Anda di halaman 1dari 12

Imunologi Dasar : Imunitas Non Spesifik →

Imunologi Dasar : Imunologi Humoral


Posted on Mei 1, 2011

Respon imun humoral (HIR) adalah aspek imunitas yang dimediasi oleh disekresikan
antibodi (sebagai lawan imunitas diperantarai sel , yang melibatkan limfosit T ) yang
diproduksi dalam sel-sel B limfosit garis keturunan ( sel B ). B Cells (with co-stimulation)
berubah menjadi sel plasma yang mensekresi antibodi. The co-stimulation sel B dapat berasal
dari sel lain antigen menyajikan, seperti sel dendritik . Seluruh proses ini dibantu oleh CD4 +
T-helper 2 sel, yang menyediakan co-stimulasi. Antibodi disekresikan mengikat antigen pada
permukaan mikroba seperti virus atau bakteri

Studi tentang komponen molekuler dan seluler yang terdiri dari sistem kekebalan tubuh ,
termasuk fungsi dan interaksi . Sistem kekebalan tubuh dibagi menjadi primitive innate
immune system, dan acquired atau adaptive immune sistem vertebra, masing-
masingmengandung komponen humoral dan selualar.

Kekebalan humoral mengacu pada produksi antibodi dan proses aksesori yang menyertainya,
termasuk: Th2 aktivasi dan produksi sitokin, pusat germinal pembentukan isotipe switching,
pematangan afinitas dan memori sel generasi. Hal ini juga mengacu pada efektor fungsi
antibodi, yang mencakup netralisasi patogen dan racun, classical complement activation, and
opsonin phagocytosis dan eliminasi patogen
SEL LlMFOSIT B

 Progenitor sel limfosit B adalah sel stem hematopoietik pluripoten. Dinamakan


pluripoten karena sel ini juga merupakan progenitor sel hematopoietik lainnya, seperti
sel polimorfonuklear, sel monosit dan sel makrofag.
 Pada masa embrio sel ini ditemukan pada yolk sac, yang kemudian bermigrasi ke hati,
limpa dan sumsum tulang. Setelah bayi lahir, sel asal (stem cell) hanya ditemukan
pada sumsum tulang. Dinamakan limfosit B karena tempat perkembangan utamanya
pada burung adalah bursa fabricius, sedangkan pada manusia tempat perkembangan
utamanya adalah sumsum tulang.
 Sel pertama yang dapat dikenal sebagai prekursor (pendahulu) sel limfosit B adalah
sel yang sitoplasmanya mengandung rantai berat µ, terdiri atas bagian variabel V dan
bagian konstan C tanpa rantai ringan L, dan tanpa imunoglobulin pada permukaannya.
Sel ini dinamakan sel pro-limfosit B. Selain rantai µ, sel pro-limfosit B juga
memperlihatkan molekul lain pada permukaannya, antara lain antigen HLA-DR,
reseptor komplemen C3b dan reseptor virus Epstein-Barr (EBV). Pada manusia sel
pro-limfosit B sudah dapat ditemukan di hati fetus pada masa gestasi minggu ke-7 dan
ke-8.
 Sel pro-limfosit B ini berkembang menjadi sel limfosit B imatur. Pada tahap ini sel
limfosit B imatur telah dapat membentuk rantai ringan L imunoglobulin sehingga
mempunyai petanda imunoglobulin pada permukaan membran sel yang berfungsi
sebagai reseptor antigen. Bila sel limfosit B sudah memperlihatkan petanda rantai
berat H dan rantai ringan L yang lengkap, maka sel ini tidak akan dapat memproduksi
rantai berat H dan rantai ringan L lain yang mengandung bagian variabel (bagian yang
berikatan dengan antigen) yang berbeda. Jadi setiap sel limfosit B hanya
memproduksi satu macam bagian variabel dari imunoglobulin. lni berarti
imunoglobulin yang dibentuk hanya ditujukan terhadap satu determinan antigenik
saja. Sel B imatur mempunyai sifat yang unik. Jika sel ini terpajan dengan ligannya
(pasangan kontra imunoglobulin yang ada pada permukaan membran sel), sel ini tidak
akan terstimulasi, bahkan mengalami proses yang dinamakan apoptosis sehingga sel
menjadi mati (programmed cell death). Jika ligannya itu adalah antigen diri (self
antigen), maka sel yang bereaksi terhadap antigen diri akan mengalami apoptosis
sehingga tubuh menjadi toleran terhadap antigen diri. Hal ini terjadi pada masa
perkembangan di sumsum tulang. Oleh karena itu, sel limfosit B yang keluar dari
sumsum tulang merupakan sel limfosit B yang hanya bereaksi terhadap antigen asing.
Kemudian sel limfosit B imatur yang telah memperlihatkan imunoglobulin lengkap
pada permukaannya akan keluar dari sumsum tulang dan masuk ke dalam sirkulasi
perifer serta bermigrasi ke jaringan limfoid untuk terus berkembang menjadi sel
matur. Sel B ini memperlihatkan petanda imunoglobulin IgM dan IgD dengan bagian
variabel yang sama pada permukaan membran sel dan dinamakan sel B matur.
 Perkembangan dari sel asal (stem cell) sampai menjadi sel B matur tidak memerlukan
stimulasi antigen, tetapi terjadi di bawah pengaruh lingkungan mikro dan genetik.
Tahap perkembangan ini dinamakan tahapan generasi keragaman klon (clone
diversity), yaitu klon yang mempunyai imunoglobulin permukaan dengan daya ikat
terhadap determinan antigen tertentu.
 Tahap selanjutnya memerlukan stimulasi antigen, yang dinamakan tahapan respons
imun. Setelah distimulasi oleh antigen, maka sel B matur akan menjadi aktif dan
dinamakan sel B aktif. Sel B aktif kemudian akan berubah menjadi sel blast dan
berproliferasi serta berdiferensiasi menjadi sel plasma yang akan memproduksi
imunoglobulin.
 Beberapa progeni sel B aktif tersebut akan mulai mensekresi imunoglobulin kelas lain
seperti IgG, IgA, dan IgE dengan bagian variabel yang sama yang dinamakan alih
isotip atau alih kelas rantai berat (isotype switching).
 Beberapa progeni sel B aktif lainnya ada yang tidak mensekresi imunoglobulin
melainkan tetap sebagai sel B yang memperlihatkan petanda imunoglobulin pada
permukaannya dan dinamakan sel B memori. Μ
 Sel B memori ini mengandung imunoglobulin yang afinitasnya lebih tinggi. Maturasi
afinitas ini diperoleh melalui mutasi somatik. Sel B matur yang tidak distimulasi, jadi
yang tidak menemukan ligannya, akan mati dengan waktu paruh 3-4 hari. Sedangkan
sel B memori akan bertahan hidup lebih lama berminggu-minggu sampai berbulan-
bulan tanpa stimulasi antigen. Sel B memori ini akan beresirkulasi secara aktif
melalui pembuluh darah, pembuluh limfe, dan kelenjar limfe. Bila antigen dapat lama
disimpan oleh sel dendrit di kelenjar limfe, maka sel dendrit ini pada suatu waktu
akan mengekspresikan antigen tersebut pada permukaannya. Antigen yang
diekspresikan oleh sel dendrit ini akan merangsang sel B memori menjadi aktif
kembali, berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi
antibodi. Dalam hal ini, kadar antibodi terhadap suatu antigen tertentu dapat bertahan
lama pada kadar protektif, sehingga kekebalan yang timbul dapat bertahan lama.

Aktivasi dan fungsi sel B


 Bila sel limfosit B matur distimulasi antigen ligannya, maka sel B akan
berdiferensiasi menjadi aktif dan berproliferasi. Ikatan antara antigen dan
imunoglobulin pada permukaan sel B, akan mengakibatkan terjadinya ikatan silang
antara imunoglobulin permukaan sel B. Ikatan silang ini mengakibatkan aktivasi
enzim kinase dan peningkatan ion Ca++ dalam sitoplasma. Terjadilah fosforilase
protein yang meregulasi transkripsi gen antara lain protoonkogen (proto oncogene)
yang produknya meregulasi pertumbuhan dan diferensiasi sel. Aktivasi mitosis ini
dapat terjadi dengan atau tanpa bantuan sel T, tergantung pada sifat antigen yang
merangsangnya. Proliferasi akan mengakibatkan ekspansi klon diferensiasi dan
selanjutnya sekresi antibodi. Fungsi fisiologis antibodi adalah untuk menetralkan dan
mengeliminasi antigen yang menginduksi pembentukannya.
 Dikenal 2 macam antigen yang dapat menstimulasi sel B, yaitu antigen yang tidak
tergantung pada sel T (TI = T cell independent) dan antigen yang tergantung pada sel
T (TD = T cell dependent). Antigen TI dapat merangsang sel B untuk berproliferasi
dan mensekresi imunoglobulin tanpa bantuan sel T penolong (Th = T helper).
Contohnya adalah antigen dengan susunan molekul karbohidrat, atau antigen yang
mengekspresikan determinan antigen (epitop) identik yang multipel, sehingga dapat
mengadakan ikatan silang antara imunoglobulin yang ada pada permukaan sel B.
Ikatan silang ini mengakibatkan terjadinya aktivasi sel B, proliferasi, dan diferensiasi.
Polisakarida pneumokok, polimer D-asam amino dan polivinil pirolidin mempunyai
epitop identik yang multipel, sehingga dapat mengaktifkan sel B tanpa bantuan sel T.
Demikian pula lipopolisakarida (LPS), yaitu komponen dinding sel beberapa bakteri
Gram negatif dapat pula mengaktifkan sel B. Tetapi LPS pada konsentrasi tinggi
dapat merupakan aktivator sel B yang bersifat poliklonal. Hal ini diperkirakan karena
LPS tidak mengaktifkan sel B melalui reseptor antigen, tetapi melalui reseptor
mitogen.
 Antigen TD merupakan antigen protein yang membutuhkan bantuan sel Th melalui
limfokin yang dihasilkannya, agar dapat merangsang sel B untuk berproliferasi dan
berdiferensiasi.
 Terdapat dua macam respons antibodi, yaitu respons antibodi primer dan sekunder.
Respons antibodi primer adalah respons sel B terhadap pajanan antigen ligannya yang
pertama kali, sedangkan respons antibodi sekunder adalah respons sel B pada pajanan
berikutnya, jadi merupakan respons sel B memori. Kedua macam respons antibodi ini
berbeda baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Perbedaan tersebut adalah
pada respons antibodi sekunder terbentuknya antibodi lebih cepat dan jumlahnya pun
lebih banyak.
 Pada respons antibodi primer, kelas imunoglobulin yang disekresi terutama adalah
IgM, karena sel B istirahat hanya memperlihatkan IgM dan IgD pada permukaannya
(IgD jarang disekresi). Sedangkan pada respons antibodi sekunder, antibodi yang
disekresi terutama adalah isotip lainnya seperti IgG, IgA, dan IgE sebagai hasil alih
isotip. Afinitas antibodi yang dibentuk pada respons antibodi sekunder lebih tinggi
dibanding dengan respons antibodi primer, dan dinamakan maturasi afinitas.
 Respons sel B memori adalah khusus oleh stimulasi antigen TD, sedangkan stimulasi
oleh antigen TI pada umumnya tidak memperlihatkan respons sel B memori dan
imunoglobulin yang dibentuk umumnya adalah IgM. Hal ini menandakan bahwa
respons antibodi sekunder memerlukan pengaruh sel Th atau limfokin yang
disekresikannya.
STRUKTUR IMUNOGLOBULIN

 Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam


serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam
famili glikoprotein yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri dari 82-96%
polipeptida dan 4-18% karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat biologik
molekul antibodi tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat
antigen secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan
histamin dari sel mast.
 Pada manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin. Tiap kelas mempunyai perbedaan sifat
fisik, tetapi pada semua kelas terdapat tempat ikatan antigen spesifik dan aktivitas
biologik berlainan. Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam rantai
polipeptida yang tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai rantai H
(rantai berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai ringan) dengan berat
molekul 22.000. Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2 rantai H dan
2 rantai L. Kedua rantai ini diikat oleh suatu ikatan disulfida sedemikian rupa
sehingga membentuk struktur yang simetris. Yang menarik dari susunan
imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah simetris rangkaian asam amino yang
dikenal sebagai daerah domain, yaitu bagian dari rantai H atau rantai L, yang terdiri
dari hampir 110 asam amino yang diapit oleh ikatan disulfid interchain, sedangkan
ikatan antara 2 rantai dihubungkan oleh ikatan disulfid interchain. Rantai L
mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda, sedangkan rantai H terdiri dari 5 kelas,
yaitu rantai G (γ), rantai A (α), rantai M (μ), rantai E (ε) dan rantai D (δ). Setiap rantai
mempunyai jumlah domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai 2 domain; sedang
rantai G, A dan D masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E masing-masing 5
domain.
 Rantai dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi beberapa fragmen. Enzim papain
memecah rantai dasar menjadi 3 bagian, yaitu 2 fragmen yang terdiri dari bagian H
dan rantai L. Fragmen ini mempunyai susunan asam amino yang bervariasi sesuai
dengan variabilitas antigen. Fab memiliki satu tempat tempat pengikatan antigen
(antigen binding site) yang menentukan spesifisitas imunoglobulin. Fragmen lain
disebut Fc yang hanya mengandung bagian rantai H saja dan mempunyai susunan
asam amino yang tetap. Fragmen Fc tidak dapat mengikat antigen tetapi memiliki
sifat antigenik dan menentukan aktivitas imunoglobulin yang bersangkutan, misalnya
kemampuan fiksasi dengan komplemen, terikat pada permukaan sel makrofag, dan
yang menempel pada sel mast dan basofil mengakibatkan degranulasi sel mast dan
basofil, dan kemampuan menembus plasenta.
 Enzim pepsin memecah unit dasar imunoglobulin tersebut pada gugusan karboksil
terminal sampai bagian sebelum ikatan disulfida (interchain) dengan akibat
kehilangan sebagian besar susunan asam amino yang menentukan sifat antigenik
determinan, namun demikian masih tetap mempunyai sifat antigenik. Fragmen Fab
yang tersisa menjadi satu rangkaian fragmen yang dikenal sebagai F(ab2) yang
mempunyai 2 tempat pengikatan antigen.

KLASIFIKASI IMUNOGLOBULIN

Klasifikasi imunoglobulin berdasarkan kelas rantai H. Tiap kelas mempunyai berat molekul,
masa paruh, dan aktivitas biologik yang berbeda. Pada manusia dikenal 4 sub kelas IgG yang
mempunyai rantai berat γl, γ2, γ3, dan γ4. Perbedaan antar subkelas lebih sedikit dari pada
perbedaan antar kelas.

 Imunoglobulin G
 IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai berat H dan 2
rantai ringan L. IgG manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 S dengan berat
molekul sekitar 150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari seluruh jumlah
imunoglobulin.
 Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai perbedaan yang
tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut: IgG1 40-70%, IgG2
4-20%, IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%. Masa paruh IgG adalah 3 minggu, kecuali
subkelas IgG3 yang hanya mempunyai masa paruh l minggu. Kemampuan mengikat
komplemen setiap subkelas IgG juga tidak sama, seperti IgG3 > IgGl > IgG2 > IgG4.
Sedangkan IgG4 tidak dapat mengikat komplemen dari jalur klasik (ikatan C1q) tetapi
melalui jalur alternatif. Lokasi ikatan C1q pada molekul IgG adalah pada domain
CH2.
 Sel makrofag mempunyai reseptor untuk IgG1 dan IgG3 pada fragmen Fc. Ikatan
antibodi dan makrofag secara pasif akan memungkinkan makrofag memfagosit
antigen yang telah dibungkus antibodi (opsonisasi). Ikatan ini terjadi pada subkelas
IgG1 dan IgG3 pada lokasi domain CH3.
 Bagian Fc dari IgG mempunyai bermacam proses biologik dimulai dengan kompleks
imun yang hasil akhirnya pemusnahan antigen asing. Kompleks imun yang terdiri dari
ikatan sel dan antibodi dengan reseptor Fc pada sel killer memulai respons sitolitik
(antibody dependent cell-mediated cytotoxicity = ADCC) yang ditujukan pada
antibodi yang diliputi sel. Kompleks imun yang berinteraksi dengan sel limfosit pada
reseptor Fc pada trombosit akan menyebabkan reaksi dan agregasi trombosit.
Reseptor Fc memegang peranan pada transport IgG melalui sel plasenta dari ibu ke
sirkulasi janin.

 Imunoglobulin M
 Imunoglobulin M merupakan 10% dari seluruh jumlah imunoglobulin, dengan
koefisien sedimen 19 S dan berat molekul 850.000-l.000.000. Molekul ini mempunyai
12% dari beratnya adalah karbohidrat. Antibodi IgM adalah antibodi yang pertama
kali timbul pada respon imun terhadap antigen dan antibodi yang utama pada
golongan darah secara alami. Gabungan antigen dengan satu molekul IgM cukup
untuk memulai reaksi kaskade komplemen.
 IgM terdiri dari pentamer unit monomerik dengan rantai μ dan CH. Molekul monomer
dihubungkan satu dengan lainnya dengan ikatan disulfida pada domain CH4
menyerupai gelang dan tiap monomer dihubungkan satu dengan lain pada ujung
permulaan dan akhirnya oleh protein J yang berfungsi sebagai kunci.

 Imunoglobulin A
 IgA terdiri dari 2 jenis, yakni IgA dalam serum dan IgA mukosa. IgA dalam serum
terdapat sebanyak 20% dari total imunoglobulin, yang 80% terdiri dari molekul
monomer dengan berat molekul 160.000, dan sisanya 20% berupa polimer dapat
berupa dua, tiga, empat atau lima monomer yang dihubungkan satu dengan lainnya
oleh jembatan disulfida dan rantai tunggal J . Polimer tersebut mempunyai koefisien
sedimentasi 10,13,15 S.
 Sekretori IgA
 Sekretori imunoglobulin A (sIgA) adalah imunoglobulin yang paling banyak terdapat
pada sekret mukosa saliva, trakeobronkial, kolostrum/ASI, dan urogenital. IgA yang
berada dalam sekret internal seperti cairan sinovial, amnion, pleura, atau serebrospinal
adalah tipe IgA serum.
 SIgA terdiri dari 4 komponen yaitu dimer yang terdiri dari 2 molekul monomer, dan
sebuah komponen sekretori serta sebuah rantai J. Komponen sekretori diproduksi oleh
sel epitel dan dihubungkan pada bagian Fc imunoglobulin A oleh rantai J dimer yang
memungkinkan melewati sel epitel mukosa. SIgA merupakan pertahanan pertama
pada daerah mukosa dengan cara menghambat perkembangan antigen lokal, dan telah
dibuktikan dapat menghambat virus menembus mukosa.
 Imunoglobulin D
 Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil terhadap
pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah 180.000. Rantai
δ mempunyai berat molekul 60.000 – 70.000 dan l2% terdiri dari karbohidrat. Fungsi
utama IgD belum diketahui tetapi merupakan imunoglobulin permukaan sel limfosit B
bersama IgM dan diduga berperan dalam diferensiasi sel ini.

DAFTAR PUSTAKA

 Abbas AK. Maturation of B lymphocytes and expression of immunoglobulin genes.


Dalam: Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS, penyunting. Cellular and molecular
immunology. Philadelphia: Saunders, 1991; 70-96.
 Roitt IM. The basic of immunology. Specific acquired immunity. Dalam: Roitt IM,
penyunting. Essential immunology; edisi ke-6. London: Blackwell. 1988; 15-30.

Anda mungkin juga menyukai