Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 1 Rabu, 190918

Nama : Isabellita Meivy Saputri


1. Jelaskan faktor-faktor yang menentukan kualitas air!
Kualitas adalah karakteristik mutu yang diperlukan untuk pemanfaatan
tertentu dari berbagai sumber air. Kualitas air adalah ilmu yang mempelajari
tentang upaya pemeliharaan kualitas air sehingga tercapai kualitas air yang
diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam
kondisi alamiahnya.
Standart Kualitas Air adalah Karakteristik mutu yang dibutuhkan untuk
pemanfaatan tertentu dari sumber – sumber air. Standar kualitas air bersih
dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan standar kualitas air minum No.492/MENKES/PER/1V/2010 yang
biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan
persyaratan–persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak
menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan
dalam segi estetika.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air dibagi menjadi 3 yaitu
antara lain faktor fisika, faktor kimia, dan faktor biologi. Dibawah ini akan di
jelaskan faktor-faktornya yaitu :
a. Faktor Fisik
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 tahun 2010 tentang
persyaratan kualitas air minum menyatakan bahwa air yang layak
dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang
mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku
(air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak
berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Adapun sifat-sifat
air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai
berikut:
1. Suhu
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan
air tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam
pengolahannya terutama apabila temperatur sangat tinggi. Temperatur
yang diinginkan adalah ±3ºC suhu udara disekitarnya yang dapat
memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis dari sumber-
sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu,
temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas.
2. Bau dan Rasa
Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya
disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-
tipe tertentu organism mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan
kimia seperti phenol. Bahan–bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini
berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa dapat meningkat
bila terdapat klorinasi. Karena pengukuran bau dan rasa ini tergantung
pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Untuk
standard air minum dan air bersih diharapkan air tidak berbau dan tidak
berasa.
3. Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak
partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang
berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini
meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar dari
partikel-partikel kecil yang tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan
satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum,
mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika,
menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas
usaha desinfeksi.
4. Warna
Warna di dalam air terbagi dua, yakni warna semu (apparent color)
adalah warna yang disebabkan oleh partikel-partikel penyebab
kekeruhan (tanah, pasir, dll), partikel halus besi, mangan, partikel-
partikel mikroorganisme, warna industri, dan lain-lain. Yang kedua
adalah warna sejati (true color) adalah warna yang berasal dari
penguraian zat organik alami, yakni humus, lignin, tanin dan asam
organik lainnya.
Penghilangan warna secara teknik dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Diantaranya: koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi,
oksidasi, reduksi, bioremoval, terapan elektro, dsb. Tingkat zat warna air
dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode
fotometrik.
5. Zat Padat Terlarut (TDS) dan Residu Tersuspensi (TSS)
Muatan padatan terlarut adalah seluruh kandungan partikel baik
berupa bahan organik maupun anorganik yang telarut dalam air. Bahan-
bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik,
akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan kekeruhan selanjutnya
akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya
akan berpengaruh terhadap proses fotosíntesis di perairan. Perbedaan
pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter
partikel-partikelnya.
b. Faktor Kimia
Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh
zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Besi (Fe), Flourida (F),
Mangan ( Mn ), Derajat keasaman (pH), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan zat-zat
kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari
hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan untuk standar
baku mutu air minum dan air bersih.
1. Besi (Fe) dan Mangan (Mn)
Air sungai pada umumnya mengandung besi (iron, Fe) dan mangan
(Mn). Kandungan besi dan mangan dalam air berasal dari tanah yang
memang mengandung banyak kandungan mineral dan logam yang
larut dalam air tanah. Besi larut dalam air dalam bentuk fero-oksida.
Kedua jenis logam ini, pada konsentrasi tinggi menyebabkan bercak
noda kuning kecoklatan untuk besi atau kehitaman untuk mangan, yang
mengganggu secara estetika. Kandungan kedua logam ini
meninggalkan endapan coklat dan hitam pada bak mandi, atau alat-alat
rumah tangga.
2. Klorida (Cl)
Kadar klorida umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya
kadar mineral. Kadar klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium
dan magnesium yang juga tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas
air. Hal ini mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar
klorida > 250 mg/l dapat memberikan rasa asin pada air karena nilai
tersebut merupakan batas klorida untuk suplai air, yaitu sebesar 250
mg/l (Effendi, 2003).
3. Kesadahan (CaCO3)
Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat
sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat
merusak peralatan yang II-20 terbuat dari besi melalui proses
pengkaratan (korosi), juga dapat menimbulkan endapan atau kerak
pada peralatan. Kesadahan yang tinggi di sebabkan sebagian besar
oleh Calcium, Magnesium, Strontium, dan Ferrum. Masalah yang timbul
adalah sulitnya sabun membusa, sehingga masyarakat tidak suka
memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut.
4. Nitrat (NO3N) dan Nitrit (NO2N)
Nitrit merupakan turunan dari amonia. Dari amonia ini, oleh bantuan
bakteri Nitrosomonas sp, diubah menjadi nitrit. Nitrit biasanya tidak
bertahan lama dan biasanya merupakan keadaan sementara proses
oksidasi antara amonia dan nitrat. Keadaan nitrit menggambarkan
berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik dengan
kadar oksigen terlarut sangat rendah. Kadar nitrit pada perairan relatif
kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat.
5. Derajat Keasaman (pH)
pH menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu
cairan encer, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. Air minum
sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya
pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. pH
standar untuk air bersih sebesar 6,5 – 8,5. Air adalah bahan pelarut
yang baik sekali, jika dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat
melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.
6. Kebutuhan Oksigen Biokomia (BOD)
Pengukuran BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk atau Rata-rata industri, dan untuk
mendesain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar
tersebut. Semakin banyak Kandungan BOD maka, jumlah bakteri
semakin besar. Tingginya kadar BOD dalam air menunjukkan
kandungan zat lain juga kadarnya besar secara otomatis air tersebut di
kategorikan tercemar.
7. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)
COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan
buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimiawi.
8. Oksigen Terlarut (DO)
DO (Dissolved oxygen) DO adalah kadar oksigen terlarut dalam air.
Penurunan DO dapat diakibatkan oleh pencemaran air yang
mengandung bahan organik sehingga menyebabkan organisme air
terganggu. Semakin kecil nilai DO dalam air, tingkat pencemarannya
semakin tinggi. DO penting dan berkaitan dengan sistem saluran
pembuangan maupun pengolahan limbah.
9. Fluorida (F)
Sumber fluorida di alam adalah fluorspar (CaF2), cryolite (Na3AlF6),
dan fluorapatite. Keberadaan fluorida juga dapat berasal dari
pembakaran batu bara. Fluorida banyak digunakan dalam industri besi
baja, gelas, pelapisan logam, II-22 aluminium, dan pestisida. Sejumlah
kecil fluorida menguntungkan bagi pencegahan kerusakan gigi, akan
tetapi konsentrasi yang melebihi kisaran 1,5 mg/liter dapat
mengakibatkan pewarnaan pada enamel gigi, yang dikenal dengan
istilah mottling. Kadar yang berlebihan juga dapat berimplikasi terhadap
kerusakan pada tulang.
10. Seng (Zn)
Kelebihan seng ( Zn ) hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan
absorbs tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi
metabolism kolesterol, mengubah nilai lipoprotein, dan tampaknya
dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis. Dosis konsumsi seng
( Zn ) sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare,
demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan reproduksi.
Suplemen seng ( Zn ) bisa menyebabkan keracunan, begitupun
makanan yang asam dan disimpan dalam kaleng yang dilapisi seng
(Zn) ( Almatsier, 2001 ).
11. Sulfat (SO4)
Sulfat merupakan senyawa yang stabil secara kimia karena
merupakan bentuk oksida paling tinggi dari unsur belerang. Sulfat dapat
dihasilkan dari oksidasenyawa sulfida oleh bakteri. Sulfida tersebut
adalah antara lain sulfida metalik dan senyawa organosulfur. Sebalikya
oleh bakteri golongan heterotrofik anaerob, sulfat dapat direduksi
menjadi asam sulfida.Secara kimia sulfat merupakan bentuk anorganik
daripada sulfida didalam lingkungan aerob.
Sulfat didalam lingkungan (air) dapat berada secara ilmiah dan
atau dari aktivitas manusia, misalnya dari limbah industry dan limbah
laboratorium. Selain itu dapat juga berasal dari oksidasi senyawa
organik yang mengandung sulfat adalah antara lain industri
kertas,tekstil dan industri logam.
12. Zat Organik (KMnO4)
Kandungan bahan organik dalam air secara berlebihan dapat
terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan.
c. Faktor Bakteriologis
Dalam parameter bakteriologi digunakan bakteri indikator polusi atau bakteri
indikator sanitasi. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat
digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses dari manusia maupun dari
hewan, karena organisme tersebut merupakan organisme yang terdapat di
dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Air yang tercemar oleh
kotoran manusia maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan
minum, mencuci makanan atau memasak karena dianggap mengandung
mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan, terutama patogen
penyebab infeksi saluran pencernaan.
2. Jelaskan parameter kualitas air!
a. Parameter Fisika
1. Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi
menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan..
Begitu pula sebaliknya(Erikarianto,2008). Menurut Kordi dan Andi (2009),
kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan
dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus sampai
kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Dengan
mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana
masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan
manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang
tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan
ikan dan udang budidaya.
2. Suhu
Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat
perhatian dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat
dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut,
tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan dapat
juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air dipermukaan
dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan
disini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara,
kecepatan angin, dan radiasi matahari. Suhu mempengaruhi aktivitas
metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik dilautan
maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum,
laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan
kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan
suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi dan Andi,2009).
b. Parameter Kimia
1. pH
Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang
diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni
terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7.
Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin
tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak
H+makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9
sangat memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu,
dimana air dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun hingga
mencapai 4. pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif,
malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi),
kandungan oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi
oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini
sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya
perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal
adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan Andi,2009).
2. Oksigen Terlarut / DO
Mnurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh
suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut,
oksigen terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari
atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman
laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung
dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada
proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme)
bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan
Co2 dan H20. Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus
terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga
bila ketersediaannya didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya,
maka segal aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan
mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang terandung pada metabolisme
ikan(Kordi dan Andi,2009).
3. CO2
Karbondioksida (CO2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh
tumbuhtumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses
fotosintesis. Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan
organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu,
bahkan menjadi racu secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam
dan ditambak(Kordi dan Andi,2009).
Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi
keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida
memiliki kelarutan yang relatif banyak.
4. Amonia
Makin tinggi pH, air tambak/koam, daya racun ammonia semakin meningkat,
sebab sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan ammonia dalam
molekul (NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+) (Kordi dan
Andi, 2009).
5. Nitrat Nitrogen
Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae
memanfaatkan senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai
sumbernitrogen yang berasal dari senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk
senyawa nitrogen (organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan
konsentrasinya lambat laun akan berubah bila didalamnya ada faktor yang
mempengaruhinya sehingga antara lain akn menyebabkan suatu permasalahan
tersendiri dalam perairan tersebut.
Menurut Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang
tidak terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen
tinggi pada kolam yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi pakan.
Nitrogen juga mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan
umumnya dibawah 1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan pada
perairan yang planktonya blooming dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.
6. Orthophospat
Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia
bagi tanaman, tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan
pasti. Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah : konsentasi ortophospate
yang biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang melebihi 1000mg/liter.
Fosfat ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya tinggi
orthophospat yang terlarut dalam air dan konsentrasi akan turun dalam
beberapa hari setelah perlakuan.
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter
biolagi yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya
kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada
kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya,
kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai
dengan kebutuhan organisme yang hidup diperairan tersebut.
3. Jelaskan prinsip peralatan refractometri dan spektrofotometri!

REFRAKTOMETRI

Refraktometri adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan atas pengukuran


besaran fisika (refraksi). Dalam analisa instrumen, besaran fisika dapat dibedakan atas
dua kelompok, yaitu besaran fisika selektif dan besaran fisika non selektif. Besaran
fisika selektif adalah besaran fisika yang dimiliki oleh suatu komponen dalam zat dan
apabila bercampur dengan besaran fisika lainnya maka nilainya tidak berpengaruh.
contoh : frekuensi dan kecepatan radiasi. Besaran non-selektif adalah besaran fisika
yang nilainya berubah bila ada senyawa atau besaran fisika lainnya dalam campuran.
contoh : indeks bias dan warna.
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan konsentrasi atau
kadar dari bahan terlarut dengan memanfaatkan indeks bias suatu cahaya seperti gula
dan garam. Indeks bias adalah kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan
cahaya pada zat tersebut atau perbandingan dengan sinus sudut datang dengan sinus
sudut bias. Nilai pada indeks bias suatu zat terlarut selalu berubah tergantung nilai
suhu dan panjang gelombang yang dibiaskan.
Prinsip kerja alat refraktometer menggunakan prisip pembiasan. Jika sampel
merupakan larutan dengan konsentrasi rendah maka yang terjadi sudut refraksi akan
lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sampel besar. Maka skala yang
terbaca akan jatuh pada skala rendah. Sedangkan, jika sampel dengan konsentrasi
tinggi maka sudut refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sampel
kecil.

SPEKTROFOTOMETRI
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan infra merah, sedangkan materi dapat
berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi
elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
adalah cahaya matahari. Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi
elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau
diteruskan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi
ataupun spektroskopi emisi.
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di
dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun
pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena
ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak
terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun
medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik
memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat dualistik cahaya yaitu:
a. Sebagai gelombang
b. Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.
Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri
Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya
polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu
saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan penting
adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu materi.
Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar
(rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi.
Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan elektron
dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut
transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka
elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya
akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang
lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.
Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi zat yang
ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel
sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan
diteruskan.
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang
mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang
dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya
setelah melewati materi (sampel)).

Anda mungkin juga menyukai