Abstrak
Gerakan transnasional radikal diyakini oleh beberapa pengamat sebagai
fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengancam integritas
dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Salah satu contoh Isu yang
mengemuka saat ini adalah gerakan yang memiliki tujuan mengganti dasar
Negara Indonesia dengan dasar Khilafah Islamiyah. Beberapa pakar
nasional menyakini pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar Negara
yang mampu menangkal segala jenis faham radikalisme. Namun, dewasa ini
pancasila hanya menjadi wacana yang bersifat doktrin bagi Indonesia dalam
melangsungkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Doktrin-doktrin
kenegaraan yang dilontarkan para pakar nasionalis jelas hanya sebuah
doktrin tanpa pemaknaan tanggung jawab sebagai warga Negara indonesia.
Fenomena tersebut tumbuh sebagai budaya yang membekukan cita-cita
kenegaraan. Perubahan kebudayaan yang tanpa didukung praksis
pendidikan akan menyebabkan reformasi kebudayaan menjadi sia-sia. Oleh
karena itu pendidikan nasional memegang peranan strategis dalam
membangun masyarakat Indonesia yang kuat dan bersatu dalam
kenyataannya yang bhinneka.
Abstract
Gerakan transnasional radikal diyakini oleh beberapa pengamat sebagai
fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengancam integritas
dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Salah satu contoh Isu yang
mengemuka saat ini adalah gerakan yang memiliki tujuan mengganti dasar
Negara Indonesia dengan dasar Khilafah Islamiyah. Beberapa pakar
nasional menyakini pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar Negara
yang mampu menangkal segala jenis faham radikalisme. Namun, dewasa ini
pancasila hanya menjadi wacana yang bersifat doktrin bagi Indonesia dalam
melangsungkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Doktrin-doktrin
kenegaraan yang dilontarkan para pakar nasionalis jelas hanya sebuah
doktrin tanpa pemaknaan tanggung jawab sebagai warga Negara indonesia.
Fenomena tersebut tumbuh sebagai budaya yang membekukan cita-cita
kenegaraan. Perubahan kebudayaan yang tanpa didukung praksis
pendidikan akan menyebabkan reformasi kebudayaan menjadi sia-sia. Oleh
karena itu pendidikan nasional memegang peranan strategis dalam
membangun masyarakat Indonesia yang kuat dan bersatu dalam
kenyataannya yang bhinneka.
PENDAHULUAN
Artikel ini berusaha memaparkan sebuah strategi yang bersifat reformatif
terhadap sistem pendidikan nasional, sebagai sebuah usaha kreatif untuk
menanggulangi fenomena yang terjadi dewasa ini mengenai munculnya gerakan-
gerakan transnasional radikal. Beberapa pakar nasionalis mengkhawatirkan akan
terancamnya integrasi bangsa, dalam hal ini adalah bangsa Indonesia. Gerakan
transnasional merupakan salah satu fenomena dinamika perubahan kehidupan
sosial, yang secara alamiah muncul karena didorong oleh faktor-faktor tertentu
dalam kehidupan sosial. Fenomena yang berdampak positif maupun negatif tidak
serta-merta muncul begitu saja ditengah peradapan manusia yang semakin
mutakhir. Sebagai sebuah kebudayaan yang tercipta dari kecanggihan pola berfikir
manusia pada milinium ketiga ini. Pendidikan dan kebudayaan ternyata mempunyai
hubungan yang saling terkait. Tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan dan begitu
pula tidak ada praksis pendidikan yang vakum melainkan selalu berada dalam
lingkup kebudayaan yang konkret.
Bertolak pada sebuah fenomena munculnya gerakan-gerakan transnasional
radikal, tidak dipungkiri adalah akibat dari perkembangan budaya modern yang
mutakhir. Pada abad 21 ini, gerakan tersebut menjadi sebuah tantangan yang
bergejolak diantara Negara-negara dunia. Fenomena tersebut semakin menguat dan
membentuk sebuah realitas baru dalam kehidupan sosial-agama yang
terekspresikan dalam bentuk religious extremism. Sebenarnya aktivitas ini cukup
identik dengan usaha-usaha peradaban Islam masa lalu yang giat berperang
memperluas ajaran dan kekuasaan. Hal yang membedakan terletak pada sikap
toleran-nya. Sebagai contoh pada kepemimpinan khalifah masa lalu ketika sultan
Muhamad Al Fath sudah berhasil mengusai konstantinopel, beliau membiarkan
gereja-geraja didalam kota tetap berfungsi sebagaimna mestinya dan kehidupan
didalamnya dijaga tetap harmonis. Seiring berkembangya kebudayaan manusia,
aktivitas tersebut bertransformasi pada sebuah gerakan yang anti toleran dan
bernuansa radikal.
Tidak dapat disangkal bahwa budaya modern yang melahirkan adanya
fenomena gerakan transnasional. Sebuah patologi yang diciptakan telah membentuk
alienasi-alienasi diantara elemen kehidupan manusia sebagai produk modernism.
Sumbangan mutakhir budaya modern diantaranya adalah alienasi, diskriminasi,
rasisme, pengangguran, pembedaan terhadap kaya dan miskin, materialisme,
konsumerisme, perang dunia, ancaman nuklir, hegemoni budaya serta ekonomi.
Pelebelan pada objek sosial tertentu menimbulkan diskriminasi diantara aktivitas
sosial individual, sehingga bukan mustahil apabila gerakan transnasional radikal
tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu produk dari budaya modern.
Mempertegas pernyataan bahwa kebudayaan dan pendidikan merupakan
konsep cipta-an manusia yang memiliki hubungan saling terkait. Dalam
perkembangannya budaya menciptakan pendidikan dan pendidikan
mengembangkan budaya, sebuah lingkaran pola berfikir manusia yang berjalan
menuju kemutakhiran. Alur yang menimbulkan gerakan transnasional radikal ini bisa
diamati dari adanya patologi-patologi pada dunia modern sehingga menciptakan
diskriminasi diantara elemen masyarakat, akhirnya budaya modern tersebut
bermuara pada gerakan perlawanan seperti halnya Gerakan Papua Merdeka dan
Republik Maluku Selatan. Pengaruh pendidikan terlihat pada munculnya patologi
yang diciptakan budaya modern, yang merupakan produksi dari dunia pendidikan.
Bisa diamati pula dewasa ini timbul berbagai alienasi-alienasi yang diskriminatif.
Refleksi dunia pendidikan nasional dimasa lalu, digambarkan dengan
keadaan krisis yang melanda dunia politik, ekonomi, hukum, kebudayaan dan juga
bidang pendidikan merupakan refleksi dari krisis pendidikan itu sendiri. Hal ini
dikemukakan oleh Tilaar (2010) seorang pakar pendidikan nasional. Pendidikan
tidak terlepas dari keseluruhan hidup manusia didalam segala aspeknya. Untuk
menuju Indonesia yang cemerlang dihadapan dunia, dengan cirri khas budaya
Indonesia sendiri dan tidak mengadopsi budaya asing maka Indonesia akan
menemukan jati dirinya dihadapan dunia internasional. Perlu kiranya untuk belajar
dari keberhasilan atau kegagalan dalam dunia pendidikan nasional di masa lalu.
Pendidikan sebenarnya tidak terlepas dari politik. Pada kenyataanya
pendidikan juga tidak bisa menggantikan fungsi politik. Namun, tanpa pendidikan
tujuan-tujuan politik itu justru akan sulit dilaksanakan. Oleh karena itu, fungsi dan
peran pendidikan didalam suatu bangsa tidak terlepas dari kehidupan politik,
ekonomi, hukum, dan kebudayaan.
Pada masa pra-orde baru, pendidikan nasional diarahkan pada indoktrinasi
yang bertujuan untuk mencapai tujuan politik, misalnya pada usaha membangkitkan
nasionalisme, rasa persatuan bangsa, penggalangan kekuatan bangsa didalam
kehidupan perang dingin waktu itu. Sehingga dalam bidang kebudayaan sangat
menonjolkan nasionalisme yang justru mengarah pada nasioalisme yang sempit,
sehingga berpengaruh pada terbentuknya identitas bangsa yang berlebihan.
Pendidikan nasional dijadikan sebagai alat kekuasaan dalam mencapai tujuan politik
bukan kepada peningkatan kualitas. Pendidikan untuk perdamaian digantikan
dengan pendidikan yang berpihak kepada blok-blok dunia yang terpecah antara
kapitalisme dan komunisme.
Pada masa orde baru pendidikan berkembang sebagai sebuah alat
penyeragaman. Dalam bidang politik segala sesuatu diarahkan pada uniformitas
dalam berfikir maupun bertindak. Pada masa ini, ekonomi telah menjadi panglima
yang mengotrol segala tujuan politik. Stabilitas politik dan keamanan dikatakan
sebagai ajaran utama untuk mencapai perkembangan ekonomi yang tinggi.
Sebenarnya telah disadari dewasa ini, bahwa pendidikan pada masa itu tidak
diarahkan pada penigkatan kualitas tetapi pada target-target kuantitas, maka secara
otomatis pendidikan tidak memiliki daya saing global. Selanjunya pendidikan
nasional semakin jauh dari nuansa kebudayaan, terlebih lagi peran keluarga dan
masyarakat terlepas dari praksis pendidikan. Pada masa tersebut, pendidikan telah
mengingkari kebhinekaan hingga berlanjut dengan munculnya fenomena gerakan-
gerakan transnasional radikal.
Beberapa pakar nasionalis meyakini pancasila adalah alat yang mampu
menangkal segala jenis faham dan gerakan transnasional radikal. Tentu ketika
pancasila benar-benar dilaksanakan oleh seluruh warga Negara. Namun
keberadaan pancasila tidak spenuhnya menghampiri jiwa bangsa, bahkan ada yang
mengatakan sebagai mitos bangsa Indonesia. Sangat dilematis ketika berbicara
tentang integrasi bangsa yang bhineka tetapi tetap satu. Pada kenyataanya
kebhinekaan juga memperkuat alienasi atau sekat-sekat budaya bangsa Indonesia.
Diskrimiasi dan permusuhan antar identitas budaya pun mewarnai keadaan bangsa
Indonesia yang bhineka. Integritas yang dimaksud juga tidak menyentuh jiwa bangsa
Indonesia. Kebudayaan dan pengetahuan masyarakat terus berkembang seiring
perkembangan zaman, ini adalah sebuah dinamika dari kehidupan sosial.
Kebudayaan masyarakat Indonesia terus bergerak yang ditandai dengan mobilitas
tinggi. Gerakan transnasional radikal tidak berbeda dengan sebuah dinamika
kehidupan sosial yang mobile, kurangnya kontrol terhadap aktivitas sosial ini bisa
menjadi alasan lahirnya gerakan transnasional radikal. Untuk itu perlu sebuah sistem
yang mengontrol segala dinamika perubahan kehidupan sosial, seperti yang
diungkapkan oleh Aiko Kurosawa tentang mobilitas dan kontrol.
Pendidikan nasional tidak dapat dipisahkan dari usaha bangsa kita untuk
membangun suatu masyarakat Indonesia baru dengan berdasarkan kebudayaan
nasional. Melihat permasalahan yang dihadapi saat ini, yang diyakini dapat
mengancam itegritas bangsa, pendidikan nasional perlu dibangun dengan paradigm
baru sehingga mampu menangkal gerakan transnasional radikal. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kehidupan sosial masyarakat Indonesia terus mengalami mobilitas
seiring dengan berkembangnya kebudayaan. Pendidikan dapat menjadi kontrol
terhadap segala bentuk ancaman integritas bangsa. Untuk itu, disusun sebuah
paradigm baru dalam pendidikan nasional yang dapat menjadi solusi
penanggulangan gerakan transnasional radikal. Keberhasilan dan kegagalan masa
lalu menjadi sebuah pijakan dalam membangun paradigm baru pendidikan nasional
untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa yang terlelap dalam tidur panjang.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tilaar. H.A.R.. 2010. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta