(Kotoran Sapi)
Disusun
Oleh: Kelompok 3
Nama: Sintiya Nur Aliza
Kelas: 5EGD
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
limpahan rahmat-Nya maka kami dapat menyusun makalah mengenai Biogas ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas studi Teknik Konversi Energi
dan untuk menambah wawasan mengenai Biogas. Adapun kendala-kendala yang penyusun
hadapi saat membuat makalah ini baik itu secara materi maupun kendala lainnya, akan tetapi
penyususn mengucap syukur dan berterima kasih karena penulis dapat melewati semuanya
itu sampai selesai dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa keberadaan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun penyusun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya, harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua, khususnya pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
4.1 Alat dan Bahan yang digunakan dalam Proses Pembuatan Biogas......................25
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Biogas berasal dari kata bios yang artinya hidup, sedangkan gas adalah sesuatu yang
keluar dari tungku atau dari perapian atau lubang yang dihasilkan oleh makhluk hidup
melalui proses tertentu. Proses yang dimaksud adalah proses fermentasi bahan-bahan organik
oleh bakteri-bakteri anaerob atau bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara. Biogas
mempunyai sifat mudah terbakar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
pengganti minyak tanah atau LPG untuk memasak dan untuk penerangan. (Tony Bani, 2013).
Bahan baku utama pembuat biogas adalah limbah yang berasal dari bahan organik
contoh bahan organik tersebut adalah kotoran dan urine ternak, limbah pertanian sayuran,
limbah industri tahu, ikan pindang dan brem juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
untuk memproduksi biogas. (Tony Bani, 2013)
Berdasarkan bahan baku yang diperlukan dan teknik pembuatannya maka instalasi biogas
dapat dibuat dimanapun, artinya biogas dapat dihasilkan dimanapun juga. Instalasi biogas
dapat dibuat dalam bentuk yang sederhana dan murah, ataupun dalam bentuk yangmenengah
sampai skala besar untuk kepentingan beberapa rumah secara bersama. (Tony Bani, 2013)
Sejarah penemuan biogas diawali dari proses anaerobik yang tersebar di benua Eropa.
Ilmuan Volta menemukan gas yang ada di rawa-rawa pada tahun 1770, kemudian avogadro
mengidentifikasi tentang gas metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan
produk dari proses anaerobik digestion. Pastoer melakukan penelitian tentang biogas
menggunakan kotoran hewan pada tahun 1884. Era penelitian Pastoer menjadi landasan
untuk penelitian biogas hingga saat ini. (Johan Syah, 2011)
Orang yang pertama mengkaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan adalah
Alessandro Volta pada tahun 1776, kemudian pada tahun 1806, Willlam Henry dapat
mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai metan. Becham pada tahun
1868 salah satu murid Louis Pasteur dan Tappeiner pada tahun 1882 memperlihatkan asal
mikrobiologis dari pembentukan metan. (Rahman, 2005).
4
Alat pencerna aerobik atau disebut digester pertamakali dibangun pada tahun 1900. Pada
tahun 1950 pemakaian biogas di Eropa mulai ditinggalkan, karena BBM semakin murah dan
mudah untuk memperolehnya. Demikian juga di Negara-negara berkembang. Namun, saat ini
dengan semakin meningkatnya harga minyakdunia dan kekhawatiran akan habisnya
5
cadangan minyak, maka hamper semua Negara kembali melakukan upaya pencarian sumber
energi alternative dan salah satunya adalah biogas. (Tony Bani, 2013)
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar kita mendapatkan hasil yang
diinginkan maka dalam makalah ini penyusun mengemukakan beberapa rumusan
masalah, sebagai berikut:
1. Pengertian Biogas
2. Proses Pembuatan Biogas
3. Komponen-komponen yang terdapat dalam biogas
4. Manfaat biogas
5. Kelebihan dan kekurangan biogas
1. Sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah Teknik koversi energi
2. Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama mengenai
biogas
6
1.4 Manfaat Penyusunan
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini, yaitu agar kita dapat memahami
mengenai biogas dan dapat mengaplikasikan didalam kehidupan terutama dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
7
BAB II
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas
metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut
biogas. (Aldila Aulia, 2014)
Secara umum, proses anaeorob terdiri dari empat tahap yakni: hidrolisis, pembentukan
asam, pembentukan asetat dan pembentukan metana. Proses anaerob dikendalikan oleh dua
golongan mikroorganisme (hidrolitik dan metanogen). Bakteri hidrolitik memecah senyawa
organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Senyawa sederhana diuraikan oleh
bakteri penghasil asam (acid-forming bacteria) menjadi asam lemak dengan berat molekul
rendah seperti asam asetat dan asam butirat. Selanjutnya bakteri metanogenik mengubah
asam-asam tersebut menjadi metana. (Saepul Rohman, 2009
8
9
2.1 Bahan Baku
Laju proses anaerob yang tinggi sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi mikroorganisme, diantaranya temperatur, pH, salinitas dan ion kuat, nutrisi,
inhibisi dan kadar keracunan pada proses, dan konsentrasi padatan. Berikut ini adalah
pembahasan tentang faktor-faktor tersebut.
1) Temperatur
Gabungan bakteri anaerob bekerja dibawah tiga kelompok temperatur utama.
Temperatur kriofilik yakni kurang dari 20oC, mesofilik berlangsung pada temperatur
20-45oC (optimum pada 30-45oC) dan termofilik terjadi pada temperatur 40-80oC
(optimum pada 55-75oC).
2) Derajat keasaman ( pH )
10
Pada dekomposisi anaerob faktor pH sangat berperan, karena pada rentang pH yang
tidak sesuai, mikroba tidak dapat tumbuh dengan maksimum dan bahkan dapat
menyebabkan kematian yang pada akhirnya dapat menghambat perolehan gas metana.
Bakteri-bakteri anaerob membutuhkan pH optimal antara 6,2–7,6, tetapi yang baik
adalah 6,6–7,5. Pada awalnya media mempunyai pH ± 6 selanjutnya naik sampai 7,5.
Tangki pencerna dapat dikatakan stabil apabila larutannya mempunyai pH 7,5–8,5.
Batas bawah pH adalah 6,2, dibawah pH tersebut larutan sudah toxic, maksudnya
bakteri pembentuk biogas tidak aktif. Pengontrolan pH secara alamiah dilakukan oleh
ion NH4+ dan HCO3-. Ion-ion ini akan menentukan besarnya pH. (Yunus, 1991).
11
3) Nutrisi
Keracunan (toxicity) dan hambatan (inhibition) proses anaerob dapat disebabkan oleh
berbagai hal, misalnya produk antara asam lemak mudah menguap (volatile) yang
dapat mempengaruhi pH. Zat-zat penghambat lain terhadap aktivitas mikroorganisme
pada proses anaerob diantaranya kandungan logam berat sianida.
Konsentrasi ideal padatan untuk memproduksi biogas adalah 7-9% kandungan kering.
Kondisi ini dapat membuat proses digester anaerob berjalan dengan baik.
12
Uji BMP (Biochemical Methane Potential) ditunjukan untuk mengukur gas metana
yang dihasilkan selama masa inkubasi secara anaerob pada media kimia. Uji BMP
dilakukan dengan cara menempatkan cairan contoh, inokulan (biakan bakteri
anaeorob) dan media kimia dalam botol serum. Botol serum ini, diinkubasi pada suhu
35oC, lalu pengukuran dilakukan selama masa inkubasi secara periodik (biasanya
setiap 5 hari), sehingga pada akhir masa inkubasi (hari ke-30) didapatkan akumulasi
gas metana. Pengukuran dilakukan dengan memasukkan jarum suntik (metoda
syringe) ke botol serum.
Proses anaerobik akan optimal bila diberikan bahan makanan yang mengandung
karbon dan nitrogen secara bersamaan. CN ratio menunjukkan perbandingan jumlah
13
dari kedua elemen tersebut. Pada bahan yang memiliki jumlah karbon 15 kali dari jumlah
nitrogen akan memiliki C/N ratio 15 berbanding 1. C/N ratio dengan nilai 30 (C/N = 30/1
atau karbon 30 kali dari jumlah nitrogen) akan menciptakan proses pencernaan pada
tingkat yang optimum, bila kondisi yang lain juga mendukung. Bila terlalu banyak
karbon, nitrogen akan habis terlebih dahulu. Hal ini akan menyebabkan proses berjalan
dengan lambat. Bila nitrogen terlalu banyak (C/N ratio rendah; misalnya 30/15), maka
karbon habis lebih dulu dan proses fermentasi berhenti Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa aktivitas metabolisme dari bakteri methanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N
sekitar 8-20. (Anonymous, 1999a).
Menurut Anonymous (1999a), walaupun tidak ada informasi yang pasti, mobilitas
bakteri metanogen di dalam bahan secara berangsur – angsur dihalangi oleh
peningkatan kandungan padatan yang berakibat terhambatnya pembentukan biogas.
Selain itu yang terpenting untuk proses fermentasi yang baik diperlukan pencampuran
bahan yang baik akan menjamin proses fermentasi yang stabil di dalam pencerna. Hal
yang paling penting dalam pencampuran bahan adalah menghilangkan unsur – unsur
hasil metabolisme berupa gas (metabolites) yang dihasilkan oleh bakteri metanogen,
mencampurkan bahan segar dengan populasi bakteri agar proses fermentasi merata,
14
2.3 Komposisi Biogas
metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55øC, dimana pada suhu tersebut
mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan
bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang terlihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel : Komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa
pertanian
Sisa Pertanian
15
Komposisi biogas yang dihasilkan terdiri dari gas metan (55 - 65 %), karbondioksida (
35-45%), nitrogen (0-3%), hydrogen (0-1 %), dan hydrogen sulfida (0-1 %). (Anunputtikul,
Rodtong, 2004).
Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang terjadi.
Gas landfill memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan limbah
16
Komposisi biogas
Komponen %
17
BAB III
MANFAAT BIOGAS
Produk utama dari instalsi biogas adalah gas metan yang dapat dimanfaatkan untuk
mendukung kehidupan masyarakat. Manfaat biogas yang tidak secara langsung adalah
menjaga kelestarian lingkunagn hidup dan konservasi sumberdaya alam, dan lain-lain. Secara
lebih rinci manfaat penggunaan biogas adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Langsung :
18
Manfaat lain dari penerapan biogas adalah dapat menyediakan pupuk organik
siap pakai dalan jumlah banyak sesuai dengan kapasitas digester yang
dibangun dan bahan baku yang digunakan. Kotoran ternak yang telah diproses
dalam digester biogas dapat langsung digunakan sebagai pupuk organik, dan
kaya akan kandungan unsur Nitrogen (N). Bahan baku biogas seperti kotoran
ternak merupakan bahan organik yang mempunyai kandungan Nitrogen (N)
tinggi di samping unsur C, H, dan O. Selama proses pembuatan biogas, unsur
C, H, dan O akan membentuk CH4 dan CO2, dan kandungan N yang ada
masih tetap bertahan dalam sisa bahan, yang akhirnya akan menjadi sumber N
bagi pupuk organik. (Suriawiria, 2005).
19
2. Manfaat Tidak Langsung
20
Pengembangan biogas mempunyai sifat ramah lingkungan, disini mengandung
pengertian,bahwa penerapan biogas dapat menghilangkan bau yang tidak
sedap. Sebagai contoh, kotoran sapi yang awalnya mempunyai bau yang tidak
sedap, setelah dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas, makahasil akhir dari
proses tersebut merupakan pupuk organik yang tidak berbau. Demikian pula
untuk daerah yang banyak terdapat industri pemrosesan makanan, misalnya
tahu, tempe dan ikan pindang akan menghasilkan limbah yang menyebabkan
21
polusi bau yang mencemari leingkungan. Dengan penerapan biogas di daerah
tersebut, maka limbah yang dihasilkan akan tidak mencemari lingkungan lagi,
bahkan dapat dimanfaatkan sebagai energi yang dapat dimanfaaatkan sebagai
sumber panas untuk memasak dan penerangan.
22
BAB IV
Bahan biomassa eceng gondok dan kotoran sapi adalah substrat yang digunakan untuk
menghasilkan biogas. Proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses
terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam
suatu digester sehingga akan dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2)
yang volumnya lebih besar dari gas hidrogen (H2), nitrogen (N2) dan asam sulfida (H2S).
Proses fermentasi memerlukan waktu 5 sampai 15 hari untuk menghasilkan biogas dengan
suhu optimum 35 oC dan pH optimum pada range 6,4 – 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang
digunakan yaitu bakteri anaerob seperti Green Phoskko-7( GP-7).
Reaksi pembentukan metana (Price and Paul, 1981) dari bahan – bahan biomassa yang
dapat terdegradasi dengan bantuan enzim maupun bakteri dapat dilihat sebagai berikut:
Sebagai contoh, pada pembuatan biogas dari bahan baku kotoran sapi atau kerbau yang
banyak mengandung selulosa. Bahan baku dalam bentuk selulosa akan lebih mudah dicerna
oleh bakteri anaerob. Reaksi pembentukan CH4 adalah : (http://digilib.petra.ac.id, 2003)
23
1. Reaksi Hidrolisa / Tahap pelarutan
Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida dan lemak diubah
menjadi bahan yang larut dalam air seperti karbohidrat dan asam lemak. Tahap pelarutan
berlangsung pada suhu 25˚ C di digester (Price dan Cheremisinoff, 1981).
24
3. Reaksi Metanogenik / Tahap gasifikasi
4.1 Alat dan Bahan yang digunakan dalam Proses Pembuatan Biogas:
Reaktor biogas
25
Bak pencampur
Biodigester
Pipa PVC ¾”
Penampung gas yang dibuat dari plastik polyurethane
Kompor gas
Mesin generator
Valve atau kran
Kotoran sapi
Air
26
4.2 Tahapan Proses Pembuatan Biogas:
2) Kotoran sapi dicampur air dengan perbandingan 1:1 di bak pencampur. Sumber lain
menyebutkan perbandingan kotoran dan air yaitu 1:2. Intinya kotoran dicampur
dengan air seperlunya sampai kotoran tidak lagi menggumpal atau berbentuk padatan.
27
4) Gas Metahane dari hasil fermentasi tadi disalurkan ke penampung gas melalui pipa.
Penampung gas yang dibuat dari plastik polyurethane, sedangkan pipanya dapat
menggunkan PVC ¾”. Di sini gas ditampung sampai penuh terlebih dahulu dan
memiliki tekanan tertentu untuk bisa disalurkan ke aplikasi lain berupa kompor dan
mesin generator.
28
5) Untuk mempermudah pengendalian aliran gas, dapat digunkan valve atau kran.
6) Biodigester dapat diisi terus menerus sedemikian sehingga mendorong kotoran yang
telah lama mengendap di bagian paling bawah. Hasil samping dari proses
fermentasi akan mengasilkan limbah padat maupun cair yang dapat digunakan
sebagai pupuk organik.
29
Reaksi kimia yang terjadi dalam proses perubahan kotoran sapi menjadi biogas pada
kenyataannya tidak hanya menghasilkan gas metana, tetapi juga menghasilkan gas-gas
pengotor yang tidak diperlukan seperti karbondioksida,uap air dan asam sulfida.
Secara tradisional, untuk mengurangi kadar uap air dapat digunakan botol penjebak.
Botol penjebak terbuat dari botol air mineral 1,5 L, diletakkan pada bagian terbawah dari
saluran biogas, tepat setelah pembangkit. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan uap air
hasil kondensasi turun dan masuk ke dalam botol. Air yang berlebihan dalam sistem dapat
30
memampetkan saluran biogas, selain itu adanya kandungan air dalam biogas menurunkan
tingkat panas api dan membuat api berwarna kemerah merahan. tinggi permukaan air dari
batas bawah pipa antara 20 sampai 25 cm. Apabila terlalu rendah, gas akan mudah keluar dari
air sebelum mencapai tekan
an yang diinginkan. Apabila muka air terlalu tinggi, tekanan yang ada membesar dan hal ini
dapat menghambat proses produksi biogas itu sendiri, (Anonim, 2011)
31
Adapun untuk mengurangi kadar CO2 dan H2S, dapat digunakan zeolit padat yang
dipanaskan dan direaksikan dengan senyawa KOH. Dari hasil penelitian Hamidi, dkk
(2011) diperoleh kesimpulan bahwa zeolit padat dapat digunakan untuk menyerap CO2 dan
H2S sehingga biogas yang dihasilkan menjadi lebih kaya akan CH4.
32
BAB V
Selain bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar, ada sejumlah kelebihan yang dapat
diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain:
33
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Biogas adalah gas yang mudah terbakar dan dihasilkan oleh aktifitas anaerob atau
fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan,
limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan
karbon dioksida. sistem biogas sederhana. Disamping itu di daerah yang banyak industri
pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe, ikan pindang atau brem bisa menyatukan
saluran limbahnya ke dalam system biogas. Sehingga limbah industri tersebut tidak
mencemari lingkungan disekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut
diatas berasal dari bahan organik yang homogen.
Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya yang makin
menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang dihadapi oleh
masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah terhadap lingkungan
dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan energi tersebut. Untuk itu
indonesia yang memiliki potensi luas wilayah yang begitu besar, diharapkan untuk segera
mengaplikasi bahan bakar nabati.
Komposisi biogas terdiri atas metana (CH4) 55-75%, Karbon dioksida (CO2) 25-45%,
Nitrogen (N2) 0-0.3%, Hidrogen (H2) 1-5%, Hidrogen sulfide (H2S) 0-3%, Oksigen (O2)
0.1-0.5%.
34
5.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
Gujer, W. & Zehnder, A.J.B. (1983). Conversion processes in anaerobic digestion, Wat. Sci.
Tech. 15: 127-167
http://irbmevonnovembri.blogspot.com/2011/08/biogas-sebagai-alternatif-energi.html
http://riau.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/PDF/biogas.pdf
Soerawidjaja, Tatang H. 2006. Potensi Sumber Daya Hayati Indonesia dalam Penyediaan
Berbagai Bentuk Energi. Program Studi Teknik Kimia.
Ward, A.J., Hobbs, P.J., Holliman, P.J., dan Jones, D.L. (2008). Optimation of The
Anaerobic Digestion of Agricultural Resources. Bioresource Technology. 99. 7928-
7940.
Widodo, T. W., Asari Ahmad., Nurhasanah A., Rahmarestia, E. (2006)., “Rekayasa dan
pengujian reaktor biogas skala kelompok tani ternak,” Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian, Jurnal Enjiring Pertanian, Hal. 41-52
36