Oleh :
KEHUTANAN A
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Karakterisitik Wilayah DAS oko oko, Provinsi
Sulawesi Tenggara”. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulusan......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1.1 BentukPeta DAS Oko-Oko.......................................................................4
1.2 Bentuk Penggunaan Lahan........................................................................5
1.3 Drainase da Pola Aliran DAS Oko-Oko...................................................7
1.4 Tingkat Topografi DAS Oko-Oko............................................................9
1.5 Bentuk Kontur DAS Oko-Oko................................................................11
1.6 Jenis Tanah Das Oko-Oko........................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian
dan atau oleh bencana alam. Oleh karena itu dalam pengelolaan DAS perlu
melibatkan peran serta aktif manusia, sehingga tercapai manfaat yang maksimal
dan berkesinambungan.
secara rasional untuk produksi maksimurn yang lestari, (2) Menekan kerusakan
seminimal mungkin pengaruh erosi dan sedimentasi, (3) Distribusi air merata
iv
karakteristik DAS akan mempengaruhi perencanaan penggunaan lahan pads DAS
suatu DAS merupakan data dasar sebagai indikator yang memudahkan kita untuk
melakukan perencanaan pengelolaan DAS dalam arti luas dan pengelolaan penggunaan
wilayah DAS juga tidak terlepas dalam pemanfaatan ruang dalam rangka
memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan untuk
ada tiga hal utama yang dapat menyebabkan Daerah Aliran Sungai di Indonesia
hutan dan lahan yang berlebihan; (b)pemanfaatan lahan yang tidak menerapkan
konservasi tanah dan air; (c)iklim atau curah hujan yang tinggi. Curah hujan
tinggi tersebut sangat berpotensi untuk merusak tanah (erosivitas), apalagi curah
hujan yang tinggi tersebut terjadi di daerah yang sebelumnya didahului oleh ulah
perusakan.
v
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui BentukPeta DAS Oko-Oko
2. Untuk Mengetahui Bentuk Penggunaan Lahan
3. Untuk Mengetahui Drainase da Pola Aliran DAS Oko-Oko
4. Untuk Mengetahui Tingkat Topografi DAS Oko-OKo
5. Untuk Mengetahui Bentuk Kontur DAS Oko-Oko
6. Untuk Mengetahui Jenis Tanah Das Oko-Oko
vi
BAB II
PEMBAHASAN
vii
mempunyai debit banjir yang relatif kecil, namun banjir yang terjadi
berlangsung relatif lama. Hal ini karena waktu tiba banjir dari anak-anak
sungai berbeda-beda.
Berbentuk Menyebar (Radial). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana
anak-anak sungai terkonsentrasi ke suatu titik secara radial. DAS dengan
karakteristik demikian, berpotensi menyebabkan banjir besar di dekat titik
pertemuan anak-anak sungai,
Berbentuk Sejajar (Pararel). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana dua
jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian hilir. DAS dengan karakteristik
demikian, jika terjadi banjir maka akan terjadi di bagian hilir titik-titik
pertemuan sungai.
Berdasarkan bentuknya, DAS Oko-Oko memilki bentuk menyebar.
Bentuk DAS mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan yang mengalir menuju
outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin singkat waktu konsentrasi yang
diperlukan, sehingga semakin tinggi fluktuasi banjir yang terjadi. Sebaliknya
semakin lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi yang diperlukan semakin lama
sehingga fluktuasi banjir semakin rendah.
G
amba
r 2, Bentuk DAS
viii
2.2 Penggunaan Lahan
intersepsi hujan yang jatuh dan transpirasi air yang terabsorpsi oleh akar. Lahan
dengan penutupan yang baik memiliki kemampuan meredam energi kinetis hujan,
ix
Meredam tininya debit sungai pada musim hujan, dan berpotensi pemelihara
kestabilan aliran air sungai pada musim kemarau.
Mempunyai serasah yang tebal sehingga meudahkan air meresap kedalam
tanah dan mengalirkan secara perlahan ke sungai, selain itu lapisan serasahnya
juga melindungi permukaan tanah dari gerusan aliran permukaan sehingga
erosi pada tanah hutan sangat rendah.
Mempunyai banyak pori makro dan pipa dalam tanah yang memungkinkan
pergerakan air secara cepat kedalam tanah.
terhadap induk sungai pada suatu DAS. Semakin banyak jumlah orde sungai,
x
Gambar 4. Orde sungai wilayah DAS Oko-Oko
Orde sungai dapat ditetapkan dengan metode Horton, Strahler, Shreve, dan
Scheidegger. Namun pada umumnya metode Strahler lebih mudah untuk
diterapkan dibandingkan dengan metode yang lainnya. Berdasarkan metode
Strahler, alur sungai paling hulu yang tidak mempunyai cabang disebut dengan
orde pertama (orde 1), pertemuan antara orde pertama disebut orde kedua (orde
2), demikian seterusnya sampai pada sungai utama ditandai dengan nomor orde
yang paling besar. Jumlah orde sungai pada wilayah DAS Kowuoha yaitu 3 orde
sungai.
a. Kerapatan aliran sungai
Kerapatan aliran sungai menggambarkan kapasitas penyimpanan air
permukaan dalam cekungan-cekungan seperti danau, rawa dan badan sungai yang
mengalir di suatu DAS. Kerapatan aliran sungai dapat dihitung dari rasio total
panjang jaringan sungai terhadap luas DAS yang bersangkutan. Semakin tinggi
tingkat kerapatan aliran sungai, berarti semakin banyak air yang dapat tertampung
di badan-badan sungai. Kerapatan aliran sungai adalah suatu angka indeks yang
xi
menunjukkan banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut dapat
diperoleh dengan persamaan:
𝐿
𝐷𝑑 =
𝐴
dimana:
Dd : Indeks kerapatan aliran sungai (km/km2 );
L : Jumlah panjang sungai termasuk panjang anak-anak sungai (km);
A : Luas DAS (km2 )
Kerapatan aliran sungai pada DAS Kowuaha yang mimilki luas sebesar
133,29 Km2 dan panjang sugai sebesar 114, 64 Km, yaitu :
L
Dd =
A
114,64 Km
Dd =
133,29 Km2
Dd = 1,08 km/km2
Jadi, kerapatan aliran sungai pada DAS kowuoha adalah 1,08 km/km2,
nilai ini menunjukan bahwa nilai kerapatan aliran sungai sedang. Disamping itu,
jika nilai kerapatan aliran sungai:
< 1 mile/mile (0.62 km/km ), maka DAS akan sering mengalami penggenangan.
> 5 mile/mile (3.10 km/km ), maka DAS akan sering mengalami
kekeringan.
xii
membahayakan hidrologi produksi pertanian dan pemukiman.Salah satunya
dengan menbuat.
Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relative terhadap
bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat, Kemiringan
lahan sangat erat hubungannya dengan besarnya erosi. Semakin besar kemiringan
lereng, peresapan air hujan ke dalam tanah menjadi lebih kecil sehingga limpasan
permukaan dan erosi menjadi lebih besar.
xiii
Sumber: Arsyad (2000)
Panjang lereng
Panjang lereng merupakan ukuran panjang suatu lahan mulai dari titik
awal kemiringan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam sungai atau titik
mulai berubahnya kemiringan. Semakin panjang suatu lereng makin besar aliran
peluang erosi. Besarnya erosi yang terjadi di ujung lereng lebih besar daripada
erosi yang terjadi di pangkal lereng. Hal ini akibat adanya akumulasi aliran air
Konfigurasi lereng
mudah mengalami erosi lembar sedangkan lereng berbentuk cekung akan mudah
Keseragaman Lereng
lereng yang tidak seragam, besarnya erosi lebih kecil bila dibandingkan dengan
Arah Lereng
Arah lereng adalah arah hadap lereng terhadap arah mata angin yang
ditunjukkan dengan utara (U), timur laut (TL), timur (T), tenggara (TG), selatan
(S), barat daya (BD), barat (B) dan barat laut (BL). Arah lereng sangat
menentukan tingkat penyinaran matahari dan curah hujan yang turun. Pada lereng
xiv
yang mendapatkan sinar matahari langsung dan lebih intensif cenderung
mengalami erosi lebih besar daripada lereng yang tidak mendapatkan penyinaran
matahari secara langsung. Pada umumnya curah hujan terjadi di bagian lereng
yang mendapatkan angin dan sebagian kecil saja yang terjadi di bagian lereng
belakang.
ketinggian yang sama. Kontur ini dapat memberikan informasi relief, baik secara
tertentu. Bidang acuan yang umum digunakan adalah bidang permukaan laut rata-
rata. Interval kontur ini sama dengan beda tinggi antar kedua kontur. Interval
dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta
yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama
lain garis kontur adalahgaris tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal.
xv
disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan
tanah.
Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi
permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta
timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis
atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak
mendatar peta. Karena peta umumnyadibuat dengan skala tertentu, maka untuk
garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu
erosi. Pola aliran sungai sejajar (parallel) pada umumnya dijumpai pada DAS
xvi
Gambar 6, Peta Kontur Wilayah DAS Oko-Oko.
pada daerah dengan batuan sejenis dan penyebarannya luas, misalnya daerah yang
ditutupi oleh endapan sedimen yang luas dan terletak pada suatu bidang horizontal
di daerah dataran rendah. Batuan kapur ('limestone') dan batu lempung ('shale')
topografi dengan lereng seragam, pola aliran yang terbentuk adalah ,sedangkan
medium yang terdapat pada batuan metamorf dengan puncak membulat. Pola ini
memiliki saluran yang hampir sejajar, dalam dan bertekstur halus hingga sedang.
xvii
Bentuk ini terjadi pada daerah basah. Pada batuan metamorfosa dengan bentuk
tanaman. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan induk dan bahan-bahan
organik dari tumbuhan dan hewan yang telah membusuk. Tanaha dalah lapisan
tipis kulit bumi dan terletak paling luar. Tanah merupakan hasil pelapukan atau
erosi batuan induk (anorganik) yang bercampur dengan bahan organik. Tanah
mengandung partikel batuan atau mineral, bahan organik ( senyawa organik dan
organisme ) air dan udara. Bahan yang menyusun tanah terdiri atas zat padat, cair,
gas, dan organisme. Pelapukan batuan induk pembentuk tanah di daerah tropis
Jenis tanah menentukan tingkat kesuburan lahan pada suatu daerah aliran
sungai (DAS). Tanah sangat penting bagi manusia karena kehidupan manusia
mikroorganisme perubahan suhu dan air. Tanah terdiri dari beberapa jenis yaitu
tanah alluvial, andosol, entisol, grumusol, humus, insiptisol, laterit, latosol, litosol,
kapur, mergel, organosol, oxisol, padas, pasir, podosol, dan podosolik merah
kuning, liat.
xviii
DAS Moolo terdiri dari beberapa jenis tanah, jenis-jenis tanah pada DAS
Tanah yang terdiri dari tanah kambisol 2862,86 ha, tanah organosol 488,69 ha,
1. Tanah Kambisol
xix
atau lebih daripada horizon A, dan tanahnya cukup mengalami pencucian dalam
kapasitas tukar kation horizon B maksimum pada sejumlah tanah. Reaksi tanah
bervariasi antara masam hingga netral (Foth, 1998). Alfisol dicirikan oleh horizon
Karakteristik
Pada tanah Kambisol, pH tanah rendah yaitu < 5,0 dimana pengaruh
kisaran 7,5-8,0 yang mana berada di atas kelarutan sebagian besar mineral-
mineral primer (Lopulisa, 2004). Bahan organik yang terdapat pada permukaan
tanah kambisol dicampur dengan bahan mineral oleh cacing atau hewan-hewan
Persebaran
pencucian mineral liat dan unsur-unsur lainnya dari bagian lapisan permukaan ke
bagian subsoilnya (lapisan tanah bagian bawah), yang merupakan bagian yang
xx
2. Tanah Podsolik
hingga kuning dan kandungan organic serta mineralnya akan sangat mudah
Oleh karena itu untuk menyuburkan tanah ini harus ditanami tumbuhan yang
memberikan zat organic untuk kesuburan tanah serta pupuk baik hayati maupun
hewani.Tanah ini dapat digunakan untuk perkebunan dan persawahan serta dapat
bagian barat
xxi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Daerah Aliran Sungai (DAS) (Watershed )adalah suatu wilayah daratan yang
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
Pararel.
3. Penutupan lahan pada DAS ini di dominasi oleh Hutan Terbuka yaitu seluas
15.498,19 ha.
dengan luas 8 Ha, datar 9-15 dengan luas 2 Ha, berbukit 15-25 dengan luas 22
Ha, curam 41-60 dengan luas 56 Ha dan curam > 60 dengan luas 95 Ha.
5. Jenis tanah yang mendominasi pada DAS Moolo yaitu jenis tanah Podsolik
xxii
5.2 Saran
erosi yang tinggi apabila digunakan wttuk laban pertanian sehingga memerlukan
pengelolaan tanaman dan konservasi tanah yang sesuai agar dapat menekan erosi
2. Pada DAS Moolo perlu adanya bantuan terutama tentang ketersediaan data
dasar seperti data debit sungai otomatik sehingga data yang tersedia akan
xxiii
DAFTAR PUSTAKA
Kusumadewi, D. A., Djakfar, L., dan Bisri. M. 2007. Arahan Spasial Teknologi
Drainase Untuk Mereduksi Genangan Di Sub Daerah Aliran Sungai
Watu Bagian Hilir. Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
Malang. Malang.
Rahayu, S., Widodo, R. H., Noordwijk, M. V., Suryadi, I., dan Verbist, B. 2009.
Monitoring Air Di Daerah Aliran Sungai. World Agroforestry Centre –
Southeast Asia Regional Office. Bogor.
Syafri, S. H., Tilaar, S., dan Sela, R. L E. 2004. Identifikasi Kemiringan Lereng
Di Kawasan Permukiman Kota Manado Berbasis Sig. Universitas Sam
Ratulangi Manado. Manado.
Tufalia, M., Karim, J., dan Alam, S. 2012. Analisis Spasial Tingkat Bahaya Erosi
Di Daerah Aliran Sungai (Das) Moramo Dengan Menggunakan Sistem
Informasi Geografis (Sig). Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian
Universitas Haluoleo. Kendari.
xxiv
xxv