Anda di halaman 1dari 11

MOBILITAS DAN KONTROL: STRATEGI PENANGGULANAGAN GERAKAN

TRANSNASIONAL RADIKAL MELALUI PENDIDIKAN NASIONAL

Prasetyo Adi Nugroho


ady_n25@yahoo.com

Abstrak
Gerakan transnasional radikal diyakini oleh beberapa pengamat sebagai
fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengancam integritas
dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Salah satu contoh Isu yang
mengemuka saat ini adalah gerakan yang memiliki tujuan mengganti dasar
Negara Indonesia dengan dasar Khilafah Islamiyah. Beberapa pakar
nasional menyakini pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar Negara
yang mampu menangkal segala jenis faham radikalisme. Namun, dewasa ini
pancasila hanya menjadi wacana yang bersifat doktrin bagi Indonesia dalam
melangsungkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Doktrin-doktrin
kenegaraan yang dilontarkan para pakar nasionalis jelas hanya sebuah
doktrin tanpa pemaknaan tanggung jawab sebagai warga Negara indonesia.
Fenomena tersebut tumbuh sebagai budaya yang membekukan cita-cita
kenegaraan. Perubahan kebudayaan yang tanpa didukung praksis
pendidikan akan menyebabkan reformasi kebudayaan menjadi sia-sia. Oleh
karena itu pendidikan nasional memegang peranan strategis dalam
membangun masyarakat Indonesia yang kuat dan bersatu dalam
kenyataannya yang bhinneka.

Abstract
Gerakan transnasional radikal diyakini oleh beberapa pengamat sebagai
fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengancam integritas
dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Salah satu contoh Isu yang
mengemuka saat ini adalah gerakan yang memiliki tujuan mengganti dasar
Negara Indonesia dengan dasar Khilafah Islamiyah. Beberapa pakar
nasional menyakini pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar Negara
yang mampu menangkal segala jenis faham radikalisme. Namun, dewasa ini
pancasila hanya menjadi wacana yang bersifat doktrin bagi Indonesia dalam
melangsungkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Doktrin-doktrin
kenegaraan yang dilontarkan para pakar nasionalis jelas hanya sebuah
doktrin tanpa pemaknaan tanggung jawab sebagai warga Negara indonesia.
Fenomena tersebut tumbuh sebagai budaya yang membekukan cita-cita
kenegaraan. Perubahan kebudayaan yang tanpa didukung praksis
pendidikan akan menyebabkan reformasi kebudayaan menjadi sia-sia. Oleh
karena itu pendidikan nasional memegang peranan strategis dalam
membangun masyarakat Indonesia yang kuat dan bersatu dalam
kenyataannya yang bhinneka.
PENDAHULUAN
Artikel ini berusaha memaparkan sebuah strategi yang bersifat reformatif
terhadap sistem pendidikan nasional, sebagai sebuah usaha kreatif untuk
menanggulangi fenomena yang terjadi dewasa ini mengenai munculnya gerakan-
gerakan transnasional radikal. Beberapa pakar nasionalis mengkhawatirkan akan
terancamnya integrasi bangsa, dalam hal ini adalah bangsa Indonesia. Gerakan
transnasional merupakan salah satu fenomena dinamika perubahan kehidupan
sosial, yang secara alamiah muncul karena didorong oleh faktor-faktor tertentu
dalam kehidupan sosial. Fenomena yang berdampak positif maupun negatif tidak
serta-merta muncul begitu saja ditengah peradapan manusia yang semakin
mutakhir. Sebagai sebuah kebudayaan yang tercipta dari kecanggihan pola berfikir
manusia pada milinium ketiga ini. Pendidikan dan kebudayaan ternyata mempunyai
hubungan yang saling terkait. Tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan dan begitu
pula tidak ada praksis pendidikan yang vakum melainkan selalu berada dalam
lingkup kebudayaan yang konkret.
Bertolak pada sebuah fenomena munculnya gerakan-gerakan transnasional
radikal, tidak dipungkiri adalah akibat dari perkembangan budaya modern yang
mutakhir. Pada abad 21 ini, gerakan tersebut menjadi sebuah tantangan yang
bergejolak diantara Negara-negara dunia. Fenomena tersebut semakin menguat dan
membentuk sebuah realitas baru dalam kehidupan sosial-agama yang
terekspresikan dalam bentuk religious extremism. Sebenarnya aktivitas ini cukup
identik dengan usaha-usaha peradaban Islam masa lalu yang giat berperang
memperluas ajaran dan kekuasaan. Hal yang membedakan terletak pada sikap
toleran-nya. Sebagai contoh pada kepemimpinan khalifah masa lalu ketika sultan
Muhamad Al Fath sudah berhasil mengusai konstantinopel, beliau membiarkan
gereja-geraja didalam kota tetap berfungsi sebagaimna mestinya dan kehidupan
didalamnya dijaga tetap harmonis. Seiring berkembangya kebudayaan manusia,
aktivitas tersebut bertransformasi pada sebuah gerakan yang anti toleran dan
bernuansa radikal.
Tidak dapat disangkal bahwa budaya modern yang melahirkan adanya
fenomena gerakan transnasional. Sebuah patologi yang diciptakan telah membentuk
alienasi-alienasi diantara elemen kehidupan manusia sebagai produk modernism.
Sumbangan mutakhir budaya modern diantaranya adalah alienasi, diskriminasi,
rasisme, pengangguran, pembedaan terhadap kaya dan miskin, materialisme,
konsumerisme, perang dunia, ancaman nuklir, hegemoni budaya serta ekonomi.
Pelebelan pada objek sosial tertentu menimbulkan diskriminasi diantara aktivitas
sosial individual, sehingga bukan mustahil apabila gerakan transnasional radikal
tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu produk dari budaya modern.
Mempertegas pernyataan bahwa kebudayaan dan pendidikan merupakan
konsep cipta-an manusia yang memiliki hubungan saling terkait. Dalam
perkembangannya budaya menciptakan pendidikan dan pendidikan
mengembangkan budaya, sebuah lingkaran pola berfikir manusia yang berjalan
menuju kemutakhiran. Alur yang menimbulkan gerakan transnasional radikal ini bisa
diamati dari adanya patologi-patologi pada dunia modern sehingga menciptakan
diskriminasi diantara elemen masyarakat, akhirnya budaya modern tersebut
bermuara pada gerakan perlawanan seperti halnya Gerakan Papua Merdeka dan
Republik Maluku Selatan. Pengaruh pendidikan terlihat pada munculnya patologi
yang diciptakan budaya modern, yang merupakan produksi dari dunia pendidikan.
Bisa diamati pula dewasa ini timbul berbagai alienasi-alienasi yang diskriminatif.
Refleksi dunia pendidikan nasional dimasa lalu, digambarkan dengan
keadaan krisis yang melanda dunia politik, ekonomi, hukum, kebudayaan dan juga
bidang pendidikan merupakan refleksi dari krisis pendidikan itu sendiri. Hal ini
dikemukakan oleh Tilaar (2010) seorang pakar pendidikan nasional. Pendidikan
tidak terlepas dari keseluruhan hidup manusia didalam segala aspeknya. Untuk
menuju Indonesia yang cemerlang dihadapan dunia, dengan cirri khas budaya
Indonesia sendiri dan tidak mengadopsi budaya asing maka Indonesia akan
menemukan jati dirinya dihadapan dunia internasional. Perlu kiranya untuk belajar
dari keberhasilan atau kegagalan dalam dunia pendidikan nasional di masa lalu.
Pendidikan sebenarnya tidak terlepas dari politik. Pada kenyataanya
pendidikan juga tidak bisa menggantikan fungsi politik. Namun, tanpa pendidikan
tujuan-tujuan politik itu justru akan sulit dilaksanakan. Oleh karena itu, fungsi dan
peran pendidikan didalam suatu bangsa tidak terlepas dari kehidupan politik,
ekonomi, hukum, dan kebudayaan.
Pada masa pra-orde baru, pendidikan nasional diarahkan pada indoktrinasi
yang bertujuan untuk mencapai tujuan politik, misalnya pada usaha membangkitkan
nasionalisme, rasa persatuan bangsa, penggalangan kekuatan bangsa didalam
kehidupan perang dingin waktu itu. Sehingga dalam bidang kebudayaan sangat
menonjolkan nasionalisme yang justru mengarah pada nasioalisme yang sempit,
sehingga berpengaruh pada terbentuknya identitas bangsa yang berlebihan.
Pendidikan nasional dijadikan sebagai alat kekuasaan dalam mencapai tujuan politik
bukan kepada peningkatan kualitas. Pendidikan untuk perdamaian digantikan
dengan pendidikan yang berpihak kepada blok-blok dunia yang terpecah antara
kapitalisme dan komunisme.
Pada masa orde baru pendidikan berkembang sebagai sebuah alat
penyeragaman. Dalam bidang politik segala sesuatu diarahkan pada uniformitas
dalam berfikir maupun bertindak. Pada masa ini, ekonomi telah menjadi panglima
yang mengotrol segala tujuan politik. Stabilitas politik dan keamanan dikatakan
sebagai ajaran utama untuk mencapai perkembangan ekonomi yang tinggi.
Sebenarnya telah disadari dewasa ini, bahwa pendidikan pada masa itu tidak
diarahkan pada penigkatan kualitas tetapi pada target-target kuantitas, maka secara
otomatis pendidikan tidak memiliki daya saing global. Selanjunya pendidikan
nasional semakin jauh dari nuansa kebudayaan, terlebih lagi peran keluarga dan
masyarakat terlepas dari praksis pendidikan. Pada masa tersebut, pendidikan telah
mengingkari kebhinekaan hingga berlanjut dengan munculnya fenomena gerakan-
gerakan transnasional radikal.
Beberapa pakar nasionalis meyakini pancasila adalah alat yang mampu
menangkal segala jenis faham dan gerakan transnasional radikal. Tentu ketika
pancasila benar-benar dilaksanakan oleh seluruh warga Negara. Namun
keberadaan pancasila tidak spenuhnya menghampiri jiwa bangsa, bahkan ada yang
mengatakan sebagai mitos bangsa Indonesia. Sangat dilematis ketika berbicara
tentang integrasi bangsa yang bhineka tetapi tetap satu. Pada kenyataanya
kebhinekaan juga memperkuat alienasi atau sekat-sekat budaya bangsa Indonesia.
Diskrimiasi dan permusuhan antar identitas budaya pun mewarnai keadaan bangsa
Indonesia yang bhineka. Integritas yang dimaksud juga tidak menyentuh jiwa bangsa
Indonesia. Kebudayaan dan pengetahuan masyarakat terus berkembang seiring
perkembangan zaman, ini adalah sebuah dinamika dari kehidupan sosial.
Kebudayaan masyarakat Indonesia terus bergerak yang ditandai dengan mobilitas
tinggi. Gerakan transnasional radikal tidak berbeda dengan sebuah dinamika
kehidupan sosial yang mobile, kurangnya kontrol terhadap aktivitas sosial ini bisa
menjadi alasan lahirnya gerakan transnasional radikal. Untuk itu perlu sebuah sistem
yang mengontrol segala dinamika perubahan kehidupan sosial, seperti yang
diungkapkan oleh Aiko Kurosawa tentang mobilitas dan kontrol.
Pendidikan nasional tidak dapat dipisahkan dari usaha bangsa kita untuk
membangun suatu masyarakat Indonesia baru dengan berdasarkan kebudayaan
nasional. Melihat permasalahan yang dihadapi saat ini, yang diyakini dapat
mengancam itegritas bangsa, pendidikan nasional perlu dibangun dengan paradigm
baru sehingga mampu menangkal gerakan transnasional radikal. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kehidupan sosial masyarakat Indonesia terus mengalami mobilitas
seiring dengan berkembangnya kebudayaan. Pendidikan dapat menjadi kontrol
terhadap segala bentuk ancaman integritas bangsa. Untuk itu, disusun sebuah
paradigm baru dalam pendidikan nasional yang dapat menjadi solusi
penanggulangan gerakan transnasional radikal. Keberhasilan dan kegagalan masa
lalu menjadi sebuah pijakan dalam membangun paradigm baru pendidikan nasional
untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa yang terlelap dalam tidur panjang.

Peran pendidikan nasional? Paradigm baru pendidikan nasional? Mobilitas dan


control?
PEMBAHASAN
Ilusi Negara Islam
Dewasa ini isu gerakan-gerakan transnasional radikal semakin menguat di
nusantara. Hal ini disebut oleh beberapa ahli sebagai paham fundamentalisme.
Kegagalan Negara dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan berupa tegaknya
keadilan sosial dan terciptanya kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat
menjadi alasan munculnya paham tersebut (Wahid, 2009: 9). Dalam studinya benih
gerakan transnasional radikal sudah hadir di Indonesia sejak tahun 1970-an.
Kemudian berkembang setelah orde baru berakhir. Fenomena ini diyakini buah dari
pahitnya pengalaman sejarah nusantara.
Fenomena tersebut mempunyai hubungan yang terkait pada gerakan islam
transnasional yang berasal dari timur tengah, wahabi, ikhwanul muslimin, dan hizbut
tahrir. Sebuah studi yang dilakukan mengenai hal ini ditemukan bahwa gerakan
tersebut memiliki tujuan untuk mengatur semua aspek kehidupan bangsa Indonesia,
dengan ideology totalitarian-sentralistik yang menjadikan agama sebagai justifikasi
teologis bagi ambisi politik (Wahid, 2009:223). Terdapat beberapa alasan yang
mendasari keterkaitan tersebut yaitu, (1) Adanya kesamaan ideologis diantara
kelompok-kelompok transnasional radikal yang berafiliasi dengan Wahabi, Ikhwanul
Muslimin dan Hizbut Tahrir; (2) wahabisasi global telah menjadi bisnis yang
menggiurkan sehingga banyak aktivitas telah memperoleh keuntungan finansial.
Integrasi antara ideology, dana, dan sistem dalam gerakan tersebut merupakan hal
yang membahayakan kehidupan keberagamaan bangsa juga kelestarian Pancasila
dan keutuhan NKRI.
Misi dari gerakan transnasional radikal telah diketahui banyak orang, yaitu
berusaha mengganti pancasila sebagai dasar Negara Indonesia dan mengubah
NKRI menjadi Negara Khilafah Islamiyah, terkadang juga menguat istilah tentang
Negara Islam Indonesia. Usaha penyadaran secara struktural telah dilakukan oleh
oganisasi Islam moderat yakni Muhamadiyah dan NU, keduanya telah mengambil
sikap tegas terhadap gerakan transnasional radikal karena kekhawatiran terhadap
ancaman kepada budaya dan tradisi kehidupan keberagamaan bangsa Indonesia,
pancasila dan keutuhan NKRI. Keduanya berusaha menyadarkan para elit dan
masyarakat bahwa gerakan tersebut berbahaya terhadap keutuhan NKRI.
Mengganti NKRI dengan Negara Islam dengan dasar Khilafah Islamiah
menjadi tujuan utama gerakan transnasional ini. Perbincangan peneliti dengan salah
satu anggota gerakan tersebut beberapa bulan silam mengatakan bahwa, sistem
pemerintahan di Indonesia merupakan sistem yang dibuat oleh manusia dan
manusia sangat dekat dengan kesalahan maka tidak heran apabila Negara
Indonesia harus mengahadapi masalah yang luar biasa, hal ini karena kesalahan
masnusia dan sistem yang dibuatnya. Oleh karena itu, khilafah islamiyah dengan
jalan kafah akan menuntun Indonesia pada perbaikan sistem dan kehidupan umat.
Sebuah gambaran Negara indonesia setelah berhasil diganti sistem kenegaraannya.
Haruskah cita-cita para pendiri bangsa dilupakan?
Demikian Negara Islam akan menekan jati diri bangsa Indonesia kedalam
sistem baru pemerintahan yang dianggab benar kerena berumber dari Tuhan.
Benarkah demikian? Hal ini hanya sebuah mimpi-mimpi politik kemlompok tertentu.
Diasumsikan seperti itu, tidak mengherankan dengan melihat kekayaan indonesia
begitu menarik perhatian seperti masa lalu. Cita-cita para pendiri bangsa adalah
sebuah kehormatan bagi generasi muda karena mewarisi keluhuran budi dan
hamparan nusantara. Membangun Indonesia dengan meneruskan cita-cita pendiri
bangsa adalah bentuk penghormatan kepada para pendiri bangsa dan jasa-jasa
yang telah mereka lakukan untuk Indonesia. Oleh karena itu disusunlah paradigm
baru pendidikan nasional yang akan memiliki pengaruh terhadap semua bidang
kehidupan, baik itu politik, ekonomi, hukum, budaya, ketahanan nasional.
Pendidikan akan membangun kembali Indonesia sehingga indonesia memperoleh
jatidirinya kembali dihadapan dunia internasional.

Beberapa Ide Tentang Sistem Pendidikan Nasional


Pada bagian ini akan dipaparkan berbagai ide tentang sistem pendidikan
nasional yang telah disusun untuk perbaikan Indonesia dimasa depan. Alasan
mengapa harus bidang pendidikan yang dibangun untuk membangun indonesia
masa depan telah ditegaskan oleh Tilaar (2010:2) pada bagian awal bukunya,
bahwa meskipun pendidikan tidak bisa menjalankan fungsi politik, ekonomi, hukum
dan kebudayaan, namun tanpa pendidikan tujuan-tujuan dari beberapa hal tersebut
akan sulit dilaksanakan. Dengan belajar dari kegagalan dan keberhasilan masa lalu,
akan ditemukan bangunan sistem pendidikan nasional yang sesuai dengan cita-cita
bangsa.
Sistem pendidikan demokratis, adalah sebuah ide yang utarakan oleh
Mulyadi dengan harapan sistem ini akan menjadi sebuah sistem pedidikan nasional
dimasa depan. Dengan menggunakan sistem pendidikan demokrasi, Mulyadi
berharap dapat menghasilkan produk pendidikan yang mempunyai pegaruh dalam
kehidupan sosial dan dapat terlibat dalam pengambilan keputusan (Mulyadi, _____:
44). Bagaimanapun, keadaan realitas saat ini tidak seperti itu. Mulyadi ,mengkritik
sistem pendidikan yang digunakan sekarang merupakan sistem pendidikan yang
doominatif. Berikut ide Mulyadi terhadap sistem pendidikan nasional.

“… to develop the democratic education, it is a must to do reformation and


reorientation to the system of education. It involves, at least, four aspect: 1)
change the system management of education from centralistic to
decentralization; 2) change the curriculum of education from theoretic
oriented to problem oriented; how the teacher deliver subject of teaching from
the real problem faced by students with contructivis approach; 3) considering
students as subject, not only as object; 4) teacher does not dominate, but
plays as facilitator and motivator (Mulyadi,____:44).
Melihat penjelasan dari Mulyadi diatas, dapat disadari bahwa sistem
pedidikan seperti diatas sedang on going di Indonesia saat ini. Kurikulum 2013
adalah sistem pendidikan yang sangat sesuai dengan ide Mulyadi. Sebuah sistem
pendidikan yang mengedepankan proses, selain itu pembelajaran disajikan dengan
konsep lokal dan berbagai isu maupan permasalahan yang ada didalamnya. Namun,
dalam studi yang pernah penulis lakukan, ternyata terdapat kesejangan dalam
pelaksanaan kurikulum 2013. Kesenjangan ini terletak pada curriculum in document
dan curriculum in action. Singkatnya, perlu sebuah pengawasan terhadap
pelaksanaan kurikulum 2013 guna mencapai tujuan pendidikan yang telah dijelaskan
dalam curriculum in document.
Keadaan sistem pendidikan nasional telah diteropong oleh Nurhilal dengan
menggunakan paradigm kritis terhadap pendidikan yang sedang diimplementasikan
saat ini. Nurhilal menemukan bahwa pendidikan saat ini justru mengarah pada
kapitalisme, sehingga biaya pendidikan melambung tinggi dan menyebabkan tidak
terpenuhinya hak setiap warga Negara untuk memperoleh pendidikan. Problema ini
bermuara pada kurangnya akses pendidikan bagi rakyat miskin. Hal ini seperti
diungkapkan oleh Tilaar (2010:1) bahwa krisis masyarakat merupakan refleksi dari
krisis pendidikan. Tidak mengherankan apabila keadaan masyarakat dari berbagai
segi kehidupan ternyata belum memenuhi standart kesejahteraan, juga terdapat
hubungan yang saling mengait dengan pendidikan. Artikel yang dipaparkan oleh
Nurhilal menjadi bukti bahwa pendidikan nasional memiliki problema yang perlu
mendapat penanganan serius dari berbagai pihak.
Pada sisi yang berbeda, Sanaky mengungkapkan ide nya dalam bidang
pendidikan pendidikan Islam. Ia membangun paradigm baru dalam pendidikan Islam
dengan tujuan untuk menghadapi proses globalisasi dan menata kehidupan
masyarakat madani Indonesia yang demokratis, relegius, dan tangguh menghadapi
lingkungan global (Sanaky, _____:2). Sanaky terfokus pada upaya membangun
paradigm baru pendidikan islam yang berorientasi pada masa depan, merintis
kemajuan, berjiwa demokratis, bersifat desentralistik. Hal ini didasari oleh beberapa
faktor yaitu, 1) konsep dan praktek pendidikan Islam dirasakan terlalu sempit; 2)
Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang dimiliki sekarang ini, belum atau kurang
mampu memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menghadapi tantangan dunia
modern dan tantangan masyarakat dan bangsa Indonesia disegala bidang. Intinya,
paradigm baru yang dibangun bermaksud menghilangkan atau tidak ada dikotomi
antara ilmu dan agama, serta ilmu tidak bebas nilai tetapi bebas dinilai. Selain itu,
mengajarkan agama dengan bahasa ilmu pengetahuan dan tidak hanya
mengajarkan sisi tradisional, melainkan juga sisi rasional (Sanaky, ____:5).
Sependapat dengan Sanaky, sebuah paradigm baru pendidikan Islam di
kemukakan oleh Hanafi (2009) sebagai upaya untuk menjawab tantangan global. Ia
menyumbangkan ide nya dalam membangun pendidikan indonesia dengan
mengembangkan paradigm pendidikan islam, dimana pendidikan harus
mengapresiasikan dimensi demokrasi, perbedaan individu, persamaan hak,
perbedaan dan keterlibatan masyarakat dalam mengambil keputusan terhadap
kebijaksanaan pendidikan. Seperti halnya ide-ide sebelumya, perumusan paradigm
baru yang diungkapkan tidak lain adalah sebagai bentuk kritik terhadap
implementasi pendidikan nasional saat ini.
Dimensi pendidikan menjadi penting kiranya untuk kemajuan bangsa
indonesia dimansa yang akan datang. Sebuah tanggung jawab telah dipersiapkan
untuk diberikan kepada generasi muda sekalipun mereka belum lahir. Selanjutnya
Kusdaryani (2012) juga mengutarakan ide tentang paradigm pendidikan di era
globalisasi. Ia merujuk pada pendapat Tilaar tentang paradigm pendidikan hingga
bermuara pada pendidikan karakter dan pendidikan kewirausahaan. Sebuah
paradigm yang menarik di ajukan oleh Kusdayanti, betapa tidak, pendidikan karakter
akan menampilkan identitas budaya masyarakat Indonesia. Sehingga menampilkan
jati diri bangsa indonesia sesungguhnya, ini akan menarik jika dihadapkan pada
dunia internasional. Selanjutnya adalah pendidikan kewirausaan, sangat menarik ide
yang diuatarakan, dimana pada dimensi ini manusia indonesia dipersiapkan untuk
menghadapi tantangan global. Apalagi dalam waktu dekat akan diberlakukan
sebuah komunitas regional yaitu AFTA, sebuah ide yang menarik untuk menjadi
pertimbangan.
Beberapa artikel menyumbangkan berbagai ide menarik tentang perubahan
pendidikan nasional. Tetap pada topik yang sama yaitu pendidikan nasional, Sa’ud
berusaha mereformasi bidang pendidikan nasional melalui artikelnya. Ia
menjelaskan sebuah konsep yang diberi nama Management Berbasis Sekolah dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. merupakan sistem pengelolaan sekolah yang
menjadikan lembaga sekolah sebagai institusi yang memiliki otonomi luas dengan
segala tanggungjawabnya untuk mengembangkan dan melaksanakan visi, misi, dan
tujuan-tujuan yang disepakati. Sekolah memiliki kewenangan luas untuk
menetapkan berbagai kebijakan teknis operasional sekolah dengan berbagai
implikasinya sesuai dengan kebutuhan aktual siswa atau masyarakat (Su’ud, ___:4).
Sedangkan Kurikulum berbasis kompetensi mengembangkan kompetensi peserta
didik secara keseluruhan. Kompetensi ini terdiri atas kemampuan akademik,
keterampilan hidup, pengembangan moral, pembentukan karakter yang kuat,
kebiasaan sehat, semangat bekerjasama, dan apresiasi estetika terhadap dunia
sekitarnya (Su’ud, ___:5).
Berbagai pihak telah memebrikan sumbangan inovatif dalam upaya
mengambangkan pendidikan nasional kearah yang lebih signifikan. Perlu
pembangunan kerjasama antara berbagai pihak guna mengimplementasikan ide dari
para nasionalis pendidikan tersebut. Satu lagi dari Rajagukguk (2009) berupaya
menungkatkan mutu pendidikan nasional dengan menadayagunakan berbagai
sumber daya, pendidikan nasional diarahkan untuk mencetak produk pendidikan
yang kompeten untuk menjawab persaingan yang ketat didunia kerja.
Berbagai ide inovatif tentang upaya perbaikan mutu pendidikan nasional
telah dipaparkan. Namun untuk menghadapi permasalahan yang muncul dewasa ini
tentang adanya gerakan transnasional radikal yang dikhawatirkan akan mengancam
integrasi bangsa. Problema ini perlu adanya sebuah penanganan serius dari
berbagai pihak, sebuah penanganan nyata yang mampu menangkal berbagai
ancaman ketahanan nasional dan tetap mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Telah
berulang kali diungkapkan mengenai hubungan yang saling mengait antara
pendidikan dan segala aspek kemasyarakatan. Oleh karena itu, sebuah paradigm
baru pendidikan nasional disusun untuk menanggulangi gerakan transnasional.
Dengan belajar dari keberhasilan dan kegagalan pendidikan masa lalu,
pembangunan paradigm baru pendidikan nasional ini akan sangat memberikan
hubungan yang terkait antara pendidikan, politik, hukum, ekonomi, dan kebudayaan
pada umumnya. Tidak dipungkiri bahwa pendidikan itu sendiri tidak bisa
melaksanakan fungsi dari masing-masing dimensi tersebut, namun tanpa pendidikan
semua tujuan tersebut akan sangat sulit dilaksanakan.
Strategi Penanggulanagan Gerakan Transnasional Radikal
Upaya menanggulangi gerakan transnasional yang dikhawatirkan akan
mengancam integrasi bangsa akan sangat diperlukan guna menjamin terwujudnya
cita-cita bangsa dalam budaya nya yang bhineka. Apabila gerakan tersebut
merupakan buah dari budaya masyarakat global tentu upaya penanggulangan ini
akan diarahkan pada sebuah paradigm pendidikan dan ikut serta dari berbagai pihak
dalam melaksanakannya.

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tilaar. H.A.R.. 2010. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai