Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

1.1 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RDTR 6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444);
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Penyusunan dokumen Revisi Rencana Tata Ruang Pusat Kegiatan Lokal mendasarkan kepada
Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
aspek legalitas meliputi:
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
1. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun
Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran
2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);
Negara Nomor 3934);
9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. (Tambahan Lembaran
Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan
Negara Nomor 4247);
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377);
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884);
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41
11. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Tambahan Lembaran Negara
Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik
Republik Indonesia Nomor 4849);
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Tambahan Lembaran Negara
4412);
Nomor 4956);
5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433);

I-1
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

13. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran 28. Permendagri Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pengembangan Kawasan Strategis Cepat
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Tumbuh di Daerah
Indonesia Nomor 5025); 29. PERDA Nomor 1 Tahun 2014 tentang RTRW Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2014-2034
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan 30. PERDA Nomor 4 Tahun 2014 tentang RTRW Kab. Kepl. Sangihe Tahun 2014-2034
Hidup (Lembaran Negara Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059);
15. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Sampai saat ini belum ada produk Rencana Detail Penataan Ruang kawasan Perbatasan
Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Negara yang menjadi instrumen pengendalian perencanaan dan pemanfaatan ruang di wilayah
2010 Nomor 5168); perbatasan negara, khususnya perbatasan laut. Penyusunan tata ruang kawasan perbatasan
16. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan kewenangan pemerintah pusat.
(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Tambahan Lembaran Negara Penyusunan perencanaan tata ruang di daerah Kepulauan Perbatasan Negara perlu dilakukan
Republik Indonesia Nomor 4624); secara komprehensif. Selain mengakomodasi perencanaan terkait dengan eksistensi kedaulatan
18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah negara (politik, sekuriti dan diplomatik), juga sekaligus mengarahkan pemanfaatan ruang dari
Nasional; aspek penataan sosial, penyelenggaraan pemerintahan serta pengembangan ekonomi kawasan
19. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (regional, nasional dan internasional) sesuai potensi yang dimiliki bagi sebesar-besarnya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara kesejahteraan rakyat.
Republik Indonesia Nomor 5103);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Dalam kebijakan struktur tata ruang Kabupaten Kepulauan Sangihe, merupakan Pusat
Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Kegiatan Lokal (PKL) Kecamatan Tabukan Utara yang terletak di sebelah utara pulau Sangihe
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160); Besar dengan Ibukota Kecamatan di Enemawira. Bilamana Enemawira merupakan pusat
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana administratif Kecamatan, Petta dalam hal ini merupakan kawasan perdagangan dan jasa
Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Kepulauan Sangihe 2005-2025; dengan fasilitas pendukung berupa dermaga pelabuhan yang terletak di pesisir pantai Petta.
22. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe Nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Pengembangan Petta diarahkan terlebih untuk menjadi penyangga perekonomian Kabupaten
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Sangihe 2014-2034; Kepulauan Sangihe bagian utara yang menunjang pusat pertumbuhan Ibukota Kabupaten.
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan
Kawasan Perkotaan; Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, maka perlu kiranya segera disusun Revisi Rencana
24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Tata Ruang (RRTR) sebagai rencana yang lebih detail dari Rencana Tata Ruang Wilayah
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; Kabupaten Kepulauan Sangihe pada Kawasan Prioritas yakni Pusat Kegiatan Lokal Petta -
25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Enemawira.
RDTR dan Peraturan zonasi;
26. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah;
27. PERPRES Nomor 88 Tahun 2011 RTR Pulau Sulawesi

I-2
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

1.2 TUJUAN PENYUSUNAN RRTR 1.3 TINJAUAN TERHADAP RTRW KABUPATEN KEPULAUAN

SANGIHE
Revisi Rencana Tata Ruang (RRTR) merupakan rencana pendetailan RTRW Kabupaten
Kepulauan Sangihe, sehingga bisa dikatakan RRTR sebagai Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
kawasan perkotaan. Maka penyusunan RRTR mengacu pada pedoman penyusunan RDTR dan 1.3.1 RPJMD Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2011-2016
Peraturan Zonasi. Adapun ketentuan atau tata cara minimum dalam penyusunan rencana
detail tata ruang tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
A. Visi
20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi Kabupaten/Kota.
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan, sedangkan misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
Penyusunan RRTR PKL Petta-Enemawira ini dimaksudkan untuk menyiapkan suatu rencana
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik
pengendalian pelaksanaan program pembangunan kota khususnya di kawasan perkotaan untuk
Indonesia (NKRI), maka perwujudan visi dan misi pemimpin daerah seyogyanya selaras dengan
meningkatkan kualitas lingkungan kehidupan dan penghidupan warga kota, sehingga tercipta
visi dan misi nasional serta visi dan misi Gubernur Provinsi Sulawesi Utara. Visi dan misi
ruang kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan melalui pemanfaatan ruang kota
nasional mencerminkan platform politik pemerintah. Dengan kata lain merupakan penjabaran
yang serasi dan seimbang, sesuai dengan kebutuhan dan daya dukung pertumbuhan dan
dari agenda-agenda yang ditawarkan Presiden kepada masyarakat pada saat kampanye.
perkembangan kota, serta sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan Kabupaten Kepulauan
Sangihe.
Sinkronisasi dan relevansi visi dan misi secara berjenjang dari tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten dilakukan dalam rangka menjaga konsistensi dan sinergitas pelaksanaan program
Tujuan penyusunan RRTR PKL Petta-Enemawira ini adalah sebagai arahan bagi masyarakat
pembangunan untuk mencapai sasaran dan manfaat yang diharapkan.
dalam pengisian pembangunan fisik kawasan dan sebagai pedoman bagi instansi dalam
menyusun zonasi, serta pemberian perijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan
Selanjutnya, visi pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe sesuai RPJMD periode
peruntukan lahan.
2011–2016 sebagai kerangka visi daerah tahun 2016 adalah:

Sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan ini adalah:


“KEPULAUAN SANGIHE SEBAGAI KABUPATEN BAHARI YANG SEJAHTERA DAN
1. Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan permukiman dalam
BERMARTABAT”
kawasan.
2. Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun dalam kawasan.
dengan penjelasan sebagai berikut:
3. Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsi kota, baik yang dilakukan
pemerintah, maupun masyarakat/swasta.
1. Kabupaten Bahari
4. Mendorong investasi masyarakat di dalam kawasan.
Kabupaten Kepulauan Sangihe secara geografis merupakan daerah kepulauan dengan
5. Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan masyarakat/swasta.
jumlah 105 pulau yang terdiri 26 pulau berpenghuni dan 79 tidak berpenghuni serta
merupakan kawasan perbatasan yang berbatasan langsung dengan negara Philipina. Luas

I-3
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

wilayah mencapai 11.863,58 km2 yang terdiri dari daratan seluas 736,98 km2 atau 6,2 % dan 4. Mengembangkan infrastruktur, melalui pembangunan prasarana sarana dasar kawasan
lautan seluas 11.126,61 km2 atau 93,8 % laut. Kondisi daerah ini secara konseptual dapat pulau-pulau kecil, pulau-pulau perbatasan dan wilayah terisolir, penyediaan sumber daya
mengangkat dan mengoptimalkan seluruh potensi dari berbagai aspek sumberdaya bahari energi serta jaringan komunikasi.
untuk kesejahteraan rakyat dengan mengoptimalkan kekayaan bahari serta kelestarian 5. Melakukan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan, politik, kemasyarakatan dan
biota laut dan menitikberatkan pada pengembangan daerah pesisir sebagai sentra produksi penegakan hukum, dititikberatkan pada revitalisasi kelembagaan, penyediaan regulasi,
perikanan dan wisata berbasis bahari. mengoptimalkan sistem kerja, memantapkan kapasitas aparatur penyelenggara, sarana
pelayanan pemerintahan yang representatif, serta pengelolaan anggaran yang
2. Masyarakat yang Sejahtera bertanggungjawab.
Peningkatan hidup rakyat Sangihe yang memadai baik sandang, pangan, maupun papan 6. Mengelola Lingkungan hidup dan menanggulangi bencana, melalui pemanfaatan dan
melalui etos kerja dan semangat pantang menyerah, jujur, profesional, mandiri dan pelestarian lingkungan hidup berbasis masyarakat, serta penanganan mitigasi bencana.
produktif dalam menjalani dinamika kehidupan menuju suasana sejahtera lahir batin.
Dari ke 6 (enam) misi tersebut diatas sebagai penjabaran visi pemerintah daerah diarahkan
3. Masyarakat yang bermartabat pada :
Percaya pada kemampuan diri mengutamakan kedamaian, sosial kultur agamais, toleran 1. Kabupaten Bahari :
dan penuh solidaritas dengan menjunjung tinggi kerukunan dan kedamaian sehingga a. Menanggulangi kemiskinan penduduk dengan mengoptimalkan Pelayanan Kesehatan
mampu merefleksikan diri serta memperoleh pengakuan yang setara dalam tatanan dan Pendidikan Dasar, ketersediaan sandang pangan serta perumahan yang layak bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara. penduduk.
b. Mengembangkan infrastruktur, melalui pembangunan prasarana sarana dasar kawasan
B. Misi pulau-pulau kecil, pulau-pulau perbatasan dan wilayah terisolir, penyediaan sumber
daya energi serta jaringan komunikasi.
Pencapaian visi daerah akan dilakukan melalui beberapa misi strategis, yang terimplementasi
dalam program prioritas pemerintah daerah. Sesuai dengan harapan terwujudnya masyarakat 2. Masyarakat yang sejahtera :
kepulauan Sangihe sebagai “Kepulauan Sangihe sebagai Kabupaten Bahari yang Sejahtera dan a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang handal, berbudaya dan religius, serta
Bermartabat”, maka Misi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam RPJMD periode mendorong kreatifitas dan penguasaan pemanfaatan teknologi.
2011–2016 adalah : b. Memantapkan perekonomian rakyat, melalui pengembangan sektor-sektor Kelautan
1. Menanggulangi kemiskinan penduduk dengan mengoptimalkan Pelayanan Kesehatan dan Perikanan, Pariwisata, Pertanian dan Perkebunan, usaha mikro kecil menengah serta
Pendidikan Dasar, ketersediaan sandang pangan serta perumahan yang layak bagi penanaman modal yang membuka peluang lapangan kerja seluas-luasnya.
penduduk.
2. Memantapkan perekonomian rakyat, melalui pengembangan sektor- sektor Kelautan 3. Masyarakat yang bermartabat :
Perikanan, Pariwisata, Pertanian dan Perkebunan, usaha mikro kecil menengah serta a. Melakukan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan, politik, kemasyarakatan
penanaman modal yang membuka peluang lapangan kerja seluas-luasnya. dan penegakan hukum, dititikberatkan pada revitalisasi kelembagaan, penyediaan
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang handal, berbudaya dan religius, serta regulasi, mengoptimalkan sistem kerja, memantapkan kapasitas aparatur
mendorong kreatifitas dan penguasaan pemanfaatan teknologi.

I-4
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

penyelenggara, sarana pelayanan pemerintahan yang representatif, serta pengelolaan a. meningkatkan akses pada kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan terhadap sentra
anggaran yang bertanggungjawab. perikanan, pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan pariwisata;
b. Mengelola Lingkungan hidup dan menanggulangi bencana, melalui pemanfaatan dan b. mengembangkan akses pada pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensial
pelestarian lingkungan hidup berbasis masyarakat, serta penanganan mitigasi bencana. dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan yang telah ada;
c. meningkatkan infrastruktur jalan/jembatan dan prasarana/sarana transportasi darat,

1.3.2 RTRW Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2014-2034 laut dan udara.
d. meningkatkan sistem telekomunikasi untuk membuka keterisolasian;
e. membangun serta meningkatkan prasarana dan sarana pendidikan, kesehatan, budaya
A. Tujuan, Kebijakan dan Strategi
dan pelayanan sosial lainnya;
f. meningkatkan sumber energi/listrik dengan memanfaatkan tenaga surya, tenaga bayu
Tujuan penataan ruang Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah : dan gelombang laut;dan
g. meningkatkan pengelolaan sumber air minum.
Penataan ruang Kabupaten Kepulauan Sangihe bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten
Kepulauan Sangihe sebagai simpul utama kawasan Nusa Utara selaku pintu gerbang (2) Strategi peningkatan fungsi kawasan pada aspek pertahanan dan keamanan negara
perbatasan Indonesia dari aspek pertahanan dan keamanan serta mengembangkan potensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, terdiri atas :
kelautan yang berwawasan lingkungan sebagai sektor unggulan untuk menggerakkan a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan
perekonomian masyarakat. dan keamanan;
b. menyediakan ruang serta membangun prasarana dan sarana penunjang aspek
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, meliputi: pertahanan dan keamanan; dan
1. pengembangan infrastruktur sebagai aksesibilitas utama pada kawasan perbatasan, c. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
mengembangkan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan kabupaten; pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya; dan
2. peningkatan fungsi kawasan pada aspek pertahanan dan keamanan negara; d. memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan keamanan.
3. pengembangan prasarana dan sarana guna mendukung pengembangan ekonomi,
pengembangan potensi bahari sebagai kawasan andalan laut nasional dan pengembangan (3) Strategi pengembangan prasarana dan sarana guna mendukung pengembangan ekonomi,
kawasan budidaya lainnya; dan pengembangan potensi bahari sebagai kawasan andalan laut nasional dan pengembangan
4. pengembangan pusat permukiman serta pusat pertumbuhan melalui pembangunan kawasan budidaya lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, terdiri atas:
infrastruktur, prasarana dan sarana penunjang yang berwawasan lingkungan. a. meningkatkan perlindungan terhadap sumber-sumber air dan sumber plasma nutfah
serta melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
Strategi penataan ruang terdiri atas: hidup;
(1) Strategi pengembangan infrastruktur sebagai aksesibilitas utama pada kawasan perbatasan, b. mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
mengembangkan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan kabupaten keanekaragaman hayati, mempertahankan keunikan rona alam dan keaslian fisik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri atas : sumber daya alam dan lingkungan hidup;
c. memantapkan fungsi kawasan lindung;

I-5
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

d. meningkatkan produktifitas hasil perikanan, pertanian tanaman pangan, perkebunan Kecamatan Tabukan Utara dan Kecamatan Manganitu dengan pusat pengembangan
dan peternakan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi; Tahuna;
e. meningkatkan pendapatan masyarkat dengan memanfaatkan lahan non produktif untuk c. klaster teluk Dagho dan sekitarnya, meliputi: Kecamatan Tamako, Kecamatan Manganitu
pengembangan budidaya hortikultura dan pengembangan fungsi kawasan budidaya Selatan dan Kecamatan Tatoareng dengan pusat pengembangan Dagho; dan
lainnya; dan d. klaster teluk Manalu dan sekitarnya, meliputi: Kecamatan Tabukan, Kecamatan Tabukan
f. mengembangkan potensi wisata dengan membangunan prasarana dan sarana SelatanTengah, Kecamatan Tabukan Selatan Tenggara, dan Kecamatan Tabukan Tengah,
penunjang, meningkatkan kualitas SDM dan membangun masyarakat sadar wisata. dengan pusat pengembangan Manalu.

(4) Strategi pengembangan pusat permukiman serta pusat pertumbuhan melalui pembangunan Setiap klaster pengembangan sebagaimana dimaksud memiliki fungsi pengembangan kegiatan
infrastruktur, prasarana dan sarana penunjang yang berwawasan lingkungan sebagaimana masing-masing sebagai berikut:
dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, terdiri atas: a. klaster Pulau Marore dan Pulau sekitarnya, dengan fungsi pengembangan dan pengelolaan
a. membangun jaringan infrastruktur utama dan jaringan infrastruktur pendukung untuk wilayah perbatasan, dengan semua aspek yang menunjang peningkatan taraf hidup
memperkuat struktur ruang; dan masyarakat kawasan perbatasan Negara;
b. meningkatkan intensitas hubungan ke pulau-pulau kecil dengan membangun prasarana b. klaster Tahuna dan sekitarnya, dengan fungsi sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional
dan sarana transportasi laut; (PKSN) dan PusatPengembangan Ekonomi Wilayah Perbatasan Negara, pusat pelayanan
c. memantapkan struktur ruang dengan meningkatkan fungsi setiap pusat-pusat kegiatan dasar publik serta pusat kegiatanpengendalian pertahanan keamanan perbatasan negara;
sesuai peran masing-masing; dan c. klaster teluk Dagho dan sekitarnya, dengan fungsi sebagai pengembangan minapolitan,
d. meningkatkan aksesibilitas antar pusat-pusat kegiatan untuk mendorong pertumbuhan sentra pengembangan perikanan tangkap dan pengolahan dan pengembangan ekowisata;
ekonomi kawasan, regional dan internasional. dan
d. klaster teluk Manalu dan sekitarnya, dengan fungsi pengembangan minapolitan, agropolitan
B. Rencana Struktur Ruang dan ekowisata.

Sehubungan dengan upaya pengembangan dan karakteristik wilayah Kabupaten Kepulauan Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe, terdiri atas :
Sangihe sebagai daerah kepulauan, maka rencana struktur ruang wilayah Kabupaten 1) Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), yaitu Kota Tahuna sebagai Ibukota Kabupaten.
Kepulauan Sangihe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan satuan wilayah
pengembangan dengan menggunakan pendekatan pada sistem klaster pengembangan. Sistem 2) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu:
klaster pengembangan sebagaimana dimaksud meliputi: a. Petta-Enemawira, Kecamatan Tabukan Utara memiliki fungsi sebagai pusat
a. klaster Pulau Marore dan Pulau sekitarnya, meliputi: wilayah Kecamatan Kepulauan Pemerintahan Kecamatan, pusat pelayanan sosial lokal, pusat perdagangan dan jasa
Marore, sebagian Kecamatan Kendahe (Pulau Kawalusu / Kawaluso dan Pulau Lipaeng), lokal, simpul pelayanan jaringan transportasi wilayah/perhubungan dan komunikasi,
dan Kecamatan Nusa Tabukan dengan pusat pengembangan Pulau Marore; pengembangan agropolitan & minapolitan dan kota pendukung PKSN;
b. klaster Tahuna dan sekitarnya, meliputi wilayah Kecamatan Tahuna Barat, Kecamatan b. Manganitu, Kecamatan Manganitu memiliki fungsi sebagai pusat Pemerintahan
Tahuna Timur, Kecamatan Tahuna, Kecamatan Kendahe khususnya wilayah daratan, Kecamatan, pusat pelayanan sosial lokal, pusat perdagangan dan jasa lokal, simpul

I-6
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

pelayanan jaringan transportasi wilayah/perhubungan dan komunikasi, pengembangan h. Binebas, Kecamatan Tabukan Selatan;
agropolitan & minapolitan dan kota pendukung PKSN; dan i. Kalinda, Kecamatan Tamako;
c. Manalu, Kecamatan Tabukan Selatan memiliki fungsi sebagai pusat Pemerintahan j. Kaluwatu, Kecamatan Manganitu Selatan;
Kecamatan, pusat pelayanan sosial lokal, pusat perdagangan dan jasa lokal, simpul k. Para, Kecamatan Tatoareng;
pelayanan jaringan transportasi wilayah/perhubungan dan komunikasi, pengembangan
agropolitan & minapolitan dan kota pendukung PKSN C. Rencana Pola Ruang

3) Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), kawasan perkotaan Tamako-Dagho di


(1) Kawasan Lindung
KecamatanTamako memiliki fungsi sebagai pusat Pemerintahan Kecamatan dan lokal,
pusat pelayanan sosial lokal,perdagangan dan jasa lokal, pusat kegiatan minapolitan, simpul
Kawasan hutan lindung, meliputi :
pelayanan jaringan transportasiwilayah/perhubungan dan komunikasi dan kota pendukung
a. kawasan hutan lindung Gunung Awu di Kecamatan Tahuna Barat;
PKSN.
b. kawasan hutan lindung Gunung Sahendarumang I dengan luas 312,50 ha di Kecamatan
Tamako;
4) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yaitu:
c. kawasan hutan lindung Gunung Sahendarumang II dengan luas 3.549 ha di Kecamatan
a. Marore, Kecamatan Marore;
Tamako; dan
b. Kahakitang, Kecamatan Tatoareng; d. Kawasan hutan lindung lainnya, yang penetapannya dilaksanakan sesuai ketentuan
c. Kendahe, Kecamatan Kendahe;
perundang-undangan yang berlaku.
d. Kolongan Mitung, Kecamatan Tahuna Barat;
e. Lapango, Kecamatan Manganitu Selatan;
Rencana pengelolaan kawasan hutan lindung adalah sebagai berikut :
f. Ngalipaeng, Kecamatan Manganitu Selatan;
a. pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan hutan
g. Salurang, Kecamatan Tabukan Selatan Tengah;
lindung;
h. Pintareng, Kecamatan Tabukan Selatan Tenggara;
b. pengembalian fungsi hidrologis dengan reboisasi pada kawasan hutan yang telah
i. Kuma, Kecamatan Tabukan Tengah; dan mengalami kerusakan;
j. Nusa, Kecamatan Nusa Tabukan;
c. percepatan rehabilitasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi
lindung;
5) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), yaitu: d. pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui tindakan pencegahan
a. Mohongsawang, Kecamatan Kendahe,
pengrusakan dan upaya pengembalian pada rona awal sesuai ekosistem yang pernah
b. Nanedakele, Kecamatan Nusa Tabukan;
ada;
c. Kalasuge, Kecamatan Tabukan Utara;
e. pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar tidak
d. Kalurae Kecamatan Tabukan Utara;
mengganggu hutan lindung; dan
e. Kauhis, Kecamatan Manganitu;
f. pengembangan dan pelestarian flora dan fauna terutama yang memiliki nilai endemik
f. Tariang Baru, Kecamatan Tabukan Tengah;
yang tinggi.
g. Kulur, Kecamatan Tabukan Tengah;

I-7
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Kawasan resapan air, meliputi Bulude Sahengbalira dan Kalumelahana, Bentihu Langinang,
Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaeng, Bongkongsio,
Batungbakara, serta kawasan resapan air lainnya yang ditetapkan sesuai ketentuan
perundang-undangan.

I-8
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Gambar 1.1

Peta Rencana Struktur Ruang

I-9
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Rencana pengelolaan kawasan resapan air adalah sebagai berikut : meter dari titik pasang tertinggi kearah darat, kecuali daerah/wilayah danau/rawa yang
a. menata pemanfaatan kawasan resapan agar tidak beralih fungsi menjadi lahan secara eksisting telah menjadi kawasan permukiman dan kawasan budidaya yang
terbangun; ditandai dengan batas-batas permanen (talud, turap, dan lain-lain).
b. rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, antara lain : mempercepat pemulihan kawasan d. kawasan sekitar mata air. Kawasan sekitar mata air yang dimaksud dalam Pasal 28
resapan dengan penghijauan; huruf d, berupa kawasan di sekitar mata air yang harus dilindungi dengan radius
c. peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar kawasan resapan air. minimal 200 meter, kecuali daerah/wilayah mata air yang secara eksisting telah menjadi
d. pemantapan kawasan resapan air; kawasan permukiman dan kawasan budidaya.
e. mengembangkan hutan rakyat untuk menyediakan kebutuhan domestik akan kayu e. Ruang Terbuka Hijau (RTH).
bangunan dan melakukan penghijauan dengan menanam jenis-jenis kayu hutan guna
mengendalikan erosi, memperbesar infiltrasi tanah dan mencegah banjir pada musim Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi :
hujan dan kekeringan pada musim kemarau; a. kawasan suaka margasatwa;
f. percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam kriteria b. kawasan suaka alam laut;
kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon pelindung/penghijauan yang c. kawasan cagar alam;
dapat digunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya, hasil yang dapat diambil d. kawasan pantai berhutan bakau, berterumbu karang dan berpadang lamun;
berupa hasil non-kayu; e. kawasan taman wisata alam laut; dan
g. pencegahan kegiatan pengurangan tutupan vegetasi; f. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
h. membuka jalur wisata jelajah / pendakian untuk menanamkan rasa memiliki / mencintai
alam, serta pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan Kawasan rawan bencana alam terdiri atas:
pengembangan kecintaan terhadap alam; a. kawasan rawan longsor;
i. peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar kawasan resapan air; b. kawasan rawan banjir; dan
j. pemantapan kawasan resapan air, bila berada dalam kawasan hutan dikembalikan c. kawasan rawan bencana alam.
fungsinya sebagai hutan lindung untuk menjamin keberadaan kawasan hutan dan fungsi
hutan. (2) Kawasan Budidaya

Kawasan perlindungan setempat terdiri atas: Kawasan budidaya terdiri atas :


a. kawasan sempadan pantai. Kawasan sempadan pantai meliputi dataran sepanjang a. kawasan peruntukan pertanian;
tepian laut yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal b. kawasan peruntukan perikanan;
100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat. c. kawasan peruntukan pertambangan;
b. kawasan sempadan sungai. Kawasan sempadan sungai yaitu kawasan berupa jalur d. kawasan peruntukan industri;
dengan lebar tertentu yang memanjang di sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai e. kawasan peruntukan pariwisata;
buatan, kanal, dan saluran irigasi primer. f. kawasan peruntukan permukiman;
c. kawasan sekitar danau/rawa. Kawasan sekitar danau/rawa meliputi dataran sekeliling g. kawasan peruntukan lainnya; dan
danau/rawa yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisiknya minimal 50 h. kawasan hutan.

I - 10
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Gambar 1.2

Peta Rencana Pola Ruang

I - 11
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

D. Penetapan Kawasan Strategis d. dari sudut kepentingan sosial budaya yaitu Kompleks Makam Pahlawan Bataha –
Santiago di Kecamatan Manganitu; dan
Kawasan Strategis Nasional yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangih yaitu berupa kawasan e. dari sudut kepentingan kepariwisataan dan IPTEK yaitu kawasan Taman Laut Pulau
perbatasan laut Republik Indonesia berupa pulau-pulau terluar meliputi Pulau Kawalusu Bukide Kecamatan Nusa Tabukan, Taman Laut Pulau Beeng Kecamatan Tabukan
(Kawaluso), Pulau Kawio, Pulau Marore dan Pulau Batubawaikang (Batupebawaekang) yang Selatan Tengah serta Taman Laut Pulau Dakupang dan Pulau Para Kecamatan
merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan serta Tatoareng.
pemantapan ekonomi dan sosial budaya perbatasan.
Kawasan Strategis Kabupaten, terdiri atas :
Usulan Kawasan Strategis Nasional terdiri atas: a. kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;
a. dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan yaitu kawasan Tabukan Utara dan b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya; dan
kawasan lainnya sebagai kawasan penempatan Pangkalan TNI-AL dan TNI – AU di c. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
wilayah perbatasan;
b. dari sudut kepentingan ekonomi yaitu kawasan pelabuhan perikanan Pantai Dagho Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi meliputi :
sebagai pusat pengembangan dan industri perikanan tangkap wilayah utara negara; a. kawasan pusat perdagangan dan jasa di pusat perdagangan Kota Tahuna
c. dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu kawasan hutan b. kawasan pusat perdagangan peralatan/perlengkapan perikanan kelautan di sepanjang
lindung dan Suaka Margasatwa Gunung Sahendarumang; pesisir Kelurahan Batulewehe dan Enengpahembang Kecamatan Tahuna Timur;
d. dari sudut kepentingan sosial budaya : kawasan Bungalawang tempat makam korban c. kawasan sentra Minapolitan yang meliputi Kecamatan Tabukan Selatan, Kecamatan
eksekusi oleh tentara Jepang pada jaman penjajahan, di Kecamatan Tahuna; dan Tabukan Tengah dan Kecamatan Tamako;
e. dari sudut kepentingan kepariwisataan dan Ilmu pengetahuan yaitu Kawasan Gunung d. kawasan Agropolitan yang meliputi Kecamatan Tabukan Selatan, Kecamatan Tabukan
Api Bawah Laut Banuawuhu di Pulau Mahengetang Kecamatan Tatoareng dan Gunung Selatan Tengah, Kecamatan Tabukan Selatan Tenggara, Kecamatan Manganitu Selatan
Api Sub Marine Kawio Barat (Gunung api 1912) Kecamatan Kepulauan Marore. dan Kecamatan Tamako;
e. kawasan Agrowisata Pusunge/Lenganeng di Kecamatan Tabukan Utara, Malamenggu di
Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe berupa kawasan Kecamatan Tabukan Selatan, Kolongan Beha Baru di Kecamatan Tahuna Barat, Mahena
strategis dari sudut kepentingan sosial budaya yaitu Kompleks Istana Raja M. Mocodompis di di Kecamatan Tahuna serta kawasan holtikultura potensial lainnya;
Kecamatan Manganitu. f. kawasan wisata bahari di Kecamatan Tatoareng, Kecamatan Nusa Tabukan dan
Kecamatan Manganitu Selatan;
Usulan Kawasan Strategis Provinsi terdiri atas:
a. Kawasan Penunjang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tatoareng, Tahuna-Petta, Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya terdiri atas :
Kepulauan Marore; a. kawasan perkantoran pusat pemerintahan kabupaten di Kecamatan Tahuna dan Tahuna
b. dari sudut kepentingan ekonomi yaitu kawasan Pelabuhan Tahuna selaku gerbang Timur;
perdagangan internasional dan perdagangan tradisional dengan negara tetangga; b. kawasan bangunan peninggalan Komite/Misionaris Belanda yang tersebar di berbagai
c. dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu kawasan wilayah;
Gunung Awu selaku pusat daya dukung ekosistem Pulau Sangihe bagian utara; c. kawasan bangunan peninggalan pusat-pusat kerajaan yang tersebar di berbagai wilayah;

I - 12
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

d. kawasan makam raja-raja, makam pahlawan, makam korban eksekusi tentara Jepang, 1. sepanjang pesisir Pantai Lesa di Kecamatan Tahuna Timur memutar ke arah selatan
dan makam diosis /misionaris yang tersebar di berbagai wilayah; mengelilingi Pulau Sangihe sampai pada pesisir Pantai Petta di Kecamatan Tabukan
e. kawasan aliran kepercayaan dan kawasan spiritual lainnya yang tersebar di berbagai Utara;
wilayah; dan 2. pesisir pantai pulau-pulau kecil yang memiliki hutan bakau, terumbu karang dan biota
f. kawasan pelestarian seni musik tradisional yang tersebar di berbagai wilayah. laut.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung serta daya tampung
lingkungan hidup terdiri atas :
a. hutan lindung, meliputi:
1. kawasan hutan lindung Gunung Awu di Kecamatan Tahuna Barat;
2. kawasan hutan lindung Gunung Sahendarumang I dengan luas 312,50 ha di Kecamatan
Tamako; dan
3. kawasan hutan lindung Gunung Sahendarumang II dengan luas 3.549 ha di Kecamatan
Tamako

b. kawasan resapan air, meliputi: Bulude Sahengbalira dan Kalumelahana, Bentihu


Langinang, Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen,
Bongkonsio dan Batungbakara;

c. kawasan Danau Mahena di Kecamatan Tahuna, Situ Para di Kecamatan Tatoareng dan Situ
Beeng Laut di Kecamatan Tabukan Selatan Tenggara;

d. kawasan rawa pasang surut perkotaan/permukiman meliputi : Rawa Total di kec.


Kecamatan Tahuna dan Tahuna Timur, Rawa Arena di Kecamatan Tahuna Timur, Rawa
Barselona di Kecamatan Manganitu, Rawa Napole di Kecamatan Tamako, Rawa Panawira di
Kecamatan Tabukan Utara, Rawa Milaguma di Kecamatan Tabukan Tengah, Rawa Lestung
di Kecamatan Tabukan Selatan, Rawa Salurang di Kecamatan Tabukan Selatan Tengah,
Rawa Lapango di Kecamatan Manganitu Selatan, dan Rawa Katrolin (Kalurae, Tarolang,
Likuang) di Kecamatan Tabukan Utara.

e. kawasan konservasi laut kabupaten yang melindungi komunitas terumbu karang dan
kawasan konservasi pantai berhutan bakau, meliputi:

I - 13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Gambar 1.3
Peta Kawasan Strategis

I - 14
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

1.4 KARAKTERISTIK WILAYAH PERENCANAAN Tabel 1.1

Luas Desa di Kecamatan Tabukan Utara

No Desa Luas (Km2) Persentase


1.4.1 Profil Kecamatan Tabukan Utara
1 Lenganeng 4,82 4,07
2 Pusunge 6,65 5,62
3 Tarolang 6,7 5,66
A. Batas Administratif 4 Tola 6,61 5,59
5 Bowongkulu 4,05 3,42
Secara geografis, Kecamatan Tabukan Utara terletak antara 030 – 4500 Lintang Utara dan 1250 6 Petta 1,92 1,62
7 PettaTimur 2,01 1,70
– 1270 Bujur Timur. Ibu Kota Kecamatan Tabukan Utara adalah Enemawira. Kecamatan
8 Petta Selatan 3,5 2,96
Tabukan Utara merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Sangihe 9 Petta Barat 1,17 0,99
Provinsi Sulawesi Utara, yang memiliki batas-batas administratif yaitu di sebelah utara 10 Bengketang 4 3,38
berbatasan langsung dengan Kecamatan Kepulauan Marore, sebelah timur berbatasan dengan 11 Likuang 3,02 2,55
12 Kalurae 4,18 3,53
samudera pasifik, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tabukan Tengah dan sebelah
13 Raku 5,75 4,86
barat berbatasan langsung dengan Kecamatan Tahuna Timur dan Kecamatan Kendahe. 14 Utaurano 3,46 2,93
15 Moade 8,96 7,57
Luas wilayah Kecamatan Tabukan Utara adalah sebesar 118,29 Km2 yang terbagi menjadi 24 16 Naha 5,46 4,62
17 Naha-I 7,05 5,96
Desa/Kampung. Kampung yang paling jauh jaraknya dari ibu kota kecamatan adalah
18 Beha 3,25 2,75
Kampung Kalasuge yang jaraknya kurang lebih 18 km dengan luas wilayah 3,50 km2 (2,96%) 19 Kalekube 5,2 4,40
dari keseluruhan luas kecamatan. Luas wilayah kampung yang paling kecil adalah Petta Barat 20 Kalekube-I 10,75 9,09
21 Mala 8,14 6,88
dengan luas 1,17 Km2 atau hanya 0,99% dari luas kecamatan.
22 Bahu 5,88 4,97
23 Kalasuge 3,5 2,96
24 Bowongkulu-I 2,26 1,91
Jumlah 118,29 100,00
Sumber: BPS, Kecamatan Tabukan Utara Dalam Angka 2014

I - 15
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Gambar 1.4

Peta Administrasi Kecamatan Tabukan Utara

I - 16
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

B. Kondisi Fisik Dasar beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan di Tabukan Utara
selama tahun 2013 berkisar antara 3,71mm – 17,45mm.
Gunung Awu merupakan gunung yang masih aktif terletak di Kecamatan Tabukan Utara
dengan ketinggian 1.784 m atas permukaan laut. C. Kependudukan

Tabel 1.2
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan sebagaimana tertuang
Kemiringan Lahan Kecamatan Tabukan Utara dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Sasaran ini tidak mungkin tercapai
Kemiringan Tanah Luas (m2) bila pemerintah tidak dapat memecahkan masalah kependudukan, seperti besarnya jumlah
0-2 67,75 penduduk serta tidak meratanya penyebaran penduduk. Berbagai usaha untuk menekan laju
2-5 25,10
pertumbuhan penduduk yang tinggi telah dilakukan pemerintah melalui program keluarga
15 - 40 21,27
> 40 7,06 berencana (KB) yang dimulai awal tahun 1970-an. Begitu pula usaha-usaha yang mengarah
Sumber: Hasil Analisis, 2015 pada pemerataan penyebaran penduduk.

Kecamatan Tabukan Utara memiliki beberapa sungai yaitu Sungai Patung, Sungai Moade, Jumlah penduduk di Kecamatan Tabukan Utara pada tahun 2013 berdasarkan catatan
Sungai Bahaeng, Sungai Laine dan Sungai Kalura. administrasi desa adalah 21.590 jiwa jumlah tersebut jika dibandingkan dengan tahun 2012
terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 2,49 persen. Luas Kecamatan Tabukan Utara sebesar
Tabel 1.3
118,29 km2 dengan kepadatan penduduk 183 jiwa per kilometer persegi. Dilihat dari tingkat
Panjang Sungai di Kecamatan Tabukan Utara kepadatan penduduk, jelas ada ketimpangan. Hal ini dikarenakan masih banyak lahan yang
Nama Sungai Panjang (m) Keterangan kosong. Kampung Peta Barat mempunyai kepadatan penduduk tertinggi diantara kampung-
Patung/Kalasuge 13.000 Kaki Gunung Awu
kampung dikecamatan tabukan utara yaitu sekitar 804 jiwa per kilometer persegi dan kampung
Moade/Kalekube 10.000 Kaki Gunung Awu
Kalekube I mempunyai kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 52 jiwa per kilometer
Bahaeng/Kalekube 15.000 Kaki Gunung Awu
Laine/Naha 12.000 Kaki Gunung Awu persegi.
Kalura/Petta Barat 4.000 Kaki Gunung Awu
Sumber: BPS, Tabukan Utara Dalam Angka 2014

Tabel 1.4
Suhu udara disuatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari
Jumlah Penduduk, Luas, dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tabukan Utara Tahun 2013
permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2013 di Tabukan Utara suhu udara
berkisar antara 26,80C – 27,70C. Suhu udara tertinggi sebesar 27,70C terjadi pada bulan juni. No Desa/Kelurahan Luas (Km2) Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2)

1 Lenganeng 4,82 681 141


Secara umum, kecepatan angin merata setiap bulannya, berkisar antara 4 km/jam hingga 6 2 Pusunge 6,65 518 78
km/jam. Faktor lain yang mempengaruhi hujan dan arah/kecepatan angin adalah perbedaan 3 Tarolang 6,70 665 99
4 Tola 6,61 1.233 187
tekanan udara. Curah hujan disuatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,
5 Bowongkulu 4,05 587 145
keadaan geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan 6 Petta 1,92 981 511
7 PettaTimur 2,01 949 472

I - 17
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Tabel 1.5
No Desa/Kelurahan Luas (Km2) Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2)
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Rasio di Kecamatan Tabukan Utara Tahun 2013
8 Petta Selatan 3,50 342 98
9 Petta Barat 1,17 941 804 No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex
10 Bengketang 4,00 582 146 1 Lenganeng 348 333 681 105
Ratio
11 Likuang 3,02 1.162 385 2 Pusunge 270 248 518 109
12 Kalurae 4,18 474 113 3 Tarolang 331 334 665 99
13 Raku 5,75 904 157 4 Tola 672 561 1.233 120
5 Bowongkulu 301 286 587 105
14 Utaurano 3,46 1.031 298
6 Petta 461 520 981 89
15 Moade 8,96 660 74
7 PettaTimur 497 452 949 110
16 Naha 5,46 1.222 224 8 Petta Selatan 175 167 342 105
17 Naha I 7,05 834 118 9 Petta Barat 554 387 941 143
18 Beha 3,25 1.472 453 10 Bengketang 298 284 582 105
19 Kalekube 5,20 1.109 213 11 Likuang 504 658 1.162 77
20 Kalekube I 10,75 554 52 12 Kalurae 218 256 474 85
21 Mala 8,14 1.607 197 13 Raku 470 434 904 108
22 Bahu 5,88 985 168 14 Utaurano 546 485 1.031 113
23 Kalasuge 3,50 1.689 483 15 Moade 336 324 660 104
16 Naha 625 597 1.222 105
24 Bowongkulu I 2,26 408 181
17 Naha-I 409 425 834 96
Jumlah 118,29 21.590 241
18 Beha 797 675 1.472 118
Sumber: BPS, Kec. Tabukan Utara Dalam Angka 2014
19 Kalekube 593 516 1.109 115
20 Kalekube-I 294 260 554 113
Rasio jenis kelamin di Kecamatan Tabukan Utara sebesar 106. Hal ini menggambarkan bahwa 21 Mala 817 790 1.607 103
22 Bahu 522 463 985 113
jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih banyak dibandikan dengan jumlah penduduk 23 Kalasuge 854 835 1.689 102
perempuan. Jika kita melihat rasio penduduk pada masing-masing kampung ternyata masih 24 Bowongkulu-I 217 191 408 114
Jumlah 11.109 10.481 21.590 106
ada beberapa penduduk yang rasio jenis kelamin penduduk berada dibawah 100 yang artinya
Sumber: BPS, Kec. Tabukan Utara Dalam Angka 2014
jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu kampung Tarolang,
Petta, Likuang dan kampung Naha I. Jumlah Rumah Tangga di Kecamatan Tabukan Utara pada tahun 2013 sebesar 6.426, sehingga
rata-rata anggota rumah tangga adalah 3,36. Tahun 2013, komposisi penduduk Tabukan Utara
didominasi oleh penduduk mudah/dewasa. Penduduk berusia muda (0-14 tahun) sebesar
25,72%, penduduk usia produktif (15-64 tahun) 67,56%, sedangkan usia 65 tahun keatas sebesar
6,72% sehingga berdasarkan angka mutlaknya (depedancy ratio) penduduk tabukan utara
sebesar 48,01. Artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 48-49 jiwa
penduduk tidak produktif.

I - 18
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Gambar 1.5

Piramid Penduduk di Kecamatan Tabukan Utara Tahun 2013 Peningkatan partisipasi sekolah penduduk tentunya harus diimbangi dengan penyediaan
sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7
- 12 di Tabukan Utara cukup tinggi yaitu 79,44, itu menunjukan bahwa di tabukan utara
terbuka peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan secara umum. Angka Partisipasi
Kasar (APK) Sekolah Dasar di Tabukan Utara dikatakan tinggi yaitu sebesar 93,11. Itu
menunjukan bahwa tingginya tingkat partisipasi sekolah, tanpa memperhatikan ketepatan usia
sekolah pada jenjang pendidikannya. Jika APK mendekati atau lebih dari 100 persen
menunjukan bahwa ada penduduk yang sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi
umur yang seharusnya. Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar di Tabukan Utara yaitu
69,97 yang artinya dari 100 anak usia 7 – 12 tahun di kecamatan Tabukan Utara ada sekitar 70
orang yang bersekolah pada usia yang tepat.

Fasilitas Pendidikan Menengah Tingkat Pertama (SLTP) di Tabukan Utara tersebar di 5 desa
Sumber: BPS, Tabukan Utara Dalam Angka 2014 terdiri dari 4 unit SLTP Negeri dan 3 unit SLTP Swasta. Sedangkan Pendidikan Tingkat Atas
(SLTA) di Tabukan Utara terdapat 1 unit SLTA yaitu SMA Negeri 1 Tabukan Utara berlokasi di
D. Ketenagakerjaan Desa Likuang, 2 unit SLTA Swasta yaitu SMA PGRI Enemawira berlokasi di desa bengketang,
dan SMA Muhamadiya berlokasi di desa naha. Di Tabukan Utara juga terdapat 1 unit Sekolah
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga Menengah Kejuruan Negeri (SMK) terbagi dalam 3 jurusan ; jurusan Kapal Penangkap Ikan,
kerja akan terus mengalami perubahan seiring berlangsungnya proses demografi. Pada tahun jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, dan jurusan Teknik Komputer dan Jaringan.
2013 di Tabukan Utara penduduk yang memiliki mata pencaharian terbesar adalah petani,
dengan jumlah 5.946 orang atau sekitar 71,49% dari jumlah penduduk yang bekerja dan paling F. Kesehatan
sedikit adalah berprofesi sebagai Tentara Nasional Indonesia yaitu hanya sebanyak 12 orang.

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
E. Pendidikan orang hidup produktif. Secara sosial dan ekonomis, pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan disuatu negara dan sampai pada tingkat pengobatan dan atau perawatan. Dari dasar di atas maka pemerintah telah menyediakan
wilayah kecamatan adalah tersedianya cukup sumber daya manausia (SDM) yang berkualitas. fasilitas kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Khusus di Kecamatan Tabukan Utara
Merujuk pada amanat UUD 1945 beserta amandemennya (pasal 31 ayat 2), maka melalui jalur telah tersedia 2 Puskesmas umum untuk melayani masyarakat dan fasilitas fasilitas kesehatan
pendidikan pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM penduduk. Program lainnya.
wajib belajar 6 tahun dan 9 tahun, Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), dan berbagai
program pendukung lainnya adalah bagian dari upaya pemerintah mempercepat peningkatan
kualitas SDM, yang pada akhirnya akan menciptakan SDM tangguh, yang siap bersaing diera
globalisasi.

I - 19
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

1.4.2 Profil Kawasan Perkotaan Petta-Enemawira 2. Memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya 10.000 jiwa;
3. Memiliki kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 50 jiwa per hektar;
4. Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan barang dan jasa dalam
A. Delineasi Kawasan Perkotaan
bentuk sarana dan prasarana pergantian moda transportasi.

Dalam kebijakan struktur tata ruang Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kecamatan Tabukan
Selain kriteria umum kawasan perkotaan di atas, penentuan kawasan perkotaan di Kecamatan
Utara merupakan Kecamatan sebelah utara pulau Sangihe Besar yang beribukota Enemawira.
Tabukan Utara dilakukan dengan mempertimbangkan:
Bilamana Enemawira merupakan pusat administratif Kecamatan, Petta dalam hal ini
1) Arahan kebijakan penataan ruang:
merupakan kawasan perdagangan dan jasa dengan fasilitas pendukung berupa dermaga
• Rencana sistem pusat perkotaan sebagai pusat-pusat pelayanan dan pertumbuhan.
pelabuhan yang terletak di pesisir pantai Petta. Pengembangan Petta diarahkan terlebih untuk
(Rencana Struktur Ruang RTRW Kab. Kepulauan Sangihe)
menjadi penyangga perekonomian Kabupaten Kepulauan Sangihe bagian utara yang menunjang
• Arahan pemanfaatan lahan permukiman dan kegiatan perkotaan lainnya. (Rencana Pola
pusat pertumbuhan Ibukota Kabupaten.
Ruang RTRW Kab. Kepulauan Sangihe)
• Rencana penetapan kawasan strategis kabupaten berdasarkan RTRW Kab. Kepulauan
Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, maka perlu kiranya segera disusun Rencana Tata
Sangihe.
Ruang (RTR) berdasarkan pada wilayah Kabupaten yang menjadi skala prioritas di Kabupaten
2) Morfologi Bagian Wilayah Perkotaan (BWP);
Kepulauan Sangihe yakni pada Kawasan Pusat Kegiatan Lokal Petta - Enemawira.
3) Keserasian dan keterpaduan fungsi BWP; dan
4) Jangkauan dan batasan pelayanan untuk keseluruhan BWP dengan memperhatikan
Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
rencana struktur ruang dalam RTRW.
Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap RTRW kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari
wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya. Bagian dari wilayah yang akan disusun
Wilayah perencanaan RDTR tersebut kemudian disebut sebagai Bagian Wilayah Perkotaan
RDTR tersebut merupakan kawasan perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota.
(BWP), setiap BWP terdiri atas Sub BWP. Wilayah perencanaan RDTR adalah kawasan
Kawasan strategis kabupaten/kota dapat disusun RDTR apabila merupakan:
perkotaan Petta-Enemawira atau disebut juga BWP Petta-Enemawira. Utuk lebih jelasnya
a. kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau direncanakan menjadi kawasan perkotaan;
dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:
dan
b. memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR. Tabel 1.6

Luas Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Petta-Enemawira


Dalam UU Penataan Ruang No.26 Tahun 2007, kawasan perkotaan adalah wilayah yang
No Sub-BWP Luas (Ha) %
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat 1 Petta Induk 192 15,84
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan 2 Petta Timur 201 16,58
sosial dan kegiatan ekonomi. 3 Petta Barat 117 9,65
4 Bengketang 400 33,00
5 Likuang 302 24,92
Kriteria umum kawasan perkotaan meliputi: Jumlah 1.212 100,00
1. Memiliki fungsi kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau lebih dari 75% Sumber: Hasil Analisis, 2015

mata pencaharian penduduknya di sektor perkotaan;

I - 20
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Gambar 1.6

Peta Delineasi Kawasan Perkotaan Petta-Enemawira

I - 21
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

B. Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Analisa distribusi dan kepadatan penduduk dimaksudkan untuk mengetahui laju penyebaran
penduduk pada setiap ruang kegiatan dalam menentukan intensitas penduduk dan tingkat
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada kepadatan berdasarkan luas wilayah tersebut. Untuk kepadatan penduduk hasil proyeksi dapat
waktu tertentu dibandingkan dengan waktu sebelumnya. Untuk melihat besarnya tingkat dilihat pada tabel di bawah ini:
pertumbuhan penduduk, selain melihat pada perubahan jumlah penduduk beberapa tahun
kebelakang, dapat juga melihat kepada pertumbuhan penduduk yang akan datang. Proyeksi
Tabel 1.8
penduduk dilakukan dengan metode geometris dengan asumsi bahwa laju pertumbuhan
penduduk sama setiap tahunnya, mengingat kawasan perencanaan merupakan wilayah yang Proyeksi Kepadatan penduduk Kawasan Perkotaan Petta-Enemawira Sampai Tahun 2035

perkembangan penduduknya cenderung stabil. No Proyeksi Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)


Desa/Kelurahan Luas (Km2)
2015 2020 2025 2030 2035
1 Petta 1,92 530 581 637 698 765
Tabel 1.7
2 PettaTimur 2,01 490 537 588 645 707
Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Petta-Enemawira Sampai Tahun 2035
3 Petta Barat 1,17 834 914 1.002 1.098 1.204
Proyeksi Penduduk (jiwa) 4 Bengketang 4,00 151 165 181 199 218
No Desa/Kelurahan
2015 2020 2025 2030 2035
5 Likuang 3,02 399 437 479 525 576
1 Petta 1.018 1.115 1.222 1.340 1.468
2 PettaTimur 984 1.079 1.182 1.296 1.420 Petta-Enemawira 12,12 481 527 578 633 694
3 Petta Barat 976 1.070 1.172 1.285 1.408 Sumber : Hasil Analisis, 2015
4 Bengketang 604 662 725 795 871
5 Likuang 1.205 1.321 1.448 1.587 1.739 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kepadatan tertinggi terdapat di Desa Petta Barat, Petta
Petta-Enemawira 4.787 5.247 5.750 6.302 6.906
Sumber : Hasil Analisis, 2015 Induk dan Petta Timur terlihat bahwa kepadatan kawasan perkotaan tetap di atas rata-rata
dan tergolong tinggi. Sementara kepadatan penduduk terendah terdapat di Desa Bengketang.

Tinggi rendahnya pertumbuhan penduduk suatu negara berdasarkan standarisasi pertumbuhan


penduduk menggunakan kriteria berikut: C. Daya Dukung Lahan
 Laju pertumbuhan < 1% = rendah
 Laju pertumbuhan antara 1 – 2% = sedang Daya dukung lahan atau fisik alamiah merupakan faktor yang penting dalam pembangunan

 Laju pertumbuhan > 2% = tinggi sebuah kawasan, adapun daya dukung fisik alamiah terdiri dari (a) daya dukung topografi, (b)
daya dukung kemiringan lahan, (c) daya dukung tanah, dan (d) daya dukung klimatologi.

Dari hasil analisis proyeksi penduduk di Kecamatan Tabukan Utara sampai 20 tahun kedepan Karena keterbatasan data yang diperoleh, maka analisis daya dukung lahan untuk wilayah

terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk yang di antara 1-2% secara umum perencanaan hanya menggunakan data ketinggian dan kemiringan lahan.

tergolong sedang, begitu juga dengan kawasan perkotaan Petta-Enemawira rata-rata laju
pertumbuhan penduduk yang di antara 1-2% termasuk sedang. Kawasan perkotaan Petta-Enemawira terletak pada ketinggian antara 0-200 meter di atas
permukaan air laut (mdpl). Sebagian besar wilayah perencanaan berada pada kawasan dataran
rendah sampai tinggi. Keadaan topografi di wilayah perencanaan mempunyai kemiringan rata-

I - 22
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

rata 15-40%. Berdasarkan kondisi diatas, maka wilayah perencanaan dapat dikatakan memiliki Utara tersebut dapat dikatakan bahwa lahan tersebut memiliki tingkat kesesuaian
keterbatasan apabila dikembangkan menjadi kawasan perkotaan. pengembangan yang terbatas. Kemiringan lahan di kawasan perkotaan Petta-Enemawira ini
sangat terbatas untuk pengembangan sarana perkotaan yang dilengkapi oleh pusat
perdagangan, ruang terbuka hijau dan permukiman penduduk serta beberapa fasilitas
Tabel 1.9
pendukung lainnya seperti lahan parkir, lapangan olah raga, taman dan sempadan sepanjang
Luas Lahan Kawasan Perkotaan Petta-Enemawira Berdasarkan Kemiringan Lereng jalan.
No Kelas Kemiringan Lereng Luas (Ha) Persentase Kemiringan lahan suatu kawasan merupakan faktor penting dalam pengembangan suatu
1 >40% 22,87 6,47 kawasan perkotaan karena terkait dengan bebagai permasalahan misalnya pemilihan struktur
2 15-40% 172,15 48,70
bangunan, pemilihan jenis pondasi bangunan, pemilihan teknik cut and fill pada lahan tersebut
3 5-15% 101,83 28,80
4 2-5% 36,36 10,29 hingga kesesuaian dengan kegiatan yang akan direncanakan.
5 0-2% 20,31 5,75
Total 353,52 100,00
Sumber: Hasil Analisis, 2015 Tabel 1.11

Analisis Peruntukan Lahan Menurut Daftar Kemiringan Lahan Mabbery


Sehingga dalam pengembangannya perlu mempertimbangkan kesesuaian lahan untuk kegiatan
Kesesuaian Kemiringan (%)
perkotaan. Kesesuaian lahan tersebut menjadi acuan dalam hal ini sangat terkait dengan
Peruntukan 5- 10- 15- 30- Kondisi Eksisting 15-40%
pemilihan lokasi pembangunan sarana perkotaan, pemilihan rute lintasan dan susunan 0-3 3-5 >40
Lahan Perkotaan 10 15 30 14
keruangan serta kestabilan pondasi. RTH       
Bangunan
   
Terstruktur Dengan kondisi kemiringan
Tabel 1.10
Perkotaan lahan 15-40% maka kawasan
   
Analisis Tingkat Kesesuaian Lereng Kawasan Perkotaan Petta-Enemawira Umum perkotaan Petta-Enemawira
Menurut Klasifikasi Kemiringan Lahan Perumahan     sesuai untuk berbagai fungsi
Pusat perkotaan seperti :
perdagangan/   1) RTH
Kemiringan Lahan Eksisting Dan Kemiringan Tingkat Kesesuaian Jasa 2) Bangunan Terstruktur
Klasifikasi
Kesesuaian Kemiringan Lahan Lahan Pengembangan Tapak Industri   3) Perkotaan Umum
0 – 2% Datar Sangat baik Sistem Septik   4) Perumahan
15 – 40%, kemiringan lahan ini Untuk fungsi kota lainnya
2 – 5% Landai Baik Jalan Umum  
masuk kedalam klasifikasi masih bisa dikembangkan
5 – 15% Agak curam Terbatas Jalan Raya  
kemiringan curam dengan tingkat pada kemiringan lahan 0-15%.
15 – 40% Curam Sangat terbatas Jalan Kereta Api 
kesesuaian pengembangan terbatas.
> 40% Sangat curam Mutlak konservasi Lapangan

Sumber : Hasil Analisis, 2015 Terbang
Sumber : Hasil Analisis, 2015

Berdasarkan klasifikasi kemiringan lahan yang ada maka dapat diketahui bahwa kawasan
Dilihat berdasarkan kemiringan lahannya, kemiringan lahan di wilayah perencanaan sebagian
perkotaan Petta-Enemawira berada pada lahan dengan kemiringan antara 15-40% dengan
besar merupakan wilayah dengan kemiringan lahan antara 15-40%. Dengan kemiringan yang
klasifikasi lahan curam. Berdasarkan nilai kemiringan yg dimiliki oleh Kecamatan Tabukan
relatif curam, merupakan kendala bagi perkembangan dan pengembangan lahan fisik kota, hal

I - 23
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

ini disebabkan karena lahan yang mempunyai persentase kemiringan yang relative curam (15-
40%) cenderung akan lebih mempersulit baik dipandang dari segi pembangunannya maupun
segi keamanan dan kelestarian lingkungannya. Sebagai akibat adanya kendala tersebut maka
arahan perkembangan dan pengembangan kegiatan pembangunan fisik kota cenderung akan
berorientasi pada kawasan yang mempunyai kemiringan lahan yang relatif datar dan landai.

Untuk dapat melihat lebih jelas kemampuan lahan di wilayah perencanaan yang didasarkan
pada penilaian kondisi topografinya, dikemukakan beberapa indikator yang erat kaitannya
dengan penilaian kemampuan lahan tersebut antara lain, kestabilan lereng, drainase, bencana
alam, dan ketersediaan air. Adapun kriteria penentuan kemampuan lahan berdasarkan kondisi
topografi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

I - 24
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Gambar 1.7

Peta Topografi Petta-Enemawira

I - 25
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Gambar 1.8

Peta Kemiringan Lereng Petta-Enemawira

I - 26
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Tabel 1.12 Berdasarkan hasil analisis daya dukung lahan dalam menopang suatu kegiatan di atasnya,
kemampuan lahan dibagi dibagi ke dalam tiga klasifikasi, yaitu daerah potensi, kendala dan
Penggunaan Lahan dan Sudut Lereng yang Optimum
limitasi. Kemampuan lahan di kawasan perkotaan Petta-Enemawira menunjukan bahwa
Kelas Sudut Lereng ( % )
No Penggunaan Lahan sebagian besar layak untuk dikembangkan menjadi kawasan perkotaan.
0-3 3-5 5 -10 10-15 15-30 30-70 > 70
1 Rekreasi Umum + + + + + + +
2 Bangunan Umum + + + + Berikut adalah penjelasan mengenai klasifikasi kemampuan lahan yang ada di kawasan
3 Perumahan + + + + perkotaan Petta-Enemawira berdasarkan hasil analisis:
4 Fasilitas Kota + + + +
5 Jalan Kota + + +
6 Sistem Septik Tank + + A. Daerah Potensi
7 Pusat Perdagangan + +
8 Jalan Raya + +
Daerah potensi adalah daerah yang lahannya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
9 Lapangan Terbang +
10 Jalan Kereta Api + 1. Kemiringan yang rendah 0–3 % sehingga tidak perlu perbaikan,serta daerah yang
11 Jalan Lain + + + + + Hingga 45% mempunyai kemiringan lereng antara 3–15 % yang bukan daerah erosi.
Sumber : Buku Sampoerno Tahun 1979, Hal-5. 2. Bukan daerah rawan bencana dan erosi.

Dengan melihat kriteria kemampuan lahan perkotaan berdasarkan kondisi topografi pada tabel
Berdasarkan kriteria di atas, hampir seluruh daerah di kawasan perkotaan Petta-
diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan kriteria penilaian di atas, kawasan
Enemawira merupakan daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
perkotaan Petta-Enemawira dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kawasan yang cocok (layak) bagi pengembangan pembangunan fisik kota, yaitu kawasan-
B. Daerah Kendala.
kawasan yang mempunyai kemiringan tanah 0-3 %, di luar lahan yang berupa sungai.
Kawasan ini merupakan kawasan yang mudah dimanfaatkan dengan biaya pembangunan
Daerah kendala adalah daerah yang lahannya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
yang relatif rendah serta relatif tidak mengganggu keseimbangan lingkungan.
1. Kemiringan lereng 15–40 % untuk itu perlu teknologi untuk mengatasi kemiringan.
2. Kawasan yang pada dasarnya cocok (layak) bagi pengembangan pembangunan fisik kota,
2. Terdapat pada kawasan rawan bencana, erosi dan lain-lain.
namun kawasan ini memiliki sedikit kekurangan (kemiringannya lebih besar dari point.1)
sehingga dalam pemanfaatannya perlu adanya kehati-hatian sehingga akan lebih
Daerah kendala ini masih dimungkinkan bagi peruntukan daerah budidaya sampai batas
mempertinggi biaya pembangunan untuk tujuan meminimalkan pengaruh terhadap
yang tidak membahayakan lingkungan. Dalam pengelolaanya daerah kendala memerlukan
lingkungan.
teknologi yang canggih dan jika tetap dikembangkan akan membutuhkan biaya yang besar.
3. Kawasan limitasi fisik, yaitu kawasan yang mempunyai kemiringan tanah lebih dari 15%,
kawasan yang terletak pada tepi-tepi sungai serta kawasan yang kestabilan lerengnya
C. Daerah Limitasi
kurang baik. Kawasan ini kawasan yang tidak mungkin (layak) dikembangkan, kecuali
Daerah yang termasuk dalam klasifiksi limitasi ini adalah lahan yang mempunyai ciri-ciri
dengan biaya yang sangat besar serta resiko kerusakan lingkungan yang jauh lebih besar,
sebagai berikut :
kawasan ini lebih difungsikan sebagai kawasan yang dibatasi untuk pengembangan fisik
1. Kemiringan lereng di atas 40 %
(limitasi fisik).
2. Kondisi tanah yang labil dan merupakan daerah erosi.

I - 27
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

3. Lahan yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung, rawa, dll.


4. Lahan yang terkena jalur sempadan sungai/mata air dan sempadan pantai.

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan
nilai sejarah serta budaya bangsa guna pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan kawasan
lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup. Mengacu
pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung yang mana
mengarahkan perlunya penataan terhadap kawasan yang termasuk kedalam kategori
kawasan lindung atau lahan not available.

Faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan daerah limitasi ini adalah tingkat
kemiringan lereng lahan, yaitu kemiringan diatas 40% sehinga daerah yang mempunyai
kemiringan ini hanya diperuntukan bagi kawasan lindung. Mengingat di kawasan
perkotaan Petta-Enemawira terdapat lahan dengan kemiringan 40% yang berfungsi lindung
sehingga harus ada pembatasan pengembangan kawasan perkotaan.

Berikut adalah Tabel daya dukung lahan, peta kesesuaian lahan Petta Enemawira dan peta
orientasi Kecamatan Tabukan Utara:

Tabel 1.13

Daya Dukung Lahan

Kesesuaian Lahan Luas (Ha) Persentase Keterangan


Potensial 56,67 16,03 Layak untuk pengembangan
Kendala 273,98 77,50 Pengembangan bersyarat
Limitasi 22,87 6,47 Kawasan Lindung
Total 353,52 100,00
Sumber: Hasil Analisis, 2015

I - 28
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Gambar 1.9

Peta Kesesuaian Lahan Petta-Enemawira

I - 29
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

Gambar 1.10

Peta Orientasi Kecamatan Tabukan Utara

I - 30
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

1.4.3 Ruang Lingkup Materi


BAB II KEBIJAKAN PENATAAN RUANG TERKAIT
Bab ini menguraikan tentang kebijakan penataan ruang terkait pengembangan PKL
Ruang lingkup materi yang akan dibahas dalam Penyusunan RRTR Pusat Kegiatan Lokal Petta
Petta-Enemawira berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan
Enemawira, Kecamatan Tabukan Utara antara lain:
Sangihe itu sendiri. Selain itu merujuk kepada Rencana Tata Ruang Wilayah
a. Perumusan tujuan penataan ruang bagian wilayah perencanaan berdasarkan
Provinsi Sulawesi Utara.
karakteristik dan isu strategis kawasan;
b. Teridentifikasinya potensi, permasalahan, dan prospek pengembangan di wilayah
BAB III GAMBARAN UMUM
perencanaan baik secara fisik, sosial, ekonomi, transportasi, dan utilitas;
Berisi gambaran wilayah perencanaan, terkait dengan gambaran umum wilayah
c. penetapan sub bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya;
Kabupaten Kepualauan Sangihe dan khususnya Kecamatan Tabukan Utara.
d. ketentuan pemanfaatan ruang; dan
e. Penggambaran kondisi eksisting, analisa dan rencana yang tercantum dalam RRTR
BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERENCANAAN
dengan peta yang berskala atau tingkat ketelitian minimal 1:5.000 dan mengikuti
Bab ini menguraikan tentang analisis pengembangan PKL Petta-Enemawira
ketentuan mengenai sistem informasi geografis yang dikeluarkan oleh
berdasarkan data primer dan sekunder yang diperoleh dari lapangan. Tujuan
kementerian/lembaga yang berwenang;
analisis ini adalah untuk menilai tingkat pertumbuhan kawasan perencanaan
f. Output Penyusunan RRTR Pusat Kegiatan Lokal Petta Enemawira akan menjadi
sehingga dapat diprediksi arah pengembangannya.
referensi untuk penyusunan substansi teknis rencana detail tata ruang yang perlu
dilegalisasikan menjadi peraturan daerah.
BAB V KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN PERENCANAAN
Bab ini menguraikan tentang konsep pengembangan kawasan perkotaan Petta-
Enemawira, berdasarkan hasil identifikasi karakteristik dan analisis perkembangan
kawasan. Selain itu juga mempertimbangkan arahan kebijakan pengembangan
1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Petta-Enemawira sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

Sistematika dalam buku Laporan Antara dalam Penyusunan RRTR Pusat Kegiatan Lokal Petta
BAB VI PENETAPAN SUB BWP PRIORITAS
Enemawira akan menyajikan materi-materi sebagai berikut:
Merupakan bab yang menjelaskan tentang penetapan Sub BWP prioritas yang
BAB I PENDAHULUAN
ditinjau dari Dasar Penetapan Sub BWP Prioritas, Kriteria Penetapan Sub BWP
Bab ini menguraikan tentang latar belakang dari kegiatan Penyusunan RRTR Pusat
Prioritas, Penetapan Lokasi dan Penentuan Tema Penanganan
Kegiatan Lokal Petta Enemawira, Asas, Maksud, Tujuan dan Sasaran, ruang lingkup
baik itu lingkup wilayah perencanaan maupun lingkup materinya, dimensi
BAB VII KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
perencanaan, dasar penyusunan dan sistematika pembahasan.
Bab ini menjelaskan tentang Ketentuan Umum Pemanfaatan Ruang , Indikasi
Program, Indikasi Sumber Pendanaan dan Ketentuan Pelaksanaan

I - 31
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Petta Enemawira dan Peraturan Zonasi

BAB VIII PERATURAN ZONASI


Merupakan Bab Peraturan Zonasi yang menjelaskan Ketentuan Teknis Zonasi dan
Ketentuan Pelaksanaan.

I - 32

Anda mungkin juga menyukai