingan yang lebih luas lagi seperti untuk bahan baku obat-obatan,

bahan pengawet makanan sampai untuk bahan kosmetika dan harganya cukup

menjanjikan. Mengingat banyaknya lokasi hutan rakyat, tanaman kemenyan

sesuai untuk ditanam di daerah penyangga yang merupakan daerah tangkapan air,

maka tanaman ini selain dapat berfungsi sebagai tanaman produksi hutan rakyat

yang lestari sekaligus juga sebagai tanaman konservasi.


DAFTAR PUSTAKA

Waluyo TK., A. Badrunasar dan Nuryana. 2001. Kemungkinan

Pemanfaatan Kayu Kemenyan Sadapan. Prosiding Optimalisasi Nilai

Sumberdaya Hutan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.

Jayusman.2014.Mengenal pohon kemenyam. badan penelitian dan Tengembangan

kehutanan balai besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman

hutan.jakarta
Tugas Individu

SILVIKULTUR HASI HUTAN NON KAYU


“Silvikultur Kemenyan ( Styrax spp )”

IKA PUSPITA SARI JAINUDDIN


M1A1 15 044

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

Anda mungkin juga menyukai