Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah bentuk integrasi ekonomi

ASEAN dalam artian adanya sistem perdagangan bebas antara negara-negara

ASEAN.Indonesia dengan sembilan negara anggota ASEAN telah menyepakati

perjanjian Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau ASEAN Economic

Community.Para pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN

menjadi kawasan yang stabil,makmur dan sangat kompetitif dengan

perkembangan ekonomi yang adil,mengurangi kemiskinan dan kesenjangan

sosial-ekonomi hal tersebut merupakan ASEAN vision 2020.Kemudian para

pemimpin Asean setuju untuk percepatan pembentukan komunitas ekonomi

ASEAN menjadi pada tahun 2015. Komunitas ekonomi ASEAN pada tahun 2015

untuk mengubah ASEAN menjadi daerah perdagangan bebas barang dan

jasa,investasi,tenaga kerja terampil dan aliran modal yang lebih bebas.

Masyarakat ekonomi ASEAN akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan

basis produksi tunggal,membuat ASEAN menjadi lebih dinamis dan kompetitif

dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru

yang terdapat inisiatif ekonomi,mempercepat integrasi regional di sektor-sektor

prioritas,memfasilitasi pergerakan bisnis,tenaga kerja terampil dan berbakat dan


memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN sebagai langkah awal untuk

mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Masyarakat Ekonomi ASEAN akan membentuk pasar dan basis produksi

tunggal,membentuk kawasan berdaya saing tinggi,menjadikan kawasan dengan

pembangunan ekonomi yang merata dan juga integrasi dengan perekonomian

dunia.Dengan adanya pasar bebas di kawasan ASEAN menjadikan persaingan

yang semakin ketat,kemajuan teknologi yang cepat dan juga pasar semakin

demanding dan dinamis.

Masyarakat Ekonomi ASEAN yang sudah mulai dekat membutuhkan

persiapan yang lebih bagi Indonesia agar dapat menghadapi MEA 2015 dengan

baik.Persiapan-persiapan perlu dilakukan oleh Indonesia menghadapi MEA

2015.Persaingan yang ketat antar negara di Asia Tenggara ini menjadikan setiap

negara harus bersaing aktif.Namun dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN

juga merupakan peluang dan tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan

perekonomian Indonesia.Dan untuk dapat mengembangkan perekonomian

Indonesia harus menjadi subyek dalam MEA dan bukannya obyek MEA 2015.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian MEA ?

1.2.2 Apa pengertian ekonomi ?

1.2.3 Apa dampak dari MEA untuk perekonomian Indonesia?

1.2.4 Ancaman MEA

1.2.5 Tantangan MEA


1.2.6 Hambatan MEA

1.2.7 Solusi

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui apa itu MEA, pengertian ekonomi, dan dampak dari

adanya MEA di Indonesia terhadap perekonomian rakyat Indonesia.


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian MEA

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah bentuk integrasi masyarakat

ASEAN dimana adanya perdaganan bebas di antara anggota-anggota Negara

ASEAN yang telah di sepakati bersama Negara-negara ASEAN, dan Untuk

menggubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur dan sangat kompetitif.

Saat ini untuk mewujudkam Masyarakat Ekonomi ASEAN ini masih

harus menghadapi berbagai tantangan dan rintangan yang terdapat pada masing-

masing negara anggota. Beberapa tahapan awal mesti diwujudkan untuk

merealisasikan target atau sasaran bersama Masyarakat Asean tersebut, di

antaranya adalah melalui penerapan Masyarakat Ekonomi Asean. (Asean

Economic Community) pada tahun 2015.Kesepakatan bersama untuk

mengintegrasikan berbagai negara Asean(Indonesia, Malaysia, Filipina,

Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos

dan Myanmar)

2.2 Pengertian ekonomi

Ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumber daya

material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan


hidup manusia. Karena ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan

manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang

dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi,

konsumsi dan atau distribusi.

2.3 Dampak MEA

A. Dampak Positf

Menjadikan Indonesia pasar domestik yang besar dan tenaga kerja yang

melimpah. Sementara itu Kajian HSBC secara spesifik menyebutkan bahwa

Indonesia memiliki profil demografis terbaik di antara negara-negara anggota

ASEAN lainnya sebagai tujuan investasi asing. Ketersediaan tenaga kerja yang

sangat besar dengan jumlah penduduk usia produktif 165 juta orang (2012)

menjadi 183 juta orang (2020). Selain itu, kaya akan sumber daya alam yang

menarik bagi pasar ekspor.

Dengan adanya MEA perekonomian Indonesia menjadi lebih baik. Salah

satunya pemasaran barang dan jasa dari Indonesia dapat memperluas jangkauan

ke negara ASEAN lainnya. Pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta orang.

Pada MEA, pasar ASEAN sejumlah 625 juta orang bisa disasar oleh Indonesia.

Jadi, Indonesia memiliki kesempatan lebih luas untuk memasuki pasar yang lebih

luas. Ekspor dan impor juga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih

murah. Tenaga kerja dari negara-negara lain di ASEAN bisa bebas bekerja di
Indonesia. Sebaliknya, tenaga kerja Indonesia (TKI) juga bisa bebas bekerja di

negara-negara lain di ASEAN.

Indonesia juga dapat memperluas ruang investasinya tanpa ada batasan

ruang antar negara anggota ASEAN. Begitu pula kita dapat menarik investasi dari

para pemodal-pemodal ASEAN. Para pengusaha akan semakin kreatif karena

persaingan yang ketat dan para professional akan semakin meningkatakan tingkat

skill, kompetansi dan profesionalitas yang dimilikinya.

B. Dampak Negatif

Jika tidak siap dengan AEC, maka bangsa Indonesia bakal rugi besar.

Sebab, dampaknya akan berlangsung instan. Bahkan Indonesia bisa menjadi

negara besar yang kehilangan pasar, karena dimanfaatkan negara-negara lain.

Bahkan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar menarik

bagi produk luar negeri. Jika sudah begitu, Indonesia akan menjadi bulan-bulanan

negara lain.

2.4 Ancaman MEA

1. Rakyat Kecil Sasaran Kesengsaraan

Lembaga swadaya Indonesia for Global Justice (IGJ) menuding

pemerintah tidak memiliki strategi dan rencana yang tepat untuk melindungi

kepentingan petani, nelayan, buruh, dan pedagang tradisional, dalam menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai efektif 2015.


Hal ini berpotensi mendorong hilangnya akses rakyat terhadap sumber

daya alam dan tingginya angka kemiskinan di pedesaan. Direktur Eksekutif IGJ

Riza Damanik menyatakan, nelayan, petani, buruh, maupun pedagang pasar

tradisional adalah kelompok paling dirugikan atas pemberlakuan MEA tahun

depan.

Alasannya, pemerintah tidak memiliki strategi dan rencana aksi yang

melibatkan petani, buruh, nelayan, dan pedagang tradisional. “Seakan mereka

dibiarkan sendirian menghadapi bahaya AEC,” ujarnya.

2. Sumber Kekayaan Indonesia Dikuras Pihak Asing

Indonesia for Global Justice (IGJ) khawatir? sektor pertanian dan perikanan

adalah dua dari 12 sektor strategis yang masuk dalam prioritas kerja sama

ASEAN. Di dalam negeri, kedua sektor ini tidak saja strategis dan penting bagi

kepentingan domestik rakyat Indonesia, tapi juga menghadapi kegentingan yang

cukup serius baik secara kualitas maupun kuantitas.Bukti nyatanya adalah

kontribusi sektor pertanian, khususnya tanaman pangan, terhadap PDB tidak lagi

besar, bahkan cenderung menurun sejak tahun 2011. Data BPS menyebutkan

tahun 2011 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebesar 14,70 persen dan

mengalami penurunan hingga 14,43 persen pada 2013.

“Banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah dalam

waktu yang sangat singkat ini. Jangan pada akhirnya rakyat dipaksa menghadapi

AEC 2015 sendirian tanpa persiapan” kata Direktur Eksekutif IGJ Riza Damanik.
3. Indonesia Kembali Dijajah

Indonesia berpotensi kembali ‘dijajah’ oleh negara lain ketika Masyarakat

Ekonomi Asean (MEA) mulai berlaku pada 2015. Pasalnya, 80 persen

pengangguran di Tanah Air berpendidikan rendah.Bandingkan dengan Malaysia

dan Singapura, 80 persen penganggurannya justru lulusan SMA dan perguruan

tinggi.

“Mereka akan mendesak di MEA nanti menggunakan standar Bahasa

Inggris. Kita sudah deg-degan saja. Apa yang bisa kita lakukan,” ucap Pengamat

Ekonomi Hendri Saparini.

4. Hancurkan Pengusaha Kecil

Lembaga CIMB Research melansir laporan terkait kesiapan negara-negara

anggota ASEAN menjalankan liberalisasi barang dan jasa Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) pada 2015. Hasilnya, masih banyak hambatan di enam sektor

yang akan mulai dibuka dalam waktu dekat itu.Chief Executive Officer CIMB

Group Nazir Razak membenarkan, kebijakan MEA bisa membunuh usaha kecil

menengah (UKM) di ke-10 negara anggota ASEAN. Tapi, itu hanya akan

menimpa pengusaha yang tidak siap. Bila mau menangkap peluang, Nazir yakin

pengusaha kecil menengah bakal diuntungkan karena bisa bebas melakukan

ekspansi ke seluruh Asia Tenggara.

“Harus saya akui, akan ada pihak yang kalah seiring liberalisasi tersebut.

Saya selalu bilang pada pelaku usaha kecil menengah, MEA memberi kesempatan

bagi kita menangguk keuntungan besar,” ujarnya.


5. Industri Perbankan Kalah Bersaing

Perbankan nasional dinilai belum siap untuk menghadapi era keterbukaan

ekonomi di Asean pada 2015. Soalnya, perbankan nasional masih perlu

meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance

(GCG).” Berita buruknya bahwa sering sekali di dalam hal yang menyangkut

kesepakatan internasional termasuk di Asean, Indonesia selalu menjadi negara

yang tidak siap. Saya khawatir Indonesia tidak siap menghadapi Masyarakat

Ekonomi Asean (MEA) 2015,” kata Ketua Perhimpunan Bank-Bank Nasional

(Perbanas) Sigit Pramono.

2.5 Tantangan

Tantangan nya bagaimana kita bisa bersaing dipasar bebas bukan hanya

berbisnis di dalam negeri saja

2.6 Solusi

Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menciptakan

struktur baru, yaitu struktur global. Struktur tersebut akan mengakibatkan semua

bangsa di dunia termasuk Indonesia, mau tidak mau akan terlibat dalam suatu

tatanan global yang seragam, pola hubungan dan pergaulan yang seragam

khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Aspek Ilmu Pengetahuan


dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat terutama teknologi komunikasi dan

transportasi, menyebabkan issu-issu global tersebut menjadi semakin cepat

menyebar dan menerpa pada berbagai tatanan, baik tatanan politik, ekonomi,

sosial budaya maupun pertahanan keamanan. Dengan kata lain globalisasi yang

ditunjang dengan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadikan dunia

menjadi transparan tanpa mengenal batas-batas negara. Dengan perkembangan

teknologi yang begitu pesat, masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia

terus berubah sejalan dengan perkembangan teknologi, dari masyarakat pertanian

ke masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat pasca industri yang serba

teknologis. Pencapaian tujuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan

pertahanan keamanan cenderung akan semakin ditentukan oleh penguasaan

teknologi dan informasi, walaupun kualitas sumber daya manusia (SDM) masih

tetap yang utama.

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam

persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan

memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang

selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa

Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam

globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan

terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global

menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah

dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina

(35), Filipina (38), dan Thailand (40).


Terkait dengan kondisi sumber daya manusia Indonesia yaitu adanya

ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah

angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73

juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta

orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment).

Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8

juta.

Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah.

Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar

yaitu sekitar 63,2 %. Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan

kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di

berbagai sektor ekonomi. Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja

terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan

kerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada

sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang

terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak

angka pengangguran sarjana di Indonesia.

Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti)

Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang.

Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan

selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu

sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan


tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya

alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan

investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan manajerial

dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan ekonomi nasional yang

berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari

rendahnya kualitas SDM.

Rendahnya SDM Indonesia diakibatkan kurangnya penguasaan IPTEK,

karena sikap mental dan penguasaan IPTEK yang dapat menjadi subyek atau

pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangka globalisasi, penyiapan

pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu

dimensi daya saing dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga upaya

memacu kualitas SDM melalui pendidikan merupakan tuntutan yang harus

dikedepankan.

Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah

bahwa pendidikan merupakan subordinasi dari pembangunan ekonomi. Pada era

sebelum reformasi pembangunan dengan pendekatan fisik begitu dominan. Hal ini

sejalan dengan kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi.

Pengaruh IPTEK terhadap peningkatan SDM Indonesia khususnya dalam

persaingan global dewasa ini meliputi berbagai aspek dan merubah segenap

tatanan masyarakat. Aspek-aspek yang dipengaruhi, adalah sebagai berikut :

a. Dampak yang ditimbulkan oleh teknologi dalam era globalisasi, khususnya

teknologi informasi dan komunikasi, sangat luas. Teknologi ini dapat

menghilangkan batas geografis pada tingkat negara maupun dunia.


b. Aspek Ekonomi, dengan adanya IPTEK, maka SDM Indonesia akan

semakin meningkat dengan pengetahuan-pengetahuan dari teknologi tersebut.

Dengan kemajuan SDM ini, tentunya secara tidak langsung akan mempengaruhi

peningkatan ekonomi di Indonesia. Berkaitan dengan pasar global dwasa ini,

tidaklah mungkin jika suatu negara dengan tingkat SDM rendah dapat bersaing,

untuk itulah penguasaan IPTEK sangat penting sekali untuk dikuasai. Selain itu,

tidak dipungkiri globalisasi telah menimbulkan pergeseran nilai dalam kehidupan

masyarakat di masa kini akibat pengaruh negatif dari globalisasi.

c. Aspek Sosial Budaya, globalisasi juga menyentuh pada hal-hal yang

mendasar pada kehidupan manusia, antara lain adalah masalah Hak Asasi

Manusia (HAM), melestarikan lingkungan hidup serta berbagai hal yang

menjanjikan kemudahan hidup yang lebih nyaman, efisien dan security pribadi

yang menjangkau masa depan, karena didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Dampak yang timbul diakibatkannya ikatan-ikatan tradisional yang

kaku, atau dianggap tidak atau kurang logis dan membosankan. Akibat nyata yang

timbul adalah timbulnya fenomena-fenomena paradoksal yang muaranya

cenderung dapat menggeser paham kebangsaan/nasionalisme. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan meningkatnya tanggapan masyarakat atas kasus-kasus yang

terjadi dinilai dengan didasarkan norma-norma kemanusiaan atau norma-norma

sosial yang berlaku secara umum (Universal internasional).

Dari uraian diatas mengenai IPTEK dalam upaya peningkatan SDM

Indonesia di era globalisasi ini, sudah jelas bahwa dengan adanya IPTEK sudah

barang tentu menunjang sekali dalam kaitannya meningkatkan kualitas SDM kita.
Dengan meningkatnya kualitas SDM, maka Indonesia akan lebih siap menghadapi

era globalisasi dewasa ini.

Perlu sekali diperhatikan, bahwasannya dengan adanya IPTEK dalam era

globalisasi ini, tidak dipungkiri juga akan menimbulkan dampak yang negatif dari

berbagai aspek, baik aspek ekonomi, budaya maupun imformasi dan komunikasi,

untuk itulah filtrasi sangat diperlukan sekali dalam penyerapan IPTEK, sehingga

dampak negatif IPTEK dalam upaya peningkatan SDM dapat ditekan seminimal

mungkin.

2.6 Hambatan

Hambatan menghadapi MEA yang harus kita perhatikan. Hambatan

tersebut di antaranya : pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di

mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya

tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja

di Indonesia. Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga

mempengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. Menurut Global Competitiveness

Index (GCI) 2014, kualitas infrastruktur kita masih tertinggal dibandingkan

negara Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. .Ketiga, sektor

industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi.

Keempat, keterbatasan pasokan energi. Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi

serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri

Indonesia. Apabila hambatan-hambatan tadi tidak diatasi maka dikhawatirkan

MEA justru akan menjadi ancaman bagi Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

https://dianarizky14.wordpress.com/2014/04/10/5-ancaman-pasar-bebas-asean-

2015-bagi-indonesia/

http://hisyamjayuz.blogspot.co.id/2013/05/5-hal-yang-perlu-dibenahi-di-

indonesia.html

https://dianarizky14.wordpress.com/2014/04/10/5-ancaman-pasar-bebas-asean-

2015-bagi-indonesia/

http://binaswadaya.org/bs3/tantangan-mea-2015-kita-harus-menyerang-bukan-

bertahan/

https://www.maxmanroe.com/persiapkan-5-hal-ini-untuk-sukses-bersaing-di-

pasar-bebas-asean-2015.html

Anda mungkin juga menyukai