Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kepemimpinan akhir-akhir ini mulai menjadi sorotan dalam menilai suatu

perkembangan organisasi. Terlebih, kepemimpinan dari seorang pemimpin

organisasi dianggap menjadi titik perubahan dan sentral dalam organisasi, tak

terkecuali di dalam rumah sakit. Ada tiga macam gaya kepemimpinan menurut

model Bass (1990) yaitu gaya kepemimpinan transformational, transactional, dan

laissez-faire. Tiga gaya kepemimpinan ini sering menjadi pedoman dan dasar

acuan dalam memimpin suatu organisasi. Menurut penelitian Spinelli (2006), gaya

kepemimpinan transformasionallah yang memberikan pengaruh yang lebih

signifikan terhadap performa karyawan, kepuasan karyawan, dan usaha ekstra

yang dilakukan oleh karyawan. Sehingga banyak pemimpin yang menggunakan

gaya kepemimpinan transformasional dalam memimpin organisasinya. Gaya

kepemimpinan transformasional sering digunakan untuk mengawali perubahan

dari organisasi untuk menjadi lebih baik dan berkelanjutan.

Perubahan dan dinamika pada industri kesehatan, cenderung fluktuatif dan

mengalami perubahan yang cepat, serta menyoroti akan kebutuhan gaya executive

leadership yang kuat. Hal ini dikarenakan industri kesehatan diperlukan kontrol

yang tinggi dari pemimpin agar karyawan tidak melakukan kesalahan kerja dan

menciptakan kepuasan terhadap pelanggan. Dengan sebuah kepemimpinan yang

dapat melibatkan dan memenuhi kebutuhan karyawan, diharapkan dapat

1
memotivasi karyawan untuk memaksimalkan potensi kerja mereka.Kesuksesan

secara langsung dan pengoperasian suatu organisasi kesehatan tidak lepas dari

sosok individu pemimpin yang mempunyai kemampuan untuk memandu suatu

organisasi yang kompleks dan beragam dalam hal ini di rumah sakit.Dalam

manajemen rumah sakit, kehadiran sosok pemimpin yang inspirator diharapkan

dapat menjadi pemecah kebuntuan dalam menghadapi berbagai permasalahan di

industri kesehatan terutama pada pelayanan kesehatan.Dengan adanya pemimpin

yang visioner dan melakukan kedekatan dengan karyawan dapat mendorong

employee engagement (keterlibatan karyawan) sehingga mereka dapat bekerja

dengan lebih baik lagi. Dalam hal ini gaya kepemimpinan yang dimaksudkan

adalah gaya kepemimpinan transformasional. Dalam penelitian yang berjudul “A

Study of The Relationship between Associate Engagement and Transformational

Leadership in a Large, Faith-Based Health System” yang ditulis oleh Reynolds

(2008) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh

secara positif terhadap associate engagement yang mendorong karyawan

mempunyai budaya yang engage terhadap pekerjaan mereka.Associate

engagementdalam penelitian ini mengacu kepada budaya engaged yang terbentuk

dalam lingkungan kerja yang dikarenakan oleh gaya kepemimpinan

transformational.

Menurut Kahn (1990) dalam May, dkk (2004) employee engagement

dalam pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan

peran kerjanya, bekerja dan mengekspresikan dirinya secara fisik, kognitif dan

emosional selama bekerja. Ketertarikan karyawan yang demikian itu sangat

2
diperlukan untuk mendorong timbulnya semangat kerja karyawan (Hochschild,

1983 dalam May dkk, 2004).Employee engagement cukup penting diperhatikan

oleh pemimpin sebab perusahaan atau organisasi yang memiliki tingkat

engagement karyawan yang tinggi dilaporkan dapat mempengaruhi biaya

recruitment 55% lebih rendah, memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi, dan

mengalami peningkatan produktifitas karyawan, serta memperoleh tingkat

kepuasan pelanggan yang lebih tinggi (Hewitt, 2004)

Penerapan gaya kepemimpinan transformational diharapkan akan dapat

mendorong karyawan untuk memiliki motivasi kerja yang melebihi mendapatkan

gaji semata. Mereka nantinya dapat merasakan meaningfulness (kebermaknaan),

safety (keamanan), dan availability (ketersediaan) (Kahn, 1990).Engagement

bukanlah sebuah sikap, tetapi adalah perilaku yang menjadi pendorong kinerja

sebuah organisasi (Welbourne, 2007). Menurut teori yang dikemukakan Salanova,

Roma, dan Baker (2002),employee engagement adalah keadaan disaat karyawan

merasa positif dan puas terhadap pekerjaannya.Oleh sebab itu dirumuskan

employee engagement memiliki tiga dimensi yaitu vigor (semangat), dedikasi, dan

absorption.Vigor berarti karyawan memiliki energi yang lebih dalam melakukan

pekerjaannya.Dedikasi ditandai dengan perasaan untuk mengabdi terhadap

pekerjaannya.Absorption ditandai dengan seseorang dapat menyatu dengan

dengan pekerjaan yang dia perbuat.

Salah satu bagian dari komponen industri kesehatan di rumah sakit adalah

perawat.Perawat mempunyai peranan yang menarik di dalam rumah sakit.Karena

dialah yang menjadi perantara langsung dari pasien kepada dokter dan

3
terapis.Sehingga dapat dikatakan mutu sebuah rumah sakit dapat dilihat dengan

jelas dari mutu pelayanan keperawatan yang diberikan di rumah sakit

tersebut.Peningkatan mutu pelayanan keperawatan tergantung pada jumlah dan

kualitas dari tenaga perawat yang tersedia. Tenaga perawat yang kurang akan

mempengaruhi beban kerja perawat. Akan tetapi, sebaliknya dengan jumlah

tenaga yang berlebihan akan mengakibatkan pemborosan dan dapat menurunkan

kualitas pelayanan karena waktu yang digunakan untuk pelayanan asuhan

keperawatan menjadi tidak efektif (Kiekkas et al, 2008). Salah satu cara

meningkatkan kualitas perawat adalah dengan mempertinggi employee

engagement terhadap tugas dan peranannya di rumah sakit. Bila hal ini tidak

ditingkatkan, maka nantinya akandapat memperburuk output dari rumah sakit

tersebut. Sebab perawat dituntut untuk selalu dapat mencari “solusi, pilihan, dan

hasil yang terbaik untuk pasien yang memberikan gambaran pengetahuan yang

merupakan kemungkinan terbaik di dunia internasional” (Hammer dan Collison,

1999).

Rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta mulai tahun 2010 mulai bebenah diri,

terutama dalam struktur organisasi dan system pelayanan kesehatan.Hal ini

menjadi tututan sebab RS.Panti Rapih Yogyakarta yang sedang besiap diri untuk

akreditasi rumah sakit yang bertaraf internasional. Perombakan ini juga terjadi

dalam bidang keperawatan pada rumah sakit ini.Sistem evaluasi berkala, terus dan

selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.Akan tetapi,

evaluasi per individu dan perasaan karyawan terkhususnya perawat dalam

4
menanggapi terhadap manajemen terutama pemimpin mereka jarang sekali

dilakukan.Hanya berdasar pembicaraan informal saja.

Dengan berdasarkan kepada latar belakang di atas maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh gaya kepemimpinan

transformasional terhadap employee engagement perawat di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta”

1.2. RUMUSAN MASALAH

Salah satu faktor sentral yang mempengaruhi employee engagement adalah

intervensi seorang pemimpin sehingga dengan adanya intervensi tersebut dapat

menciptakan budaya kerja yang engaged (Macey dkk, 2009). Hal ini dapat terjadi

dikarenakan pemimpin transformasional mempunyai karakteristik untuk dapat

mendorong dan memotivasi karyawan untuk menumbuhkan perilaku engaged

karyawan terhadap organisasi. Dalam penelitian ini,Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta di bidang keperawatan dalam menjalankan perannya condong

menggunakan gaya kepemimpinan transformasional karena ingin meningkatkan

employee engagement. Hal ini dianggap penting sebab perawat menjadi basis

utama pelayanan kesehatan terhadap pasien. Dengan perawat yang engaged

diharapkan dapat memberikan nilai positif terhadap pandangan dan kepuasan

konsumen.

Hal ini menjadi kajian yang menarik untuk diteliti yaitu apakah pengaruh

gaya pemimpin transformational yang telah dilakukan Direktur

keperawatanmempengaruhi secara positif employee engagement perawat di

5
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, dikarenakan pelaksanaan perubahan

organisasi yang baru saja dilakukan dan belum ada penelitian yang menyoroti hal

tersebut.

1.3. PERTANYAAN PENELITIAN

1. Apakah gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh secara positif

terhadap employee engagement?

2. Apakah hal-hal yang perlu ditingkatkan oleh manajemen keperawatan di

rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta agar meningkatkan employee

engagement dan komitmen perawat terhadap pekerjaannya?

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh positif gaya

kepemimpinan transformational yang digunakan dalam rumah sakit Panti Rapih

Yogyakarta, pada engagement karyawan. Selain itu, penelitian ini juga

menganalisis hal-hal yang perlu ditingkatkan oleh manajemen keperawatan di

rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta agar meningkatkan employee engagement dan

komitmen perawat terhadap pekerjaannya.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti ini diharapkan dapat

memberikan sekurang-kurangnya manfaat sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengevaluasi kembali gaya

kepemimpinan transformational yang digunakan rumah sakit Panti Rapih

6
Yogyakarta sehingga dapat mendorong peningkatan employee engagement

terhadap oraganisasi. Di dalam penelitian ini, dipaparkan dimensi

kepemimpinan transformasional manakah yang dominan di rumah sakit

Panti Rapih Yogyakarta dan ditanggapi secara positif oleh karyawan untuk

meningkatkan employee engagement mereka.

2. Menjadi acuan peneliti lain untuk mengembangkan penelitian

mengenai kepemimpinan transformational terhadap employee

engagement dengan pengaruh variable-variabel lain, seperti budaya

kerja, iklim psikologis, komunikasi, dan lain sebagainya.

1.6. BATASAN PENELITIAN

Penelitian ini hanya meneliti presepsi kepemimpinan transformasional

karyawan dan employee engagement di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

bagian keperawatan. Faktor lain selain kepemimpinan pemimpinyang

mempengaruhi employee engagement tidak menjadi dasar analisa. Faktor kontrol

dan klasifikasi yang digunakan adalah jabatan dalam bidang keperawatan yang

terdiri dari kepala bagian, kepala ruang dan perawat pelaksana.

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab dan setiap bagiannya terdiri

dari sub-sub bab yang dijelaskan sebagai berikut :

7
1. Bab I berisikan pendahuluan, yaitu latar belakang penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian,

batasan penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab II merupakan tinjauan pustaka, yang berisi uraian pnjelasan mengenai

variabel-variabel terkait yang digunakan dalam penelitian ini serta pengaruh

antar variabel untuk melakukan penyusunan hipotesis. Variabel yang

dijelaskan meliputi employee engagement dan kepemimpinan.

3. Bab III merupakan metode penelitian, yang membahas mengenai rancangan

penelitian, definisi operasional, sampel penelitian, metode pengumpulan

data, cara tes validitas dan reliabelitas, dan metode analisa data

4. Bab IV yaitu hasil dan analisa data, yang menjabarkan gambaran

demografis dan analisa hasil kuesioner. Hasil kuesioner terbagi menjadi dua

yaitu hasil analisa utama yang bertujuan sebagai pengujian hipotesis

mengenai pengaruh antara variabel independen dan dependen dan hasil

analisa tambahan yang berisikan analisa data kualitatif yang berdasarkan

atas uraian yang mempertanyakan mengenai kepemimpinan atasan.

5. Bab V merupakan kesimpulan, implikasi, dan saran. Bab ini berisikan

kesimpulan yang ditarik peneliti dari hasil penelitian, implikasi yang

disimpulkan dari analisa adalah hasil penelitian yang bersifat teoritis dan

manajerial, dan saran ditujukan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai