Anda di halaman 1dari 1

BAB III

KESIMPULAN

Henti jantung merupakan masalah yang cukup kompleks yang dapat terjadi kapan
saja dan dimana saja. Dengan tingginya angka mortalitas dan morbiditas yang dapat
ditimbulkan, tidak hanya penyedia jasa kesehatan dari berbagai lini yang perlu
mengetahui penanganan awal pada kasus henti jantung, masyarakat hendaknya juga
turut dilibatkan dalam penanganan pasien henti jantung terutama yang terjadi di
luar rumah sakit. Dengan bantuan hidup dasar berupa RJP yang berkualitas dapat
meningkatkan 30 hari survival rate. Penanganan pertama berupa bantuan hidup
dasar pada pasien henti jantung yang terjadi di luar rumah sakit dapat meningkatkan
survival rate pada pasien tersebut dan dapat memberikan hasil yang baik terkait
dengan survival rate dalam 30 hari. Penanganan ini diawali dengan pengaktifan
rantai kelangsungan hidup yang telah disusun oleh AHA pada tahun 2015 yang
secara umum terdiri dari sebagai berikut.

1. Pengenalan dan pengaktifan sistem tanggap darurat

2. RJP yang berkualitas tinggi dan secepatnya

3. Defibrilasi cepat

4. Bantuan hidup lanjutan dan perawatan pasca serangan jantung.

Pedoman AHA untuk penanganan henti jantung yang dikeluarkan tahun 2015
merupakan pembaharuan dan penyempurnaan yang telah diuji di beberapa negara.
Terdapat beberapa perubahan yang cukup signifikan pada bantuan hidup lanjutan
pada penggunaan obat-obatan yaitu penggunaan vasopressin dan epinefrin tidak
memberikan manfaat apapun sebagai pengganti epinefrin dosis standar dalam
serangan jantung. Namun beberapa perubahan yang cukup berperan dalam
penanganan serangan jantung terdiri dari pengenalan dini oleh penolong tidak
terlatih dapat dipandu oleh operator melalui media komunikasi sehingga RJP dapat
diberikan lebih dini. Frekuensi RJP minimal 100 x/min dan maksimal 120x/min.

31

Anda mungkin juga menyukai