Anda di halaman 1dari 21

93

3.6 M5 (Mutu)

A. Mutu Ruang Diponegoro

Indikator mutu keperawatan di Indonesia sampai saat ini belum secara resmi

ditetapkan oleh kementrian kesehatan, namun beberapa indikator mutu keperawatan

telah disusun dalam bentuk draf sebagai pedoman indikator mutu pelayanan keperawatan

klinik disarana kesehatan yang sebenarnya telah mulai disusun sejak tahun 2008 oleh

kementrian kesehatan. Paling tidak rancangan indikator pelayanan keperawatan tersebut

meliputi 6 indikator mutu yaitu:

1) Keselamatan pasien

2) Kepuasan pasien

3) Kenyamanan

4) Kecemasan

5) Perawatan diri

6) Pengetahuan/perilaku pasien

a. Keselamatan Pasien

Menurut sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh Standar

Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut

(Nursallam, 2015):

1) Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien

2) Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif

3) Sasaran III :Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert

medications)

4) Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien operasi.

5) Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

6) Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh.


94

Sasaran I: Ketepatan identifikasi pasien, meliputi standar berikut.

1. Prosedur identifikasi pasien yang di rawat inap dilakukan pemasangan gelang

identitas pasien untuk setiap kalada 4 identitas yaitu menggunakan Nama, tanggal

lahir, alamat dan nomor rekam medis pasien. Tulisan jelas mudah terbaca serta

memakai tinta yang tidak mudah luntur. Pemasangan gelang identitas ini

dilaksanakan oleh perawat ruangan yang menerima pasien pada waktu masuk

ruangan. Pemasangan gelang identitas pasien tulisan menghadap ke petugas.

Pemasangan gelang penanda (Alergi, resiko jatuh dan DNR) dilakukan dengan

ketentuan :

a) Untuk gelang penanda alergi berwarna Merah

b) Untuk gelang penanda resiko jatuh berwana kuning

c) Untuk gelang penanda DNR berwana ungu

d) Untuk gelang Biru muda pasien Iaki-laki

e) Untuk gelang Merah muda pasien perempuan

2. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh

menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

3. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.

4. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk

pemeriksaan klinis (lihat juga).

5. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau

prosedur.

6. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang konsisten pada

semua situasi dan lokasi.

Hasil Analisa:

Berdasarkan hasil pengkajian dan pengumpulan data sample penyebaran 4

kuisioner untuk 4 responden, tentang identifikasi pasien didapatkan data :


95

Tabel 3.33 Data hasil kuisioner identifikasi pasien

Nomor Pertanyaan Responden Ya Responden Tidak

1 4 0

2 3 1

3 4 0

4 4 0

5 4 0

Rata – Rata (4) 3,8 0,2

Sumber : Data kuesioner identifikasi pasien R. Diponegoro 2018

Dapat disimpulkan bahwa dari 4 responden sudah melakukan

pengindentifikasian dengan benar dibuktikan dari hasil observasi saat ke pasien,

sudah sesuai dengan prosedur.

Diagram Batang Identifikasi Pasien Diruang Diponegoro

IDENTIFIKASI PASIEN

3 Baik

2
Tidak Baik
1

0
Baik Tidak Baik

Sumber : Data kuesioner identifikasi pasien R. Diponegoro 2018

Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)

1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan

secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.


96

2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap

dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi

perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

4. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam melakukan

verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon.

Hasil Analisa:

Berdasarkan hasil pengkajian dan pengumpulan data sample penyebaran 4

kuisioner untuk 4 responden, tentang Komunikasi efektif didapatkan data:

Tabel 3.34 Data hasil kuisioner Komunikasi efektif

Nomor Pertanyaan Responden Ya Responden Tidak

1 3 1

2 4 0

3 4 0

Rata – Rata (4) 3,6 0,4

Sumber : Data kuesioner komunikasi efektif R. Diponegoro 2018

Diagram Batang Komunikasi efektif Diruang Diponegoro

KOMUNIKASI EFEKTIF

3 Baik

2
Tidak Baik
1

0
Baik Tidak Baik

Sumber : Data kuesioner komunikasi efektif R. Diponegoro 2018


97

Dapat disimpulkan bahwa dari 4 responden sudah melakukan komunikasi

efektif dengan benar dibuktikan dari hasil saat melaporkan keadaan pasien dan serah

terima pasien, sudah sesuai dengan prosedur.

Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert

medications)

1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi, lokasi,

pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai.

2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan.

3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika

dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang

tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.

4. Elektrolit konsentrat yang ada di unit pelayanan hanya untuk pasien tertentu yang

mendapatkan terapi.

Hasil Analisa:

Berdasarkan hasil pengkajian dan pengumpulan data sample penyebaran 4

kuisioner untuk 4 responden, tentang High Alert Medications didapatkan data:

Tabel 3.35 Data hasil kuisioner High Alert Medication

Nomor Pertanyaan Responden Ya Responden Tidak

1 3 1

Rata – Rata (4) 3 1

Sumber : Data kuesioner High Alert Medicationf R. Diponegoro 2018

Dapat disimpulkan bahwa dari 4 responden sudah melakukan

kewaspadaan terhadap High Alert Medication dari data kuisioner dan pada saat

observasi obat – obat emergency disimpan pada troly emergency. Terdapat


98

beberapa tanda LASA kuning yang tertempel pada vial atau ampul di beberapa

obat.

Diagram Batang High Alert Medication Di Ruang Diponegoro

HIGH ALERT MEDICATION

3.5
3
2.5 Baik
2
1.5 Tidak Baik
1
0.5
0
Baik Tidak Baik

Sumber : Data kuesioner High Alert Medicationf R. Diponegoro 2018

Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi

lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan/pemberian

tanda.

2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk melakukan

verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua

dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan

fungsional.

3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat /mendokumentasikan

prosedur sign in (sebelum induksi); “sebelum insisi/time-out” tepat sebelum


99

dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan dan sign out (sebelum

meninggalkan kamar operasi).

4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman

proses guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien,

termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/dental yang

dilaksanakan di luar kamar operasi.

Hasil Analisa:

Berdasarkan hasil pengkajian dan pengumpulan data sample

penyebaran 4 kuisioner untuk 4 responden, tentang tepat lokasi , tepat

prosedur, tepat pasien didapatkan data

Tabel 3.36 Data hasil kuisioner Kepastian Tepat Lokasi Tepat

Prosedur Tepat pasien

Nomor Pertanyaan Responden Ya Responden Tidak

1 4 0

Rata – Rata (4) 4 0

Sumber : Data kuesioner kepastian tepat lokasi, prosedur dan pasien R. Diponegoro

2018

Dapat disimpulkan bahwa dari 4 responden menjawab pasien sudah

diberikan site marking sebelum tindakan operasi, dari hasil wawancara dengan

perawat didapatkan data bahwa pasien diberikan tanda / site marking di ruang

OK oleh operator di ruang operasi.


100

Diagram Batang Tepat Lokasi, Tepat prosedur, Tepat pasien

Diruang Diponegoro

TEPAT LOKASI , TEPAT PROSEDUR, TEPAT PASIEN


OPERASI
4

3
Baik Tidak Baik
2

0
Baik Tidak Baik

Sumber : Data kuesioner kepastian tepat lokasi, prosedur dan pasien R. Diponegoro

2018

Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru

yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara lain

dari WHO Patient Safety).

Semua petugas dirumah sakit termasuk dokter melaksanakan cuci

tangan dengan 6 langkah sesuai standar WHO dan dilakukan pada 5 moment,

yakni:

a. Sebelum kontak dengan pasien

b. Sebelum tindakan aseptic

c. Sesudah terkena cairan tubuh pasien

d. Sesudah kontak dengan tubuh pasien

e. Sesudah kontak dengan lingkungan pasien

Handwash: dengan menggunakan air mengalir, waktunya: 40-60 detik

Handrub: dengan gel berbasis alcohol, waktunya: 20-30 detik

1) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.


101

Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mendukung

pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi terkait pelayanan

kesehatan.

Hasil Analisa:

Berdasarkan data hasil pengkajian dan pengumpulan data sample

penyebaran 4 kuisioner untuk 4 responden, tentang Pengurangan Resiko Infeksi

didapatkan data :

Tabel 3.37 Data hasil kuisioner Pengurangan resiko Infeksi

Nomor Pertanyaan Responden Ya Responden Tidak

1 4 0

2 4 0

3 4 0

4 4 0

5 4 0

6 4 0

7 4 0

8 3 1

9 3 1

10 4 0

11 4 0

12 4 0

13 4 0

14 4 0

15 4 0

Rata Rata (4) 3,9 0,1

Sumber : Data kuesioner pengurangan resiko infeksi R. Diponegoro 2018


102

Diagram Batang Pengurangan Resiko Infeksi Diruang Diponegoro

PENGURANGAN RESIKO INFEKSI

4
Baik
3

2 Tidak Baik

0
Baik Tidak Baik

Sumber : Data kuesioner resiko infeksi R. Diponegoro 2018

Dapat disimpulkan bahwa dari 4 responden didapatkan data resiko pengurangan

infeksi sudah dilakukan dengan baik oleh perawat ruangan diponegoro. Tetapi

pada saat observasi terdapat beberapa perawat yang tidak melakukan 5 moment

cuci tangan sebelum ke pasien. Hand wash di wastafel isinya kosong, dan tidak

tersedia tisu untuk mengeringkan setelah cuci tangan.

Tingkat pengetahuan pasien terhadap cuci tangan

Pengukuran tingkat pengetahuan dari pasien atau keluarga terhadap

kepatuhan dan cara cuci tangan 6 langkah yang benar yaitu menggunakan metode

kuisioner yang disebarkan secara sample kepada 10 responden dengan 6

pertanyaan tentang kepatuhan cuci tangan. Berdasarkan hasil kuisioner

didapatkan data :
103

Tabel 3.38 Data Hasil Kuisioner Kepatuhan Cuci Tangan

No. Pertanyaan Responden Ya Responden Tidak

1 0 10

2 0 10

3 0 10

4 0 10

5 0 10

6 0 10

Rata – rata (10) 0 10

Sumber : Data kuesioner kepatuhan cuci tangan R. Diponegoro 2018

Dapat disimpulkan bahwa dari 10 responden didapatkan data

pengetahuan cuci tangan 6 langkah semua responden menjawab tidak tahu. Hal

ini beresiko terhadap terjadinya peningkatan resiko infeksi atau terjadinya

penularan penyakit pada keluarga pasien. Hal ini bisa juga terjadi karena

kurangnya edukasi dari perawat saat penerimaan awal pasien baru masuk.

Diagram Batang Pengetahuan pasien terhadap kepatuhan

6 langkah cuci tangan

PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP


KEPATUHAN 6 LANGKAH CUCI
TANGAN
15
10 PENGETAHUAN
10
PASIEN TERHADAP
5 KEPATUHAN CUCI
0 TANGAN
0
Tahu Tidak

Sumber : Data kuesioner kepatuhan cuci tangan R. Diponegoro 2018


104

Tingkat pengetahuan perawat terhadap cuci tangan

Pengukuran tingkat pengetahuan dari perawat terhadap kepatuhan dan

cara cuci tangan 6 langkah yang benar yaitu menggunakan metode kuisioner yang

disebarkan secara sample kepada 4 responden dengan 9 pertanyaan tentang

kepatuhan cuci tangan. Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan data :

Tabel 3.39 Data Hasil Kuisioner Kepatuhan Cuci Tangan perawat

No. Pertanyaan Responden Ya Responden Tidak

1 4 0

2 3 1

3 4 0

4 4 0

5 4 0

6 2 2

7 3 1

8 3 1

9 4 0

10 4 0

Rata – rata (10) 8,75 1,25

Sumber : Data kuesioner kepatuhan cuci tangan perawat R. Diponegoro 2018

Dapat disimpulkan bahwa dari 4 responden didapatkan data pengetahuan cuci

tangan 6 langkah mayoritas perawat menjawab tahu sejumlah 8,75 Pengetahuan

perawat tentang 6 langkah cuci tangan di ruangan sudah sangat baik namun

perawat melakukan cuci tangan setelah ke pasien tetapi jarang sesuai dengan SPO

6 langkah cuci tangan.


105

Diagram Batang Pengetahuan perawat terhadap kepatuhan

6 langkah cuci tangan

PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP


KEPATUHAN 6 LANGKAH CUCI TANGAN

8,75
10
8 PENGETAHUAN PASIEN
6 TERHADAP KEPATUHAN
4 1,25 CUCI TANGAN
2
0
Tahu Tidak
Sumber : Data kuesioner kepatuhan cuci tangan perawat R. Diponegoro 2018

Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh

1. Rumah sakit menerapkan proses assesment awal resiko pasien jatuh dan

melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi

perubahan kondisi atau pengobatan.

2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka

yang pada hasil assesment dianggap beresiko.

3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan

pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara

tidak disengaja.

4. Kebijakan dan/atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan

dari resiko cedera pasien akibat jatuh di rumah sakit.

Hasil Analisa:

Berdasarkan data hasil pengkajian dan pengumpulan data sample

penyebaran 4 kuisioner untuk 4 responden, tentang Resiko Jatuh didapatkan data:


106

Tabel 3.40 Data hasil kuisioner Resiko Jatuh

Nmor Pertanyaan Responden Ya Responden Tidak

1 4 0

2 4 0

3 3 1

4 4 0

5 4 0

Rata rata (4) 3,8 0,2

Sumber : Data kuesioner resiko jatuh R. Diponegoro 2018

Diagram Batang Pasien RESIKO JATUH

Di Ruang Diponegoro

RESIKO JATUH
4
3
Beresiko
2
1
Tidak Beresiko
0
beresiko tidak
beresiko

Sumber : Data kuesioner resiko jatuh R. Diponegoro 2018

Dapat disimpulkan bahwa dari 4 responden didapatkan data kuisioner

pencegahan resiko jatuh sudah dilakukan oleh perawat ruangan diponegoro.

pengurangan infeksi sudah dilakukan dengan baik oleh perawat ruangan

diponegoro. Dari data observasi sudah dilengkapi untuk pengkajian resiko jatuh

pada lembar status pasien. Namun tidak terdapat operan timbang terima untuk
107

resiko jatuh dan pada saat observasi tidak terdapat tanda resiko jatuh di bed

pasien / di pasien sesuai dengan pertanyaan di nomor 3 terdapat 1 repsonden

yang menjawab tidak.

Pengukuran Keselamatan Pasien untuk menilai mutu dan

berhubungan dengan pencegahan resiko jatuh diantaranya meliputi:

1) Angka kejadian jatuh

Berdasarkan hasil pengkajian tentang tingkat kejadian klien jatuh selama 3

hari (16 - 18 juli 2018) didapatkan hasil bahwa 100% pasien tidak mengalami

jatuh selama dilakukan perawatan oleh perawat ruangan. Meskipun sebagian

pasien mempunyai resiko jatuh, akan tetapi dari hasil pengkajian selama 3 hari

menunjukkan tidak ada pasien yang mengalami jatuh.

Rumus kejadian pasien jatuh:

Jumlah pasien jatuh x 100%

Jumlah pasien yang beresiko jatuh

Tabel 3.41 Angka kejadian jatuh di Ruang Diponegoro RSUD

Kanjuruhan Kepanjen Kab. Malang

18
16 Juli 17 Juli
No Variabel juli Total
2018 2018
2018

1 Jumlah pasien jatuh 0 0 0 0

Jumlah pasien beresiko


2 5 8 7 20
jatuh

Sumber : Data angka kejadian jatuh R. Diponegoro 2018


108

2) Kesalahan pengobatan (medical error)

Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat obat, tidak

tepat cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu

pemberian dan tidak waspada terhadap efek pemberian obat (Nursallam 2015).

Rumus Angka KTD / sentinel dalam pemberian obat:

Jumlah pasien yang terkena KTD dalam pemberian obat x100%

Jumlah pasien pada hari tersebut

Rumus KNC dalam pemberian obat:

Jumlah pasien yang terkena KNC dalam pemberian obat x 100%

Jumlah pasien pada hari tersebut

Tabel 3.42 Kejadian Tidak Diharapkan 16 – 18 juli 2018

Tanggal

No Variabel 16 Juli 18 Juli


17 Juli 2018 Total
2018 2018

1 Jumlah pasien yang terkena 0 0 0 0

KTD dalam pemberian

obat:

1) Tidak tepat pasien

2) Tidak tepat obat

3) Tidak tepat waktu

pemberian

4) Tidak tepat dosis obat


109

5) Tidak tepat cara

pemberian

6) Tidak tepat dokumentasi

2 Jumlah pasien pada hari 22 22 22 66

tersebut

Angka kejadian KTD: 0%

Sumber : Data angka KTD R. Diponegoro 2018

Tabel 3.43 Kejadian Nyaris Cidera 16 – 18 juli 2018

Tanggal

No Variabel 16 Juli 20 Juli


19 Juli 2018 Total
2018 2018

1 Jumlah pasien yang terkena 0 0 0 0

KNC dalam pemberian

obat :

1) Tidak tepat pasien

2) Tidak tepat obat

3) Tidak tepat waktu

pemberian

4) Tidak tepat dosis obat

5) Tidak tepat cara

pemberian

6) Tidak tepat

dokumentasi

2 Jumlah pasien pada hari 22 22 22 66


110

tersebut

Angka kejadian KNC: 0%

Sumber : Data angka KNC R. Diponegoro 2018

Hasil Analisa:

Selama dilakukan pengkajian 3 hari (16 – 18 juli 2018) tidak ditemukannya

Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Nyaris Cidera di Ruang Diponegoro.

b. Kepuasan

1. Tingkat Kepuasan Pasien

Berdasarkan data hasil pengkajian untuk kepuasan pasien di ruang

DIponegoro menggunakan metode Kuisioner dengan jumlah sample 15

responden dimana mencakup karakteristik : Kenyataan , Keandalan, Tanggung

jawab, Jaminan, dan Empathi (Nursalam, 2015). Didapatkan data sebagai

berikut :

Tabel 3.44 Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Diponegoro

RSUD Kanjuruhan Kab. Malang

No Klasifikasi Frekuensi Presentase

1 Sangat Puas 13 80 %

2 Puas 2 20 %

3 Tidak Puas 0 0%

4 Sangat Tidak Puas 0 0%

TOTAL 15 100%

Sumber : Data kuesioner kepuasan pasien R. Diponegoro 2018


111

Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan bahwa dari 10 responden

menyatakan tingkat kepuasan pasien yaitu 80 % dengan kategori sangat puas

dan 20 % dengan kategori puas.

Diagram Pie Kepuasan Pasien Diruang Diponegoro

KEPUASAN PASIEN

20%

80%

Sangat Puas Puas Tidak Puas Sangat tidak puas

Sumber : Data kuesioner kepuasan pasien R. Diponegoro 2018

2. Tingkat Kepuasan Perawat

Berdasarkan data hasil pengkajian untuk instrument kepuasan perawat di

ruang Diponegoro menggunakan metode Kuisioner dengan jumlah sample 6

responden (Nursalam, 2015). Didapatkan data sebagai berikut :

Diagram Batang Tingkat kepuasan perawat di Ruang Diponegoro

RSUD Kanjuruhan Kab. Malang

Cukup puas,
30% 30%

20% Puas, 20%


Sangat tidak
10% puas, 0% Sangat puas,
Tidak puas, 0% 10%
0%
Sangat
Tidak
tidak Cukup
puas Puas
puas puas Sangat
puas

Sumber : Data kuesioner kepuasan pasien R. Diponegoro 2018


112

Berdasarkan hasil dari kuesioner yang telah di bagikan di Ruang

Diponegoro dari 6 perawat didapatkan hasil bahwa 3 (30%) perawat Cukup puas,

2 perawat menajwab (20%) puas, 1 perawat (10%) sangat puas. Untuk ketidak

puasan perawat rata-rata terdapat pada indicator penggajian, insentif, kesempatan

untuk membuat suatu prestasi dan kenaikan pangkat, sehingga 3 indikator

tersebut yang membuat tingkat kepuasan perawat hanya di batas Cukup puas.

c. Kecemasan

Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul atau dirasakan oleh

pasien dan keluarganya di saat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa

terencana begitu mulai masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai

pasien dan keluarganya dalam setiap tindakan perawat terhadap penyakit yang di

derita pasien (Nursallam, 2015).

Tabel 3.45 Tingkat kecemasan pasien di Ruang Diponegoro

S KLASIFIKASI
NO FREKUENSI PRESENTASE

1 Tidak Cemas 0 0%

2 Kecemasan Ringan 9 53 %

3 Kecemasan Sedang 8 47%

4 Kecemasan Berat 0 0%

TOTAL 17 100 %

umber : Data kuesioner kecemasan pasien R. Diponegoro 2018


113

Diagram Tingkat kecemasan pasien di Ruang Diponegoro

RSUD Kanjuruhan Kab. Malang

TINGKAT KECEMASAN PASIEN


Berat
0% Ringan
Sedang Ringan
47% Sedang
53%
Berat

Sumber : Data kuesioner kecemasan pasien R. Diponegoro 2018

Berdasarkan hasil data pengkajian dari kuisioner dengan jumlah

responden 17 orang didapatkan bahwa : 0 pasien tidak cemas (0%) , 9 pasien

dengan kecemasan ringan (53 %) , 8 pasien dengan kecemasan sedang (47%), 0

pasien dengan kecemasan berat (0%). Jadi pasien tingkat kecemasan ringan dan

sedang adalah hal yang wajar dalam pasien beradaptasi untuk rumah sakit dan

ketakutan akan hal – hal buruk yang akan terjadi.

Anda mungkin juga menyukai