Anda di halaman 1dari 48

Tatalaksana Perdarahan

Pasca Persalinan

dr. Andi Friadi, SpOG(K)


Perdarahan obstetri
o Antepartum  Perdarahan pervaginam antara usia
kehamilan 20 minggu hingga melahirkan.

 Postpartum  Perdarahan pasca persalinan.


 Definisi Tradisional
◦ Kehilangan darah > 500 mL pada persalinan pervaginam
◦ Kehilangan darah > 1000 mL pada seksio caesaria
 Definisi Fungsional
◦ Kehilangan darah yang potensial mengakibatkan ketidakstabilan
hemodinamik
Penanganan umum
 Selalu siapkan tindakan darurat
 Tatalaksana persalinan kala III secara aktif
 Lakukan penilaian cepat keadaan umum ibu meliputi
vital sign  Jika syok  segera atasi
 Kandung kemih dikosongkan
 Cari penyebab perdarahan
MANAJEMEN AKTIF KALA III
 Suntikan Oksitosin 10 IU

 Peregangan Tali Pusat Terkendali

 Masase Uterus
 TATALAKSANA - ABC ’s
◦ Bicara dan observasi pasien
◦ Jalur IV besar (No 16 gauge)
◦ Pemeriksaan Darah lengkap (DPL)
◦ Golongan darah dan Cross-matched
Masase fundus uteri
Segera sesudah plasenta lahir
(maksimal 15 detik)

Uterus kontraksi ? Ya Evaluasi rutin

Tidak

 Evaluasi / bersihkan bekuan


darah / selaput ketuban
 Kompresi Bimanual Interna
(KBI)  maks. 5 menit
 Pertahankan KBI selama 1-2 menit
Uterus kontraksi ? Ya  Keluarkan tangan secara hati-hati
 Lakukan pengawasan kala IV
Tidak

 Ajarkan keluarga melakukan Kompresi


Bimanual Eksterna (KBE)
 Keluarkan tangan (KBI) secara hati-hati
 Suntikan Methyl ergometrin 0,2 mg i.m
 Pasang infus RL + 20 IU Oksitosin, guyur
 Lakukan lagi KBI
Uterus kontraksi ? Ya Pengawasan kala
IV
Tidak

 Rujuk siapkan laparotomi


 Lanjutkan pemberian infus + 20 IU Oksitosin
minimal 500 cc/jam hingga mencapai tempat
rujukan
 Selama perjalanan dapat dilakukan Kompresi
Aorta Abdominalis atau Kompresi Bimanual
Eksternal

Ligasi arteri uterina dan/atau hipogastrika Perdarahan Pertahankan


B-Lynch method berhenti uterus

Perdarahan berlanjut

Histerektomi
 Tatalaksana - Nilai fundus uteri/kontraksi
◦ simultan dengan ABC
◦ Atonia merupakan penyebab utama Perdarahan
Post partum
◦ Jika lembek  masase bimanual
 terdapat laserasi  evakuasi bekuan darah dari vagina dan
servik
 membutuhkan eksplorasi manual pada saat ini
 Tatalaksana - Uterotonika Tambahan
◦ ergotamine – hati-hati pada hipertensi
 0.25 mg IM or IV
 Dosis maksimum 1.25 mg
◦ Misoprostol
◦ 400 ug pr
 Tatalaksana - Perdarahan dengan kontraksi
Uterus baik (keras)
◦ Eksplorasi traktus genitalia bawah
◦ dibutuhkan - analgesia yang sesuai
- eksposur yang baik dan lampu
◦ Perbaikan surgikal yang tepat
- dapat di tampon sementara – dengan
kasa)
 Tatalaksana - Perdarahan Uterus Berlanjut
◦ Kemungkinan koagulopati - PTT, waktu pembekuan, fibrinogen
◦ Bila koagulopati abnormal:
 koreksi dengan faktor pembekuan, platelets
◦ Bila koagulasi normal:
 siapkan Kamar Operasi
 singkirkan ruptura uteri, mungkin perlu reparasi
 pertimbangkan ligasi uteri/ hipogastrik , histerektomi
 Etiologi Perdarahan Postpartum (4T)
Tonus - Atoni uterus
Tissue - Retensio plasenta
Trauma - Laserasi, ruptur, inversi
Thrombin - Koagulopati
Atonia uteri
 Uterus tidak berkontraksi dan lembek,
perdarahan segera setelah anak lahir

 Faktor resiko
1. Uterus merenggang lebih dari kondisi normal
polihidramnion, gemelli
2. Persalinan lama
Penanganan
 Kenali dan tegakkan diagnosis kerja
 Pasang infus, berikan uterotonika, kompresi bimanual
 Pastikan plasenta lahir lengkap
 Pastikan tak ada laserasi jalan lahir
 Lakukan uji beku darah
Pada fasilitas pelayanan standar

 Kompresi bimanual eksternal


 Kompresi bimanual internal

Pada RS rujukan
 Ligasi arteri
 Histerektomi
RETENSIO PLASENTA
Apabila plasenta belum lahir ½ jam setelah janin
lahir
Etiologi :
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
- Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta
- Plasenta melekat erat pada dinding uterus
(akreta – perkreta)
2. Plasenta sudah lepas tapi belum dilahirkan
Penanganan :
1. Manual plasenta
2. Histerektomi (plasenta akreta)
Inversio Uteri
Reposisi Uterus yang inversi
Laserasi perineum :
Laserasi perineum tingkat I :
 Apabila hanya pada selaput lendir vagina
dengan atau tanpa mengenai kulit perineum.
Laserasi perineum tingkat II:
 Robekan mengenai selaput lendir vagina dan
otot perinei transversalis tetapi tidak
mengenai sfingter ani.
Laserasi perineum
Laserasi perineum tingkat III:
 Robekan mengenai seluruh perineum dan
otot sfingter ani.

Laserasi perineum tingkat IV:


 Robekan sampai ke mukosa rektum
PERLUKAAN PADA ALAT GENITAL
LASERASI PERINEUM
 Menjahitrobekan tingkat tiga harus
dilakukan dengan teliti, mula-mula dinding
depan rektum yang robek dijahit,
kemudian fasia perirektal ditutup dan
muskulus springter ani eksternus yang
robek dijahit.
Hematoma
Vulva
Fistula rektovagina
DIAGNOSIS

Anamnesis:
Inkontinensia feses/flatus dari vagina

Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi:
Dapat terlihat fistula jika besar

Inspekulo:

Melihat lokasi keluarnya feses dari ostium uteri/vagina.


Ruptur Uteri
 Ruptur uteri adalah robekan terbuka yang
menghubungkan uterus dengan rongga
abdomen.
Patofisiologi
 Persalinan tidak maju karena adanya hambatan,
misalnya panggul sempit. Sehingga segmen
bawah uterus makin lama makin diregangkan.
 Saat regangan terus bertambah melampaui
batas kekuatan miometrium ruptur uteri.
Klasifikasi
Ruptur uteri dengan parut bekas seksio,
 Ruptur uteri traumatik pada uterus tanpa
jaringan parut
 Ruptur uteri spontan pada uterus tanpa jaringan
parut.
 Ruptur uteri pada parut uterus  ruptur uteri
pada parut bekas seksio sesarea.
 Ruptur uteri traumatik  ruptur uteri yang
disebabkan oleh trauma  jatuh, kecelakaan
seperti tabrakan.
 Yang sering terjadi adalah kebiasaan yang dilakukan
oleh dukun akan memudahkan timbulnya ruptur uteri.

 Pada persalinan yang kurang lancar, dukun  tekanan


keras ke bawah terus menerus pada fundus uteri
menambah tekanan pada segmen bawah uterus yang
sudah regang  ruptur uteri.
Gejala
 Penderita kesakitan dan merasa seperti ada
yang robek dalam perutnya.
 Syok.
 Pucat dengan nadi cepat,
 Defans muskular dan janin lebih sukar diraba.
Penatalaksanaan
 Laparotomi segera.
 Keputusan histerektomi dilakukan dengan
melihat defek pada uterus.
Uterine Compression Sutures (B-
Lynch)
 1997, B-Lynch  surgical technique for severe
postpartum atony
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai