Anda di halaman 1dari 23

Nama : Novi Yuliyanti

Nim : 43217110161

Pemanfaatan Sistem Informasi

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar istilah teknologi informasi. Untuk itu kita
harus mengetahui apa definisi dari kata itu yang begitu populer saat ini. Dalam forum
internasional istilah teknologi informasi mulai dipergunakan secara luas di pertengahan tahun
1980-an. Teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologi komputer yang dipadukan
dengan teknologi telekomunikasi. Definisi dari kata informasi secara internasional telah
disepakati sebagai hasil dari pengolahan data yang secara prinsip memiliki nilai atau value yang
lebih. Komputer merupakan bentuk teknologi informasi pertama yang dapat melakukan proses
pengolahan data menjadi informasi. Dalam kurun waktu yang kurang lebih sama, kemajuan
teknologi telekomunikasi terlihat sedemikian pesatnya, sehingga mampu membuat dunia jadi
serasa lebih kecil (mereduksi ruang dan waktu/time and space).
Mengapa Mempelajari Teknologi Informasi

Setidaknya ada dua alasan yang mendorong kita harus mengkaji masalah-masalah yang
berhubungan dengan teknologi informasi seperti :

1. Adanya kenyataan bahwa industri teknologi informasi, kini merupakan industri komersial
dunia yang bernilai. Ia juga merupakan industri yang berkembang paling cepat. Dan merupakan
kenyataan, bahwa teknologi informasi telah melakukan transformasi secara besar-besaran atas
kegiatan ekonomi dunia, serta menarik perhatian sebagai fenomena
sosiologi yang sangat penting di abad ini.

2. Adanya kenyataan bahwa industri teknologi informasi telah menciptakan banyak kesempatan
kerja di berbagai bidang kehidupan.

Peran Teknologi Informasi

Peran Teknologi Informasi (TI) dalam memacu pertumbuhan ekonomi dunia, paling tidak
menyangkut dua sisi. Sisi pertama adalah mendorong permintaan atas produk-produk TI itu
sendiri, seperti komputer, jaringan Internet dan lain-lain. Sisi kedua adalah memudahkan
transaksi bisnis, terutama bisnis keuangan, di samping juga bisnis-bisnis umum lainnya. Harapan
terhadap TI tentu tidak terbatas pada masalah yang hanya disebutkan di atas. Derasnya arus
informasi diharapkan akan mampu memberi peluang kepada banyak orang untuk mengakses
informasi. Hal ini tentu saja akan berperan besar dalam meningkatkan kualitas manusia sehingga
lebih terpelajar, terdidik dan bahkan lebih berperadaban. Ini tentu berlaku jika informasi
dipandang sebagai sumber pokok pengetahuan termasuk pengembangan keilmuan serta
peradaban itu sendiri.

Menarik untuk dicatat bahwa dalam mengakses informasi dengan menggunakan


kecanggihan Teknologi Informasi saat ini, orang dapat mengakses berbagai informasi dari
berbagai belahan dunia sesuai dengan pilihannya. Dalam waktu dekat, pengaksesan ini bahkan
cukup dengan komputer dan kabel TV saja. Beberapa perusahaan bahkan kini mulai
mengembangkan serta memasarkan telepon genggam yang dapat online ke jaringan internet dan
tentu pula mentransfer data ke komputer pribadi, sesuai dengan maksud atau keperluannya.
Jika dilihat dari sisi di atas, dunia ke depan ini boleh dikatakan akan menjadi lebih nyaman.
Akan tetapi, pertanyaan yang timbul sekarang, apakah seluruh belahan dunia dapat mencicipi
kecanggihan teknologi informasi ini? Mengingat bahwa tingkat buta huruf di negara-negara
berkembang masih relatif tinggi, maka dunia yang semakin canggih karena teknologi informasi
tampaknya hanya akan berlaku untuk belahan bumi tertentu saja. Mengingat pula beberapa
masalah lain seperti masalah ketersediaan jaringan telepon, masalah mahalnya biaya untuk
memiliki telepon, masih belum terjangkaunya harga personal computer bagi sebagian penduduk
di negara-negara berkembang.

Permasalahan di atas tampaknya bukan tidak disadari oleh negara-negara maju. Jepang
sebagai negara maju di Asia, telah menyumbang bagi kemajuan TI, sehingga negara-negara
berkembang di Asia tidak tertinggal dari apa yang disebut sebagai "Revolusi Teknologi
Informasi", atau tidak tergilas roda zaman yang akan semakin melaju.

Akan tetapi, tertinggal atau tidaknya, tergilas atau tidaknya sebagian negara atau bangsa
oleh revolusi TI, tentu bukan sepenuhnya merupakan tanggung jawab negara maju, melainkan
sebagian besar adalah tanggungjawab negara-negara berkembang itu sendiri. Jika upaya keras
terus dilakukan oleh pemerintah negara berkembang, harapan negara-negara berkembang untuk
tidak tergilas roda revolusi TI bukanlah tidak ada. Lebih dari itu, mereka bahkan berpeluang
untuk ikut naik serta mengendarai "roda revolusi" yang sedang berputar. Jepang yang ahli dalam
pembuatan barang-barang manufaktur (termasuk perangkat keras TI), kini telah ditinggal Korea
Selatan dan Taiwan, terutama dalam pengembangan sarana umum di bidang Internet serta
pengembangan perangkat lunak yang berkaitan dengannya. Singapura dan Malaysia, bahkan
akan segera menyusul Jepang, terutama dalam perangkat lunak dari teknologi informasi.

Situasi di atas tentu saja jadi bukti tentang terbukanya peluang negara-negara berkembang
untuk memperbaiki nasibnya. Keberhasilan negara-negara berkembang ini tentu pula sekaligus
menyanggah mitos dalam model pembangunan ekonomi yang dipercayai sebagian orang selama
ini, khususnya model flying geese. Yaitu, bahwa Jepang adalah "angsa terdepan dan memimpin".
Perkembangan Teknologi Informasi

Mesin informasi modern muncul sejak perang dunia II. Pada saat itu yang difokuskan
hanyalah pada data processing, atau sekedar mengurangi biaya yang berhubungan dengan
pekerjaan juru tulis dan jumlah pekerjaannya. Pada awalnya komputer memproses transaksi
bisnis khususnya untuk aplikasi finansial dan kemudian kegunaannya disesuaikan sejak
komputer membantu meningkatkan produktivitas. Karena kemampuan yang meningkat dalam
bidang teknologi maka peralatan komputer semakin inovatif dan berkembang serta mudah
dibawa (mobile) menyebabkan perkembangan komputer semangkin cepat. Perusahaan-
perusahaan mulai mengunakan komputer untuk memproses informasi yang berhubungan dengan
pemasaran produk, pengawasan persediaan dan fungsi bisnis lainnya. Akibat dari kemajuan ini
adalah menghemat biaya bagi setiap perusahaan maupun user dalam hal memanfaatkan teknologi
informasi.

Dengan di temukan berbagai macam teknologi yang mendukung menyebabkan


perkembangan teknologi informasi demikian pesat, dimana setiap informasi yang ada didunia ini
dapat kita dapatkan dengan waktu yang relatif singkat. Diyakini bahwa teknologi informasi akan
menjadi motor utama dan vital dalam pertumbuhan ekonomi dunia ke depan. Teknologi
informasi juga dipandang sebagai hal yang amat vital dalam perluasan kesempatan belajar serta
perolehan informasi masyarakat di dunia. Kegagalan negara-negara berkembang dalam
mengikuti akselerasi teknologi informasi, akan membuat mereka tidak mempunyai kesempatan
berpartisipasi penuh di dalam masyarakat informasi dan masyarakat ekonomi dunia

Evolusi Perkembangan Teknologi Informasi

Perkembagan teknologi infromasi yang sedemikian cepatnya telah membawa dunia


memasuki era baru yang lebih cepat dari yang pernah dibayangkan sebelumnya. Setidak-
tidaknya ada empat era penting sejak ditemukannya komputer sebagai alat pengolah data sampai
dengan era internet saat komputer menjadi senjata utama dalam berkompetisi dalam dunia
global. Setiap era memiliki karakteristik masing-masing, dan secara langsung maupun tidak
langsung memiliki hubungan yang erat dengan alam kompetisi dunia usaha, baik secara makro
maupun mikro. Yang harus dipahami, tidak semua neraga di dunia telah memasuki pemanfaatan
komputer yang dicirikan oleh era keempat selain negara negara maju seperti Amerika
Serikat,Jepang,Jerman dan negara negara besar lainnya.

Empat Era Perkembangan Teknologi Informasi

Tidak dapat disangkal , bahwa salah satu penyebab utama terjadinya era globalisasi yang
datangnya lebih cepat dari dugaan semua pihak adalah karena perkembangan pesat teknologi
informasi. Implementasi internet, e-commerce, EDI dan sebagainya telah menerobos batas-batas
fisik antar negara. Penggabungan antara teknologi komputer dan telekomunikasi telah
menghasilkan suatu revolusi di bidang teknologi informasi. Data atau informasi yang pada
zaman dahulu harus memakan waktu berhari-hari untuk diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di
dunia ini, tapi saat ini dapat dilakukan dalam hitungan detik. Inilah ke-empat era perkembangan
teknologi informasi ditinjau dari segi penggunaannya dari waktu ke waktu :

1. Era Komputerisasi
Periode ini dimulai sekitar tahun 1960-an ketika minikomputer dan mainframe
diperkenalkan kepada perusahaan. Kemampuan komputer untuk menghitung yang sedemikian
cepat menyebabkan banyak sekali perusahaan yang memanfaatkannya untuk keperluan
pengolahan data. Pemakai komputer di masa ini ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, karena
terbukti untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, menggunakan komputer jauh lebih efisien (dari segi
waktu dan biaya) dibanding dengan mempekerjakan berpuluh-puluh SDM untuk hal serupa.
Pada era tersebut belum terlihat suasana kompetisi yang sedemikian ketat. Jumlah perusahaan
pun masih relatif sedikit. Kebanyakan perusahaan besar secara tidak langsung memonopoli
pasar-pasar tertentu, karena belum ada pesaing yang berarti. Hampir semua perusahaan besar
yang bergerak dalam bidang infrastruktur pada saat itu membeli perangkat komputer untuk
membantu kegiatan administrasi. Keperluan organisasi yang paling banyak menyita waktu
kompuer pada saat itu adalah untuk administrasi back office, terutama yang berhubungan dengan
akuntansi dan keuangan. Di pihak lain, kemampuan mainframe untuk melakukan perhitungan
rumit juga dimanfaatkan perusahaan untuk membantu menyelesaikan problem-problem teknis
operasional, seperti simulasi perhitungan pada industri pertambangan dan manufaktur

2. Era Teknologi Informasi


Kemajuan teknologi digital yang dipadu dengan telekomunikasi telah membawa komputer
memasuki masa-masa revolusinya. Di awal tahun 1970-an, teknologi PC mulai diperkenalkan
sebagai alternatif pengganti minikomputer. Dengan seperangkat komputer yang dapat ditaruh di
meja kerja (desktop), seorang manajer atau teknisi dapat memperoleh data atau informasi yang
telah diolah oleh komputer (dengan kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan
minikomputer bahkan mainframe). Kegunaan komputer diperusahaan tidak hanya untuk
meningkatkan efesiensi, tapi juga untuk mendukung terjadinya proses kerja yang lebih efektif.
Tidak seperti halnya pada era komputerisasi ketika komputer hanya menajdi “milik pribadi”
devisi EDP (Electronic Data Processing) perusahaan, di era kedua ini setiap individu di
organisasi dapat memanfaatkan kecanggihan komputer, seperti untuk mengolah database,
spreadsheet, maupun data processing (end user computing). Pemakai komputer dikalangan
perusahaan semakin marak, terutama di dukung oleh alam komputerisasi yang telah berubah dari
monopoli menjadi pasar bebas. Secara tidak langsung perusahaan telah memanfaatkan teknologi
komputer secara efisien dan efektif dibandingkan perusahaan yang sebagian prosesnya masih
dikelola secara manual. Pada era inilah komputer memasuki babak barunya, yaitu sebagai suatu
fasilitas yang dapat memberikan keuntungan kompetisi bagi perusahaan, terutama yang bergerak
di bidang pelayanan atau jasa.

3. Era Sistem Informasi


Teori-teori manajemen organisasi secara intensif mulai diperkenalkan di awal tahun 1980-
an. Teori yang paling banyak dipelajari dan diterapkan adalah mengenai manajemen perubahan
(change management). Pada hampir semua kerangka teori manajemen perubahan ditekankan
pentingnya teknologi informasi sebagai salah satu komponen utama yang harus diperhatikan oleh
perusahaan yang ingin menang dalam persaingan bisnis. Seperti pada kedua era sebelumnya
yang lebih menekankan pada unsur teknologi, pada era manajemen perubahaan yang lebih
ditekankan adalah sistem informasi, karena komputer dan teknologi informasi merupakan
komponen dari sistem tersebut. Kunci keberhasilan perusahaan di era tahun 1980-an adalah
penciptaan dan pengusaaan informasi secara cepat dan akurat. Beberapa ahli manajemen
menekankan bahwa perusahaan yang menguasai informasilah yang memiliki keunggulan
kompetitif di dalam lingkungan makro “regulated free market“. Didalam periode ini, perubahaan
secara filosofi dari perusahaan tradisional menuju perusahaan modern terletak bagaimana
menajemen melihat kunci kinerja perusahaan. Organisasi tradisional melihat struktur perusahaan
sebagai kunci utama pengukuran kinerja, sehingga semuanya diukur secara hierarki berdasarkan
devisi-devisi atau departemen. Dalam teori organisasi modern, ketika persaingan bebas telah
menyebabkan customer harus pandai-pandai memilih produk yang beragam dipasar, proses
penciptaan produk atau pelayanan kepada pelanggan merupakan kunci utama kinerja perusahaan.
Keadaan ini sering diasosiasikan dengan istilah manajemen “Market driven” atau “customer base
company” yang pada intinya adalah penilaian kinerja perusahaan dari kepuasan para
pelanggannya.

Dan yang sangat jelas dalam format kompetisi yang baru ini adalah bahwa peranan
komputer dan teknologi informasi yang digabungan dengan komponen lain seperti proses,
prosedur, struktur organisasi, SDM, budaya perusahaan, manajemen dan komponen terkait
lainnya dalam membentuk sistem informasi yang baik, merupakan salah satu kunci keberhasilan
perusahaan secara strategis. Tidak dapat disangkal lagi bahwa kepuasan pelanggan terletak pada
kualitas pelayanan. Pada dasarnya, dalam memilih produk atau jasa yang dibutuhkannya, seorang
pelanggan akan mencari perusahaan yang menjual produk atau jasa tersebut dengan istilah :
cheaper (lebih murah), better (lebih baik) dan faster (lebih cepat). Disinilah peranan sistem
informasi sebagai komponen utama dalam memberikan keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh
karena itu kunci kinerja perusahaan adalah pada proses yang terjadi baik di dalam perusahaan
(back office) maupun yang langsung bersinggungan dengan pelanggan (front office). Dengan
memfokuskan diri pada penciptaan proses (business process) yang efisien, efektif, dan terkontrol
dengan baik, sebuah perusahaan akan memiliki kinerja yang handal. Tidak heran bahwa di era
tahun 1980-an sampai dengan awal tahun 1990-an terlihat banyak sekali perusahaan yang
melakukan BPR (Business Process Reengineering), restrukturisasi, implementasi ISO-9000,
implementasi TQM, Instalasi dan pemakaian sistem informasi korporat (SAP, Oracle, BAAN)
dan lain sebagainya.

4. Era Gloibalisasi Informasi

Ketika sebuah seminar internasional mengenai internet diselenggarakan di San Fransisco


pada tahun 1996, para praktisi teknologi informasi yang dahulu bekerja sama dalam penelitian
untuk memperkenalkan internet ke dunia industri pun secara jujur mengaku bahwa mereka tidak
pernah menduga perkembangan internet akan menjadi seperti ini. Ibaratnya mereka melihat
bahwa yang ditanam adalah benih pohon ajaib, yang tiba-tiba membelah diri menjadi pohon
raksasa yang tinggi menjulang. Sulit untuk menemukan teori yang dapat menjelaskan semua
fenomena yang terjadi sejak awal tahun 1990-an, namun fakta yang terjadi dapat disimpulkan
sebagai berikut :

Tidak ada yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi informasi.


Keberadaannya telah menghilangkan garis-garis batas antar negara dalam hal flow of
information. Tidak ada negara yang mampu mencegah mengalirnya informasi dari atau keluar
negara lain, karena batasan antar negara tidak dikenal dalam dunia maya. Penerapan teknologi
seperti LAN, WAN, GlobalNet, Internet, Intranet, Ekstranet, semakin hari semakin merata dan
membudaya di masyarakat. Terbukti sangat sulit untuk menentukan perangkat hukum yang
sesuai dengan bukti dan efektif untuk menangkal segala hal yang berhubungan dengan
penciptaan dan aliran informasi. Perusahaan-perusahaan pun sudah tidak terikat lagi pada
batasan fisik. Melalui dunia maya, seseorang dapat mencari pelanggan di seluruh lapisan
masyarakat dunia yang terhubung dengan jaringan internet. Transaksi-transaksi perdagangan
dapat dengan mudah dilakukan di cyberspace melalui transaksi elektronik dengan pembayaran
secara elektronik pula (electronic payment). Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan perangkat
canggih teknologi informasi telah mengubah mindset manajemen perusahaan sehingga tidak
jarang terjadi perusahaan yang banting stir menggeluti bidang lain. Bagi negara dunia ketiga atau
yang sedang berkembang, dilema mengenai pemanfaatan teknologi informasi amat terasa. Di
satu sisi banyak perusahaan yang belum siap karena struktur budaya atau SDM-nya, sementara
dipihak lain investasi besar harus dikeluarkan untuk membeli perangkat teknologi informasi.
Tidak memiliki teknologi informasi, berarti tidak dapat bersaing dengan perusahaan
multinasional lainnya, alias harus gulung tikar.

Lingkungan bisnis yang ada pada saat ini sedemikian seringnya berubah dan dinamis.
Perubahan yang terjadi tidak hanya sebagai dampak kompetisi yang ketat, namun dipengaruhi
juga dengan faktor-faktor eksternal lainya seperti politik, ekonomi dan sosial budaya yang secara
tidak langsung menghasilkan kebijakan atau peraturan baru yang harus ditaati perusahaan.
Secara operasional , tentu saja fenomena ini sangat menyulitkan para praktisi teknologi informasi
dalam menyusun sistemnya. Tidak jarang terjadi perubahan kebutuhan sehingga harus diadakan
analisis ulang terhadap sistem yang akan di bangun. Dengan mencermati keadaan ini, jelas
terlihat kebutuhan baru akan teknologi yang mampu adaptif terhadap perubahan. Para praktisi
negara maju menjawab tantangan ini dengan menghasilakn produk-produk aplikasi yang berbasis
objek, seperti OOP (Object Oriented Programming), OODBMS (Object Oriebted Database
Management Sistem), Object Technologi Distributed Object dan sebagainya.

Akhirnya Perubahan Pola Pikir Sebagai Syarat


Dari keempat era diatas terlihat bagaimana alam kompetisi dan kemajuan teknologi
informasi sejak dipergunakannya komputer dalam industri sehingga terkait erat satu dengan
lainnya sampai pada saat sekarang. Memasuki babak informasi berarti memasuki dunia dengan
teknologi baru, teknologi informasi. Mempergunakan teknologi informasi seoptimum mungkin
berarti harus mengubah pola pikir. Mengubah pola pikir merupakan hal yang tidak mudah
dilakukan, karena pada dasarnya sebagian masyarakat belum dapat mengikuti perubahan “people
do not like to change”.
--Konsep keunggulan kompetitif dalam operasional perusahaan--

Dalam mengimplementasikan konsep e-business, terlihat jelas bahwa meraih keunggulan


kompetitif (competitive advantage) jauh lebih mudah dibandingkan mempertahankannya. Secara
teoritis hal tersebut dapat dijelaskan karena adanya karakteristik sebagai berikut:

• Berbeda dengan bisnis konvensional dimana biasanya sebuah kantor beroperasi 8 jam sehari, di
dalam e-business (internet), perusahaan harus mampu melayani pelanggan selama 7 hari
seminggu dan 24 jam sehari, karena jika tidak maka dengan mudah kompetitor akan mudah
menyaingi perusahaan terkait;

• Berjuta-juta individu (pelanggan) dapat berinteraksi dengan berjuta-juta perusahaan yang


terkoneksi di internet, sehingga sangat mudah bagi mereka untuk pindah-pindah perusahaan
dengan biaya yang sangat murah (rendahnya switching cost);

• Fenomena jejaring (internetworking) memaksa perusahaan untuk bekerja sama dengan


berbagai mitra bisnis untuk dapat menawarkan produk atau jasa secara kompetitif, sehingga
kontrol kualitas, harga, dan kecepatan penciptaan sebuah produk atau jasa kerap sangat
ditentukan oleh faktor-faktor luar yang tidak berada di dalam kontrol perusahaan; dan

• Mekanisme perdagangan terbuka dan pasar bebas (serta teori perfect competition) secara tidak
langsung telah terjadi di dunia internet, sehingga seluruh dampak atau dalil-dalil sehubungan
dengan kondisi market semacam itu berlaku terjadi di dunia maya.

Melihat kenyataan di atas, perusahaan harus memiliki kriteria-kriteria (critical success


factors) dan ukuran-ukuran (performance indicators) yang dapat dijadikan sebagai barometer
sukses tidaknya perusahaan dalam memiliki dan mempertahankan keunggulun kompetitif
tertentu. Beberapa teori keunggulan kompetitif di dunia maya menganjurkan agar paling tidak 7
(tujuh) aspek harus menjadi perhatian dari sebuah perusahaan, yaitu masing-masing:
1. Customer Service

2. Price

3. Quality

4. Fulfillment Time
5. Agility

6. Time to Market

7. Market Reach

Kondisi ketujuh aspek tersebut akan sangat menentukan posisi perusahaan di dalam kancah
persaingan di dunia maya.

e-Business Leadership

Perusahaan dikatakan memiliki keungguluan kompetitif jika sanggup menjadi pemimpin


(penguasa market share) dibandingkan dengan pesaing lainnya di industri yang relatif sama.
Ditinjau dari aspek kepada pelanggan, perusahaan berhasil menciptakan sebuah pendekatan baru
dan unik di dalam mengelola komunikasi dan interaksi dengan pelanggannya. Tujuan dari
pendekatan ini adalah untuk mendapatkan sebuah suasana yang kerap diistilahkan dengan
“customer intimacy”; jalinan keakraban antara pelanggan dengan perusahaan sehingga mereka
selalu loyal dengan perusahaan tersebut. Pada kondisi ini pun perusahaan berhasil menawarkan
harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan perusahaan lain, tanpa mengorbankan kualitas
dan pelayanan kepada pelanggan.

Situasi ini akan berhasil dipertahankan oleh perusahaan jika yang bersangkutan memiliki
mitra-mitra bisnis yang efisien dalam pengelolaan rantai nilai (value chain) untuk masing-masing
proses terkait. Maka tidak heran jika konsep CRM (CustomerRelationship Management) sedang
menjadi primadona saat ini. Disamping itu, kecepatan penciptaan produk baru (time to market)
dan kecepatan pengirimannya ke tangan pelanggan juga menjadi kriteria utama yang menjadi
bahan pertimbangan posisi perusahaan di dunia persaingan. Semakin cepat pelanggan dapat
memperoleh produk pesanannya, semakin baik. Dan tentu saja perusahaan akan berhasil
mencapai kondisi ini jika manajemen rantai pasokannya (Supply Chain Management) terkelola
secara optimal. Karena di dalam e-business informasi merupakan bahan baku produksi yang
sangat penting, maka konsep JIT (Just-In Time) sering diberlakukan terhadap sumber daya
informasi ini. Faktor lainnya yang menentukan keunggulan kompetitif sebuah perusahaan adalah
kemampuannya dalam menjangkau pasar dan pelanggan dari berbagai segmen yang ada
(demografis dan geografis). Di sinilah internet dan teknologi informasi memberikan peranan
yang sangat besar.

e-Business Stagnation

Kebalikan dengan perusahaan e-business yang berhasil menjadi market leader, gagal
mendapatkan keunggulan kompetitif akan berakibat terancamnya keberadaan perusahaan di
dalam arena persaingan. Perusahaan yang tidak berhasil mencari strategi untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif ini biasanya akan berada dalam posisi stagnasi, yang tentu saja akan
sangat berbahaya jika tetap dibiarkan. Ciri-ciri perusahaan yang berada di dalam situasi ini
berawal dari semakin kecilnya market share yang dikuasai karena banyaknya pelanggan yang
perlahan-lahan meninggalkan perusahaan. Menurunnya kuantitas pelanggan ini terkadang belum
tentu disebabkan karena gagalnya perusahaan dalam meningkatkan kinerja usahanya, namun
dapat juga karena adanya faktor eksternal, seperti persaingan yang sangat ketat. Sering pula
terjadi situasi dimana kualitas produk yang baik tidak disertai dengan pelayanan yang baik
menyebabkan buruknya persepsi dari pelanggan terhadap perusahaan (yang artinya mengurangi
bahkanmeniadakan keuggulan kompetitif yang dicoba diraih).

Dari segi total biaya produksi yang berdampak langsung kepada penentuan harga produk
dan jasa, biasanya perusahaan mengalami kesulitan karena adanya fenomena cost transparency.
Dengan terbukanya berbagai jenis informasi bagi semua orang di internet, pelanggan dapat
dengan mudah membandingkan harga produk atau jasa yang sama dari satu perusahaan ke
perusahaan yang lain. Dengan kata lain, sangat sulit bagi sebuah perusahaan dalam menentukan
harga yang kompetitif (sangat sulit untuk mendapatkan margin keuntungan yang tinggi).
Demikian pula dari segi penciptaan produk baru dan pengirimannya ke pihak pelanggan. Pada
keadaan stagnasi, durasi penciptaan produk baru dan pengirimannya biasanya standar, dalam arti
kata sama dengan perusahaan-perusahaan sejenis lainnya, sehingga dipandang dari sudut
pelanggan, perusahaan yang bersangkutan tidak memiliki hal yang istimewa. Seringkali
perusahaan e-business yang berada pada kondisi ini digambarkan dengan entiti yang “hidup
segan, mati tak hendak”.Diperlukan perubahan yang sangat mendasar dari manajemen puncak
untuk dapat membawa kembali perusahaan ke arena persaingan yang kompetitif (misalnya
dengan cara mengadakan program Business Process Reengineering).

e-Business Followership

Jika di satu titik ekstrem terdapat perusahaan e-business yang berhasil menjadi leader
sementara di titik ekstrem lainnya terdapat perusahaan e-business yang terancam bangkrut,
terdapat banyak sekali perusahaan (mayoritas) yang berada pada situasi “nanggung”, artinya
yang bersangkutan menempatkan diri sebagai pengikut dari mereka yang berhasil (follower).

Walaupun perusahaan yang berada di dalam posisi ini tidak memiliki banyak keunggulan
kompetitif seperti halnya perusahaan leader, namun kualitas produk dan pelayanannya berada di
atas rata-rata yang diharapkan oleh pelanggan. Perusahaan dalam kategori ini biasanya memiliki
produk dengan kualitas yang sudah baik (memenuhi standar minimum), namun di mata
pelanggan kualitasnya dipandang lebih karena perusahaan memiliki mekanisme pelayanan yang
baik (sehingga pelanggan merasa terpuaskan). Dari sergi harga produk dan jasa pun perusahaan
berhasil menekan total biaya produksi karena tingginya tingkat efisiensi yang dicapai (karena
memanfaatkan teknologi informasi). Perusahaan juga secara sederhana telah menerapkan konsep
knowledge management yang memungkinkan mereka untuk memperbaiki durasi penciptaan
produk baru dan pengirimannya ke tangan pelanggan. Perusahaan yang memiliki keungguluan
kompetitif yang netral ini biasanya tidak berambisi untuk menguasai pasar, tetapi cukup untuk
tetap aman bertahan di arena persaingan, dan memiliki pelanggan tetap (captive market) yang
melakukan transaksi secara kontinyu. Targetnya adalah secara perlahan (gradual) perusahaan
berhasil meningkatkan frekuensi dan volume transaksi jual belinya.

--strategic Uses of Information Technology--

Keberhasilan atau kegagalan organisasi saat ini sangat kompetitif dan teknologi dunia
bisnis tergantung pada bagaimana mereka mengelola untuk merampingkan arus informasi antara
departemen dan dunia luar. Ini adalah tempat TI datang ke dalam tindakan. Ini berkaitan dengan
penerapan teknologi untuk mengotomatisasi arus informasi dalam sebuah sistem informasi
organisasi. Kerangka peluang strategis memungkinkan para eksekutif untuk mengidentifikasi
peluang untuk penggunaan strategis TI.

Daerah utama yang harus dipertimbangkan untuk mempelajari dampak TI adalah:

1. 1. DEVELOPING AN INFORMATION TECHNOLOGY STRATEGY AN


MENGEMBANGKAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI

Isu seperti Critical Success Factors, perencanaan dan tenaga kerja TI dianggap. Tenaga
kerja sangat penting karena dapat memutuskan di Strategi menjadi sukses atau tidak.

2. 2. STRATEGIC USE OF INFORMATION TECHNOLOGY PENGGUNAAN


STRATEGIS TEKNOLOGI INFORMASI

Ini adalah wilayah luas di mana banyak muncul isu-isu inti. Pertanyaan seperti berikut:

a. Apakah IT perlu?

b. Apa dampaknya TI di dunia bisnis?

c. Kesempatan apa yang telah TI dibawa ke area bisnis Perseroan?

d. Apakah TI dari setiap nilai bisnis dipelajari di sini?

Perpaduan yang bersih Strategi TI dengan Strategi Perusahaan harus tercapai melalui prinsip-
prinsip SUIT

Metode Quality Control, Audit, strategi yang berbeda yang digunakan dalam TQM dibahas
dalam area ini. Seperti Kualitas tidak dapat dengan mudah dapat didefinisikan, studi tentang
Quality Control dan pemeliharaan patut kita keterlibatan dan kepentingan yang tajam.

TI dapat digunakan untuk mengembangkan produk atau proses baru atau untuk
meningkatkan produk dan proses yang ada sehingga dapat mencapai keunggulan kompetitif di
pasar atau efek perbaikan signifikan dalam operasi internal. Potensi alam pentingnya IT bagi
sebuah organisasi tergantung pada intensitas informasi proses dan isi informasi produk.
Penggunaan strategis TI dalam sebuah organisasi diperlukan untuk pembengkokan dari strategi
TI ke dalam strategi perusahaan.

--Membangun Customer Focused Bisnis--

Strategi bisnis yang futuristik selalu mengedepankan posisi pelanggan sebagai dimensi
yang lebih tinggi dan berkuasa. Dan marilah kita coba urai beberapa unsur tersebut.

Layanan terbaik

Layanan terbaik bukan lahir dari rumusan rapat para manajer dan direktur dari sebuah
perusahaan. Layanan terbaik juga bukan rumusan strategi bisnis yang sudah direncanakan poada
10 tahun yang lalu sejak awal berdirinnya perusahaan. Namun Layanan terbaik adalah sejauh
mana anda memahami keinginan pelanggan kemaren, saat ini dan prediksi yang akan dating.
Karena di era teknologi informasi ini peluang berubahnya persepsi pelanggan bisa secepat kilat
berbalik arah karena :

yang lebih menarwaran sistem pembayaran yang lebih fleksibel

Layanan yang baik adalah layanan yang paling sesuai dengan keinginan pelanggan terutama
secara prioritas adalah pelanggan secara kebanyakan atau pelanggan yang masuk kategori
utama/VIP. Saya yakin anda para pebisnis tidak membedakan pelanggan-pelanggan anda dengan
baik untuk mewujudkan bentuk layanan yang lebih ekslusif untuk pelanggan terbaik.

Mengoptimalkan SDM yang unggul

SDM merupakan alat dalam perwujudan strategi bisnis, namun jangan lupa bahwa SDM
anda juga pelanggan internal yang secara hirarki bisa lebih mudah diatur dan diarahkan dengan
kekuatan internal, beda dengan palanggan eksternal yang mudah diarahkan oleh kecenderungan
pasar.
SDM yang unggul bahwa SDM tersebut sadar betul akan tuntutan dari perusahaan dan
pelanggan saat ini, yang secara umum antara lain:mampu meningkatkan skill dan kompetensi
diri sesuai dngan tuntutan persaindari pasar, seiring dengan perubahan tuntutan pelanggan.

SDM yang unggul merupakan media bisnis secara internal, termasuk merupakan media
promosi yang persuasif. Namun memperlakukan SDM tidak harus secara nyata memillah-milaj
di depan umum atas klasifikasi gradenya. Cukup apda level yang strategis, karena unsur SDM
yang unggul paham bahwa sesama staf merupakan pesaing, pesaing yang kolaboratif.

Pemanfaatan Teknologi yang Kompetitif

Strategi bisnis yang paham akan perubahan tentu selalu mengaitkan dengan unsur
perubahan yang paling dimensif, yaitu teknologi. Kemampuan menyerap informasi dari
perkembangan teknologi baik unsur perangkat keras maupun perangkat lunak merupakan wujud
dari kepekaan akan nilai-nilai persaingan bisnis dan wujud strategi bisnis. Misal ketika
pergeseran dari mesin fotokopi yang selalu besar dan berat dengan listrik yang besar beralih
bahwa mesin fotokopi bisa menyatu dengan print dan fax, atau mesin foto kopi portabel yang
irit. Sehingga efisiensi anggaran dan efisiensi waktu dapat mewujudkan kepuasan pelanggan dari
faktor harga yang terjangkau dan layanan yang cepat pula, ini adalah wujud strategi bisnis yang
baik. Contoh dahulu ketika belanja ke supermarket, sang kasir harus entri kode produk satu2,
sekarang cukup dengan barcode, layanan lebih cepat dan akurat. Pelanggan lebih puas. Atau
dahulu pelanggan harus order dengan Fax, sekarang bisa dengan email atau sms, syukur2 dengan
sistem informasi dengan web, misal pemesanan tiket kereta dan pesawat.
Membangun kemitraan

Sehebat apapun strategi bisnis dan sebesar apapun perusahaan harus tetap membangun
hubungan kemitraan baik dengan supplyer, relasi dan pesaing, kenapa? Yang paling bahaya
dalam unsur produksi bukan faktor produk pesaing namun bagaimana mitra pemasok dapat
mendukunng percepatan dan kinerja bidang produksi.Misal ditengah mendapatkan order yang
sangat banyak, sang pemasok bahan baku mengalihkan ke perusahaan lain. Siapa yang rugi???
Membangun kemitraan juga dapat dijalin dengan pesaing, contoh adalah adanya ATM bersama
antar bank. Siapa yang untung?Pelanggan bank dan mediator sangat diuntungkan. Kemitraan
dengan pesaing,pelanggan dan mediator.

Menciptakan Virtual Company--

2.1 Definisi Virtual Company

Virtual company memiliki beberapa definisi yaitu:

1. Suatu organisasi yang hanya menggunakan komputer dan teknologi komunikasi yang memiliki
kemudahan dalam mengatur administrasi untuk berkomunikasi dengan pihak klien,
menggunakan media telepon, fax, email, internet, IM, danvideoconference yang tidak dibatasi
oleh waktu dan ruang [12];

2. Virtual company adalah gabungan dari E-commerce dan Internet & World Wide Web[10];

3. Virtual company (VC) adalah salah satu metode yang dapat membuat owner dan manager
mengatasi menegement yang dibutuhkan. VC dilengkapi dengan administrasi, kreatif dan
teknikal skill serta pelayanan yang dapat membantu entrepreneurs dan professionals lebih mudah
mengatur bisnis yang akan dijalankan.[]

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa virtual company yang akan
digunakan dalam topik ini adalah suatu perusahaan yang membuat suatu aplikasi sistem
informasi yang digunakan untuk menjembatani antara perusahaan dan klien secara online.
Virtual Company terdiri dari customer yang saling terintegrasi dan supplier dalam port
bisnis yang masuk ke dalam jaringan bisnis (business bus). Untuk kepentingan komunikasi dan
pelayanan dengan supplier dan customer di jalur business bus, maka dibuat beberapa businness
port pendukung dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu media transportasi, service
financier untuk metoda pembayaran, chating room dan massaging untuk layanan komunikasi.

2.2 Pendukung Perancangan Virtual Company

Untuk membangun sebuah Virtual Company, ada beberapa komponen yang dapat
digunakan [11] , diantaranya :

1. Email
Hampir semua company menggunakan email dalam proses komunikasi, kapanpun dan
dimanapun.
2. Sistem yang otomatis dan mudah digunakan
Menggunakan suatu apikasi sistem informasi yang bekerja secara otomatis untuk menggantikan
pegawai secara langsung, dengan demikian waktu yang digunakan lebih efisien.
3. Digital company
Membuat elektronik company secara on-line.dengan system online , pegawai dapat bekerja
kapanpun dan dimanapun.
4. Monitoring
Mempermudah memonitor apikasi situs web
5. Infrastruktur
Sarana infrastruktur akan dibutuhkan untuk menjalankan konsep sebuah VC.
6. Motivasi
Memotivasai user agar on-line
7. user-friendly
Membantu user memahami tools
Selain itu dalam pembentukan virtual company wajib memperhatikan 4 konsep dimensi
perusahaan yaitu:

·Network company

Pengelolaan hubungan melalui suatu jaringan (komponen: jaringan resource &business


bus)

·Customer centric company

Dengan konsep Mass Customization, dimana keseluruhan produksi (barang/jasa layanan)


tidak sekedar mempertimbangkan efisiensi produksi massal, tapi juga mempertimbangkan agar
memenuhi kebutuhan individual pelanggan

·Agile company

Dimana pengaturan ulang sekumpulan resource dapat dilakukan dengan dinamis sesuai
kebutuhan

·Digital company

Digital Company menerapkan konsep kantor virtual, otomatisasi proses, dan


organisasi virtual. Dimana ketiga konsep tersebut di dikung teknologi komunikasi dan jaringan,
pemrograman, konsep Knowledge Management (KM), konsep Supply Chain Management
(SCM), Customer Relationship Management (CRM), aplikasi Enterprise Resources Planning
(ERP) dan datawarehouse untuk kepentingan pengelolaan dan akses data.

1. Knowledge Management (KM) adalah sebuah konsep yang bergerak di atas infrastruktur
teknologi informasi (Internet & Intranet) yang di fokuskan untuk menjadi sebuah institusi agar
menang dalam kompetisinya karena memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada kompetitor-
nya.
2. Customer Relationship Management (CRM) adalah aplikasi yang didesain untuk membantu suatu
organisasi, mengoptimalkan hubungan dengan pelanggannya dan para supplier-nya, melalui satu
atau lebih touch points – seperti call center, salesperson, distributor, store, branch office, web, e-
mail – dengan tujuan untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggannya.

3. Enterprise Resouces Planning (ERP) adalah sebuah software yang menggabungkan dan
mengotomatisasi data dan beberapa business process dari suatu perusahaan atau organisasi.

2.3 Kerangka Kerja Analisis Pengaturan Topik untuk Virtual Company

Sebelum apa yang ingin dikemukakan sebagai produk/layanan, maka perlu


dipertimbangkan jenis kompetisi yang akan dijalani perusahaan (“Time-based”,
“Hypercompetition”, “High Velocity Environment”).

Jenis kompetisi akan mempengaruhi pembobotan pemilihan teknologi dan aplikasi apa
yang akan digunakan untuk menyajikan produk/layanan. Untuk factor waktu, aplikasi yang bisa
menjadi pilihan adalah e-mail, IM, intranet, electronic meeting. Sedangkan untuk faktor
jangkauan ruang/area, teknologi yang bisa menjadi pilihan adalah mobile phone,
PDA,Laptop,internet.

Kedua pilihan teknologi dan aplikasi tersebut akan menjadi dasar bagi Manager dalam
pengambilan keputusan dan bertindak sesuai kebutuhan organisasi dan management.

--Membangun Knowledge Creating Company--

Membangun Knowledge Creating Company dibutuhkan poin-poin penting yaitu :

1. Important knowledge in Company :

- Cara menghadapi persaingan global.

- Cara menjaga kepuasan pelanggan.

- Cara mengantisipasi dinamika persaingannya secara tepat melalui pengembangan virtual Lego
Factory.
- Cara menghadapi arena persaiangan dengan film-film yang sedang beredar dengan kualitas box-
office, misalnya Star Wars dan Harry Potter.

- Melaksanakan program restrukturisasi yang terdiri dari downsizing dan downscoping.

2. Cross cultural interfaces & Knowledge domain :

- Lego Group mengirimkan produknya kepada retail-retail kecil yang terdapat di dalam database
Lego Group sejak tahun 1950.

- Penjualan saham Legoland (Taman Bermain Lego) kepada Blackstone senilai US$450 juta dan
penglepasan aset non-produktif di AS, Korea Selatan, dan Australia merupakan bentuk divestasi
Lego dalam kaitannya dengan program turn around. Divestasi ini menghasilkan efektivitas dan
efisiensi perusahaan yang secara langsung meningkatkan kinerja Lego.
Kesimpulan

Keunggulan Kompetitif Keunggulan kompetitiif dapat dicapai melalui banyak cara, seperti
menyediakan brang dan jasa dengan harga yang murah, menyediakan barang dan jasa yang lebih
baik dari para pesaing, dan memenuhi kebutuhan khusus. Suatu segmen pasar tertentu.Pada
bidang komputer keungulan kompetiti mengacu pada penggunaan informasi untuk mendapatkan
leverage dipasaran. 1. Pandangan Awal tentang Keunggulan Kompetitif Sejumlah perusahaan
telah mendapatkan publikasi yang luas karena menggunakan informasi untuk mencapai
keunggulan kompetitif. Beberapa diantaranya adalah American Airlines dengan sitem
pemesanan penerbangan yang disebut Sabre, American Hospital Supply dengan jaringan EDI
(electronic data inter change), dan McKesson Drug dengan sistem distribusinya yang disebut
Economost. 2. Pandangan Luas tentang Keunggulan Kompetitif Suatu cara untuk mencapai nilai
maksimum dari penggunaan informasi sebagai sumber daya kompetitif, pengusahaan harus
membangun IOS menyediakan hubungan dengan seluruh delapan elemen lingkungan. Semua
hubungan informasi harus bhersifat dua arah, kecuali hubungan dengan pesaing yaitu hanya
informasi masuk saja. Manajemen berusaha menimbulkan arus informasi dari pesaing, tetapi
menekan arus pada pesaing.
DAFTAR PUSTAKA

http://budhivensius.blogspot.com/2009/10/implementasi-teknologi-informasi-untuk.html

http://sharaarief.blogspot.com/2012/12/menggunakan-teknologi-informasi-untuk.html

http://rumahradhen.wordpress.com/materi-kuliahku/semester-i/pengantar-sistem-
informasi/pemanfaatan-teknologi-informasi-untuk-mencapai-keunggulan-kompetitif/

Putra, Yananto Mihadi. (2018). Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen: Pengantar
Sistem Informasi Manajemen. FEB - Universitas Mercu Buana: Jakarta.)

Anda mungkin juga menyukai