-tidak memaksa kan kehendak kpd orang lain saat mengadakan musyawarah
-menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan sehari-hari
-tidak main hakim sendiri dalam menyelesaikan masalah yg dihadapi
Pembuatan bumn
Dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa “fakir miskin dan anakanak
terlantar dipelihara oleh Negara”. Maka secara tidak langsung dapat
dikatakan bahwa semua orang miskin dan semua anak terlantar pada
prinsipnya dipelihara oleh Negara, tetapi pada kenyataannya yang ada di
lapangan bahwa tidak semua orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
Negara. Seseorang dapat dikatakan sebagai anak apabila ia masih berusia
dibawah 18 tahun dan belum terikat dengan suatu perkawinan, karena jika ia
belum berusia 18 tahun tetapi telah melakukan perkawinan maka ia dapat
dikatakan telah dewasa. Penanganan masalah anak merupakan masalah yang
harus dihadapi oleh semua pihak, bukan hanya orang tua atau keluarga saja,
tetapi juga setiap orang yang berada dekat anak tersebut harus dapat
membantu pertumbuhan anak dengan baik.
Mengenai anak terlantar banyak hal yang sebenarnya dapat diatasi seperti
adanya panti-panti yang khusus menangani masalah anak terlantar tetapi
karena kurangnya tenaga pelaksana dan minimnya dana yang diperoleh untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut maka kelihatannya panti-panti tadi
tidak berfungsi dengan baik. Tetapi sekarang semakin banyak yayasanyayasan
serta lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap anak
melakukan berbagai kegiatan seperti belajar bersama dengan menggunakan
fasilitas yang tersedia seperti perpustakaan keliling yang bertujuan untuk
menjadikan anak-anak terlantar menjadi orang yang berguna dan lebih baik
lagi.
DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................................
i
Kata
Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar
Isi ............................................................................................................ iii
1. Latar
Belakang ...................................................................................... 1
2. Rumusan
Masalah ................................................................................. 2
3. Tujuan
Penulisan ................................................................................... 2
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
UUD 1945 bukan hukum biasa melainkan hukum dasar yang merupakan
sumber hukum yang tertinggi, sehingga seluruh hukum yang berlaku tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945. UUD 1945 terbentuk melalui sejarah yang amat
panjang melalui pasang surutnya kejayaan bangsa dan masa-masa penderitaan
penjajahan, dan masa-masa perjuangan untuk merdeka, menentukan sendiri hidup
dan masa depannya.
UUD 1945 untuk pertama kalinya diberlakukan pada tanggal 18 Agustus 1945,
naskahnya pertama kali dimuat secara resmi dalam Berita Negara yaitu Berita
Republik Indonesia Tahun II Nomor 7 tanggal 15 Februari 1946.
1. Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini, Kami akan merumuskan masalah antara lain :
1. Apakah yang dimaksud dengan UUD 1945?
2. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal
kemerdekaan?
Tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul pelaksanaan dinamika UUD 1945
yaitu:
BAB II
PEMBAHASAN
Latar belakang terbentuknya UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk
memberikan kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari.Janji tinggalah
janji, setelah Jepang berhasil memukul mundur tentara Belanda, malah mereka
sendiri yang menindas kembali bangsa Indonesia, bahkan lebih sadis dari
sebelumnya.
Pembukaan UUD 1945 bersama – sama dengan pasal – pasal UUD 1945,
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan diundangkan dalam
Berita Republik Indonesia Tahun II NO.7.
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea, pada bagian alinea IV
memuat pernyataan mengenai keadaan setelah Negara Indonesia terbentuk dan
memiliki hubungan yang bersifat kausal dan organis dengan pasal – pasal UUD
1945.
Hubungan tersebut menyangkut beberapa hal, antara lain :
a. Undang – undang Dasar ditentukan akan ada
b. Yang diatur dalam UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan Negara
c. Negara Indonesia adalah bentuk Republik yang berkedaulatan Rakyat
d. Ditetapkannya Pancasila sebagai dasar falsafat Negara Indonesia
Hal – hal tersebut “ bersifat fundamental dan asasi bagi Negara Indonesia,
sehingga Pembukaan UUD 1945 berkedudukan tetap dan tidak dapat diubah “
Hal ini sesuai dengan ketetapan MPR / MPRS, yang menyatakan :
“ Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci
yang mengandung cita – cita luhur dari Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945 dan yang memuat Pancasila sebagai dasar Negara, merupakan satu
rangkaian dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan oleh karena itu
tidak dapat diubah oleh siapapun juga termasuk MPR hasil Pemilu, karena
merubah pembukaan UUD 1945 berarti sama halnya dengan pembubaran
Negara RI”.
a. Alinea Pertama
Adalah suatu pengakuan hak azasi kebebasan atau kemerdekaan semua
bangsa dari segala bentuk penjajahan dan penindasan oleh bangsa lain(dalil
obyektif),dan untuk mempertanggungjawabkan bahwasanya pernyataan
kemerdekaan adalah sesuatu yang sudah selayaknya,karena berdasar atas
hak kodrat yang sifatnya mutlak dari moral bangsa Indonesia untuk
merdeka (pernyataan subyektif).
b. Alinea Kedua
Adalah pengakuan hak azasi sosial yang berupa keadilan dan pengakuan
azasi ekonomi yang berupa kemakmuran dan kesejahteraan,sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia.
c. Alinea Ketiga
adalah hak kodrat yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa
kepada semua bangsa. Memiliki nilai religious.
d. Alinea Keempat
Adalah memuat tujuan Negara ,sebagai ketentuan pedoman dan
pegangan yang tetap serta praktis,yaitu dalam realisasi hidup bersama
dalam Negara Indonesia yang berdasar pada Pancasila. Kelanjutan
berdirinya NKRI.
3. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA (5 JULI 1959 –
11 MARET 1966).
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku
kembali di Negara Republik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara yuridis formal
sebagai hukum dasar tertulis yang berlaku di Indonesia namun realisasi
ketatanegaraan Indonesia tidak melaksanakan makna dari UUD 1945 itu sendiri.
Sejak itu mulai berkuasa kekuasaan Orde Lama yang secara ideologis banyak
dipengaruhi oleh paham komunisme. Hal ini nampak adanya berbagai macam
penyimpangan ideologis yang dituangkan dalam berbagai bidang kebijaksanaan
dalam negara.
Dikukuhkannya ideologi Nasakom, dipaksakannya doktrin Negara dalam
keadaan revolusi. Oleh karena revolusi adalah permanen maka Presiden sebagai
Kepala Negara yang sekaligus juga sebagai Pemimpin Besar Revolusi, diangkat
menjadi Pemimpin Besar Revolusi, sehingga Presiden masa jabatannya seumur
hidup.Penyimpangan ideologis maupun konstitusional ini berakibat pada
penyimpangan-penyimpangan konstitusional lainnya sebagai berikut,
1. Demokrasi di Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin, yang
dipimpin oleh presiden, sehingga praktis bersifat otoriter. pada sebenarnya
di negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila berazas-kan
kerakyatan,sehingga seharusnya rakyatlah sebagai pemegang serta asal
mula kekuasaan negara, demikian juga sebagaimana yang tercantum dalam
UUD 1945.
2. Oleh karena Presiden sebagai pemimpin besar revolusi maka memiliki
wewenang yang melebihi sebagaimana yang sudah di tentukan oleh
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mengeluarkan produk hukum yang
setingkat denganUndang-Undang tanpa melalui persetujuan DPR dalam
bentuk penetapan presiden.
3. Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui rancangan
pendapatan dan Belanja Negara yang di ajukan oleh pemerintah. Kemudian
presiden waktu itu membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan kemudian
membentuk DPR gotong royong. Hal ini jelas-jelas sebagai pelanggaran
konstitusional yaitu kekuasaan eksekutif di atas kekuasaan legislatif.
4. Pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi negara dijadikan menteri negara,
yang berarti sebagai pembantu presiden. Selain
penyimpangan-penyimpangan tersebut masih banyak
penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan ketatanegaraan yang
seharusnya berdasarkan pada UUD 1945. Karena pelaksanaan yang
inskonstitusional itulah maka berakibat pada ketidak stabilan dalam bidang
politik, ekonomi terutama dalam bidang keamanan. Puncak dari kekuasaan
Orde Lama tersebut ditandai dengan pemberontakan G30S.PKI. dan
pemberontakan tersebut dapat digagalkan oleh rakyat Indonesia terutama
oleh generasi muda. Dengan dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan
mahasiswa rakyat Indonesia menyampaikan Tritula (Tri Tuntutan Rakyat)
yang meliputi,
a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak mampu
lagi mengembalikannya ,maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966
yangmemberikan kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil
langkah-langkah dalam mengembalikan keamanan negara. Sejak peristiwa inilah
sejarah ketatanegaraan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru.
4. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE BARU (11 MARET
1966 – 22 MEI 1998)
Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik
yang menyangkut bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Dalam keadaan
yangdemikian inilah pada bulan Februari 1967 DPRGR mengeluarkan suatu
resolusi yaitu meminta MPR(S) agar mengadakan sidang istimewa pada bulan
maret 1967. Sidang istimewa tersebut mengambil suatu keputusan sebagai
berikut :
1. Presiden Soekarno tidak dapat memenuhi tanggungjawab konstitusional
dan tidak menjalankan GBHN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945.
2. Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang
pemilihan/ penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat
presiden dan mengangkat Jenderal Soeharto. Pengembangan Tap.
No. 6 IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8
Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh MPR hasil
pemilihan umum.
Dalam masa orde baru ini (1967-1997) pelaksanaan UUD 1945 belum juga
murni dan konsekuen, praktis kekuasaan presiden tidak secara langsung
kekuasaan lembaga tertinggi dan tinggi negara dibawah kekuasaan presiden
tetapi seluruhnya hampir dituangkan dalam mekanisme peraturan antara lain :
1. UU no.16/1969 dan UU no.5/1975 tentang kedudukan DPR, MPR, DPRD.
2. UU no.3/1975 dan UU no.3/1985 tentang parpol dan golkar.
3. UU no.15/969 dan UU no.4/1975 tentang pemilu.
Pada masa awal kekuasaan Orde Baru berupaya untuk memperbaiki nasib
bangsa dalam berbagai bidang antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya maupun keamanan. Di bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang
dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentang pemilu umum,
Undang-Undang No.16 tentang susunan dan kedudukan majelis
permusyawaratan rakyat, dewan perwakilan rakyat dan dewan perwakilan
rakyat daerah. Atas dasar ketentuan undang-undang tersebut kemudian
pemerintah Orde Baru berhasil mengadakan pemilu pertama.
Pada awalnya bangsa Indonesia memang merasakan perubahan
peningkatan nasib bangsa dalam berbagai bidang melalui suatu program
negara yang dituangkan dalam GBHN yang disebut pelita (pembangunan lima
tahun). Hal ini wajar dirasakan oleh bangsa Indonesia karena sejak tahun 1945
setelah kemerdekaan nasib bangsa Indonesia senantiasa dalam kesulitan
dan kemiskinan.Namun demikian lambat laun program-program negara
buakannya diperuntukan kepada rakyat melainkan demi kekuasaan. Mulailah
ambisi kekuasaan orde baru menjalar keseluruh sandi-sandi kehidupan
ketatanegaraan Indonesia. Kekuasaan orde baru menjadi otoriter namun
seakan-akan dilaksanakan secara demokratis.
Penafsiran dan penuangan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 tidak
dilaksanakan sesuai dengan amanat sebagaimana tertuang dan terkandung
dalam Undang-Undang Dasar tersebut melainkan dimanipulasikan demi
kekuasaan. Bahkan pancasila pun diperalat demi legitimasi kekuasaan
dan tindakan presiden.Hal ini terbukti dengan adanya ketetapan MPR
No.II/MPR/1978. Tentang P-4 yang dalam kenyataannya sebagai media untuk
propaganda kekuasaan orde baru. Realisasi UUD 1945 lebih banyak memberikan
porsi atas kekuasaan presiden. Walaupun sebenarnya UUD 1945 tidak
mengamanatkan demikian.
5. DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA REFORMASI (22 MEI 1998
– SEKARANG)
Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun
1998 membuat pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai
demokrasi seperti yang tercantum dalam Pancasila, bahkan juga tidak
mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas dasar norma-norma dan pasal-pasal
UUD 1945. Pemerintahan dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Keadaan tersebut membuat rakyat Indonesia semakin menderita. Terutama
karena adanya krisis moneter yang melanda Indonesia yang membuat
perekonomian Indonesia hancur. Hal itu menyebabkan munculnya berbagai
gerakan masyarakat yang dipelopori oleh generasi muda Indonesia terutama
mahasiswa sebagai gerakan moral yang menuntut adanya reformasi disegala
bidang Negara.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
UUD 1945 merupakan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam
Negara dan menjadi hukum dasar tertulis Negara, yang bersifat mengikat dan
berisi aturan yang harus ditaati oleh setiap warga Negara.
Pelaksanaan UUD 1945 pada masa Orde Baru masih terjadi banyak
penyimpangan meskipun telah dilakukan berbagai upaya oleh MPRS untuk
mengatasinya yakni salah satunya dengan mengeluarkan Tap MPRS dan sidang
istimewa yang dilakukan oleh MPRS.
Pelaksanaan dinamika UUD 1945 pada orde reformasi masih banyak
penyimpangan yang terjadi karena pada masa ini belum semua UUD 1945
dilaksanakan dan masih adanya korupsi, kolusi dan nepotisme. Sehingga
memunculkan orde ini terjadi krisis ekonomi, krisis social, krisis politik dan krisis
hukum.