Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dapat
memberikan rahmat dan kasih karunia-Nya serta kelapangan berpikir dan waktu, sehingga
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dengan judul “Sumber Daya
Kesehatan”. Makalah ini disusun sebagai tugas yang diberikan oleh dosen pengajar mata
kuliah Ilmu Kesehatan Msyarakat.
Diharapkan pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para
pembaca dan dapat dijadikan salah satu ilmu yang bermanfaat. Penulis menyadari masih
banyaknya kekurangan dari penulisan hasil makalah ini, kritik dan saran yang membangun
sangat membantu penulis untuk mengurangi segala kekurangan tersebut kedepannya.
Dengan kerendahan hati, penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun bagi pembaca. Amin.
Penulis
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang ....................................................................................................3
Rumusan Masalah ...............................................................................................4
Tujuan Penulisan ................................................................................................4
BAB II
Isi
BAB III
Penutup
Penutupan .........................................................................................................32
Daftar Pustaka.........................................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
Tenaga kesehatan merupakan orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tahapan dalam mencapai ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan yaitu mulai dari
perencanaan, tahap pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga pada tempat
pelayanan kesehatan. Masih rendahnya rasio-rasio tenaga kesehatan Indonesia dibanding
Berbagai studi menunjukkan bahwa tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam
keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan memberikan
kontribusi hingga 80% dalam keberhasilan pembangunan kesehatan. Dalam laporan
WHO tahun 2006, Indonesia termasuk salah satu dari 57 negara yang menghadapi krisis
SDM kesehatan, baik jumlahnya yang kurang maupun distribusinya.
Penetapan pengembangan sumber daya manusia kesehatan sebagai salah satu
prioritas adalah karena Indonesia masih menghadapi masalah tenaga kesehatan, baik
jumlah, jenis, kualitas maupun distribusinya.
Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk belum memenuhi target yang
ditetapkan sampai dengan tahun 2010. Sampai dengan tahun 2008, rasio tenaga kesehatan
untuk dokter spesialis per 100.000 penduduk adalah sebesar 7,73 dibanding target 9,
dokter umum 26,3 dibanding target 30, dokter gigi 7,7 dibanding target 11, perawat
157,75 dibanding target 158, dan bidan 43,75 dibanding target 75.
Dari pendataan tenaga kesehatan pada tahun 2010, ketersediaan tenaga kesehatan di
rumah sakit milik pemerintah (Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah), telah
tersedia 7.336 dokter spesialis, 6.180 dokter umum, 1.660 dokter gigi, 68.835
perawat/bidan, 2.787 S-1 Farmasi/Apoteker, 1.656 asisten apoteker, 1.956 tenaga
kesehatan masyarakat, 4.221 sanitarian, 2.703 tenaga gizi, 1.598 tenaga keterapian fisik,
dan 6.680 tenaga keteknisian medis.
Dengan memperhatikan standard ketenagaan rumah sakit yang berlaku, maka pada
tahun 2010 masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di rumah sakit milik pemerintah
(Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah), sejumlah 2.098 dokter spesialis, 902
dokter umum, 443 dokter gigi, 6.677 perawat/bidan, 84 orang S-1 Farmasi/Apoteker, 979
asisten apoteker, 149 tenaga kesehatan masyarakat, 243 sanitarian, 194 tenaga gizi, 800
tenaga keterapian fisik, dan 2.654 tenaga keteknisian medis.
10 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
N Jenis Kegiatan Jenis Tenaga Jumla Keterangan
o h
1. Kepala Puskesmas Dokter/Sarjana kesehatan 1
lain yang terdidik dalam
public health
2. Kepala Tata Usaha Perawat 1 Tenaga-
3. R/R, Perencana, Ev Perawat 1 tenaga
4. Bendahara & Urusan SMEA/SMA 1 ketatausahaan
5. Umum SMTP 1 (administrasi)
6. Sopir SD 1
Penjaga
Puskesmas/Pramu
7. Poliklinik Gigi Perawat Gigi 1 Unit 3
8. Poliklinik Umum Perawat 1
9. Poliklinik Umum Pekarya 1
1 KIA, KB Bidan 1 Unit 2
0. Perkesmas Bidan - Tugas
1 Gizi Keluarga PAG 1 Rangkap
1.
1
2.
1 Imunisasi & Pencegahan Perawat 1 Unit 1 & Unit
3. Surveilance & Kesling Sanitarian 1 4
1
4.
1 Laboratorium Analis 1 Unit 6
5. Apotik Pekarya 1
1 JPKM Perawat/D3 Askes - Perawa
6. terlatih
1 bekerja
7. rangkap
1 Setiap Pustu Perawat 1
8. Setiap Bidan Desa Bidan 1
1
9.
Jumlah 17*)
11 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
*)Jumlah 17 orang adalah jumlah tenaga yang terkecil dengan Pustu dan bidan
desa rata-rata. Jumlah ini akan meningkat dengan bertambah bnyaknya jumla
Pustu atau bidan desa.
12 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
1 Peran Serta Masyarakat Bidan 1 Unit 4
6. Kesling dan Penyuluh Sanitarian 1
1
7.
1 Laboratorium Analis Kimia 1 Unit 6
8. Apotek Ass. Apoteker 1
1
9.
2 Imunisasi Perawat 1
0. Pencegahan & Pemb Perawat 1
2 Surveilance Sanitarian 1 Unit 1
1.
2
2.
2 UKGS Drg & Perawat Gigi - Tugas
3. UKS Perawat - rangkap
2 JPKM Perawat/D3 Askes 1 perawat
4. terlatih
2
5.
2 Setiap Pustu Perawat 1
6. Setiap Bidan Desa Bidan 1
2
7.
Jumlah 23*)
13 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
2. Kepala Tata Usaha Perawat 1 Unit Tata
3. R/R, Perencana, Ev Perawat 1 Usaha
4. Bendahara & Urusan SMEA/SMA 1 (administrasi
5. Umum SMTP 1 )
6. Sopir SD 1
Penjaga
Puskesmas/Pramu
7. Bagian Kartu Poli Pekarya 1 Khusus
8. Poliklinik Umum Perawat Umum 2 bekerja di
9. Poliklinik Umum Perawat 1 poliklinik
1 Poliklinik Umum Pekarya 1 membantu
0. Kamar Suntik Perawat 1 pemeriksaan
1 Unit Gawat Darurat Perawat 4 dokter
1. Poliklinik Gigi Dokter Gigi 1 bagian
1 Bagian Kartu Perawat Gigi 1 anamese
2. Unit 3
1
3.
1
4.
1 KIA, KB Bidan 2
5. KIA, KB Pekarya 1 Unit 2
1 Kesehatan Gizi Keluarga Akademi Gizi 1
6. UKGS Dokter Gigi - Tugas
1 UKS Perawat Gigi 1 Rangkap
7.
1
8.
1
9.
2 Puskesmas Bidan 1
0. Radiologi APRO 1 Unit 6
2 Laboratorium Analis Kimia 1
1. Apotek Ass. Apoteker 1
14 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
2 Apotek Juru Obat 1
2.
2
3.
2
4.
2 Imunisasi Perawat 1
5. Pencegahan&Pemb. Entomolog 1
2 Penyul. Epidemolog 1 Unit 1
6. Surveilance
2
7.
2 Peran Serta Masyarakat Bidan 1 Unit 4
8. Kesling dan Penyuluh Sanitarian 1
2
9.
3 JPKM D3 Ekonomi/D3 Askes 1 Terlatih 4
0.
3 Pustu Perawat 2
1.
Jumlah 23*)
15 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
Dengan pendekatan ini, perlu dibuat beberapa alternatif atau skenario
kemungkinan tentang sistem pelayanan kesehatan di masa depan yang mungkin
terjadi. Dengan membuat berbagai gambaran keadaan masa depan di bidang
kesehatan yang mungkin terjadi maka kita akan bisa mengetahui kebutuhan
SDM kesehatan untuk masing-masing skenario tersebut. Dengan memakai
perencanaan skenario, kita akan dapat menunjukkan konsekuensi yang terjadi
apabila kita memilih suatu kebijakan atau tindakan. Dengan memahami berbagai
skenario yang mungkin terjadi di masa depan. Kita akan dapat membuat
proyeksi kebutuhan SDM di masa yang akan datang.
1. Dokter 4 orang
2. Kesling 8 orang
3. Bidan 8-16 orang
4. Perawat 8-16 orang
5. Asisten apoteker 1 orang
16 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
6. Teknisi lab 2 orang
7. Pembantu umum 5-10 orang
Untuk itu pengelola kebutuhan SDM kesehatan yang bertanggung jawab pada
ketiga kelompok di atas perlu memahami secara lebih rinci teknis perhitungannya
untuk masing-masing kelompok. Dalam perencanaan SDM kesehatan perlu
memperhatikan hal-hal berikut :
- Rencana kebutuhan SDM kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan
- Pendayagunaan SDM kesehatan diselenggarakan secara merata, serasi,
seimbang, dan selaras oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha baik di
tingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam upaya pemerataan SDM kesehatan
perlu diperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban perorangan dengan
kebutuhan masyarakat. Pendayagunaan SDM kesehatan oleh pemerintah
diselenggarakan melalui pendelegasian wewenang yang proporsional dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
- Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan didasarkan pada
kesesuaian metode dengan kemampuan dan keadaan daerah masing-masing.
17 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
Perkembangan institusi pendidikan tenaga kesehatan cukup tinggi. Jenjang
pendidikan yang besar pertumbuhannya adalah jenjang pendidikan D3 dan S1. Untuk
itu Departemen Pendidikan banyak mengembangkan jenjang pendidikan formal ini
baik negeri maupun swasta. Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada saat ini
masih belum memenuhi standar kualitas pendidikan. Berdasarkan data yang ada,
67% institusi pendidikan tenaga kesehatan belum terakreditasi. Pendirian institusi
pendidikan tenaga kesehatan yang belum terencana sesuai dengan standar mutu dapat
berdampak terhadap tidak terpenuhinya kompetensi tenaga kesehatan.
18 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
Pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan (perilaku) ke
arah yang diinginkan. Pendidikan (pendidikan formal) sebagai bagian dari diklat
mempunyai peranan dalam sumber daya manusia (tenaga) sehingga tenaga tersebut
mampu melakukan tugas yang dibebankan oleh organisasi atau instansi tersebut.
Sementara itu, penggunaan istilah “training”, sering dikacaukan dengan latihan
(exercise atau practice). Pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan
formal yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan kerja
seseorang atau sekelompok orang. Sementara itu, latihan adalah salah satu cara untuk
memperoleh keterampilan tertentu misalnya latihan menari, latihan naik sepeda,
latihan baris-berbaris, dan lain-lain.
19 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
pelayanan kesehatan (hospital based) yang telah diakreditasi oleh kolegium
profesi yang bersangkutan.
3. Standar pelatihan tenaga kesehatan ditetapkan oleh organisasi profesi yang
bersangkutan. Sementara penyelenggaraan peletihan tenaga kesehatan termasuk
yang bersifat berkelanjutan (continuing education) adalah organisasi profesi serta
institusi pendidikan, institusi pelatihan, dan institusi pelayanan kesehatan yang
telah diakreditasi oleh organisasi profesi yang bersangkutan.
4. Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan harus
memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan dan produksi tenaga kesehatan
yang bersangkutan.
5. Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan untuk tenaga
kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan, tetapi belum diminati
oleh swasta harus menjadi tanggung jawab pemerintah.
20 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
Manusia bagi rakyat terutama di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan
daerah-daerah yang tidak diminati menjadi terabaikan. Hal ini bertentangan dengan
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 4 yang menyatakan bahwa setiap
orang berhak atas kesehatan dan pasal 5 yang menyatakan setiap orang mempunyai
hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
21 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
6. Pendayagunaan tenaga kesehatan warga negara Indonesia lulusan luar negeri,
didahului dengan program adaptasi yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan yang telah diakreditasi oleh organisasi profesi yang bersangkutan.
7. Pendayagunaan tenaga kesehatan asing di dalam negeri dilakukan setelah tenaga
kesehatan asing tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi
profesi yang bersangkutan.
8. Pembinaan dan pengawasan praktik profesi dilakukan melalui sertifikasi,
registrasi, uji kompetensi, dan pemberian lisensi. Sertifikasi dilakukan oleh
institusi pendidikan, registrasi dilakukan oleh komite registrasi tenaga kesehatan,
uji kompetensi dilakukan oleh masing-masing organisasi profesi, sedangkan
pemberian lisensi dilakukan oleh pemerintah.
9. Dalam pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan diberlakukan peraturan
perundang-undangan, hukum tidak tertulis, serta etika profesi.
10. Pendayagunaan tenaga kesehatan masyarakat di bidang kesehatan dilakukan
secara serasi dan terpadu oleh pemerintah dan masyarakat. Pemberian
kewenangan dalam teknis kesehatan kepada tenaga masyarakat dilakukan sesuai
keperluan dan kompetensinya.
Untuk tenaga kesehatan lainnya, pada tahun 2011 telah dibentuk Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI), yang melaksanakan registrasi bagi tenaga
kesehatan non dokter atau dokter gigi. Guna kelancaran tugas MTKI, beberapa
provinsi sudah mempunyai Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP). Tugas
pokok dan fungsi MTKP dan tata hubungan kerjanya dengan MTKI, saat ini sedang
22 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
dalam penyusunan. Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Izin Kerja, dapat diterbitkan
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa rumah sakit swasta telah
mempekerjakan tenaga kesehatan warga Negara asing (TKWNA). Sesuai peraturan
dan ketentuan yang berlaku, penggunaan TKWNA diperbolehkan hanya sebagai
konsultan. Namun pada kenyataannya di lapangan, dijumpai TKWNA juga
memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada pasien. Dalam hubungan ini,
pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan belum berjalan dengan semestinya.
23 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
kawasan Indonesia bagin barat jauh lebih tinggi dibandingkan kawasan Indonesia
timur.
7. Distribusi tenaga kesehatan kurang merata. Hal ini menyebabkan terjadinya
ketimpangan antara perkotaan dan pedesaan, bahkan sekitar 25-40%. Puskesmas
tidak mempunyai dokter, khususnya di daerah dengan geografis sulit seperti kawasan
timur Indonesia dan daerah rawan konflik.
Selain itu menurut WHO (2011), terdapat beberapa isu permasalahan kesehatan yang
terjadi di Indonesia yaitu :
24 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
1. Pengembangan tenaga kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
untuk pelayanan/pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan terus membaik dalam
jumlah, kualitas dan penyebarannya, namun masih belum mampu memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah terutama pada daerah tertinggal,
terpencil, perbatasan dan kepulauan. Mutu tenaga kesehatan belum memiliki daya
saing dalam memenuhi permintaan tenaga kesehatan dari luar negeri.
25 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
di daerah tersebut. Selain itu pengembangan dan pelaksanaan pola pengembangan
karir, sistem penghargaan dan sanksi belum dilaksanakan sesuai yag diharapkan.
Pengembangan profesi yang berkelanjutan (Continue Professional Development=
CPD), serta Training Need Assesment (TNA) masih perlu dikembangkan.
6. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan masih belum dapat dilaksanakan
sebagaimana yang diharapkan. Registrasi dan sertifikasi tenaga kesehatan masih
terbatas pada tenaga dokter dan dokter gigi. Sosialisasi dan penerapan peraturan
perundang-perundangan di bidang pengembangan tenaga kesehatan belum
dilaksanakan secara memadai.
26 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
di bidang kesehatan, perlu pula disusun kebutuhannya. Pengelolaan perencanaan,
sumber daya pendukung dan pengembangan perencanaan penting untuk ditingkatkan.
27 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
perlu memperoleh perhatian khusus. Pendayagunaan tenaga kesehatan untuk
manajemen kesehatan, institusi pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, institusi
penelitian dan pengembangan kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan, juga perlu mendapatkan perhatian yang memadai. Pengembangan tenaga
kesehatan termasuk peningkatan karirnya dilakukan melalui peningkatan motivasi
tenaga kesehatan untuk mengembangkan diri, dan mempermudah tenaga kesehatan
memperoleh akses terhadap pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan. Peningkatan
pelatihan tenaga kesehatan dilakukan melalui pengembangan standar pelatihan tenaga
kesehatan guna memenuhi standar kompetensi yang diharapkan oleh pelayanan
kesehatan kepada seluruh penduduk Indonesia. Peningkatan pelatihan tenaga
kesehatan, juga dilakukan melalui akreditasi institusi pelatihan tenaga kesehatan, serta
sertifikasi tenaga pelatih.
28 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
BAB III
PENUTUP
Tenaga kesehatan menurut UU No.36 Tahun 2014 terdiri dari tenaga medis, tenaga
psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga
kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik,
tenaga keteknisan medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga
kesehatan lain.
Indonesia saat ini tengah menghadapi beberapa permasalahan dalam SDM kesehatan
yang mencakup : pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang belum memenuhi
29 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n
kuota, perencanaan SDM kesehatan yang lemah, tidak serasinya kebutuhan dan pengadaan
jenis SDM kesehatan, dan pemerataan SDM kesehatan yang masih kurang.
Strategi Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah SDM Kesehatan. Dalam mewujudkan Visi,
mengemban Misi dan guna mencapai tujuan pengembangan tenaga kesehatan dalam tahun
2025, maka ditempuh strategi sebagai berikut:
1. Penguatan regulasi pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan.
2. Peningkatan Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan.
3. Peningkatan dan Pengembangan Pengadaan/Pendidikan Tenaga Kesehatan.
4. Peningkatan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan.
5. Pembinaan dan Pengawasan Mutu Tenaga Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
30 | S u m b e r D a y a K e s e h a t a n