Anda di halaman 1dari 19

TUGAS 4

PROSES DESIGN MODEL RIBA

PROSES PERANCANGAN I

SEMESTER 4 – 2017/2018

Oleh :

Rizki Namira Lubis (160406082)


Futi Atiarana Alifa (160406088)
Lailannur Fahradiza Harahap (160406106)

DOSEN : DR. Wahyu Utami ST, MT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
MEDAN
April 2018
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Proses
Perancangan Model Riba ini. Tugas Programming ini merupakan bagian dari tugas
Proses Perancangan I Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara. Laporan ini disusun sebagai tugas untuk ujian akhir semester mata kuliah proses
perancangan I.
Laporan ini dapat terselesaikan dengan baik berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampakan rasa terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu sehingga tugas dan laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Di luar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat
maupun isi. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, penulis selaku penyusun
laporan menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Dengan demikian, penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna dikemudian hari
bagi penulis maupun orang lain.

Penulis

Juni 2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2
BAB I - PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
1.1 Pengertian Proses Perancangan ................................................................................ 3
1.2 Lima Tahap Proses Perancangan .............................................................................. 3

BAB II – ISI ........................................................................................................................ 5


2.1 Proses Perancangan Model Riba ................................................................................. 5
2.2.Penerapan Model Riba .................................................................................................5

BAB III – PENUTUP .................................................................................................... 17


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................17
3.2 Saran ............................................................................................................................ 17

Daftar Pustaka ..........................................................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Proses Perancangan


Perancangan merupakan suatu proses yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi lebih
baik lagi. Prosesnya merupakan sebuah tinjauan menyeluruh dimana setiap ahli memiliki
pandangan tertentu yang ideal menurut mereka. Komponen perancangan yaitu menetapkan
fungsi arsitek sebagai perancang dan menerapkan pemecahan-pemecahan dari setiap
permasalahan yang ada. Fungsi seperti membuat program, membuat rancangan bangunan,
dilakukan oleh seorang arsitek.
Proses perancangan (design) adalah suatu perubahan dari suatu keadaan awal ke arah
suatu keadaan masa depan yang dibayangkan belum menjelaskan sepenuhnya aktivitas-
aktivitas yang dijalankan sepanjang proses tersebut.

1.2 Lima Tahap Proses Perancangan


1. Permulaan
Proses ini merupakan tahap awal yang sangat penting. setiap informasi yang
didapat pada proses ini mempengaruhi proses selanjutnya sehingga proses ini harus
dilakukan dengan teliti. Proses permulaan meliputi pengalaman & batasan masalah
yang akan dibenahi melalui serangkaian wawancara. Aspek lain dari proses ini
adalah meliputi peranan imajinasi & aspirasi. Arsitek menyediakan imajinasi kritis
dalam bidang keahliannya yang mendorong aspirasi-aspirasi klien untuk
meningkatkan mutu tata lingkungan binaan ( Built Enviroment ).

2.. Persiapan
Langkah ke dua ini meliputi pengumpulan & analisis informasi mengenai masalah
yang akan dibenahi
• Secara spesifik proses persiapan meliputi pengumpulan secara sistematis &
analisis informasi tentang suatu proyek tertentu.
• Kegiatan yang disebut “Pemograman“ ini menghasilkan suatu laporan tertulis
dengan ikhtisar kebutuhan-kebutuhan suatu proyek & dapat memuat analisa luas
yang mengidentifikasi persoalan- persoalan penting yang harus dibenahi.

3
3. Pengajuan Usul
• Proses pengajuan usul desain sering disebut juga "Sintesa“ yaitu usulan-usulan
perancang yang harus menghimpun berbagai penimbangan dari konteks sosisal,
ekonomi, fisik, program, tempat, klien, teknologi, estetika, & nilai-nilai
perancangan.
• Usulan-usulan ini merupakan suatu peragaan fisik dari integrasi
sejumlah persoalan besar.
Perancang sering membuat gambar-gambar permulaan tumpang tindih guna
merekam dampak informasi pada pemecahan & menyelidiki potensi-potensi
susunan fisik & bentuk yang berbeda-beda.
Pemeriksaan gambar-gambar ini menuntun perancang dari asumsi-asumsi
permulaan perancang ke pemecahan yang diusulkan.

4. Evaluasi
Evaluasi dari rancangan arsitek terjadi pada beberapa skala & bermacam-macam
peserta. Pembahasan ini berpusat pada evaluasi usul-usul alternatif yang di
anjurkan perancang. Evaluasi usul-usul yang dilakukan oleh arsitek meliputi
perbandingan pemecahan-pemecahan rancangan yang diusulkan dengan tujuan-
tujuan & kriteria yang di kembangkan dalam tahap pemrograman.

5. Tindakan
Yang termasuk dalam tahap tindakan dalam proses perancangan adalah kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan mempersiapkan & melaksanaan suatu proyek,
seperti menyiapkan dokumen-dokumen konstruksi & pemilihan kontraktor yang
termasuk dalam dokumen-dokumen konstruksi adalah gambar-gambar kerja &
spesifikasi-spesifikasi tertulis untuk bangunan. Setiap proses diatas dilakukan
secara berurutan supaya mendapatkan hasil yang maksimal dan lebih mudah.
meskipun begitu proses perancangan tidak bersifat kaku sehingga masih dapat
berubah sesuai kebutuhan namun harus tetap sesuai dengan prinsip dasarnya.

4
2.1 Proses Perancangan Model Riba
1. Asimilasi
Akumulasi dan pengaturan informasi umum dan informasi secara khusus
berkaitan dengan masalah yang ditangani
2. Studi Umum
Investigasi karakteristik dan permasalahannya
3. Pengembangan
Pengembangan dan modifikasi satu solusi tentatif atau lebih
4. Komunikasi
Mengkomunikasikan satu solusi atau lebih pada orang-orang di dalam dan luar
tim design.

2.2 Penerapan Model Riba


1. Asimilasi
A. Pengenalan dan Pembatasan Masalah
1. Museum
Arti museum, seperti halnya arti kata, dapat dipahami oleh fungsinya dan kegiatan-
kegiatannya. Dari masa ke masa fungsi museum telah mengalami berbagai macam
perubahan. Akan tetapi hakikat pengertian museum tidak berubah. Landasan ilmiah
dan kesenian tetap menjiwai arti museum, sekali pun fungsi museum dari
konferensi ahli permuseuman dunia dalam ICOM (International Council of
Museum, organisasi permuseuman internasional dibawah Unesco) adalah sebuah
lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
pengembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat,
menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan
kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya.

2. Tsunami
Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebakan oleh perubahan permukaan
laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa
disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung
berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di
laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung

5
dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan
kelajuannya. Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja
yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa
manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah,
dan air bersih.

3. Aceh
Aceh adalah sebuah provinsi di Indonesia. Aceh terletak di ujung utara
pulau Sumatera dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia. Ibu kotanya
adalah Banda Aceh. Jumlah penduduk provinsi ini sekitar 4.500.000 jiwa. Letaknya
dekat dengan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India dan terpisahkan oleh Laut
Andaman. Aceh berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra
Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatera Utara di
sebelah tenggara dan selatan.

4. Monumen
Monumen adalah salah satu upaya manusia untuk mengabadikan bukti adanya
peristiwa sejarah dibuat ada yang dengan kesengajaan untuk sebuah peninggalan,
agar generasi yang akan dating tetap mengenang suatu peristiwa sejarah, namun ada
juga monument yang dibangun dengan begitu saja tidak punya maksud untuk
dikenang.

B. Sejarah Bencana Tsunami Aceh

Tanggal 26 Desember 2004 silam, bencana tsunami Aceh hingga detik ini tak akan
pernah bisa dilupakan oleh ratusan juta publik Asia Tenggara, terlebih jutaan
masyarakat Aceh. 11 tahun silam, sebuah bencana dahsyat yang disebut-sebut sebagai
bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah modern kebencanaan Indonesia.
Kala itu, 26 Desember 2004, guncangan gempa terlama sepanjang sejarah bergetar
bergitu hebat dengan titik gempa di sekitar barat daya Provinsi Aceh. Tak disangka
sangka, gempa di minggu pagi pukul 07.58 WIB itu menjadi awal dari bencana dahsyat
tsunami. Gelombang tsunami menggulung dahsyat, meluluhlantakkan kota-kota di
Aceh, terutama yang berada di pesisir pantai.

6
2. Studi Umum
Peristiwa gempa bumi dan tsunami tersebut meluluh lantakkan Aceh dan juga
sebagian wilayah pesisir barat Sumatera Utara. Tidak hanya itu peristiwa bencana
alam ini termasuk salah satu bencana alam paling mematikan di dunia dan merupakan
salah satu gempa terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah pada abad 21. Bencana
alam ini mendapat respon yang luar biasa bahkan menjadi trending topic dunia selain
Perang Irak. Gempa dan tsunami ini tidak hanya berdampak bagi Indonesia, tapi juga
melanda hingga ke kawasan pesisir timur Afrika, seperti Somalia hingga Madagaskar.
Oleh karena itu, hal tersebut menjadi latar belakang pembangunan Museum Tsunami
Aceh.

Museum ini terletak di pusat kota Banda Aceh dan tidak terlalu jauh kira-kira 500 meter
dari arah Masjid Raya Baiturrahman. Untuk akses jalan menuju museum sangatlah
mudah baik secara jalan kaki ataupun menggunakan kendaraan bermotor pribadi dan
umum. Tak butuh waktu lama, hanya kurang lebih 9-15 menit saja. Letaknya tidak
terlalu jauh dari tempat destinasi wisata lainnya, seperti Monumen Pesawat R,
Gunongan, Taman Putroe Phang, Makam Sultan Iskandar Muda dan Museum Aceh.
Bagi pengguna jalan kaki& bisa menggunakan trotoar yang luas dan bersih untuk
menuju Museum Tsunami Aceh.

Pembangunan museum ini bertujuan tidak hanya menjadi sebuah bangunan


monumen& tetapi juga sebagai objek sejarah, dimana bangunan ini menjadi tempat
pusat penelitian dan pembelajaran tentang bencana tsunami sebagai simbol kekuatan
masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana tsunami. Selain itu bangunan ini
diharapkan menjadi warisan untuk generasi Aceh di masa mendatang sebagai pesan dan
pelajaran bahwa tsunami pernah melanda Aceh yang telah menelan banyak korban.

Sebelum pembangunan museum, terlebih dahulu diadakan sayembara desain arsitektur,


yang pada tanggal 12 Juli 2007 panitia pelaksana menerima 222 penda tar peserta
sayembara. kemudian pada tanggal 9 Agustus 2007 diterima 152 karya yang
dipamerkan sedangkan pengumuman pemenang dilakukan pada 17 Agustus 2007.
Setelah itu diadakanlah Pameran sayembara desain Museum Tsunami yang digelar di

7
Gedung Aceh Community Center, dalam pameran ini di pajang 152 desain rencana
gedung museum tsunami, di buka resmi oleh Gubernur Aceh diwakili Asisten II Usman
Budiman. Pameran sayembara desain arsitektur museum tersebut berlangsung tanggal
13-23, Agustus 2007.

Penyelenggaraan pameran karya peserta sayembara pra rencana Museum Tsunami


Aceh merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka mengakomodasi program
mewujudkan sebuah bangunan museum tsunami di Aceh yang akan menjadi tempat
menyimpan, mengenang dan sarana belajar adanya bencana tsunami secara
keseluruhan. Pemenang pertama desain museum tsunami ini akan pendapat
penghargaan Rp 100 juta, pemenang kedua Rp 75 juta, pemenang ketiga Rp 50 juta,
penghargan partisipasi Rp 10 juta untuk 5 disain inovati. Kompetisi terbuka bagi semua
lapisan masyarakat, perseorangan atau kelompok.

Pengumuman Pemenang Sayembara Desain Pra Rencana NAD-Tsunami Museum pada


17 Agustus 2007 di Gedung Sultan Selim II Aceh Community Center, Banda Aceh.
Desain yang berjudul Rumoh Aceh as Escape Hill karya M. Ridwan Kamil dosen
arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) memenangkan sayembara lomba desain
museum tsunami Aceh pada 17 Agustus 2007 di Ruang Sultan Selim II, Aceh
Community Center, Banda Aceh.

3. Pengembangan
M. Ridwan Kamil berhasil memadukan kearifan lokal dan kejadian tsunami menjadi
karya yang sangat indah. Bahkan ia merasa kesulitan dalam merancang museum
tersebut, karena ia juga terbawa emosional mengenang peristiwa tersebut. Dalam
menghasilkan karya yang dinamai )umoh Aceh as Escape Hill itu, kata Kang Emil,
membutuhkan waktu yang panjang. Dirinya terpaksa beberapa kali melihat kembali
video musibah gempa dan tsunami agar setiap bangunan tersebut memiliki makna.
Pada awalnya baginya terpikir untuk membuat memorial saja, tetapi ia tidak mau
seperti itu. Ia merancang museum itu menjadi pengingat dan mendidik. Konsep
menginggat tapi tidak larut dalam kesedihan tersebut berhasil dipadukan.
Terciptanya kolam di permukaan museum sebagai penginggat tsunami dan di
atasnya terdapat ruang memorial dan edukasi sebagai pendidikan mitigasi.

8
Harapannya, masyarakat Aceh dapat belajar menyelamatkan diri ketika tsunami
kembali datang.

Museum Tsunami Aceh ini diisi dengan 55 koleksi terdiri dari : 7 unit maket, 22 unit
alat peraga, dan 26 unit foto ataupun lukisan yang menggambarkan keadaan tsunami di
Aceh. Dan ketika memasuki ruang koleksi, suasana mengenang tsunami terusik oleh
kondisi koleksi yang tak sempurna. Sejumlah koleksi yang ada, seperti ruang simulasi
gempa, alat peraga rumah tahan gempa dan rumah tak tahan gempa, serta alat peraga
gelombang tsunami. Pameran di museum ini meliputi simulasi elektronik gempa bumi
dan tsunami Samudra Hindia 2004, serta foto korban dan kisah yang disampaikan
korban selamat. Terdapat juga diorama-diorama peristiwa gempa bumi dan juga
tsunami, lalu diorama Museum Tsunami Aceh. Juga terdapat beberapa benda milik
masyarakat yang dipajang, kemudian lukisan bagaimana masyarakat Aceh membangun
kembali disertai proses bantuan dari luar negeri serta proses perdamaian di Aceh.
Lukisan rancangan yang berjudul Rumoh Aceh as Escape Hill juga terpajang dan
lukisan tentang 152 karya desain museum yang ikut dalam berpartisipasi pun
dipamerkan.

Fungsi Museum Tsunami Aceh:


1. Sebagai objek sejarah, dimana museum tsunami akan menjadi pusat penelitian dan
pembelajaran tentang bencana tsunami.
2. Sebagai simbol kekuatan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana tsunami.
3. Sebagai warisan kepada generasi mendatang di Aceh dalam bentuk pesan bahwa di
daerahnya pernah terjadi tsunami. Selain perannya sebagai tugu peringatan bagi
korban tewas, museum ini juga berguna sebagai tempat perlindungan dari bencana
semacam ini pada masa depan, termasuk “bukit pengungsian” bagi pengunjung jika
tsunami terjadi lagi.
4. Untuk mengingatkan bahaya bencana gempa bumi dan tsunami yang mengancam
wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia terletak di “Cincin Api” Pasifik,
sabuk gunung berapi, dan jalur yang mengelilingi Basin Pasifik. Wilayah cincin api
merupakan daerah yang sering diterjang gempa bumi yang dapat memicu tsunami.

Desain dan pembangunan Museum Aceh dengan konsep ‘Rumoh Aceh as Escape
Building’ mempunyai beragam filosofi. Seperti pada lantai dasar museum ini

9
menceritakan bagaimana tsunami terjadi melalui arsitektur yang didesain secara
unik. Pada masing-masing ruangan memiliki filosofi tersendiri yang
mendeskripsikan gambaran tentang tsunami sebagai memorial dari bencana besar
yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 silam yang menelan ratusan ribu
korban jiwa. Berikut filosofi desain lantai dasar Museum Tsunami Aceh:

1. Space of Fear (Lorong Tsunami)


Lorong Tsunami merupakan akses awal pengunjung untuk memasuki Museum
Tsunami. Memiliki panjang 30 m dan tinggi mencapai 19-23bm melambangkan
tingginya gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004 silam. Air mengalir di
kedua sisi dinding museum, dengan suara gemuruh air cahaya yang remang dan
gelap, lorong yang sempit dan lembab, mendeskripsikan perasaan rasa takut
masyarakat Aceh pada saat tsunami terjadi, yang disebut Space of Fear.

2. Space of Memory (Ruang Kenangan)


Setelah berjalan melewati Lorong Tsunami yang panjang 30 m, pengunjung akan
memasuki Ruang Kenangan (Memorial Hall). Ruangan ini memiliki 26 monitor
sebagai lambang dari kejadian tsunami yang melanda Aceh. Setiap monitor
menampilkan gambar dan foto para korban dan lokasi bencana yang melanda Aceh
pada saat tsunami sebanyak 40 gambar yang ditampilkan dalam bentuk slide.
Gambar dan foto ini seakan mengingatkan kembali kenangan kejadian tsunami
yang melanda Aceh atau disebut Space of Memory yang sulit dilupakan dan dapat
dipetik hikmah dari kejadian tersebut. Ruang dengan dinding kaca ini memiliki
filosofi keberadaan di dalam laut (gelombang tsunami). Ketika memasuki ruangan
ini, pengunjung seolah-olah tengah berada di dalam laut, dilambangkan dengan
dinding-dinding kaca yang menggambarkan luasnya dasar laut, monitor-monitor
yang ada di dalam ruangan dilambangkan sebagai bebatuan yang ada di dalam air,
dan lampu-lampu remang yang ada di atap ruangan dilambangkan sebagai cahaya
dari atas permukaan air yang masuk ke dasar laut.

3. Space of Sorrow (Ruang Sumur Doa)


Melalui ruang kenangan (Memorial Hall), pengunjung akan memasuki Ruang
Sumur Doa (Chamber of Blessing). Ruangan berbentuk silinder dengan cahaya
remang dan ketinggian 30 meter ini memiliki kurang lebih 2.000 nama-nama

10
korban tsunami yang tertera di setiap dindingnya. Ruangan ini di filosofikan sebagai
kuburan massal tsunami dan pengunjung yang memasuki ruangan ini dianjurkan
untuk mendoakan para korban menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
Ruangan ini juga menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhannya
(Hablumminallah) yang dilambangkan dengan tulisan kaligrafi Allah yang tertera
di atas cerobong dengan cahaya yang mengarah ke atas dan lantunan ayat-ayat Al-
Qur’an. Ini melambangkan bahwa setiap manusia pasti akan kembali kepada Allah
(penciptanya).

4. Space of confuse (lorong cerobong)


Setelah Sumur Doa, pengunjung akan melewati Lorong Cerobong (Ramp
Cerobong) menuju Jembatan Harapan. Lorong ini sengaja didesain dengan lantai
yang berkelok dan tidak rata sebagai bentuk filosofi dari kebingungan dan
keputusasaan masyarakat Aceh saat didera tsunami tahun 2004 silam, kebingungan
akan arah tujuan, kebingungan mencari sanak saudara yang hilang, dan
kebingungan karena kehilangan harta dan benda, maka filosofi lorong ini disebut
Space Of Confuse. Lorong gelap yang membawa pengunjung menuju cahaya alami
melambangkan sebuah harapan bahwa masyarakat Aceh pada saat itu masih
memiliki harapan dari adanya bantuan dunia untuk Aceh guna membantu
memulihkan kondisi fisik dan psikologis masyarakat Aceh yang pada saat usai
bencana mengalami trauma dab kehilangan yang besar.

5. Space of Hope (Jembatan Harapan)


Lorong cerobong membawa pengunjung ke arah Jembatan Harapan (Space of
Hope). Disebut Jembatan Harapan karena melalui jembatan ini pengunjung dapat
melihat 54 bendera dari 54 negara yang ikut membantu Aceh pasca tsunami, jumlah
bendera sama dengan jumlah batu yang tersusun di pinggiran kolam. Di setiap
bendera dan batu bertuliskan kata ‘Damai’ dengan bahasa dari masing masing
negara sebagai refleksi perdamaian Aceh dari perperangan dan konflik sebelum
tsunami terjadi. Dengan adanya bencana gempa dan tsunami, dunia melihat secara
langsung kondisi Aceh, mendukung dan membantu perdamaian Aceh, serta turut
andil dalam membangun (merekontruksi) Aceh setelah bencana terjadi.

11
Konsep Museum Tsunami Aceh:
1. Rumoh Aceh (Rumah Aceh)
Desain Museum Tsunami ini mengambil ide dasar dari rumah panggung Aceh sebagai
contoh kearifan arsitektur masa lalu dalam merespon tantangan dan bencana alam.
Desain ini mengacu pada keadaan Aceh pada masa silam yang juga pernah dilanda
bencana. Konsep ini merefleksikan keyakinan terhadap agama dan adaptasi terhadap
alam.

2. Escape Building
Desain Museum Tsunami ini berbentuk bukit penyelamatan sebagai antisipasi terhadap
bahaya tsunami di masa yang akan datang

12
3. Sea Waves
Denah bangunan merupakan anologi dari episenter sebuah gelombang laut sebagai
pengingat akan tsunami.

4. Saman Dance (Hablumminannas)


Tarian khas Aceh yang melambangkan kekompakkan dan kerjasama masyarakat Aceh,
mencerminkan kehidupan social yang kental akan gotong-royong dan
tolong0menolong, direfleksikan emlalui kulit bangunan pada eksterior Museum
Tsunami Aceh.

5. The Light if God (Hablumminannas)

13
Di dalam bangunan Museum Tsunami ini terdapat ruang berbentuk sumur silinder yang
menyorotkan cahaya ke atas sebagai symbol hubungan manusia dengan tuhannya.

6. Public Park
MuseumTsunami ini juga merupakan taman terbuka piblik yang dapat diakses dan
difungsikam setiap orang masyarakat, sebagai respon terhadap konteks urban.

4. Komunikasi
Inovasi yang ditawarkan sebagai saran untuk objek
Saran untuk objek ke depannya adalah perlunya penataan para pedangan kaki lima yang
menjual souvenir di ruang terbuka. Selain itu mengenai kondisi koleksi dalam museum

14
masih perlu di inventaris dan diperbaiki ke depannya tentunya juga melalui
penambahan-penambahan berbagai koleksi untuk kepentingan ilmu pengetahuan akan
bencana gempa dan tsunami jika sewaktu-waktu melanda kembali. Kemudian akses
jalan bagi pengguna jalan kaki yang harus menyebrang jalan perlu dibuatkan jembatan
penyebrangan untuk mempermudah akses menuju objek, karena berdasarkan
pengalaman kami, sangat sulit untuk menyebrang jalan di Kota Banda Aceh karena
kendaraan yang lalu-lalang sangat kencang dan sulit berhenti.

C. Denah Museum Tsunami Aceh

15
16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Museum Aceh adalah museum di Banda Aceh yang dirancang sebagai monument
simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami samudera hindia 2004 sekaligus pusat
pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi. Museum ini
dibangun pada tahun 2007 di atas lahan 10.000 m persegi yang terletak di ibukota
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Kota Banda Aceh, bangunannya bergaya
rumah panggung ini cukup unik karena apabila dipandang dari jarak jauh menyerupai
kapal laut dengan cerobongnya. Tidak hanya memperlihatkan koleksi peninggalan-
peninggalan dari peristiwa tsunami aceh, namun museum ini juga memperlihatkan kerja
sama yang baik dengan negara lain. Hal ini dibuktikan dengan diperlihatkan 54 bendera
negeara asing yang ikut membantu Aceh pasca tsunami. Dengan ini terselip nilai moral
untuk para pengunjung.

3.2 Saran
Makalah ini diharapkan memberikan manfaat dari setiap bagian dan permasalahan yang
dikaji. Tidak menutup kemungkinan makalah ini akan terus diperbaharui baik
dalam metode, kasus, teori kajian dan aspek terkait lain dimasa yang akan
mendatang. Bagi dunia akademik khususnya pendidikan dalam bidang arsitektur, harus
lebih banyak memahami proses perancangan pada design sebuah bangunan. Penelitian
ini dapat menjadi bahan rujukan untuk pengembangan makalah mengenai proses
perancangan model riba.

17
Daftar Pustaka

http://id.infografik.print.kompas.com/tsunamiaceh/museum-tsunami-aceh.php

18

Anda mungkin juga menyukai