Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH BIOGAS

(Kotoran Sapi)

Disusun

Oleh: Kelompok 3
Nama: Sintiya Nur Aliza

Vionda Putri Barosqi

Kelas: 5EGD

Dosen Pembimbing: Tahdid, S.T.,M.T.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TEKNIK KIMIA PRODI TEKNIK ENERGI

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
limpahan rahmat-Nya maka kami dapat menyusun makalah mengenai Biogas ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas studi Teknik Konversi Energi
dan untuk menambah wawasan mengenai Biogas. Adapun kendala-kendala yang penyusun
hadapi saat membuat makalah ini baik itu secara materi maupun kendala lainnya, akan tetapi
penyususn mengucap syukur dan berterima kasih karena penulis dapat melewati semuanya
itu sampai selesai dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa keberadaan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun penyusun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.

Akhirnya, harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua, khususnya pengembangan ilmu pengetahuan.

Palembang , September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... .4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penyusunan ................................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penyusunan ............................................................................................... 7

BAB II. PROES PEMBENTUKAN BIOGAS ........................................................................ .8

2.2 Bahan Baku ............................................................................................................ 10

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Biogas ............................. 10

2.3 Komposisi Biogas ..................................................................................................15

BAB III. MANFAAT BIOGAS..............................................................................................18

BAB IV. PEMBUATAN BIOGAS BERASAL DARI KOTORAN TERNAK.................... 23

4.1 Alat dan Bahan yang digunakan dalam Proses Pembuatan Biogas......................25

4.2 Tahapan Proses Pembuatan Biogas......................................................................27

BAB V. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BIOGAS .................................................... 33

BAB VI. PENUTUP ...............................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biogas berasal dari kata bios yang artinya hidup, sedangkan gas adalah sesuatu yang
keluar dari tungku atau dari perapian atau lubang yang dihasilkan oleh makhluk hidup
melalui proses tertentu. Proses yang dimaksud adalah proses fermentasi bahan-bahan organik
oleh bakteri-bakteri anaerob atau bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara. Biogas
mempunyai sifat mudah terbakar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
pengganti minyak tanah atau LPG untuk memasak dan untuk penerangan. (Tony Bani, 2013).

Bahan baku utama pembuat biogas adalah limbah yang berasal dari bahan organik
contoh bahan organik tersebut adalah kotoran dan urine ternak, limbah pertanian sayuran,
limbah industri tahu, ikan pindang dan brem juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
untuk memproduksi biogas. (Tony Bani, 2013)

Berdasarkan bahan baku yang diperlukan dan teknik pembuatannya maka instalasi biogas
dapat dibuat dimanapun, artinya biogas dapat dihasilkan dimanapun juga. Instalasi biogas
dapat dibuat dalam bentuk yang sederhana dan murah, ataupun dalam bentuk yangmenengah
sampai skala besar untuk kepentingan beberapa rumah secara bersama. (Tony Bani, 2013)

Sejarah penemuan biogas diawali dari proses anaerobik yang tersebar di benua Eropa.
Ilmuan Volta menemukan gas yang ada di rawa-rawa pada tahun 1770, kemudian avogadro
mengidentifikasi tentang gas metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan
produk dari proses anaerobik digestion. Pastoer melakukan penelitian tentang biogas
menggunakan kotoran hewan pada tahun 1884. Era penelitian Pastoer menjadi landasan
untuk penelitian biogas hingga saat ini. (Johan Syah, 2011)

Orang yang pertama mengkaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan adalah
Alessandro Volta pada tahun 1776, kemudian pada tahun 1806, Willlam Henry dapat
mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai metan. Becham pada tahun
1868 salah satu murid Louis Pasteur dan Tappeiner pada tahun 1882 memperlihatkan asal
mikrobiologis dari pembentukan metan. (Rahman, 2005).

4
Alat pencerna aerobik atau disebut digester pertamakali dibangun pada tahun 1900. Pada
tahun 1950 pemakaian biogas di Eropa mulai ditinggalkan, karena BBM semakin murah dan
mudah untuk memperolehnya. Demikian juga di Negara-negara berkembang. Namun, saat ini
dengan semakin meningkatnya harga minyakdunia dan kekhawatiran akan habisnya

5
cadangan minyak, maka hamper semua Negara kembali melakukan upaya pencarian sumber
energi alternative dan salah satunya adalah biogas. (Tony Bani, 2013)

Di Indonesia, pengembangan biogas menjadi penting dan mendapat perhatian dari


pemerintah dan masyarakat setelah dikeluarkannya kebijakan pemerintah dalam mengurangi /
memangkas subsidi BBM. Dampak selanjutnya adalah masyarakat memanfaatkan kayu bakar
sebagai sumber energi alternatif. Penebangan hutan menjadi tidak terkontrol, sehingga
mengancam kelestarian tanaman, mengakibatkan banjir dan tanah longsor, serta menipisnya
cadangan air. Oleh karena itu dinas / instansi terkait perlu mendukung program
pengembangan biogas di wilayahnya. (Tony Bani, 2013)

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar kita mendapatkan hasil yang
diinginkan maka dalam makalah ini penyusun mengemukakan beberapa rumusan
masalah, sebagai berikut:

1. Pengertian Biogas
2. Proses Pembuatan Biogas
3. Komponen-komponen yang terdapat dalam biogas
4. Manfaat biogas
5. Kelebihan dan kekurangan biogas

1.3 Tujuan Penyusunan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini, yaitu:

1. Sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah Teknik koversi energi
2. Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama mengenai
biogas

6
1.4 Manfaat Penyusunan

Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini, yaitu agar kita dapat memahami
mengenai biogas dan dapat mengaplikasikan didalam kehidupan terutama dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.

7
BAB II

PROES PEMBENTUKAN BIOGAS

Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas
metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut
biogas. (Aldila Aulia, 2014)

Proses penguraian oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik


terjadi secara anaerob. Proses anaerob adalah proses biologi yang berlangsung pada kondisi
tanpa oksigen oleh mikroorganisme tertentu yang mampu mengubah senyawa organik
menjadi metana (biogas). Proses ini banyak dikembangkan untuk mengolah kotoran hewan
dan manusia atau air limbah yang kandungan bahan organiknya tinggi. Sisa pengolahan
bahan organik dalam bentuk padat digunakan untuk kompos. (Saepul Rohman, 2009)

Secara umum, proses anaeorob terdiri dari empat tahap yakni: hidrolisis, pembentukan
asam, pembentukan asetat dan pembentukan metana. Proses anaerob dikendalikan oleh dua
golongan mikroorganisme (hidrolitik dan metanogen). Bakteri hidrolitik memecah senyawa
organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Senyawa sederhana diuraikan oleh
bakteri penghasil asam (acid-forming bacteria) menjadi asam lemak dengan berat molekul
rendah seperti asam asetat dan asam butirat. Selanjutnya bakteri metanogenik mengubah
asam-asam tersebut menjadi metana. (Saepul Rohman, 2009

8
9
2.1 Bahan Baku

Biogas berasal dari hasil fermentasi bahan-bahan organik diantaranya:

Limbah tanaman : tebu, rumput-rumputan, jagung, gandum, dan lain-lain,


Limbah dan hasil produksi : minyak, bagas, penggilingan padi, limbah sagu,
Hasil samping industri : tembakau, limbah pengolahan buah-buahan dan
sayuran, dedak, kain dari tekstil, ampas tebu dari industri gula dan tapioka,
limbah cair industri tahu,
Limbah perairan : alga laut, tumbuh-tumbuhan air,
Limbah peternakan : kotoran sapi, kotoran kerbau, kotoran kambing, kotoran
unggas.

Sumber : (Saepul Rohman, 2009)

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembuatan Biogas

Laju proses anaerob yang tinggi sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi mikroorganisme, diantaranya temperatur, pH, salinitas dan ion kuat, nutrisi,
inhibisi dan kadar keracunan pada proses, dan konsentrasi padatan. Berikut ini adalah
pembahasan tentang faktor-faktor tersebut.

1) Temperatur
Gabungan bakteri anaerob bekerja dibawah tiga kelompok temperatur utama.

Temperatur kriofilik yakni kurang dari 20oC, mesofilik berlangsung pada temperatur
20-45oC (optimum pada 30-45oC) dan termofilik terjadi pada temperatur 40-80oC
(optimum pada 55-75oC).

2) Derajat keasaman ( pH )

10
Pada dekomposisi anaerob faktor pH sangat berperan, karena pada rentang pH yang
tidak sesuai, mikroba tidak dapat tumbuh dengan maksimum dan bahkan dapat
menyebabkan kematian yang pada akhirnya dapat menghambat perolehan gas metana.
Bakteri-bakteri anaerob membutuhkan pH optimal antara 6,2–7,6, tetapi yang baik
adalah 6,6–7,5. Pada awalnya media mempunyai pH ± 6 selanjutnya naik sampai 7,5.
Tangki pencerna dapat dikatakan stabil apabila larutannya mempunyai pH 7,5–8,5.
Batas bawah pH adalah 6,2, dibawah pH tersebut larutan sudah toxic, maksudnya
bakteri pembentuk biogas tidak aktif. Pengontrolan pH secara alamiah dilakukan oleh
ion NH4+ dan HCO3-. Ion-ion ini akan menentukan besarnya pH. (Yunus, 1991).

11
3) Nutrisi

Mikroorganisme membutuhkan beberapa vitamin esensial dan asam amino. Zat


tersebut dapat disuplai ke media kultur dengan memberikan nutrisi tertentu untuk
pertumbuhan dan metabolismenya. Selain itu juga dibutuhkan mikronutrien untuk
meningkatkan aktivitas mikroorganisme, misalnya besi, magnesium, kalsium,
natrium, barium, selenium, kobalt dan lain-lain (Malina,1992). Bakteri anaerobik
membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi yang mengandung nitrogen, fosfor,
magnesium, sodium, mangan, kalsium dan kobalt (Space and McCarthy didalam
Gunerson and Stuckey, 1986). Level nutrisi harus sekurangnya lebih dari konsentrasi
optimum yang dibutuhkan oleh bakteri metanogenik, karena apabila terjadi
kekurangan nutrisi akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan
nutrisi dengan bahan yang sederhana seperti glukosa, buangan industri, dan sisa sisa
tanaman terkadang diberikan dengan tujuan menambah pertumbuhan di dalam
digester (Gunerson and Stuckey, 1986).

4) Keracunan dan Hambatan

Keracunan (toxicity) dan hambatan (inhibition) proses anaerob dapat disebabkan oleh
berbagai hal, misalnya produk antara asam lemak mudah menguap (volatile) yang
dapat mempengaruhi pH. Zat-zat penghambat lain terhadap aktivitas mikroorganisme
pada proses anaerob diantaranya kandungan logam berat sianida.

5) Faktor Konsentrasi Padatan

Konsentrasi ideal padatan untuk memproduksi biogas adalah 7-9% kandungan kering.
Kondisi ini dapat membuat proses digester anaerob berjalan dengan baik.

6) Penentuan Kadar Metana Dengan BMP

12
Uji BMP (Biochemical Methane Potential) ditunjukan untuk mengukur gas metana
yang dihasilkan selama masa inkubasi secara anaerob pada media kimia. Uji BMP
dilakukan dengan cara menempatkan cairan contoh, inokulan (biakan bakteri
anaeorob) dan media kimia dalam botol serum. Botol serum ini, diinkubasi pada suhu

35oC, lalu pengukuran dilakukan selama masa inkubasi secara periodik (biasanya
setiap 5 hari), sehingga pada akhir masa inkubasi (hari ke-30) didapatkan akumulasi
gas metana. Pengukuran dilakukan dengan memasukkan jarum suntik (metoda
syringe) ke botol serum.

7) Rasio Carbon Nitrogen (C/N)

Proses anaerobik akan optimal bila diberikan bahan makanan yang mengandung
karbon dan nitrogen secara bersamaan. CN ratio menunjukkan perbandingan jumlah

13
dari kedua elemen tersebut. Pada bahan yang memiliki jumlah karbon 15 kali dari jumlah
nitrogen akan memiliki C/N ratio 15 berbanding 1. C/N ratio dengan nilai 30 (C/N = 30/1
atau karbon 30 kali dari jumlah nitrogen) akan menciptakan proses pencernaan pada
tingkat yang optimum, bila kondisi yang lain juga mendukung. Bila terlalu banyak
karbon, nitrogen akan habis terlebih dahulu. Hal ini akan menyebabkan proses berjalan
dengan lambat. Bila nitrogen terlalu banyak (C/N ratio rendah; misalnya 30/15), maka
karbon habis lebih dulu dan proses fermentasi berhenti Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa aktivitas metabolisme dari bakteri methanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N
sekitar 8-20. (Anonymous, 1999a).

8) Kandungan Padatan dan Pencampuran Substrat

Menurut Anonymous (1999a), walaupun tidak ada informasi yang pasti, mobilitas
bakteri metanogen di dalam bahan secara berangsur – angsur dihalangi oleh
peningkatan kandungan padatan yang berakibat terhambatnya pembentukan biogas.
Selain itu yang terpenting untuk proses fermentasi yang baik diperlukan pencampuran
bahan yang baik akan menjamin proses fermentasi yang stabil di dalam pencerna. Hal
yang paling penting dalam pencampuran bahan adalah menghilangkan unsur – unsur
hasil metabolisme berupa gas (metabolites) yang dihasilkan oleh bakteri metanogen,
mencampurkan bahan segar dengan populasi bakteri agar proses fermentasi merata,

menyeragamkan temperatur di seluruh bagian pencerna, menyeragamkan kerapatan


sebaran populasi bakteri, dan mencegah ruang kosong pada campuran bahan.

Sumber : (Saepul Rohman, 2009)

14
2.3 Komposisi Biogas

Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri

metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55øC, dimana pada suhu tersebut

mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan

bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang terlihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel : Komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa
pertanian

Jenis Gas Kotoran Sapi Campuran Kotoran +

Sisa Pertanian

Metan (CH4) 65,7 54 – 70

Karbon dioksida (CO2) 27,0 45 – 57

Nitrogen (N2) 2,3 0,5 – 3,0

Karbon monoksida (CO) 0 0,1

Oksigen (O2) 0,1 6,0

Propena (C3H8) 0,7 -

Hidrogen sulfida (H2S) - Sedikit

Nilai kalori (kkal/m2) 6513 4800 – 6700

Sumber : (Harahap dkk, 1978)

15
Komposisi biogas yang dihasilkan terdiri dari gas metan (55 - 65 %), karbondioksida (

35-45%), nitrogen (0-3%), hydrogen (0-1 %), dan hydrogen sulfida (0-1 %). (Anunputtikul,

Rodtong, 2004).

Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang terjadi.

Gas landfill memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan limbah

maju dapat menghasilkan biogas dengan 55-75%CH4. (Sri Wahyuni, 2009)

16
Komposisi biogas

Komponen %

Metana (CH4) 55-75

Karbon dioksida (CO2) 25-45

Nitrogen (N2) 0-0.3

Hidrogen (H2) 1-5

Hidrogen sulfida (H2S) 0-3

Oksigen (O2) 0.1-0.5

Sumber : (Sri Wahyuni, 2009)

17
BAB III

MANFAAT BIOGAS

Produk utama dari instalsi biogas adalah gas metan yang dapat dimanfaatkan untuk
mendukung kehidupan masyarakat. Manfaat biogas yang tidak secara langsung adalah
menjaga kelestarian lingkunagn hidup dan konservasi sumberdaya alam, dan lain-lain. Secara
lebih rinci manfaat penggunaan biogas adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Langsung :

Sebagai sumber energi untuk memasak


Biogas yang diproduksi oleh satu unit instalasi biogas dapat digunakan sebagai
sumber energi untuk memesak. Untuk biogas yang menggunakan bahan baku
kotoran sapi dari 3-4 ekor mampu menghasilkan biogas setara dengan 3 liter
minyak tanah per hari, dan diperkirakan mampu untuk memenuhi energi
memasak satu rumah tangga dengan 5 orang anggota keluarga.

Sebagai sumber energi untuk penerangan


Biogas sebagai sumber energi untuk penerangan dengan cara yang sama
seperti pemanfaatan untuk memasak, artinya kompor sebagai titik akhir
penggunaan biogas diganti dengan lampu. Lampu yang digunakan adalah
lampu yang dirancang khusus atau lampu petromaks yang dimodifikasi.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatan biogas untuk
memasak sekaligus sebagai sumber penerangan, biasanya dilakukan bila
jumlah sapi paling sedikit 6 ekor dengan model digester permanen bata
kapasitasnya 9 M3 (Muryanto, 2006).

Penghasil pupuk organik siap pakai.

18
Manfaat lain dari penerapan biogas adalah dapat menyediakan pupuk organik
siap pakai dalan jumlah banyak sesuai dengan kapasitas digester yang
dibangun dan bahan baku yang digunakan. Kotoran ternak yang telah diproses
dalam digester biogas dapat langsung digunakan sebagai pupuk organik, dan
kaya akan kandungan unsur Nitrogen (N). Bahan baku biogas seperti kotoran
ternak merupakan bahan organik yang mempunyai kandungan Nitrogen (N)
tinggi di samping unsur C, H, dan O. Selama proses pembuatan biogas, unsur
C, H, dan O akan membentuk CH4 dan CO2, dan kandungan N yang ada
masih tetap bertahan dalam sisa bahan, yang akhirnya akan menjadi sumber N
bagi pupuk organik. (Suriawiria, 2005).

19
2. Manfaat Tidak Langsung

Mengurangi Efek Gas Rumah Kaca


Penerapan biogas dapat membantu pengembangan system pertanian dengan
mendaur ulang kotoran hewan untuk memproduksi biogas dan diperoleh hasil
samping berupa pupuk organik dengan mutu yang baik. Penerapan biogas
dapat mengurangi emisi gas metan (CH4) yang dihasilkan pada dekomposisi
bahan organik yang diproduksi dari sektor pertanian dan peternakan, karena
kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara terbuka melainkan
difermentasi menjadi energi biogas. Gas metan termasuk gas rumah kaca
(green house gas), bersama dengan gas karbondioksida (CO2) memberikan
efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global.
Pengurangan gas metan secara lokal dengan mengembangkan biogas dapat
berperan positif dalam upaya penyelesaian masalah global efek rumah kaca,
sehingga upaya ini dapat diusulkan sebagai bagian dari program Internasional
Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism).

Membantu Program Pelestarian Hutan, Tanah dan Air.


Meningkatnya harga BBM khususnya minyak tanah, akan mendorong
masyarakat untuk mencari alternative bahan bakar murah, salah satunya adalah
kayu bakar. Hal ini sangat mungkin terjadi di masyarakat yang berdomisili di
sekitar kawasan hutan dan perkebunan. Oleh karena itu, dengan menerapkan
biogas sebagai sumber energi di suatu wilayah, maka penebangan pohon yang
digunakan sebagai sumber energi oleh sebagian masyarakat dapat dikurangi,
bahkan dihilangkan. Dengan kata lain, bahwa pengembangan biogas di suatu
wilayah,secara tidak langsung dapat mendukung upaya pelestarian hutan atau
perkebunan di wilayah tersebut.

Mengurangi Polusi Bau

20
Pengembangan biogas mempunyai sifat ramah lingkungan, disini mengandung
pengertian,bahwa penerapan biogas dapat menghilangkan bau yang tidak
sedap. Sebagai contoh, kotoran sapi yang awalnya mempunyai bau yang tidak
sedap, setelah dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas, makahasil akhir dari
proses tersebut merupakan pupuk organik yang tidak berbau. Demikian pula
untuk daerah yang banyak terdapat industri pemrosesan makanan, misalnya
tahu, tempe dan ikan pindang akan menghasilkan limbah yang menyebabkan

21
polusi bau yang mencemari leingkungan. Dengan penerapan biogas di daerah
tersebut, maka limbah yang dihasilkan akan tidak mencemari lingkungan lagi,
bahkan dapat dimanfaatkan sebagai energi yang dapat dimanfaaatkan sebagai
sumber panas untuk memasak dan penerangan.

Meningkatkan sanitasi lingkungan dan keindahan.


Kotoran ternak dan limbah organik lainnya apabila tidak dikelola dengan baik
dan berserakan dimana-mana, maka akan dapat mengganggu keindahan dan
berdampak negative terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Disamping
itu, terdapat kemungkinan bahwa kotoran ternak banyak mengandung bakteri
Colly yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungannya.
Dengan penerapan biogas, dampak negatif tersebut dapat dikurangi atau
dihilangkan.

Meningkatkan Pendapatan Usaha Ternak.


Pengembangan biogas dapat memberi peluang untuk menambah pendapatan
dari hasil penjualan pupuk kompos hasil dari limbah unit biogas. Selain
pendapatan dari pupuk organik, maka penerapan biogas menghasilkan gas
metan yang mempunyai nilai ekonomis. Jika seorang peternak memelihara 3
ekor sapi perah, maka akan dihasilkan biogas setara dengan 3 liter minyak
tanah sehari. Hal itu berarti peternak dapat memperoleh tambahan pendapatan
dari penghematan penggunaan minyak tanah sebesar 3 liter per hari.

Mendukung kebijakan Pemerintah mengurangi Subsidi BBM


Penerapan biogas dalam suatu kawasan, dapat mendukung kebijakan
pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM. Dengan penggunaan biogas,
maka kebutuan masyarakat akan minyak tanah akan berkurang,hal ini akan
mengurangi beban pemerintah untuk mensubsidi BBM.

Sumber : (Lengi, 2011)

22
BAB IV

PEMBUATAN BIOGAS BERASAL DARI KOTORAN TERNAK

Bahan biomassa eceng gondok dan kotoran sapi adalah substrat yang digunakan untuk
menghasilkan biogas. Proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses
terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam
suatu digester sehingga akan dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2)
yang volumnya lebih besar dari gas hidrogen (H2), nitrogen (N2) dan asam sulfida (H2S).
Proses fermentasi memerlukan waktu 5 sampai 15 hari untuk menghasilkan biogas dengan
suhu optimum 35 oC dan pH optimum pada range 6,4 – 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang
digunakan yaitu bakteri anaerob seperti Green Phoskko-7( GP-7).

Reaksi pembentukan metana (Price and Paul, 1981) dari bahan – bahan biomassa yang
dapat terdegradasi dengan bantuan enzim maupun bakteri dapat dilihat sebagai berikut:

Sebagai contoh, pada pembuatan biogas dari bahan baku kotoran sapi atau kerbau yang
banyak mengandung selulosa. Bahan baku dalam bentuk selulosa akan lebih mudah dicerna
oleh bakteri anaerob. Reaksi pembentukan CH4 adalah : (http://digilib.petra.ac.id, 2003)

23
1. Reaksi Hidrolisa / Tahap pelarutan

Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida dan lemak diubah
menjadi bahan yang larut dalam air seperti karbohidrat dan asam lemak. Tahap pelarutan
berlangsung pada suhu 25˚ C di digester (Price dan Cheremisinoff, 1981).

2. Reaksi Asidogenik / Tahap pengasaman

Pada tahap asidogenesis, bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai


pendek hasil proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen dan karbondioksida.
Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh dan berkembang pada
keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat bakteri tersebut memerlukan oksigen dan
karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan, pembentukan asam dalam
kondisi anaerobik sangat penting untuk membentuk gas metan oleh mikroorganisme pada
proses selanjutnya. Selain itu, bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul
rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino, karbondioksida, H2S dan sedikit gas
metan (Amaru, 2004).

Menurut Deublein dan Steinhauser (2008) produk terpenting dalam tahapan


asidogenesis adalah asam asetat, asam propionate, asam butirat, H2 dan CO2.Selain itu
dihasilkan sejumlah kecil asam formiat, asam laktat, asam valerat, methanol, etanol,
butadienol dan aseton.Tahap ini berlangsung pada suhu 25˚ C di digester (Price dan
Cheremisinoff, 1981). Reaksi:

24
3. Reaksi Metanogenik / Tahap gasifikasi

Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa dengan berat


molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekultinggi.Sebagai contoh bakteri ini
menggunakan hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk membentuk metana dan CO2. Bakteri
penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara simbiosis. Bakteri penghasil asam
membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk bakteri penghasil metana.Sedangkanbakteri
pembentuk gas metana menggunakan asam yang dihasilkan bakteripenghasil asam. Tanpa
adanya proses simbiotik tersebut, akan menciptakan kondisi toksik bagi mikroorganisme
penghasil asam. Metana diproduksi dari asam asetat, hidrogen dan karbon dioksida.Pada
tahap ini juga, bakteri metana membentuk gas metana secara perlahan secara anaerob. Proses
ini berlangsung selama 14 hari dengan suhu 25˚ C di dalam digester. Pada proses ini akan
dihasilkan 70% CH4, 30 % CO2, sedikit H2 dan H2S (Price dan Cheremisinoff, 1981) sesuai
dengan reaksi dibawah ini :

4.1 Alat dan Bahan yang digunakan dalam Proses Pembuatan Biogas:

A. Alat yang digunakan:

Reaktor biogas

25
Bak pencampur
Biodigester
Pipa PVC ¾”
Penampung gas yang dibuat dari plastik polyurethane
Kompor gas
Mesin generator
Valve atau kran

B. Bahan yang digunakan:

Kotoran sapi
Air

26
4.2 Tahapan Proses Pembuatan Biogas:

1) Pengangkutan kotoran sapi dari kandang menuju reaktor biogas.

2) Kotoran sapi dicampur air dengan perbandingan 1:1 di bak pencampur. Sumber lain
menyebutkan perbandingan kotoran dan air yaitu 1:2. Intinya kotoran dicampur
dengan air seperlunya sampai kotoran tidak lagi menggumpal atau berbentuk padatan.

3) Kotoran yang sudah dicampur dengan air kemudian dimasukkan ke dalam


biodigester, melaui lubang yang terhubung antara bak pencampur dan biodigester.
Biodigester yang terkubur di dalam tanah ini, diisi sampai penuh untuk mendorong
udara keluar dari biodigester. Hari pertama sampai ke delapan, gas yang ada pada
biodigester dikeluarkan karena gas yang terbentuk adalah gas CO2, Fahri (2010).
Terbentuknya gas metana membutuhkan waktu 14 sampai 21 hari.

27
4) Gas Metahane dari hasil fermentasi tadi disalurkan ke penampung gas melalui pipa.
Penampung gas yang dibuat dari plastik polyurethane, sedangkan pipanya dapat
menggunkan PVC ¾”. Di sini gas ditampung sampai penuh terlebih dahulu dan
memiliki tekanan tertentu untuk bisa disalurkan ke aplikasi lain berupa kompor dan
mesin generator.

28
5) Untuk mempermudah pengendalian aliran gas, dapat digunkan valve atau kran.

6) Biodigester dapat diisi terus menerus sedemikian sehingga mendorong kotoran yang
telah lama mengendap di bagian paling bawah. Hasil samping dari proses
fermentasi akan mengasilkan limbah padat maupun cair yang dapat digunakan
sebagai pupuk organik.

29
Reaksi kimia yang terjadi dalam proses perubahan kotoran sapi menjadi biogas pada
kenyataannya tidak hanya menghasilkan gas metana, tetapi juga menghasilkan gas-gas
pengotor yang tidak diperlukan seperti karbondioksida,uap air dan asam sulfida.

Secara tradisional, untuk mengurangi kadar uap air dapat digunakan botol penjebak.
Botol penjebak terbuat dari botol air mineral 1,5 L, diletakkan pada bagian terbawah dari
saluran biogas, tepat setelah pembangkit. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan uap air
hasil kondensasi turun dan masuk ke dalam botol. Air yang berlebihan dalam sistem dapat

30
memampetkan saluran biogas, selain itu adanya kandungan air dalam biogas menurunkan
tingkat panas api dan membuat api berwarna kemerah merahan. tinggi permukaan air dari
batas bawah pipa antara 20 sampai 25 cm. Apabila terlalu rendah, gas akan mudah keluar dari
air sebelum mencapai tekan

an yang diinginkan. Apabila muka air terlalu tinggi, tekanan yang ada membesar dan hal ini
dapat menghambat proses produksi biogas itu sendiri, (Anonim, 2011)

31
Adapun untuk mengurangi kadar CO2 dan H2S, dapat digunakan zeolit padat yang
dipanaskan dan direaksikan dengan senyawa KOH. Dari hasil penelitian Hamidi, dkk
(2011) diperoleh kesimpulan bahwa zeolit padat dapat digunakan untuk menyerap CO2 dan
H2S sehingga biogas yang dihasilkan menjadi lebih kaya akan CH4.

32
BAB V

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BIOGAS

Selain bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar, ada sejumlah kelebihan yang dapat
diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain:

1. Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.


2. Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan asap.
3. Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang langsung
dapat diolah.
4. Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk sehingga tidak
mencemari lingkungan.
5. Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan
pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak.
6. Realatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.

Adapun kekurangannya adalah:

1. Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi biogas.


2. Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam proses produksi.
3. Belum dikenal masyarakat.
4. Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.

Sumber : (Julkarnaini dkk, 2013)

33
BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Biogas adalah gas yang mudah terbakar dan dihasilkan oleh aktifitas anaerob atau
fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan,
limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan
karbon dioksida. sistem biogas sederhana. Disamping itu di daerah yang banyak industri
pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe, ikan pindang atau brem bisa menyatukan
saluran limbahnya ke dalam system biogas. Sehingga limbah industri tersebut tidak
mencemari lingkungan disekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut
diatas berasal dari bahan organik yang homogen.

Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya yang makin
menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang dihadapi oleh
masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah terhadap lingkungan
dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan energi tersebut. Untuk itu
indonesia yang memiliki potensi luas wilayah yang begitu besar, diharapkan untuk segera
mengaplikasi bahan bakar nabati.

Komposisi biogas terdiri atas metana (CH4) 55-75%, Karbon dioksida (CO2) 25-45%,
Nitrogen (N2) 0-0.3%, Hidrogen (H2) 1-5%, Hidrogen sulfide (H2S) 0-3%, Oksigen (O2)
0.1-0.5%.

34
5.2 Saran

Kami menyarankan kepada pembaca agar memanfaatkan bahan-bahan limbah organik


menjadi hal yang berguna, seperti biogas. Pembaca juga bisa memperdalam pengetahuan
dalam pemuatan biogas melalui makalah kami.

35
DAFTAR PUSTAKA

Gujer, W. & Zehnder, A.J.B. (1983). Conversion processes in anaerobic digestion, Wat. Sci.
Tech. 15: 127-167

http://irbmevonnovembri.blogspot.com/2011/08/biogas-sebagai-alternatif-energi.html

http://riau.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/PDF/biogas.pdf

Soerawidjaja, Tatang H. 2006. Potensi Sumber Daya Hayati Indonesia dalam Penyediaan
Berbagai Bentuk Energi. Program Studi Teknik Kimia.

Ward, A.J., Hobbs, P.J., Holliman, P.J., dan Jones, D.L. (2008). Optimation of The
Anaerobic Digestion of Agricultural Resources. Bioresource Technology. 99. 7928-
7940.

Widodo, T. W., Asari Ahmad., Nurhasanah A., Rahmarestia, E. (2006)., “Rekayasa dan
pengujian reaktor biogas skala kelompok tani ternak,” Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian, Jurnal Enjiring Pertanian, Hal. 41-52

36

Anda mungkin juga menyukai