Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dapat
memberikan rahmat dan kasih karunia-Nya serta kelapangan berpikir dan waktu, sehingga
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dengan judul “Sumber Daya
Kesehatan”. Makalah ini disusun sebagai tugas yang diberikan oleh dosen pengajar mata
kuliah Ilmu Kesehatan Msyarakat.

Diharapkan pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para
pembaca dan dapat dijadikan salah satu ilmu yang bermanfaat. Penulis menyadari masih
banyaknya kekurangan dari penulisan hasil makalah ini, kritik dan saran yang membangun
sangat membantu penulis untuk mengurangi segala kekurangan tersebut kedepannya.
Dengan kerendahan hati, penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun bagi pembaca. Amin.

Cimahi, 09 Oktober 2017

Penulis

1| Sumber Daya Kesehatan


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................1


Daftar Isi ..................................................................................................................2

BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang ....................................................................................................3
Rumusan Masalah ...............................................................................................4
Tujuan Penulisan ................................................................................................4

BAB II
Isi

Definisi Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kesehatan..........................................6

Kondisi Tenaga Kesehatan di Indonesia..................................................................6

Penyelenggaraan SDM Kesehatan...........................................................................8

Perundang-Undangan dan Peraturan Tenaga Kesehatan..........................................9

Jenis Tenaga Kesehatan..........................................................................................10

Tahapan Dalam Mencapai Ketersediaan Sumber Daya Tenaga Kesehatan...........11

Isu Strategis Tenaga Kesehatan..............................................................................25

Strategi Pemerintah dalam Mengatasi Masalah SDM Kesehatan di Indonsia.......28

BAB III
Penutup
Penutupan .........................................................................................................32

Daftar Pustaka.........................................................................................................................33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2| Sumber Daya Kesehatan


Seiring dengan pertambahan penduduk di Indonesia yang saat ini diimbangi dengan
tingginya aktivitas kehidupan membuat banyak permasalahan yang timbul di kalangan
individu baik itu tingkat stres, pola makan, dan gaya hidup yang mempengaruhi
kesehatan individu itu sendiri. Sehingga banyak timbul permasalahan kesehatan.
Akibatnya, dibutuhkan sarana dan prasarana untuk menanggulangi permasalahan tersebut
diantaranya tempat pelayanan kesehatan yang memadai, jumlah tenaga medis dan
peralatan medis, serta obat-obatan yang tersedia. Pada makalah ini, akan dibahas
mengenai sumber daya manusia kesehatan yang merupakan salah satu prioritas
pembangunan kesehatan.

SDM merupakan faktor utama dan strategis bagi tercapainya keberhasilan


pembangunan suatu bangsa. SDM yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai
aspek akan mendukung peningkatan pembangunan, baik di bidang ekonomi, kesehatan
maupun di bidang sosial dan budaya. SDM yang berdaya saing tinggi merupakan salah
satu faktor kunci keberhasilan di era globalisasi yang diwarnai dengan semakin ketatnya
persaingan serta tiadanya batas antar negara dalam interaksi hidup dan kehidupan
manusia. Oleh karena itu, untuk memenangkan dan menangkap peluang yang ada,
pengembangan SDM harus ditekankan pada penguasaan kompetensi yang fokus pada
suatu bidang tertentu yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan daya saing di
tingkat nasional maupun internasional (Irwansyah, 2011 dalam
abeacheagle.blogspot.com, 2012 ).
Pengembangan sumber daya manusia di bidang kesehatan merupakan komponen
strategis pembangunan kesehatan guna mempercepat pemerataan pelayanan kesehatan
dan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Kinerja suatu organisasi akan ditentukan
oleh salah satu unsur utama yaitu kualitas sumber daya manusia. Tujuan dari upaya
pengembangan sumber daya manusia di bidang kesehatan adalah meningkatnya
pemberdayaan dan penyediaan sumber daya manusia dibidang kesehatan dari masyarakat
dan pemerintah yang bermutu dalam jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan
kebutuhan ( Irwansyah, 2011 dalam abeacheagle.blogspot.com, 2012 ).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa defisini Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kesehatan?
2. Apa prinsip Penyelenggaraan SDM Kesehatan?
3. Apa saja Perundang-Undangan dan Peraturan Tenaga Kesehatan?

3| Sumber Daya Kesehatan


4. Apa saja Jenis Tenaga Kesehatan?
5. Apa saja Tahapan Dalam Mencapai Ketersediaan Sumber Daya Tenaga Kesehatan?
6. Apa saja Isu Strategis Ketenagaan Kesehatan?
7. Bagaimana strategi Pemerintah dalam Mengatasi Masalah SDM Kesehatan di
Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui defisini Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kesehatan
2. Untuk mengetahui prinsip Penyelenggaraan SDM Kesehatan
3. Untuk mengetahui Perundang-Undangan dan Peraturan Tenaga Kesehatan
4. Untuk mengetahui Jenis Tenaga Kesehatan
5. Untuk mengetahui Tahapan Dalam Mencapai Ketersediaan Sumber Daya Tenaga
Kesehatan
6. Untuk mengetahui Isu Strategis Ketenagaan Kesehatan
7. Untuk mengetahui strategi Pemerintah dalam Mengatasi Masalah SDM Kesehatan di
Indonesia.

BAB II

ISI

Tenaga kesehatan merupakan orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tahapan dalam mencapai ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan yaitu mulai dari
perencanaan, tahap pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga pada tempat
pelayanan kesehatan. Masih rendahnya rasio-rasio tenaga kesehatan Indonesia dibanding

4| Sumber Daya Kesehatan


negara lain disebabkan oleh efek dari kebijakan pengembangan dan jaminan tenaga
kesehatan yang masih kurang oleh pemerintah. Di beberapa negara seperti Swedia dan
Norwegia, petugas kesehatan langsung digaji oleh negara sebesar pasien yang mampu
dilayani.
Tujuan pembangunan kesehatan, seperti digariskan dalam Sistem Kesehatan
Nasional, adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Keberhasilan pembangunan di daerah khususnya di kabupaten dan kota sangat
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan peran aktif masyarakat sebagai pelaku
pembangunan tersebut. Oleh karena itu, dalam pertemuan Nasional Bupati dan Walikota
se-Indonesia tahun 2000 di Jakarta dalam rangka desentralisasi di bidang kesehatan,
disepakati bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah merupakan
prioritas dalam pelaksanaan pembangunan di daerah.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan
strategi desentralisasi bidang kesehatan, disebutkan bahwa dalam memantapkan sistem
manajemen SDM kesehatan perlu dilakukan peningkatan dan pemantapan perencanaan,
pengadaan tenaga kesehatan, pendayagunaan dan pemberdayaan profesi kesehatan.

2.1 Definisi Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kesehatan


SDM Kesehatan menurut SKN Tahun 2004 adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya perencanaan, pendidikan, dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sementara itu, SDM kesehatan menurut
PP No.32 Tahun 1996 adalah semua orang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan,
baik untuk jenis tertentu yang memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya
kesehatan.

5| Sumber Daya Kesehatan


Tenaga kesehatan menurut SKN 2004 adalah semua orang yang bekerja secara aktif
dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan
maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. Sementara itu,
tenaga kesehatan menurut PP No.32 Tahun 1996 adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.

2.2 Kondisi Tenaga Kesehatan di Indonesia

Berbagai studi menunjukkan bahwa tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam
keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan memberikan
kontribusi hingga 80% dalam keberhasilan pembangunan kesehatan. Dalam laporan
WHO tahun 2006, Indonesia termasuk salah satu dari 57 negara yang menghadapi krisis
SDM kesehatan, baik jumlahnya yang kurang maupun distribusinya.
Penetapan pengembangan sumber daya manusia kesehatan sebagai salah satu
prioritas adalah karena Indonesia masih menghadapi masalah tenaga kesehatan, baik
jumlah, jenis, kualitas maupun distribusinya.
Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk belum memenuhi target yang
ditetapkan sampai dengan tahun 2010. Sampai dengan tahun 2008, rasio tenaga kesehatan
untuk dokter spesialis per 100.000 penduduk adalah sebesar 7,73 dibanding target 9,
dokter umum 26,3 dibanding target 30, dokter gigi 7,7 dibanding target 11, perawat
157,75 dibanding target 158, dan bidan 43,75 dibanding target 75.
Dari pendataan tenaga kesehatan pada tahun 2010, ketersediaan tenaga kesehatan di
rumah sakit milik pemerintah (Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah), telah
tersedia 7.336 dokter spesialis, 6.180 dokter umum, 1.660 dokter gigi, 68.835
perawat/bidan, 2.787 S-1 Farmasi/Apoteker, 1.656 asisten apoteker, 1.956 tenaga
kesehatan masyarakat, 4.221 sanitarian, 2.703 tenaga gizi, 1.598 tenaga keterapian fisik,
dan 6.680 tenaga keteknisian medis.
Dengan memperhatikan standard ketenagaan rumah sakit yang berlaku, maka pada
tahun 2010 masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di rumah sakit milik pemerintah
(Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah), sejumlah 2.098 dokter spesialis, 902
dokter umum, 443 dokter gigi, 6.677 perawat/bidan, 84 orang S-1 Farmasi/Apoteker, 979
asisten apoteker, 149 tenaga kesehatan masyarakat, 243 sanitarian, 194 tenaga gizi, 800
tenaga keterapian fisik, dan 2.654 tenaga keteknisian medis.

6| Sumber Daya Kesehatan


Sedangkan di Puskemas pada tahun 2010 telah tersedia 14.840 dokter umum, 6.125
dokter gigi, 78.675 perawat, 7.704 perawat gigi, 83.000 bidan, 6.351 orang S-1
Farmasi/Apoteker, 8.601 asisten apoteker, 1.356 tenaga kesehatan masyarakat, 6.031
sanitarian, 7.547 tenaga gizi, dan 2.609 tenaga keteknisian medis. Pada tahun yang sama,
di Puskesmas di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) telah tersedia tenaga
kesehatan sebanyak 130 dokter umum, 42 dokter gigi, 955 perawat, 53 perawat gigi, 496
bidan, 60 asisten apoteker, 54 tenaga kesehatan masyarakat, 76 sanitarian, 67 tenaga gizi,
dan 54 tenaga keteknisian medis.
Dengan memperhatikan standard ketenagaan Puskesmas yang berlaku, maka pada
tahun 2010 masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di Puskesmas, sejumlah 149
dokter umum, 2.093 dokter gigi, 280 perawat gigi, 21.797 bidan, 5.045 asisten apoteker,
13.019 tenaga kesehatan masyarakat, 472 sanitarian, 303 tenaga gizi, dan 5.771 tenaga
keteknisian medis. Sedangkan untuk Puskesmas DTPK juga masih dihadapi kekurangan
tenaga kesehatan sejumlah 64 dokter umum, 59 dokter gigi, 48 perawat gigi, 35 asisten
apoteker, 249 tenaga kesehatan masyarakat, 25 sanitarian, 34 tenaga gizi, dan 47 tenaga
keteknisian medis.
Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan untuk daerah tertinggal, terpencil,
perbatasan dan kepulauan tahun demi tahun diupayakan untuk ditingkatkan, namun
belum dapat mencapai harapan.

7| Sumber Daya Kesehatan


2.3 Prinsip Penyelenggaraan SDM Kesehatan
Dalam kaitannya menyediakan sumber daya kesehatan yang unggul (health
manpower) bagi sistem kesehatan, penyelenggaraan SDM harus mengacu pada beberapa
prinsip sebagai berikut :
1. Pengadaan tenaga kesehatan yaitu mencakup jumlah, jenis, dan kualifikasi tenaga
kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan serta dinamika
pasar di dalam maupun di luar negeri.
2. Pendayagunaan tenaga kesehatan memperhatikan asas pemerataan pelayanan
kesehatan serta kesejahteraan dan keadilan bagi tenaga kesehatan.
3. Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan pada penguasaan ilmu dan teknologi serta
pembentukan moral dan akhlak sesuai dengan ajaran agama dan etika profesi yang
diselenggarakan secara berkelanjutan.
4. Pengembangan karier dilaksanakan secara objektif, transparan, berdasarkan prestasi
kerja dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan secara nasional.

2.4 Perundang-Undangan dan Peraturan Tenaga Kesehatan


Sejak Kemerdekaan 17 Agustus 1945, pemerintah Indonesia sudah membuat
kebijakan yang berkaitan dengan tenaga kesehatan. Kebijakan itu dikembangkan kerena
rendahnya status kesehatan dan terbatasnya tenaga dan sumber daya kesehatan untuk
mengelola pelayanan kesehatan. Pada tahun 1950 hanya ada 1.200 dokter, 150 dokter
gigi, 3.500 perawat, dan 80 ahli farmasi (apoteker) di negara yang berpenduduk 72 juta
(Depkes RI, 1980). Pada periode tersebut tingkat mortalitas bayi di atas 200 per 1.000
bayi lahir hidup, tingkat harapan hidup hanya 48 tahun dan rasio penduduk dengan dokter
sekitar 60.000 penduduk per dokter.
Untuk menghadapi tantangan atau masalah kesehatan tersebut, pemerintah
mengeluarkan kebijakan tentang pembagian tanggung jawab dan otoritas kesehatan
antara pemerintah pusat dan daerah. Kebijakan-kebijakan itu antara lain :
1. Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004
2. Ketetapan MPR No. 4 Tahun 1999
3. UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
4. Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 1952 menggariskan agar pemerintah pusat
menyerahkan dan memperbantukan pegawai-pegawai negara untuk diangkat
menjadi pegawai provinsi di Jawa
5. Undang-Undang No.8 Tahun 1961, tentang Wajib Kerja Sarjana yang mengatur
lulusan fakultas kedokteran, kedokteran gigi, dan farmasi untuk melaksanakan
wajib kerja sebagai pegawai negeri sipil sekurang-kurangnya 3 tahun
6. Undang –Undang No.6 Tahun 1963 menyatakan bahwa Depkes mempunyai
wewenang dalam mengatur, mengarahkan, serta mengawasi pegawai kesehatan
dalam menjalankan tugasnya

8| Sumber Daya Kesehatan


7. PP No.37 Tahun 1964 yang menyatakan semua lulusan pendidikan kesehatan,
dokter, dokter gigi, dan apoteker harus mendaftar ke Depkes
8. PP No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
9. UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
10. PP No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
11. PP No.8 tentang Organisasi Perangkat Daerah
12. Keputusan Menkes No.850/MENKES/SK/V/2000 tentang Kebijakan
pengembangan tenaga kesehatan tahun 2000-2010
13. Keputusan Menkes No.1277/MENKES/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Depkes
14. Keputusan Menkes No.004/MENKES/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan
15. Keputusan Menkes No.1457/MENKES/SK/X/2003 tentang SPM bidang
kesehatan di kab/kota

2.5 Jenis Tenaga Kesehatan


Tenaga kesehatan menurut UU No.36 Tahun 2014 terdiri dari tenaga medis, tenaga
psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik,
tenaga keteknisan medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan
tenaga kesehatan lain.

KELOMPOK TENAGA JENIS


KESEHATAN
Tenaga Medis Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Dokter
Spesialis Gigi
Tenaga Psikologi Klinis Psikologi Klinis
Tenaga Keperawatan Berbagai Jenis Perawat
Tenaga Kebidanan Bidan
Tenaga Kefarmasian Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian
Tenaga Kesehatan Masyarakat Epidemiolog Kesehatan, Tenaga Promosi Kesehatan
dan Ilmu Prilaku, Pembimbing Kesehatan Kerja,
Tenaga Administrasi dan Kebijakan Kesehatan,
Tenaga Biostatistik dan Kependudukan, Tenaga
Reproduksi, dan Keluarga
Tenaga Kesehatan Lingkungan Sanitasi Lingkungan, Entomolog Kesehatan, dan
Mikrobiolog Kesehatan
Tenaga Gizi Nutrisionis dan Dietisien
Tenaga Keterapian Fisik Fisioterapis, Okupasi Terapis, Terapis Wicara, dan
Akupuntur

9| Sumber Daya Kesehatan


Tenaga Keteknisian Medis Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, Teknik
Kardiovaskuler, Teknisi Pelayanan Darah,
Refraksionis Optisien atau Optometris, Teknisi Gigi,
Penata Anastesi, Terapis Gigi dan Mulut, dan
Audiologis
Tenaga Teknik Biomedika Radiografer, Elektromedis, Ahli Laboratorium
Medik, Fisikawan Medik, Radioterapis, dan Ortotis
Prostetik
Tenaga Tradisional Tenaga Kesehatan Tradisional Ramuan dan Tenaga
Kesehatan Tradisional Keterampilan
Tenaga Kesehatan Lain Ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
Sumber : UU No.36 Tahun 2014

2.6 Tahapan dalam Mencapai Ketersediaan Sumber Daya Tenaga Kesehatan


1. Perencanaan SDM Kesehatan
Perencanaan SDM Kesehatan adalah proses estimasi terhadap jumlah SDM
berdasarkan tempat, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan kesehatan.
Secara garis besar perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar sebagai berikut :
1. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat institusi
Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada perhitungan
kebutuhan SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, dan lain-lain.

Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan di tingkat Institusi ini bisa dihitung


dengan menggunakan metode Daftar Susunan Pegawai/DSP (Authorized
Stagging List), atau WISN (Work Load Indikator Staff Need). Metode
perhitungan kebutuhan SDM kesehatan dengan menggunakan metode Daftar
Susunan Pegawai bisa digunakan di berbagai unit kerja seperti rumah sakit,
puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya.Berikut contoh-contoh model
perhitungan tenaga kesehatan.

1) Model Puskesmas di Daerah Terpencil


Puskesmas di daerah terpencil mempunyai masalah geografis dan
transportasi yang sulit, penduduk yang jarang, dan pelayanan yang kurang
kebutuhan tenaga sekitar 17 orang.

Tabel. Model Puskesmas di Daerah Terpencil

10 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
N Jenis Kegiatan Jenis Tenaga Jumla Keterangan
o h
1. Kepala Puskesmas Dokter/Sarjana kesehatan 1
lain yang terdidik dalam
public health
2. Kepala Tata Usaha Perawat 1 Tenaga-
3. R/R, Perencana, Ev Perawat 1 tenaga
4. Bendahara & Urusan SMEA/SMA 1 ketatausahaan
5. Umum SMTP 1 (administrasi)
6. Sopir SD 1
Penjaga
Puskesmas/Pramu
7. Poliklinik Gigi Perawat Gigi 1 Unit 3
8. Poliklinik Umum Perawat 1
9. Poliklinik Umum Pekarya 1
1 KIA, KB Bidan 1 Unit 2
0. Perkesmas Bidan - Tugas
1 Gizi Keluarga PAG 1 Rangkap
1.
1
2.
1 Imunisasi & Pencegahan Perawat 1 Unit 1 & Unit
3. Surveilance & Kesling Sanitarian 1 4
1
4.
1 Laboratorium Analis 1 Unit 6
5. Apotik Pekarya 1
1 JPKM Perawat/D3 Askes - Perawa
6. terlatih
1 bekerja
7. rangkap
1 Setiap Pustu Perawat 1
8. Setiap Bidan Desa Bidan 1
1
9.
Jumlah 17*)

11 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
*)Jumlah 17 orang adalah jumlah tenaga yang terkecil dengan Pustu dan bidan
desa rata-rata. Jumlah ini akan meningkat dengan bertambah bnyaknya jumla
Pustu atau bidan desa.

2) Model DSP Puskesmas Pedesaan


Puskesmas terletak dalam kecamatan dengan penduduk 20.000 orang
dengan output puskesmas 35.000 orang per tahun. Apabila produktivitas staf/hari =
5, maka tenaga yang dibutuhkan atau N = 35.000/(300 x 5) = 23 orang.

N Jenis Kegiatan Jenis Tenaga Jumla Keterangan


o h
1. Kepala Puskesmas Dokter/Sarjana kesehatan 1
lain yang terdidik dalam
public health
2. Kepala Tata Usaha Perawat 1 Unit Tata
3. R/R, Perencana, Ev Perawat 1 Usaha
4. Bendahara & Urusan SMEA/SMA 1 (administrasi)
5. Umum SMTP 1
6. Sopir SD 1
Penjaga
Puskesmas/Pramu
7. Poliklinik Umum Perawat Umum 1 Rkp.ka.Puske
8. Poliklinik Umum Perawat 1 s
9. Poliklinik Umum Pekarya 1
1 Poliklinik Gigi Dokter Gigi 1 Unit 3
0. Poliklinik Gigi Perawat Gigi 1
1 Bagian Kartu Pekarya 1
1.
1
2.
1 KIA, KB Bidan 1 Unit 2
3. Perkesmas Bidan 1
1 Kesehatan Gizi Keluarga Akademi Gizi 1
4.
1
5.

12 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
1 Peran Serta Masyarakat Bidan 1 Unit 4
6. Kesling dan Penyuluh Sanitarian 1
1
7.
1 Laboratorium Analis Kimia 1 Unit 6
8. Apotek Ass. Apoteker 1
1
9.
2 Imunisasi Perawat 1
0. Pencegahan & Pemb Perawat 1
2 Surveilance Sanitarian 1 Unit 1
1.
2
2.
2 UKGS Drg & Perawat Gigi - Tugas
3. UKS Perawat - rangkap
2 JPKM Perawat/D3 Askes 1 perawat
4. terlatih
2
5.
2 Setiap Pustu Perawat 1
6. Setiap Bidan Desa Bidan 1
2
7.
Jumlah 23*)

3) Model DSP Puskesmas Perkotaan


Puskesmas terletak di kota dengan penduduk gak padat dan kunjungan cukup
tinggi dengan output puskespas 60.000 orang/tahun. Apabila produktivitas
staf/hari = 5, aka tenaga yang dibutuhkan atau N berjumlah 40 orang.

Table. Model Puskesmas Perkotaan

N Jenis Kegiatan Jenis Tenaga Jumlah Keterangan


o
1. Kepala Puskesmas Dokter/Sarjana kesehatan 1
lain yang terdidik dalam
public health

13 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
2. Kepala Tata Usaha Perawat 1 Unit Tata
3. R/R, Perencana, Ev Perawat 1 Usaha
4. Bendahara & Urusan SMEA/SMA 1 (administrasi
5. Umum SMTP 1 )
6. Sopir SD 1
Penjaga
Puskesmas/Pramu
7. Bagian Kartu Poli Pekarya 1 Khusus
8. Poliklinik Umum Perawat Umum 2 bekerja di
9. Poliklinik Umum Perawat 1 poliklinik
1 Poliklinik Umum Pekarya 1 membantu
0. Kamar Suntik Perawat 1 pemeriksaan
1 Unit Gawat Darurat Perawat 4 dokter
1. Poliklinik Gigi Dokter Gigi 1 bagian
1 Bagian Kartu Perawat Gigi 1 anamese
2. Unit 3
1
3.
1
4.
1 KIA, KB Bidan 2
5. KIA, KB Pekarya 1 Unit 2
1 Kesehatan Gizi Keluarga Akademi Gizi 1
6. UKGS Dokter Gigi - Tugas
1 UKS Perawat Gigi 1 Rangkap
7.
1
8.
1
9.
2 Puskesmas Bidan 1
0. Radiologi APRO 1 Unit 6
2 Laboratorium Analis Kimia 1
1. Apotek Ass. Apoteker 1

14 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
2 Apotek Juru Obat 1
2.
2
3.
2
4.
2 Imunisasi Perawat 1
5. Pencegahan&Pemb. Entomolog 1
2 Penyul. Epidemolog 1 Unit 1
6. Surveilance
2
7.
2 Peran Serta Masyarakat Bidan 1 Unit 4
8. Kesling dan Penyuluh Sanitarian 1
2
9.
3 JPKM D3 Ekonomi/D3 Askes 1 Terlatih 4
0.
3 Pustu Perawat 2
1.
Jumlah 23*)

2. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah


Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini dimaksudkan untuk
menghitung kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan kebutuhan di tingkat
wilayah (provinsi/kabupaten/kota) yang merupakan gabungan antara kebutuhan
institusi dan organisasi.

Perencanaan di sini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM


kesehatan berdasarkan kebutuhan wilayah jangka menengah (5-10 tahun), dan
jangka panjang (10-20 tahun). Yang akan dipakai di sini adalah model
perencanaan dengan menggunakan metode skenario atau proyeksi dari WHO.
Model ini merupakan penyederhanaan dari metode yang telah dirancang oleh
WHO menggunakan simulasi komputer. Metode ini bisa dilakukan dengan
membuat proyeksi ke depan mengenai sasaran pelayanan kesehatan (rumah sakit
dan puskesmas) atau bisa juga dengan menggunakan proyeksi program
pembangunan kesehatan.

15 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
Dengan pendekatan ini, perlu dibuat beberapa alternatif atau skenario
kemungkinan tentang sistem pelayanan kesehatan di masa depan yang mungkin
terjadi. Dengan membuat berbagai gambaran keadaan masa depan di bidang
kesehatan yang mungkin terjadi maka kita akan bisa mengetahui kebutuhan
SDM kesehatan untuk masing-masing skenario tersebut. Dengan memakai
perencanaan skenario, kita akan dapat menunjukkan konsekuensi yang terjadi
apabila kita memilih suatu kebijakan atau tindakan. Dengan memahami berbagai
skenario yang mungkin terjadi di masa depan. Kita akan dapat membuat
proyeksi kebutuhan SDM di masa yang akan datang.

3. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk bencana


Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini dimaksudkan untuk
mempersiapkan SDM kesehatan pada saat prabencana, terjadi bencana, dan post
bencana, termasuk pengelolaan kesehatan pengungsi.

Bencana biasanya terjadi secara tidak terduga dan dapat mengakibatkan


jatuhnya korban dalam jumlah besar diikuti dengan rusaknya infrastruktur. Pada
banyak kejadian, bencana diikuti dengan terjadinya pengungsian penduduk. Pada
kejadian bencana diperlukan adanya tindakan pelayanan kesehatan secara cepat
dan tepat untuk mengurangi jumlah korban.

Oleh karena itu, kebutuhan SDM untuk penanggulangan masalah kesehatan


di daerah bencana memerhatikan hal –hal berikut :

1. Waktu untuk bereaksi yang singkat untuk memberikan pertolongan


2. Kecepatan dan ketepatan dalam bertindak untuk mengupayakan pertolongan
terhadap korban bencana sehingga jumlah korban dapat diminimalkan
3. Kondisi penduduk di daerah bencana (geografis, populasi, ekonomi, sosbud
dan sebagainya)
4. Keterbatasan fasilitas kesehatan
5. Kemampuan sumber daya setempat

Adapun klasifikasi kebutuhan SDM kesehatan pada kondisi pascabencana


terdiri dari (bertugas selama 24 jam dalam 3 shift):

1. Dokter 4 orang
2. Kesling 8 orang
3. Bidan 8-16 orang
4. Perawat 8-16 orang
5. Asisten apoteker 1 orang

16 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
6. Teknisi lab 2 orang
7. Pembantu umum 5-10 orang

Untuk itu pengelola kebutuhan SDM kesehatan yang bertanggung jawab pada
ketiga kelompok di atas perlu memahami secara lebih rinci teknis perhitungannya
untuk masing-masing kelompok. Dalam perencanaan SDM kesehatan perlu
memperhatikan hal-hal berikut :
- Rencana kebutuhan SDM kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan
- Pendayagunaan SDM kesehatan diselenggarakan secara merata, serasi,
seimbang, dan selaras oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha baik di
tingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam upaya pemerataan SDM kesehatan
perlu diperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban perorangan dengan
kebutuhan masyarakat. Pendayagunaan SDM kesehatan oleh pemerintah
diselenggarakan melalui pendelegasian wewenang yang proporsional dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
- Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan didasarkan pada
kesesuaian metode dengan kemampuan dan keadaan daerah masing-masing.

2. Pendidikan dan Pelatihan SDM Kesehatan

Pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan adalah untuk membentuk


keahlian dan keterampilan tenaga kesehatan di bidang-bidang teknologi yang
strategis serta mengantisipasi timbulnya kesenjangan keahlian sebagai akibat
kemajuan teknologi. Pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan tidak
terlepas dari sistem pendidikan nasional.

Pengembangan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab


Kementerian Pendidikan Nasional, namun pembinaan teknis pendidikan tenaga
kesehatan merupakan kewenangan Kementerian Kesehatan. Dalam upaya
pengembangan sistem pendidikan tenaga kesehatan, maka perlu perpaduan antara
Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Kesehatan. Pada era otonomi
daerah diterbitkan beberapa keputusan-keputusan antara lain, Keputusan Mendiknas
No. 234 Tahun 2000 tentang Pedoman Pendidikan Tinggi dan Peraturan Menkes No.
1192 Tahun 2004 tentang Pendirian Diploma Bidang Kesehatan dapat
diselenggarakan berdasarkan ijin dari Menteri Pendidikan Nasional setelah mendapat
rekomendasi dari Menkes Republik Indonesia.

17 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
Perkembangan institusi pendidikan tenaga kesehatan cukup tinggi. Jenjang
pendidikan yang besar pertumbuhannya adalah jenjang pendidikan D3 dan S1. Untuk
itu Departemen Pendidikan banyak mengembangkan jenjang pendidikan formal ini
baik negeri maupun swasta. Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada saat ini
masih belum memenuhi standar kualitas pendidikan. Berdasarkan data yang ada,
67% institusi pendidikan tenaga kesehatan belum terakreditasi. Pendirian institusi
pendidikan tenaga kesehatan yang belum terencana sesuai dengan standar mutu dapat
berdampak terhadap tidak terpenuhinya kompetensi tenaga kesehatan.

Pengembangan SDM kesehatan juga merupakan kegiatan yang harus


dilaksanakan oleh perusahaan agar pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability),
dan keterampilan (skill)mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka
lakukan. Dengan kegiatan pengembangan ini diharapkan dapat memperbaiki dan
mengatasi kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik dan sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang digunakan oleh perusahaan.
Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan merupakan salah satu cara dalam
pengembangan SDM kesehatan.

Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan di dalam suatu instansi atau


organisasi biasanya disatukan menjadi “Diklat”. Unit Diklat atau sering disebut
Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan) adalah suatu unit yang bertugas untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi calon pegawai atau pegawai.
Dengan kata lain, fungsi Diklat adalah mendidik dan melatih tenaga kerja (pegawai)
dalam rangka pengembangan atau peningkatan kemampuan mereka.

18 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
Pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan (perilaku) ke
arah yang diinginkan. Pendidikan (pendidikan formal) sebagai bagian dari diklat
mempunyai peranan dalam sumber daya manusia (tenaga) sehingga tenaga tersebut
mampu melakukan tugas yang dibebankan oleh organisasi atau instansi tersebut.
Sementara itu, penggunaan istilah “training”, sering dikacaukan dengan latihan
(exercise atau practice). Pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan
formal yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan kerja
seseorang atau sekelompok orang. Sementara itu, latihan adalah salah satu cara untuk
memperoleh keterampilan tertentu misalnya latihan menari, latihan naik sepeda,
latihan baris-berbaris, dan lain-lain.

Unsur pendidikan bertugas menangani pendidikan bagi calon tenaga yang


diperlukan oleh instansi atau organisasi yang bersangkutan. Sementara itu, unsur
pelatihan bertindak meningkatkan kemampuan atau keterampilan tenaga atau
pegawai yang telah menduduki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu di instansi yang
bersangkutan.

Di dalam suatu departemen, instansi, atau organisasi, pendidikan dan


pelatihan (diklat) adalah suatu keharusan. Hal ini disebabkan karena diklat adalah
suatu bentuk investasi pada sumber daya manusia untuk mencapai tingkat
produktivitas yang optimum. Tanpa diklat atau tanpa adanya pengembangan dan
penambahan kemampuan bagi para tenaga kerjanya, mustahil suatu organisasi dapat
berkembang. Tuntutan terhadap akibat ini disamping datang dari kebutuhan tenaga
terampil untuk menangani tugas-tugas yang ada pada organisasi tersebut (dari
dalam), juga tuntutan dari luar organisasi itu sendiri. Dengan berkembangnya ilmu
dan teknologi, suatu organisasi dituntut untuk menyesuaikan dirinya dengan
perkembangan tersebut. Dalam pendidikan dan pelatihan tenaga kerja perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Standar pendidikan vokasi, sarjana, dan profesi tingkat pertama ditetapkan oleh
asosiasi institusi pendidikan tenaga kesehatan yang bersangkutan. Sementara
standar pendidikan profesi tingkat lanjutan ditetapkan oleh kolegium profesi yang
bersangkutan.
2. Penyelenggaraan pendidikan vokasi, sarjana, dan profesi tingkat pertama adalah
institusi pendidikan tenaga kesehatan yang telah diakreditasi oleh asosiasi institusi
pendidikan kesehatan yang bersangkutan. Sementara penyelenggaraan pendidikan
profesi tingkat lanjutan adalah institusi pendidikan (university based) dan institusi

19 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
pelayanan kesehatan (hospital based) yang telah diakreditasi oleh kolegium
profesi yang bersangkutan.
3. Standar pelatihan tenaga kesehatan ditetapkan oleh organisasi profesi yang
bersangkutan. Sementara penyelenggaraan peletihan tenaga kesehatan termasuk
yang bersifat berkelanjutan (continuing education) adalah organisasi profesi serta
institusi pendidikan, institusi pelatihan, dan institusi pelayanan kesehatan yang
telah diakreditasi oleh organisasi profesi yang bersangkutan.
4. Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan harus
memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan dan produksi tenaga kesehatan
yang bersangkutan.
5. Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan untuk tenaga
kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan, tetapi belum diminati
oleh swasta harus menjadi tanggung jawab pemerintah.

3. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

Perkembangan distribusi tenaga kesehatan di Indonesia telah dimulai sejak


tahun 1960 dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 9 Tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Kesehatan. Undang-Undang ini menyatakan bahwa pemerintah
bertanggung jawab dalam pemerataan tenaga kesehatan. Selanjutnya dalam beberapa
tahun kemudian, tenaga kesehatan melaksanakan Wajib Kerja Sarjana. Pada masa itu
semua tenaga kesehatan, utamanya dokter, dokter gigi, perawat, bidan, sanitarian,
dan ahli gizi diangkat sebagai pegawai negeri sipil pusat (PNS Pusat) dan
ditempatkan ke daerah yang memerlukan untuk jangka waktu tertentu (antara 2
sampai 5 tahun sesuai dengan tingkat kesulitan daerah penempatan) melalui Inpres
No. 5 Tahun 1974.

Dalam perkembangan selanjutnya, maka ditetapkan Undang-Undang No. 13


Tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan yang mencabut Undang-Undang No. 8 Tahun
1961 tentang Wajib Kerja Sarjana. Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang
tersebut, ditetapkanlah Peraturan Menkes No. 1540/Menkes/ Per/XII/2002 tentang
Penempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti dan Cara Lain. Dengan kebijakan ini,
program dokter dan dokter gigi PTT yang semula bersifat wajib menjadi sukarela.

Disatu sisi, kebijakan tersebut di atas mencerminkan penghargaan pemerintah


terhadap Hak Asasi Manusia para tenaga kesehatan. Namun disisi lain, Hak Asasi

20 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
Manusia bagi rakyat terutama di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan
daerah-daerah yang tidak diminati menjadi terabaikan. Hal ini bertentangan dengan
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 4 yang menyatakan bahwa setiap
orang berhak atas kesehatan dan pasal 5 yang menyatakan setiap orang mempunyai
hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.

Tenaga kesehatan dapat didayagunakan di : (1) Instansi pemerintah baik pusat


maupun daerah termasuk TNI dan POLRI, (2) Sektor pelayanan kesehatan swasta,
(3) Sektor non pelayanan kesehatan termasuk industri, pendidikan dan penelitian
baik pemerintah maupun swasta, dan (4) di luar negeri sebagai Tenaga Kerja
Kesehatan Indonesia (TKKI).

Tenaga kesehatan yang didayagunakan di instansi pemerintah, utamanya di sektor


kesehatan dapat diangkat melalui: 1) formasi PNS baik pusat maupun daerah 2)
Pegawai Tidak Tetap (PTT) pusat maupun daerah 3) penugasan khusus baik residen
maupun tenaga D3-Kesehatan, terutama untuk daerah terpencil, perbatasan, dan
kepulauan (DTPK).

Untuk tenaga kesehatan yang telah mendapatkan program pendidikan dan


pelatihan, secara otomatis lembaga yang menaungi mereka harus mendayagunakan
kemampuan mereka untuk pelayanan kesehatan pada masyarakat. Pendayagunaan
tenaga kesehatan meliputi beberapa hal berikut :
1. Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah
dilakukan dengan sistem kontrak kerja serta penempatan sebagai pegawai negeri
sipil sesuai dengan kebutuhan.
2. Penempatan tenaga kesehatan dengan sistem kontrak kerja diselenggarakan atas
dasar kesepakatan secara suka rela antara kedua belah pihak.
3. Penempatan tenaga kesehatan sebagai PNS diselenggarakan dalam rangka
mengisi formasi pegawai pusat dan pegawai daerah serta formasi tenaga
kesehatan strategis, yaitu pegawai pusat yang dipekerjakan di daerah.
4. Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan milik swasta di
dalam negeri yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan milik swasta
yang bersangkutan melalui koordinasi dengan pemerintah.
5. Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan di luar negeri
diselenggarakan oleh suatu lembaga yang dibentuk khusus dengan tugas
mengkoordinasikan pendayagunaan tenaga kesehatan ke luar negeri.

21 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
6. Pendayagunaan tenaga kesehatan warga negara Indonesia lulusan luar negeri,
didahului dengan program adaptasi yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan yang telah diakreditasi oleh organisasi profesi yang bersangkutan.
7. Pendayagunaan tenaga kesehatan asing di dalam negeri dilakukan setelah tenaga
kesehatan asing tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi
profesi yang bersangkutan.
8. Pembinaan dan pengawasan praktik profesi dilakukan melalui sertifikasi,
registrasi, uji kompetensi, dan pemberian lisensi. Sertifikasi dilakukan oleh
institusi pendidikan, registrasi dilakukan oleh komite registrasi tenaga kesehatan,
uji kompetensi dilakukan oleh masing-masing organisasi profesi, sedangkan
pemberian lisensi dilakukan oleh pemerintah.
9. Dalam pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan diberlakukan peraturan
perundang-undangan, hukum tidak tertulis, serta etika profesi.
10. Pendayagunaan tenaga kesehatan masyarakat di bidang kesehatan dilakukan
secara serasi dan terpadu oleh pemerintah dan masyarakat. Pemberian
kewenangan dalam teknis kesehatan kepada tenaga masyarakat dilakukan sesuai
keperluan dan kompetensinya.

4. Pembinaan dan Pengawasan Mutu Tenaga Kesehatan


Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga dokter dan dokter gigi telah diatur
dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Sebagai
implementasi dari Undang-Undang tersebut, pada tahun 2005 telah dibentuk Konsil
Kedokteran Indonesia. Konsil Kedokteran Indonesia telah melaksanakan registrasi
tenaga dokter dan dokter gigi, dengan menerbitkan Surat Tanda Registrasi (STR).
STR dapat diterbitkan setelah dokter dan dokter gigi mengikuti dan dinyatakan lulus
dalam uji kompetensi yang dilaksanakan oleh kolegium kedokteran dan kedokteran
gigi. Berdasarkan STR, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dapat
menerbitkan Surat Izin Praktik (SIP). Untuk menjamin mutu pelayanan
kedokteran/kedokteran gigi, seorang dokter atau dokter gigi, hanya diperbolehkan
praktik maksimal di 3 (tiga) tempat.

Untuk tenaga kesehatan lainnya, pada tahun 2011 telah dibentuk Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI), yang melaksanakan registrasi bagi tenaga
kesehatan non dokter atau dokter gigi. Guna kelancaran tugas MTKI, beberapa
provinsi sudah mempunyai Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP). Tugas
pokok dan fungsi MTKP dan tata hubungan kerjanya dengan MTKI, saat ini sedang

22 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
dalam penyusunan. Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Izin Kerja, dapat diterbitkan
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.

Untuk meningkatkan dan menjamin mutu tenaga kefarmasian dalam


melaksanakan pekerjaannya, telah dibentuk Komite Farmasi Nasional (KFN) yang
mempunyai tugas melaksanakan registrasi, sertifikasi, pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, pembinaan dan pengawasan apoteker.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa rumah sakit swasta telah
mempekerjakan tenaga kesehatan warga Negara asing (TKWNA). Sesuai peraturan
dan ketentuan yang berlaku, penggunaan TKWNA diperbolehkan hanya sebagai
konsultan. Namun pada kenyataannya di lapangan, dijumpai TKWNA juga
memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada pasien. Dalam hubungan ini,
pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan belum berjalan dengan semestinya.

Ke depan sejalan dengan berlakunya pasar bebas, migrasi TKWNA ke


Indonesia tidak dapat dihindari. Dengan demikian pembinaan dan pengawasan
TKWNA dan dukungan regulasinya perlu ditingkatkan.

2.7 Isu Strategis Ketenagaan Kesehatan

Penyediaan tenaga kesehatan di Indonesia semakin bertambah banyak secara nyata.


Masalah-masalah yang terkait dengan ketenagaan kesehatan antara lain sebagai berikut:

1. Kurang serasinya produksi/pendidikan dan pendayagunaan (termasuk daya serap)


tenaga kesehatan.
2. Rendahnya kualitas tenaga kesehatan
3. Kurang meratanya penyebaran tenaga kesehatan.
4. Lemahnya manajemen SDM kesehatan.
5. Rasio tenaga kesehatan denan jumlah pendudukan masih rendah. Hal itu dapat dilihat
dari produksi dokter setiap tahun sekitar 2.500 dokter baru sedangkan rasio dokter
terhadap jumlah penduduk 1 : 5000. Produksi perawat setiap tahun 40.000 perawat
baru dengan rasio terhadap jumla penduduk 1 : 2850 dan produksi bidan setiap tahun
sekitar 600 bidan baru dengan rasio terhadap penduduk 1 : 2.600.
6. Penyebaran SDM kesehatan belum menggembirakan, sekalipun sejak tahun 1992
telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter terhadap puskesmas. Untuk

23 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
kawasan Indonesia bagin barat jauh lebih tinggi dibandingkan kawasan Indonesia
timur.
7. Distribusi tenaga kesehatan kurang merata. Hal ini menyebabkan terjadinya
ketimpangan antara perkotaan dan pedesaan, bahkan sekitar 25-40%. Puskesmas
tidak mempunyai dokter, khususnya di daerah dengan geografis sulit seperti kawasan
timur Indonesia dan daerah rawan konflik.

Menurut Kemenkes RI (2009), terdapat permasalahan strategis SDM kesehatan yang


dihadapi saat ini dan kedepan yaitu sebagai berikut:

1. Pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan belum dapat memenuhi


kebutuhan SDM untuk pembangunan kesehatan.
2. Perencanaan kebijakan dan program SDM kesehatan masih lemah dan belum
didukung sistem informasi SDM kesehatan yang memadai.
3. Masih kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan berbagai jenis SDM
kesehatan.Kualitas hasil pendidikan SDM kesehatan dan pelatihan kesehatan pada
umumnya masih belum memadai.
4. Dalam pendayagunaan SDM Kesehatan , pemerataan SDM Kesehatan berkualitas
masih kurang. Pengembangan karir, sistem penghargaan dan sanksi belum
sebagaimana mestinya. Regulasi untuk mendukung SDM kesehatan masih terbatas.
5. Pembinaan dan pengawasan SDM kesehatan dan dukungan SDM kesehatan masih
kurang.

Selain permasalahan diatas, berbagai permasalahan umum dalam SDM kesehatan di


Indonesia antara lain:
1. Lemahnya kebijakan tentang SDM kesehatan dan implementasinya.
2. Kurangnya kuantitas dan kualitas SDM kesehatan.
3. Rendahnya mutu dan jumlah pendidikan dan pelatihan SDM kesehatan.
4. Kurangnya akses terhadap sumber pengetahuan dan informasi.
5. Maldistribusi tenaga kesehatan di berbagai jenjang administrasi dan pelayanan.
6. Rendahnya motivasi kerja.
7. Lemahnya pembinaan terhadap tenaga kesehatan.
8. Kurangnya integrasi antara pelayanan kesehatan pemerintah dengan pihak swasta.

Selain itu menurut WHO (2011), terdapat beberapa isu permasalahan kesehatan yang
terjadi di Indonesia yaitu :

24 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
1. Pengembangan tenaga kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
untuk pelayanan/pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan terus membaik dalam
jumlah, kualitas dan penyebarannya, namun masih belum mampu memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah terutama pada daerah tertinggal,
terpencil, perbatasan dan kepulauan. Mutu tenaga kesehatan belum memiliki daya
saing dalam memenuhi permintaan tenaga kesehatan dari luar negeri.

2. Regulasi untuk mendukung upaya pengembangan tenaga kesehatan masih terbatas.

3. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan masih perlu ditingkatkan dan belum


didukung dengan sistem informasi tenaga kesehatan yang memadai. Rencana
kebutuhan tenaga kesehatan yang menyeluruh belum disusun sesuai yang diharapkan,
sehingga belum sepenuhnya dapat dipergunakansebagai acuan dalam
pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan, pendayagunaan tenaga kesehatan, serta
pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan.

4. Masih kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan/pendidikan berbagai jenis


tenaga kesehatan. Kajian jenis tenaga kesehatan yang dibutuhkan tersebut belum
dilakukan sebagaimana mestinya. Kualitas hasil pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan pada umumnya masih kurang memadai. Masih banyak institusi pendidikan
tenaga kesehatan yang belum terakreditasi dan memenuhi standard. Hal ini akan
berdampak terhadap kompetensi dan kualitas lulusan tenaga kesehatan. Permasalahan
pendidikan tenaga kesehatan pada umumnya bersifat sistemik, antara lain terdapat
ketidaksesuaian kompetensi lulusan pendidikan dengan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat, lemahnya kerjasama antara pelaku dalam pembangunan
kesehatan dan pendidikan tenaga kesehatan, lebih dominannya pendidikan tenaga
kesehatan yang berorientasi ke Rumah Sakit dibandingkan dengan Primary Health
Care.

5. Dalam pendayagunaan tenaga kesehatan, pemerataan dan pemanfaatan tenaga


kesehatan yang berkualitas masih kurang, utamanya di daerah tertinggal, terpencil,
perbatasan, kepulauan dan daerah yang kurang diminati. Hal ini disebabkan oleh
disparitas sosial ekonomi, budaya maupun kebijakan pemerintah daerah termasuk
kondisi geografis antar daerah mengurangi minat tenaga kesehatan untuk ditempatkan

25 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
di daerah tersebut. Selain itu pengembangan dan pelaksanaan pola pengembangan
karir, sistem penghargaan dan sanksi belum dilaksanakan sesuai yag diharapkan.
Pengembangan profesi yang berkelanjutan (Continue Professional Development=
CPD), serta Training Need Assesment (TNA) masih perlu dikembangkan.

6. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan masih belum dapat dilaksanakan
sebagaimana yang diharapkan. Registrasi dan sertifikasi tenaga kesehatan masih
terbatas pada tenaga dokter dan dokter gigi. Sosialisasi dan penerapan peraturan
perundang-perundangan di bidang pengembangan tenaga kesehatan belum
dilaksanakan secara memadai.

7. Sumber daya pendukung pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan masih


terbatas. Sistem informasi tenaga kesehatan belum sepenuhnya dapat menyediakan
data yang akurat, terpercaya dan tepat waktu. Dukungan sumber daya pembiayaan dan
lain-lain sumber daya belum memadai.

2.8 Strategi Pemerintah dalam Mengatasi Masalah SDM Kesehatan di Indonesia

Strategi Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah SDM Kesehatan Menurut Kemenkes


RI (2011), Dalam mewujudkan Visi, mengemban Misi dan guna mencapai tujuan
pengembangan tenaga kesehatan dalam tahun 2025, maka ditempuh strategi sebagai
berikut:

1. Penguatan regulasi pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan. Penguatan


regulasi untuk mendukung pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan
melalui percepatan pelaksanaannya, peningkatan kerjasama lintas sektor dan
peningkatan pengelolaannya secara berjenjang di pusat dan daerah.

2. Peningkatan Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan. Kebutuhan tenaga kesehatan


guna mendukung pembangunan kesehatan harus disusun secara menyeluruh, baik
untuk fasilitas kesehatan milik pemerintah secara lintas sektor termasuk pemerintah
daerah dan swasta, serta mengantisipasi keadaan darurat kesehatan dan pasar bebas di
era globalisasi. Di samping itu kebutuhan tenaga kesehatan guna mendukung
manajemen kesehatan (administrator dan regulator), pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat

26 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
di bidang kesehatan, perlu pula disusun kebutuhannya. Pengelolaan perencanaan,
sumber daya pendukung dan pengembangan perencanaan penting untuk ditingkatkan.

3. Peningkatan dan Pengembangan Pengadaan/Pendidikan Tenaga Kese-hatan.


Pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan ditingkatkan dan dikembangkan guna
memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan, manajemen
kesehatan, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, penelitian dan pengembangan
kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Oleh karenanya
pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan ditingkatkan melalui pengembangan standar
pendidikan tenaga kesehatan guna memenuhi standar kompetensi yang diharapkan dan
memenuhi daya saing baik secara nasional maupun internasional.
Pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan dilakukan melalui peningkatan dan
pengembangan pendidikan tenaga kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun swasta. Peningkatan dan pengembangan pendidikan tenaga
kesehatan tersebut ditujukan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas,
berdaya saing tinggi, serta profesional, yaitu tenaga kesehatan yang mengikuti
perkembangan IPTEK, menerapkan nilai-nilai moral dan etika profesi yang tinggi.
Semua tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung tinggi sumpah dan kode
etik profesi. Peningkatan dan pengembangan pengadaan/pendidikan tenaga kesehatan,
dilakukan melalui penambahan jumlah institusi pendidikan tenaga kesehatan tertentu
sesuai kebutuhannya, akreditasi institusi pendidikan tenaga kesehatan, serta sertifikasi
tenaga pengajar, termasuk peningkatan sarana dan fasilitas belajar mengajar.
Pendidikan tenaga kesehatan perlu ditingkatkan dan disusun secara terarah dan
menyeluruh dalam kerangka mewujudkan keterkaitan yang harmonis, efektif dan
efisien antara sistem kesehatan dan sistem pendidikan.

4. Peningkatan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan. Pendayagunaan tenaga kesehatan


meliputi penyebaran tenaga kesehatan yang merata dan berkeadilan, pemanfaatan
tenaga kesehatan, dan pengembangan tenaga kesehatan termasuk peningkatan
karirnya. Peningkatan pendayagunaan tenaga kesehatan diupayakan untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan kesehatan di semua lini dari daerah sampai pusat secara
lintas sektor, termasuk swasta, serta memenuhi kebutuhan pasar dalam menghadapi
pasar bebas di era globalisasi. Pendayagunaan tenaga kesehatan di daerah tertinggal,
terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan daerah bermasalah kesehatan (DBK),

27 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
perlu memperoleh perhatian khusus. Pendayagunaan tenaga kesehatan untuk
manajemen kesehatan, institusi pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, institusi
penelitian dan pengembangan kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan, juga perlu mendapatkan perhatian yang memadai. Pengembangan tenaga
kesehatan termasuk peningkatan karirnya dilakukan melalui peningkatan motivasi
tenaga kesehatan untuk mengembangkan diri, dan mempermudah tenaga kesehatan
memperoleh akses terhadap pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan. Peningkatan
pelatihan tenaga kesehatan dilakukan melalui pengembangan standar pelatihan tenaga
kesehatan guna memenuhi standar kompetensi yang diharapkan oleh pelayanan
kesehatan kepada seluruh penduduk Indonesia. Peningkatan pelatihan tenaga
kesehatan, juga dilakukan melalui akreditasi institusi pelatihan tenaga kesehatan, serta
sertifikasi tenaga pelatih.

5. Pembinaan dan Pengawasan Mutu Tenaga Kesehatan. Pembinaan dan pengawasan


mutu tenaga kesehatan utamanya ditujukan untuk meningkatkan kualitas tenaga
kesehatan sesuai kompetensi yang diharapkan dalam mendukung penyelenggaraan
pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia. Pembinaan dan pengawasan
mutu tenaga kesehatan dilakukan melalui peningkatan komitmen dan koordinasi
semua pemangku kepentingan dalam pengembangan tenaga kesehatan serta legislasi
yang meliputi antara lain sertifikasi melalui uji kompetensi, registrasi, perizinan
(licensing), dan hak-hak tenaga kesehatan. Hak-hak tenaga kesehatan tersebut antara
lain meliputi kesejahteraan dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam rangka
meningkatkan dan mengembangkan karirnya.

6. Penguatan Sumber Daya Pengembangan Tenaga Kesehatan Penguatan sumber daya


dalam mendukung pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan dilakukan
melalui peningkatan kapasitas SDM Kesehatan, penguatan sistem informasi tenaga
kesehatan, serta peningkatan pembiayaan dan fasilitas pendukung lainnya.

28 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
BAB III

PENUTUP

SDM kesehatan dapat dikatakan merupakan “jantung” dari Sistem Kesehatan


Nasional (SKN). Tanpa adanya tenaga yang menjadi penggerak dan melayani, maka pilar-
pilar yang lain dalam SKN menjadi tidak berjalan, begitu juga sebaliknya. Dalam SKN
tahun 2009, fokus penting juga ditujukan pada pengembangan dan pemberdayaan SDM
kesehatan, guna menjamin ketersediaan dan pendistribusian SDM kesehatan. Tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal
yang mendedikasikan diri dalam berbagai upaya yang bertujuan mencegah,
mempertahankan, serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Tenaga kesehatan menurut UU No.36 Tahun 2014 terdiri dari tenaga medis, tenaga
psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik,
tenaga keteknisan medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga
kesehatan lain.

Indonesia saat ini tengah menghadapi beberapa permasalahan dalam SDM kesehatan
yang mencakup : pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang belum memenuhi

29 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
kuota, perencanaan SDM kesehatan yang lemah, tidak serasinya kebutuhan dan pengadaan
jenis SDM kesehatan, dan pemerataan SDM kesehatan yang masih kurang.

Strategi Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah SDM Kesehatan. Dalam mewujudkan Visi,
mengemban Misi dan guna mencapai tujuan pengembangan tenaga kesehatan dalam tahun
2025, maka ditempuh strategi sebagai berikut:
1. Penguatan regulasi pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan.
2. Peningkatan Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan.
3. Peningkatan dan Pengembangan Pengadaan/Pendidikan Tenaga Kesehatan.
4. Peningkatan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan.
5. Pembinaan dan Pengawasan Mutu Tenaga Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

WHO. 2011. Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2015. Jakarta:


Bhakti Husada

Adisasmito, Wiku. 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan. Sekretariat Negara. Jakarta.

Robi’i. 2016. Makalah SDM Kesehatan. Dapat dilihat di:


http://jawarakesehatan.blogspot.co.id/2016/08/makalah-sdm-kesehatan.html. Diakses pada
tanggal 15 Oktober 2016

30 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n

Anda mungkin juga menyukai