DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
2.21 Proses Perumusan Dasar Negara dan Undang Undang Dasar 1945
Perumusan Undang Undang Dasar 1945 seperti diuraikan di atas setelah
terbentuknya BPUPKI, oleh karenanya perlu dikemukakan tentang sebab-sebab
mengapa pada masa itu bangsa Indonesia berhasil memperoleh kesempatan
menyusun Rencana Undang Undang Dasar Negara.
Sebaliknya bila kita bandingkan Batang Tubuh dengan Rancangan Hukum Dasar
(Hasil Panitia Perancang) mengalami perubahan perubahan sebagai berikut:
Rancangan Hukum Batang Tubuh UUD 1945
dasar
1.Istilah Hukum dasar Diganti 1.Undang Undang Dasar
2.Dalam rancangan Diganti 2.Seorang Wakil presiden
dua orang wakil
presiden
3.Presiden harus Diganti 3.Presiden harus orang
seorang Indonesia Indonesia asli
asli dan beragama
Islam
4.Disebutkan: selama Diganti 4.Dihapuskan
perang pimpinan
perang dipegang
oleh Jepang dengan
persetujuan
pemerintahan
Indonesia
Semua pembicaraan, naskah-naskah dan putusan-putusan mengenai
Rancangan Undang Undang Dasar 1945 baik dalam sidang BPUPKI maupun dalam
sidang PPKI, merupakan bahan yang sangat berharga untuk dipahami, dihayati dn
2.25 Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 Secara Murni dan Konsekuen
Orde baru dapat diartikan, susunan, aturan suatu negara atau mesyarakat
yang teratur, berjalan dengan baik semuanya tertib, merupakan suatu kesatuan yang
organis dan fungsional dapatlah disebut Orde. Negara yang tertib hukum, organisasi
teratur, masyarakat yang sejahtera disebut dalam keadaan in-orde, sebaliknya
Negara yang tidak mempunyai kepastian Hukum, kacau kalau disebut dalam
keadaan wan-orde. Tumbuhnya orde Baru adalah sebagai produk reaksi yang logis
di negara kita dari keadaan sebelumnya yang disebut Orde lama. Orde baru lahir
dipelopori oleh para pemuda yaitu Mahasiswa, Pelajar dan pemuda umumnya yang
tergabung dalam kesatuan aksi angkatan 66 bersama ABRI, para PARPOL dan
ORMAS dengan gigih menyumbangkan rezim Orde lama.
Istilah Orde Baru timbul untuk petama kali pada seminar II TNI AD di
SESKOAD Bandung, Agustus 1966 dan kemudian dijadikan pembatasan garis
demokrasi dan sikap mental sebelumnya.
1. Pengertian Orde Baru
Orde baru ialah suatu tata kehidupan baru dan sikap mental baru yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Adapun ciri-ciri Orde baru antara lain:
(1) Dasar/ landasan Pancasila dan UUD 1945.
2.29Tujuan Amandemen
Tujuan Amandemen UUD 1945:
1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih
mantap dalam mencapai tujuan nasional yang tertuang dalam Pembukaan
UUD 1945 dan tidak bertentangan dengan Pembukaan UUD 1945 itu yang
berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan pelaksanaan kedaulatan
rakyat serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan
perkembangan paham demokrasi.
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak
asasi manusia agar sesuai dengan perkembangan paham hak asasi manusia
dan peradaban umat manusia yang sekaligus merupakan syarat bagi suatu
negara hukum yang dicita-citakan oleh UUD 1945.
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis
dan modern, antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas,
sistem checks and balances yang lebih ketat dan transparan, pembentukan
lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan
kebutuhan bangsa dan tantangan zaman.
5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan
kewajiban negara mewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdaskan
kehidupan bangsa, menegakkan etika, moral dan solidaritas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara
kesejahteraan.
6. Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara dan perjuangan
negara untuk mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara
dan pemilihan umum.
Sedang proses Amandemen ke4 ini mengubah dan menetapkan antara lain,
perubahan penomoran Pasal 3 Ayat (3) dan Ayat (4) perubahan ketiga UUD 1945
menjadi Pasal 3 Ayat (2) dan Ayat (3). Pasal 25E perubahan kedua UUD 1945
menjadi Pasal 25A. Kemudian menghapus judul BAB IV tentang Dewan
Pertimbangan Agung dan mengubah substansi Pasal 16 serta menempatkannya ke
dalam BAB III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara. Dan selanjutnya merubah
dan/ atau menambah Pasal 2 Ayat (1), Pasal 6A Ayat (4), Pasal 8 Ayat (3), Pasal
11 Ayat (1), Pasal 16, Pasal 23B, Pasal 23 D, Pasal 24 Ayat (3), Pasal 29 Ayat (1)
dan (2), BAB XIII, Pasal 31 Ayat (1, 2, 3, 4, dan 5), Pasal 32 Ayat (1 dan 2), BAB
XIV, Pasal 33 Ayat (4 dan 5), Pasal 34 Ayat (1, 2, 3, dan 4), Pasal 37 Ayat (1, 2, 3,
4, dan 5), Aturan Peralihan Pasal I, II, dan III, Aturan Tambahan Pasal I dan II
Undang-Undang Dasar 1945.
2.34Kelemahan Amandemen
1. Kelemahan Amandemen dari segi proses:
d. Partisipasi Semu
Sekalipun dalam mempersiapkan materi perubahan yang akan diputuskan
MPR melalui Badan Pekerjanya, melibatkan partisipasi publik baik
kalangan Profesi, ornop, Perguruan Tinggi, termasuk para pakar/ahli.
Namun partisipasi tersebut menjadi semu sifatnya dan hanya melegitimasi
kerja MPR saja. Dalam kerja BP MPR ini rakyat tidak mempunyai hak
untuk mempertanyakan dan turut menentukan apa yang diinginkan untuk
diatur dalam konstitusinya, MPR jugalah menentukan materi apa yang boleh
dan tidak boleh.
Model rancangan perubahan UUD 1945 yang ada sekarang, dimana semua
alternatif perubahan dimasukkan dalam satu rancangan, membuka peluang lebar
bagi tidak adanya paradigma, kurang detailnya konstruksi nilai dan bangunan
ketatanegaraan yang hendak dibentuk dan dianut dengan perubahan tersebut.
Persoalan nilai yang hendak dibangun secara prinsip telah ada dalam Pembukaan
UUD 1945, hal itu juga merupakan sebab untuk tidak dirubahnya Pembukaan UUD
1945. Nilai-nilai yang secara prinsip tersebut tidak diatur dengan jelas pada batang
tubuh UUD 1945. Persoalan seperti nilai/value pembangunan ekonomi yang
hendak dibangun pada UUD 1945 setelah perubahan. Apakah yang dimaksud
dengan azas kekeluargaan tidak pernah jelas dikemukakan oleh negara.
Bagaimanakah cara dan proses menjalankan azas kekeluargaan dalam sistem
perekonomian juga menjadi pekerjaan rumah yang tak pernah diselesaikan oleh
negara. Hal-hal tersebut
2. Inkonsistensi rumusan.
3. Tidak Sistematis
MPR dalam melakukan perubahan terhadap UUD 1945 sebagaimana yang telah
dibahas pada prosesnya, tidak mau atau tidak berani keluar dari kerangka dengan
mendekonstruksikan prinsip dan nilai UUD 1945 yang relevansinya saat ini sudah
layak dipertanyakan. MPR tidak mendasarinya dengan ide-ide konstitusionalisme,
yang esensinya merupakan spirit/jiwa bagi adanya pengakuan Hak Azasi Manusia
dan lembaga-lembaga negara yang dibentuk untuk melindungi HAM dibatasi oleh
hukum.