PENDAHULUAN
Latar Belakang
Faringitis akut merupakan penyakit yang umum terjadi di
seluruh dunia, baik di Indonesia maupun di negara lainnya. Di
Indonesia umumnya terjadi pada saat musim pancaroba dan musim
hujan. Dimusim pancaroba suhu udara dan temperatur sering berubah-ubah,
sehingga berpengaruh pada kondisi tubuh, karena tubuh otomatis akan berusaha
menyesuaikan dengan temperatur sekitar. Saat itu pula imunitas berkurang,
sehingga menyebabkan orang jatuh sakit. Faringitis akut memberikan konstribusi
40 juta kunjungan penderita berobat ke tenaga kesehatan tiap tahunnya (Adam,
1997). Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 infeksi saluran
nafas atas (termasuk faringitis akut) tiap tahunnya. Faringitis akut dapat terjadi
pada semua golongan usia dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, akan tetapi
frekuensi yang lebih sering diderita oleh anak-anak (Kazzi A.A, 2005).
Faringitis akut adalah infeksi akut mukosa dan struktur limfe faring yang
disebabkan oleh berbagai bakteri dan faktor pendukung seperti adanya rangsangan
oleh asap, uap dan zat kimia. Faringitis akut merupakan penyakit menular yang
dapat ditularkan melalui percikan saliva. Gambaran klinis faringitis akut
yaitu dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna lebih
merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan
(Simon, 2005).
Penyakit ini harus segera ditangani karena apabila dibiarkan berlarut-larut
dapat menyebabkan komplikasi seperti otitis media akut, rinitis, sinusitis,
laringitis, bronkitis, dan pneumonia. Pada pasien yang menderita faringitis akut
gejalanya berjalan perlahan dan tidak berat, sehingga orang berpikir bahwa gejala
awal tersebut yakni batuk, pilek, dan suara parau adalah suatu penyakit biasa.
Padahal tanpa mereka sadari apabila hal tersebut dibiarkan terus menerus akan
menyebabkan penyakit lain dengan risiko yang lebih besar (Smith TD dkk,
1989).
Selain itu dewasa ini muncul permasalahan yang lebih kompleks yakni
harga obat-obatan yang semakin tinggi dan pendistribusian obat yang tidak
mampu menjangkau daerah-daerah terpencil, sehingga menyulitkan masyarakat
yang tinggal didaerah pedesaan dan bagi masyarakat ekonomi lemah. Oleh karena
itu diperlukan suatu alternatif pengobatan dengan memanfaatkan kekayaan alam
indonesia, salah satunya adalah tanaman gambir (Uncaria gambir roxb).
Penggunaan bahan alam memiliki kelebihan karena efek terapeutik dari bahan
alam bersifat konstruktif, efek samping yang ditimbulkan sangat kecil, sehingga
bahan alami relatif aman daripada bahan kimiawi (Hembing, 1998). Tanaman ini
memiliki berbagai macam potensi yang belum banyak dikenal oleh masyarakat
umum. Gambir dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi yaitu
sebagai obat untuk meredakan infeksi faringitis akut (Maheswari, 2002).
Didalam tanaman gambir terkandung senyawa flavonoid yang berkhasiat
sebagai antibiotik yang mampu membentuk kompleks dengan protein larut,
protein ekstraseluler serta dengan dinding sel bakteri pada tenggorokan sehingga
berfungsi sebagai antibakteri (Cowan, 1999). Berlatar belakang hal tersebutlah
mendorong penulis membuat suatu gagasan alternatif pengobatan, yaitu dengan
memanfaatkan tanaman gambir untuk produksi permen gambir jahe.
2
Tujuan
1. Untuk mengetahui kegunaan flavonoid yang terdapat pada tanaman gambir
(Uncaria Gambir Roxb).
2. Untuk mengetahui cara pengujian sifat antibakteri ekstrak flavonoid tanaman
gambir (Uncaria Gambir Roxb).
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja antibakteri flavonoid sebagai pereda rasa
nyeri pada faringitis akut.
4. Untuk mengetahui cara pengolahan tanaman gambir (Uncaria gambir roxb)
dalam produksi permen gambir jahe pereda infeksi faringitis akut.
5. Untuk mengetahui dosis yang dianjurkan dalam pengkonsumsian permen
gambir jahe.
Manfaat
Manfaat dari gagasan tertulis ini adalah :
1. Sebagai dasar teori untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
pemanfaatan tanaman herbal khususnya Uncaria gambir roxb, dengan
mengolah tanaman gambir menjadi permen gambir jahe untuk meredakan
infeksi faringitis akut.
2. Sebagai dasar teori untuk memberikan informasi bagi kalangan perindustrian
obat tentang kemampuan flavonoid pada tanaman gambir sebagai obat
alternatif untuk meredakan infeksi faringitis akut.
3. Membuka kesempatan untuk diadakannya penelitian mengenai mekanisme
flavonoid yang lebih jelas dan terbukti pada Uncaria gambir roxb, dalam
meredakan infeksi faringitis akut.
GAGASAN
Faringitis Akut
Definisi
Faringitis akut adalah infeksi akut mukosa dan struktur limfe pada faring
yang biasanya disertai rhinitis akut. Faringitis akut dapat mengakibatkan rasa sakit
pada tenggorokan, perasaan tidak nyaman saat menelan, nyeri atau rasa gatal
pada tenggorokan (Nizar NW dkk, 2000).
Selain itu faringitis juga disebabkan oleh beberapa faktor lain yaitu
a) Batuk dan pilek, dimana batuk dan lendir (ingus) dapat membuat iritasi
pada tenggorokan.
3
b
b) Alerggi, alergi daapat menyebabkan iritasii tenggorokaan ringan yaang bersifat
kronis (menetap)).
c
c) Merookok
( Maansjoer, 19999)
Gejala-Gejaala
G
Tandda dan gejaala faringitiss akut adallah membraan mukosa dan tonsil
b
bewarna kemmerahan, sellain itu terjaddi demam, sakit
s tenggorrokan, serak dan batuk.
G
Gejala lainnnya adalah terjadi pem mbesaran keelenjar getahh bening dileher
d dan
p
peningkatann jumlah sell darah putiih. Baik pada infeksi vvirus maupuun bakteri,
g
gejalanya saama yaitu nyeri
n tenggorrokan dan nyeri
n saat menelan.
m Selaaput lendir
y
yang melap pisi faring mengalami
m peradangan dan tertutuup oleh sellaput yang
b
bewarna kepputihan atau mengeluarkkan nanah (M Mansjoer, 1999).
Patofisiolog
P gi
Kum man menginffiltrasi lapisaan epitel, keemudian billa epitel terkkikis maka
j
jaringan limmfoid superrfisial bereaaksi, terjadii pembenduungan radan ng dengan
i
infiltrasi leuukosit polim
morfonukleaar. Pada sttadium awaal terdapat hiperemia,
e
edema, dan sekresi yaang meningkkat. Eksudatt mula-mulaa serosa tappi menjadi
m
menebal ataau berbentukk mukus, keemudian cennderung mennjadi kering dan dapat
m
melekat padda dinding faaring. Dengaan hyperemiia, pembuluhh darah dind ding faring
m
menjadi meelebar. Bentuuk sumbatann yang bew warna putih, kuning ataau abu-abu
t
terdapat padda folikel attau jaringan limfoid. Taampak bahw wa folikel attau bercak-
b
bercak padaa dinding faring
f posterior, atau terletak
t lebiih ke lateraal, menjadi
m
meradang daan membenggkak (Kazzi A.A, 2005)..
Terapi
T
T
Terapi Meddis yang ada saat ini antaara lain :
1. Untuk mengurang gi nyeri teenggorokan diberikan obat pereda nyeri
(analgesstik), obat hisap atau beerkumur denngan larutan garam hanggat. Aspirin
tidak booleh diberikan pada anaak-anak dann remaja yanng berusia dibawah
d 18
tahun kaarena bisa menyebabkan
m n sindrom Reeye (Eugen dkk,
d 1993)
2 Jika peenyebabnya adalah bakkteri, diberik
2. kan antibiootik. Untuk mengatasi
infeksi dan menccegah kom mplikasi (m misalnya deemam remaatik), jika
penyebaabnya strepttokokus, dibberikan tableet penicilin oral (200.00 00-250.000
unit pennisilin G,3-44 kali sehari,, selama 10 hari). Pemberian obat in
ni biasanya
akan menghasilkan
m n respon klinnis yang ceepat dengan terjadinya penurunan
suhu baadan dalam waktu 24 jjam. Jika penderita meemiliki alerg gi terhadap
4
T
Tanaman Gambir
G (Uncaria Gambbir Roxb)
T
Taksonomi
Kerajaan Plantae
Devisi Angiosperrms
Sub Divisi Eudicots
Kelas Asterids
Ordo Gentianalees
Familia Rubiaceaee
Genus Uncaria
Spesies Uncaria gaambir Roxb Ga
Gambar 2. Tanaman (U
Gammbir (Uncariia gambir
(
(Risfaheri ett al,1993 ) roxb) ((Risfahari et
e al, 1993)
Persebaran
P
Tanaaman gamb bir (Uncariaa Gambir Roxb)
R biasa tumbuh di hutan dan
t
tempat-temppat lainnya yang
y bertanaah agak mirring dan cukkup mendapaatkan sinar
m
matahari serrta curah hu
ujan merata setiap tahunn. Biasanya tumbuh di ketinggian
a
antara 200 m - 900 m did atas permuukaan laut. Tanaman
T inii kebanyakann berada di
d
daerah Kalim
mantan dan Sumatra
S (Risfaheri, 1993).
Morfologi
M
Gammbir adalah tumbuhan
t peerdu setengaah merambaat dengan peercabangan
m
memanjang, , daun berbentuk oval deengan ujung meruncing, permukaan daun tidak
b
berbulu, tanngkai daun pendek, buunganya terssusun majem muk dengan n mahkota
b
bewarna merah
m muda atau hijauu, kelopak bunga penndek, mahkkota bunga
b
berbentuk coorong (seperrti bunga koppi), benang sari
s lima, daan buah beru upa kapsula
d
dengan dua ruang. Buah hnya berbenttuk bulat sep perti telur, dengan
d panjaang kurang
l
lebih 1,5 cmm dan bewarrna hitam. B Bagian gambbir yang dippanen adalahh daun dan
r
ranting yangg selanjutnyaa diolah untuuk menghasilkan ekstrakk gambir yaang bernilai
e
ekonomis (H
Hayani, 20077).
Flavonoid
Definisi
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar. Senyawa-
senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagian zat bewarna
kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan (Arifin A.S, 1986).
Struktur Flavonoid
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3)
sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan
tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau flavonoid, 1,2-diarilpropan atau
isofalvonoid, dan 1,1-diarilpropan atau neoflavonoid (Arifin A.S, 1986).
Kegunaan Flavonoid
Antioksidan alami terdapat dalam bagian daun, buah, akar, batang dan biji
dari tumbuh-tumbuhan obat. Bagian tersebut mengandung senyawa fenol dan
polifenol. Polifenol dan turunannya telah lama dikenal memiliki aktivitas
antibakteri, antimelanogenesis, antioksidan dan antimutagen. Senyawa flavonoid
yang merupakan salah satu golongan dari polifenol sampai saat ini belum
dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan senyawa flavonoid tidak stabil
terhadap perubahan pengaruh oksidasi, cahaya, dan perubahan kimia, Senyawa
flavanoid yang umumnya bersifat antioksidan dan banyak yang digunakan sebagai
salah satu komponen bahan baku obat-obatan untuk mengatasi serangan penyakit
(sebagai antimikroba atau antibakteri) dan alat pertahanan (antivirus) (Arifin A.S,
1986).
Hasil Uji
Sifat antibakteri dinyatakan dalam Diameter Daya Hambat (DDH).
Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri diperoleh hasil bahwa hanya larutan uji
dengan konsentrasi ekstrak serbuk gambir 6% dan 3% yang memiliki aktivitas
antibakteri, karena konsentrasi 6% dan 3% memiliki diameter hambat sebesar 20
mm dan 10 mm, daya hambat konsentrasi 6% dan 3% tergolong kuat untuk
menghambat pertumbuhan bakteri streptococcus. Alasan dipilihnya pelarut air dan
etanol adalah karena lebih aman untuk bahan pangan dan toksisitasnya lebih
rendah. Penggunaan campuran pelarut air:etanol 1:1 memberikan kelarutan yang
6
lebih besar karena memiliki indeks polaritas yang lebih tinggi (Pambayun dkk,
2007).
Melihat kemampuan ekstrak flavonoid gambir dalam menghambat
pertumbuhan bakteri streptococcus grup A penyebab faringitis akut, maka tepat
kiranya jika tanaman ini dimanfaatkan untuk pembuatan permen gambir jahe
dalam meredakan infeksi faringitis akut.
Strategi Implementasi
Teknik Implementasi Produksi Permen Gambir Jahe
Keunggulan yang dimiliki oleh tanaman gambir sangatlah banyak, hal ini
lah yang memberikan suatu gagasan untuk membuat inovasi. Inovasi alternatif
yang akan kami gagas adalah pemanfaatan ekstrak tanaman gambir dalam
produksi permen gambir jahe. Inovasi alternatif tersebut diharapkan mampu
memberikan solusi terhadap permasalahan bagi penderita faringitis akut di
Indonesia.
Untuk pembuatan permen gambir jahe bahan utama yang digunakan
adalah hasil olahan gambir yang telah diekstrak kemudian disedimentasikan dan
dicetak. Didalam gambir terdapat senyawa flavonoid yang berkhasiat sebagai
antibiotik dan mampu mengobati infeksi maupun peradangan yang terjadi pada
tenggorokan serta membunuh bakteri (Cowan,1999). Selain itu terdapat juga jahe
yang mengandungan zat zingeron sebagai komponen pemberi rasa pedas dan
zingiberol yang dapat memberi rasa hangat serta minyak atsiri yang mampu
memberi rangsangan terhadap aktivitas biologis dan fisiologis tertentu seperti
mencegah mual dan menambah nafsu makan (Widiyanti, 2009). Permen gambir
jahe ini dibuat berdasarkan resep tradisional pembuatan permen jahe yang telah
banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
7
Gambir
G olahaan (Sebelum Memasuukkan tepung tapioka
dikeembangkan menjadi
m permeen) yangg telah dilaruttkan
Gambar 4.
4 Proses pem
mbuatan peermen Gambir Jahe:
K
Kandungan Permen Gam
mbir Jahe
Kuuersetin Antibbiotik
Kaatekin Antiokksidan
G
Gambir Melinduungi sel
Zatt samak
Flavvonoid Antibaakteri
Permen Zin
ngiberol Pemberi raasa hangat
Jahe
Gambir Zin
ngeron Pemberi rasa
r pedas
Jahe
Gulla merah
Gllukosa Penghasiil energi
Guula pasir
Prrotein Penghasiil energi
Tepung
T
taapioka Karbbohidrat Zat pem
mbangun
Gambar 5.
5 Bagan Kaandungan Permen Gam
mbir Jahe
D
Dosis Pengkkonsumsian Permen
P Gammbir Jahe
Bahaan utama gambir yangg digunakann dalam prooses produkksi permen
g
gambir jahee ini adalahh gambir hasil
h olahann yang telahh diekstrak kemudian
d
disedimenta sikan dan dicetak. D Dalam satuu kotak gaambir kerinng olahan
m
mengandung g ekstrak gam
mbir murni sekitar 8 graam (Gusminar, 2003). Berdasarkan
B
9
penelitian yang telah ada dosis 4-8 gram dalam satu kotak gambir jahe olahan ini
adalah dosis yang dianjurkan untuk pembuatan suatu produk obat (Hembing,
1998), sehingga kami menggunakan acuan ini dalam pembuatan permen gambir
jahe. Dalam sekali produksi permen gambir jahe kami hanya menggunakan 1
kotak olahan gambir. Hal itu dikarenakan apabila digunakan lebih dari 1 kotak
maka hasilnya akan mempengaruhi cita rasa permen yaitu menjadi getir dan pahit.
Dalam sekali pembuatan dapat dihasilkan 9 permen. Jika dalam 1 kotak gambir
olahan terkandung 8 gram ekstrak gambir murni maka tiap satu bungkus
setidaknya mengandung sekitar 0,8 gram ekstrak gambir murni.
Berat bersih atau netto tiap bungkus permen adalah 2,5 gram. Karena dosis
yang dianjurkan adalah 8 gram ekstrak gambir murni, maka agar kerja permen ini
dapat maksimal, penderita faringitis harus mengkonsumsi 9 permen setiap
harinya, dengan pengkonsumsian 3x3 (pagi 3 kali, siang 3 kali, dan malam 3 kali).
Mahasiswa
Mengajukan gagasan
Penelitian
Izin BPOM/DEPKES
Proses pengolahan
Pemerintah
KESIMPULAN
Teknik Implementasi
Pemanfaatan kandungan flavonoid ini dapat ditemukan pada tanaman
gambir (Uncaria gambir roxb) dan diimplementasikan dengan pembuatan permen
gambir jahe. Permen ini dibuat berdasarkan resep tradisional pembuatan permen
jahe yang telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jahe dipilih karena mampu
menyamarkan rasa pahit pada gambir karena kandungan flavonoid didalamnya.
Jahe mengandung zat zingeron sebagai komponen pemberi rasa pedas dan
zingiberol yang dapat memberi rasa hangat serta minyak atsiri yang mampu
memberi rangsangan terhadap aktivitas biologis dan fisiologis tertentu seperti
mencegah mual dan menambah nafsu makan (Widiyanti, 2009). Selain itu
permen jahe juga banyak disukai oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat
menikmati kegunaan gambir sebagai obat untuk meredakan infeksi faringitis akut
tanpa perlu bersusah payah membuat campuran sirih serta merasakan rasa gambir
yang pahit dan getir.
2. Sektor Perekonomian
Pengolahan tanaman gambir menjadi permen gambir jahe diharapkan
dapat terjun ke pasaran, sehingga dapat meningkatkan sektor
perekonomian masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, karena
dalam proses produksinya melibatkan masyarakat itu sendiri.
3. Sektor Sosial
Pemanfaatan tanaman gambir menjadi permen gambir jahe membutuhkan
jumlah yang cukup besar, sehingga apabila tidak ada kepedulian
masyarakat untuk membudidayakan tanaman ini maka dapat mengancam
kelestarian dari tanaman gambir. Oleh karena itu diperlukan kerja sama
yang baik antar komponen agar keseimbangan tetap terjaga.