Anda di halaman 1dari 87

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK

NOMOR 1 TAHUN 2013

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK


TAHUN 2012-2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SOLOK,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pemanfaatan ruang di


Kabupaten Solok sebagai wilayah yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional, perlu disusun
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Solok;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan
pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat,
maka Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan rencana
struktur dan pola ruang yang dilaksanakan Pemerintah,
masyarakat, dan/atau dunia usaha;
c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, maka kebijakan dan
strategi penataan ruang wilayah nasional perlu
dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Solok;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Solok Tahun 2012-2031;

1
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam
Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 25);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3419);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda
Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3470);
6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten
Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat Provinsi
Sumatera Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negera
Republik Indonesia Nomor 4348);

2
8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
134 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3477);
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang
Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4411);
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
11. Undang–Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 444);
12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4722);
13. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
14. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
15. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4746 );

3
16. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
17. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
18. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
19. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
20. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
21. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5073);
22. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5188);
23. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundangan-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);

4
24. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3776);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Pemindahan Ibukota Kabupaten Solok dari Wilayah Kota
Solok ke Kayu Aro Sukarami (Arosuka) di Wilayah
Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 137,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4447);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4490);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4624);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4655);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

5
31. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wialayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5160);
34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);
35. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun
2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang
Daerah;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN SOLOK
dan
BUPATI SOLOK

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG


WILAYAH KABUPATEN SOLOK TAHUN 2012–2031

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Solok.

6
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Solok yang
selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan
daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
3. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Solok.
4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.
5. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan/atau
aspek fungsional.
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang
perairan, dan ruang udara diatasnya termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah tempat
manusia dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatan
dan memelihara kelangsungan hidupnya.
7. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
8. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi
penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
9. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana
tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
10. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib tata ruang.
11. Tata Ruang Kabupaten Solok adalah wujud struktur
ruang dan pola ruang Kabupaten Solok.
12. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang.
13. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional selanjutnya
disebut RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfatan ruang wilayah negara.

7
14. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi selanjutnya disebut
RTRWP adalah hasil perencanaan tata ruang yang
merupakan penjabaran RTRWN ke dalam struktur dan
pola ruang wilayah provinsi.
15. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Solok yang
selanjutnya disebut RTRW Kabupaten Solok adalah hasil
perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran
RTRWP ke dalam struktur dan pola ruang wilayah
Kabupaten Solok.
16. Tujuan Penataan Ruang Wilayah adalah tujuan yang
ditetapkan Pemerintah Daerah yang merupakan
perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang
wilayah pada aspek keruangan, yang pada dasarnya
mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional.
17. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah adalah arahan
pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah
dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
18. Strategi Penataan Ruang Wilayah adalah penjabaran
kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-langkah
pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar
dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang
wilayah Kabupaten Solok.
19. Struktur Ruang Kabupaten Solok adalah susunan pusat-
pusat pemukiman dan jaringan sarana dan prasarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki
hubungan fungsional.
20. Rencana Struktur Wilayah Kabupaten Solok adalah
rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah
Kabupaten Solok yang berkaitan dengan kawasan
perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan
prasarana wilayah Kabupaten Solok yang dikembangkan
untuk mengintegrasikan wilayah Kabupaten Solok selain

8
untuk melayani kegiatan skala Kabupaten yang meliputi
sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan
kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem
jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu
bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, serta
prasarana lainnya yang memiliki skala layanan satu
Kabupaten.
21. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa
provinsi.
22. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala provinsi atau beberapa Kabupaten/Kota.
23. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala Kabupaten Solok atau beberapa
kecamatan.
24. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut
PKLp adalah pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di
kemudian hari ditetapkan sebagai PKL promosi dimana
pusat kegiatan yang dapat dipromosikan menjadi PKLp
hanya Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).
25. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kecamatan atau beberapa nagari.
26. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut
PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala antar nagari.
27. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi

segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan

tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di

atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori,

dan jalan kabel.

9
28. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang
Kabupaten Solok yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya.
29. Rencana Pola Ruang Kabupaten Solok adalah rencana
distribusi peruntukan ruang wilayah Kabupaten Solok
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa
berlakunya RTRW Kabupaten Solok yang dapat
memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten Solok yang dituju sampai dengan akhir masa
berlakunya perencanaan 20 tahun.
30. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama
lindung atau budidaya.
31. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
32. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan dengan maksud agar
lebih bermanfaat dan memberikan hasil untuk kebutuhan
manusia.
33. Kawasan Strategis Kabupaten Solok adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten Solok
terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
34. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat pusat-pusat permukiman,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
35. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber
daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

10
36. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang meliputi satu
atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai
sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya
alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem
permukiman dan sistem agrobisnis.
37. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan
yang diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
38. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola
oleh Perusahaan Industri yang telah memiliki Izin Usaha
Industri.
39. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah ruang
ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk
kepentingan pertahanan.
40. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat
B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lain.
41. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya
disebut Limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3.
42. Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Solok
adalah arahan untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang wilayah Kabupaten Solok sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten Solok melalui

11
penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan Kabupaten Solok.
43. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan
dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
44. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang
termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau
pemangku kepentingan non pemerintah lainnya dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
45. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
46. Penyidikan Tindak Pidana di bidang tata ruang adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana dibidang tata ruang yang
terjadi serta menemukan tersangkanya;
47. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia,
Pejabat atau Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan
wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan
penyidikan;
48. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat
PPNS adalah Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi
wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan
penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah;
49. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang
selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc
yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di
Kabupaten Solok dan mempunyai fungsi membantu tugas
Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

12
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
WILAYAH KABUPATEN SOLOK

Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Solok

Pasal 2
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Solok adalah
untuk mewujudkan Kabupaten Solok sebagai sentra
komoditas pertanian dan pengembangan sektor pariwisata
yang ditunjang industri dan pemanfaatan sumber daya alam
lainnya dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup serta diselaraskan dengan RTRWP dan
RTRWN.

Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Solok

Pasal 3
(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah
Kabupaten Solok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ditetapkan kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten
Solok.
(2) Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Solok
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. pengembangan organisasi ruang yang efisien melalui
susunan pusat kegiatan yang berhirarki mencakup
seluruh ruang wilayah Kabupaten Solok;
b. pengembangan sistem jaringan prasarana yang
mengintegrasikan seluruh pusat kegiatan wilayah
Kabupaten Solok dan memberikan layanan sebesar-
besarnya bagi permukiman yang ada pada wilayah
Kabupaten Solok;
c. pemantapan kawasan lindung di wilayah Kabupaten
Solok yang telah ditetapkan dalam RTRWN dan
RTRWP dan menambah kawasan lindung sesuai
kewenangan daerah;

13
d. pengelolaan kawasan budidaya mendukung
pengembangan ekonomi melalui pengelolaan sumber
daya alam berbasis pertanian, pariwisata, dan
industri dengan memperhatikan keseimbangan dan
kelestarian lingkungan hidup;
e. perwujudan usaha untuk perubahan fungsi dari
kawasan hutan ke kawasan bukan hutan untuk
kawasan budidaya yang diperlukan untuk
kepentingan pembangunan daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
f. peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan
pertahanan dan keamanan negara dalam rangka
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Solok

Pasal 4
(1) Untuk mewujudkan kebijakan penataan ruang wilayah
Kabupaten Solok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
disusun strategi penataan ruang wilayah Kabupaten
Solok.
(2) Strategi pengembangan organisasi ruang yang efisien
melalui susunan pusat kegiatan yang berhirarki
mencakup seluruh ruang wilayah Kabupaten Solok
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a
meliputi:
a. mengembangkan PKL sesuai arahan RTRWP dan
mempromosikan pusat utama lainnya sesuai dengan
potensinya;
b. menetapkan minimal 1 (satu) pusat kegiatan sebagai
PPK pada masing-masing kecamatan;
c. menetapkan pusat permukiman yang memiliki
wilayah layanan antar nagari dan/atau lebih dari
satu nagari sebagai PPL; dan

14
d. menetapkan pusat permukiman yang memiliki
tingkat layanan mendekati pusat kegiatan di atasnya,
dipromosikan menjadi pusat kegiatan di atasnya.
(3) Strategi pengembangan sistem jaringan prasarana yang
mengintegrasikan seluruh pusat kegiatan wilayah
Kabupaten dan memberikan layanan bagi sebesar-
besarnya permukiman yang ada pada wilayah Kabupaten
Solok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
huruf b meliputi:
a. mendukung pengembangan jaringan jalan akses ke
Kabupaten Solok sesuai kebijakan Nasional dan
Provinsi serta pengembangan rintisan jalan baru ke
dan/atau dari Kabupaten Solok dengan
Kabupaten/Kota lain yang bersebelahan;
b. mengembangkan jalan multi akses dari dan ke pusat
kegiatan yang mengintegrasikan seluruh wilayah
Kabupaten Solok;
c. mendukung pengembangan sistem jaringan kereta
api Nasional dan Provinsi yang melintasi wilayah
Kabupaten Solok;
d. mengembangkan sistem transportasi air di Danau
Singkarak, Danau Diatas dan Danau Dibawah untuk
mendukung kegiatan ekonomi wilayah dan
pariwisata;
e. mengembangkan sistem jaringan energi untuk
memenuhi kebutuhan listrik di seluruh kecamatan;
f. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi
seluler yang melayani seluruh wilayah Kabupaten
Solok dan meningkatkan jaringan telekomunikasi
kabel terutama untuk layanan kegiatan industri di
PKL dan PKLp;
g. mengembangkan sistem jaringan air baku untuk
memenuhi kebutuhan air minum di PKL, PKLp, PPK,
dan PPL serta untuk wilayah-wilayah yang sulit air,
serta mengembangkan jaringan irigasi Kabupaten
Solok pada kawasan potensi pertanian lahan basah;

15
h. mengembangkan TPA Regional bekerjasama dengan
Kabupaten/Kota yang berdekatan dan
membangunan serta mengembangan TPA lokal dalam
memberikan pelayanan persampahan;
i. mengembangkan prasarana ekonomi pada pusat
kegiatan dan pusat pelayanan sesuai dengan
tingkatan dan wilayah layanannya; dan
j. mengembangkan prasarana sosial budaya,
peribadatan, kesehatan, dan olah raga untuk
menunjang kehidupan sosial budaya masyarakat
yang nyaman dan berkelanjutan.
(4) Strategi pemantapan kawasan lindung di wilayah
Kabupaten Solok yang telah ditetapkan dalam RTRWN
dan RTRWP dan menambah kawasan lindung sesuai
kewenangan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf c meliputi:
a. mempertahankan kawasan lindung yang telah ada
dan sesuai RTRWN dan RTRWP;
b. mengembalikan fungsi lindung untuk kawasan
lindung yang telah ditetapkan pada RTRWN dan
RTRWP yang telah mengalami perubahan
pemanfaatan non lindung, sepanjang syarat dan
ketentuan sebagai kawasan lindung terpenuhi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. mengelola dan mengembangkan potensi fungsi
kawasan lindung skala Kabupaten sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. mengusahakan terjaganya kawasan hutan paling
sedikit 30% pada setiap DAS dalam keseluruhan
wilayah Kabupaten Solok.
(5) Strategi pengelolaan kawasan budidaya mendukung
pengembangan ekonomi melalui pengelolaan sumber daya
alam berbasis pertanian, pariwisata, dan industri dengan
memperhatikan keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (2) huruf d meliputi:

16
a. mengembangkan budidaya pertanian diarahkan
untuk terjaganya daerah sebagai bagian dari
lumbung padi Provinsi dan Nasional serta ketahanan
pangan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi lahan
pertanian;
b. mengembangkan kawasan budidaya perkebunan
diarahkan untuk pengembangan ekonomi produktif
wilayah yang memiliki daya dukung tinggi terhadap
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi wilayah;
c. mengembangkan kawasan peternakan diarahkan
untuk tercapainya swasembada daging dan telur,
guna pengembangan ekonomi produktif yang
memiliki daya dukung tinggi terhadap produktivitas
dan pertumbuhan ekonomi wilayah;
d. mengembangkan kawasan perikanan diarahkan
untuk tercapainya kebutuhan protein, guna
pengembangan ekonomi produktif yang memiliki
daya dukung tinggi terhadap produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi wilayah;
e. mengembangkan kawasan pariwisata diarahkan
untuk pembangunan kepariwisataan dan
menghasilkan nilai-nilai agama dan budaya setempat
sekaligus menjadi bagian pengembangan ekonomi
produktif wilayah yang dapat menstimulasi kegiatan
ekonomi produktif di dalam kawasan wisata maupun
wilayah yang lebih luas;
f. mengembangkan kawasan peruntukan industri
diarahkan untuk industri pengelolaan potensi
sumber daya alam dengan mencegah terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan;
g. mengembangkan kawasan permukiman diarahkan
untuk mendukung pengembangan pusat-pusat
kegiatan dan pusat pelayanan yang tersebar
sebagaimana Rencana Struktur Ruang Wilayah
Kabupaten Solok;

17
h. mengembangkan kawasan budidaya kehutanan
diarahkan untuk dapat menstimulasi kegiatan
ekonomi masyarakat di sekitar kawasan hutan dan
peningkatan produktivitas daerah pada sektor
kehutanan; dan
i. mengembangkan kawasan pertambangan dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara
berkelanjutan sesuai peraturan perundang-
undangan.
(6) Strategi perwujudan usaha untuk perubahan fungsi dari
kawasan hutan ke kawasan bukan hutan untuk kawasan
budidaya yang diperlukan untuk kepentingan
pembangunan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf e meliputi:
a. menetapkan kembali kawasan hutan yang termasuk
dalam kawasan budidaya di wilayah Kabupaten
Solok, sebagaimana dalam RTRWP yang telah
disetujui oleh Menteri Kehutanan; dan
b. mewujudkan pengelolaan kawasan sebagaimana
dimaksud pada huruf a sebagai kawasan yang
dilepaskan statusnya dari kawasan hutan, sebesar-
besarnya untuk pengembangan ekonomi produktif
masyarakat berbasis pertanian, pariwisata dan
industri.
(7) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan
pertahanan dan keamanan dalam rangka menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf f
meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional
dengan fungsi khusus pertahanan keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau
kawasan budidaya tidak terbangun disekitar
kawasan khusus pertahanan dan keamanan;

18
c. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam
dan di sekitar kawasan khusus pertahanan untuk
menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset
pertahanan/TNI.

BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 5
(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Solok terdiri
atas:
a. rencana pengembangan sistem pusat permukiman;
dan
b. rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
wilayah.
(2) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Solok
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam
peta dengan tingkat ketelitian skala 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Sistem Pusat Permukiman
Kabupaten Solok

Pasal 6
(1) Rencana pengembangan sistem pusat permukiman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. PKL;
b. PKLp;

19
c. PPK; dan
d. PPL.
(2) Rencana pengembangan PKL sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a terletak di Arosuka.
(3) Rencana pengembangan PKLp sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Alahan Panjang di Kecamatan Lembah Gumanti;
b. Sumani di Kecamatan X Koto Singkarak; dan
c. Muara Panas di Kecamatan Bukit Sundi.
(4) Rencana pengembangan PPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Paninggahan di Kecamatan Junjung Sirih;
b. Tanjung Balit di Kecamatan X Koto Diatas;
c. Talang di Kecamatan Gunung Talang;
d. Sungai Lasi di Kecamatan IX Koto Sungai Lasi;
e. Bukit Sileh di Kecamatan Lembang Jaya;
f. Sirukam di Kecamatan Payung Sekaki;
g. Surian di Kecamatan Pantai Cermin;
h. Talang Babungo di Kecamatan Hiliran Gumanti;
i. Batu Bajanjang di Kecamatan Tigo Lurah;
j. Simpang Tanjung Nan IV di Kecamatan Danau
Kembar;
k. Salayo di Kecamatan Kubung;
l. Singkarak di Kecamatan X Koto Singkarak;
m. Sungai Nanam di Kecamatan Lembah Gumanti;
n. Koto Gadang di Kecamatan Gunung Talang;
o. Cupak di Kecamatan Gunung Talang; dan
p. Paninjawan di Kecamatan X Koto Diatas.
(5) Rencana pengembangan PPL pada masing-masing
Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi seluruh Nagari di Kabupaten Solok kecuali
Nagari yang telah masuk dalam PKLp dan PPK.

20
Bagian Ketiga
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana
Wilayah Kabupaten Solok

Pasal 7
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b
meliputi:
a. rencana pengembangan sistem jaringan transportasi;
b. rencana pengembangan sistem jaringan energi;
c. rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi;
d. rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air;
e. rencana pengembangan sistem jaringan limbah;
f. rencana pengembangan sistem jaringan sampah; dan
g. rencana pengembangan sistem jaringan wilayah lainnya.

Paragraf 1
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi

Pasal 8
Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a adalah:
a. sistem jaringan transportasi darat; dan
b. sistem jaringan transportasi perkeretaapian.

Pasal 9
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf a terdiri atas:
a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan; dan
b. jaringan angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan.
(2) Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. jaringan jalan dan jembatan;
b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan;
dan
c. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan.

21
(3) Jaringan jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. jalan arteri primer (jalan nasional) meliputi:
1. ruas jalan Batas Kota Solok–Lubuk Selasih;
2. ruas jalan Lubuk Selasih–Batas Kota Padang;
3. ruas jalan Batas Kabupaten Tanah Datar–Batas
Kota Solok (via Kecamatan X Koto Singkarak,
Kabupaten Solok);
4. ruas batas Kota Solok–Batas Kota
Sawahlunto/Muara Kalaban;
5. rencana ruas jalan By Pass-Arosuka;
6. rencana ruas jalan Pasar Baru–Alahan Panjang;
7. rencana ruas jalan Alahan Panjang-Talang
Babungo via Pesantren M. Natsir; dan
8. rencana ruas jalan Talang Babungo–Kiliran Jao;
9. rencana ruas jalan Pintu Angin–Payo (Kota
Solok) via Bukit Barisan.
b. jalan kolektor primer (jalan provinsi) meliputi:
1. ruas jalan Solok–Kubang Nan Duo–Alahan
Panjang;
2. ruas jalan Lubuk Selasih–Padang Aro–Batas
Provinsi Jambi;
3. rencana ruas jalan Lubuk Minturun–
Paninggahan;
4. rencana ruas jalan Tanjung Balik–Kajai–Batas
Kota Sawah Lunto;
5. rencana ruas jalan Simpang Tanjung Nan IV-
Dermaga-SD;
6. rencana ruas jalan Kota Solok–Simpang Tanjung
Nan IV;
7. rencana ruas jalan Sumani–Baiang;
8. rencana ruas jalan Singkarak–Tanjung Alai–Sulit
Air–Simawang Tanah Datar;
9. rencana ruas jalan Solok–Pasilihan Padang
Ganting Tanah Datar; dan
10. rencana ruas jalan Solok–Gantung Ciri–Padang.

22
c. pengembangan jalan lokal primer (jalan Kabupaten)
meliputi 245 (dua ratus empat puluh lima) ruas jalan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan
Daerah ini.
d. rencana pengembangan ruas jalan 3 (tiga) Poros
Utama Wilayah Tengah Selatan meliputi:
1. Poros Barat yang menghubungkan Lubuk
Selasih–Simpang Tanjung Nan IV–Alahan
Panjang–Surian–Batas Kabupaten Solok Selatan;
2. Poros Tengah yang menghubungkan Batas Kota
Solok–Tabek–Kubang Nan Duo–Sungai Nanam–
Alahan Panjang–Talang Babungo–Sariak Alahan
Tigo–Sungai Abu; dan
3. Poros Timur yang menghubungkan Sungai Lasi –
Bukit Bais – Sungai Durian – Simpang Subalin –
Supayang – Sirukam – Rangkiang Luluih – Batu
Bajanjang – Sabia Aia – Garabak Data.
e. rencana pengembangan jalan penghubung Poros
Barat dan Poros Tengah meliputi ruas jalan:
1. Cupak–Muara Panas yang menghubungkan
Cupak–Muara Panas–Panyakalan;
2. Arosuka (Sukarami–Kubang Nan Duo–Sirukam
yang menghubungkan Sukarami–Batu
Bajanjang–Bukit Sileh–Kubang Nan Duo
Sirukam;
3. Pintu Rimbo/Lolo–Simpang Pinti Kayu
menghubungkan Lolo–Pintu Rimbo, Pasar Lolo–
Lubuk Muaro (Kecamatan Pantai Cermin),
Lubuk Muaro–Pinti Kayu–Simpang Pinti Kayu;
dan
4. Alahan Panjang–Talang Babungo.
f. rencana jalan penghubung Poros Tengah dan Poros
Timur meliputi ruas jalan:
1. Talang Babungo–Garabak;
2. Rimbo Data Sungai Nanam–Kapujan–Rangkiang
Luluih; dan
3. Tabek–Supayang.

23
(4) Usulan fungsi jalan akan disampaikan ke Gubernur
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah penetapan
Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Solok.
(5) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b untuk
pembangunan dan pengembangan terminal meliputi:
a. terminal angkutan penumpang yang terdiri atas:
1. pembangunan dan pengembangan terminal di
Arosuka Kecamatan Gunung Talang;
2. pembangunan dan pengembangan terminal di
Sumani Kecamatan X Koto Singkarak;
3. pembangunan dan pengembangan terminal di
Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti;
4. pembangunan dan pengembangan terminal di
Surian Kecamatan Pantai Cermin;
5. pembangunan dan pengembangan terminal di
Muara Panas Kecamatan Bukit Sundi; dan
6. pembangunan dan pengembangan terminal di
Bukit Sileh Kecamatan Lembang Jaya.
b. terminal angkutan barang di IX Koto Sungai Lasi.
(6) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas:
a. jaringan trayek angkutan penumpang pulang pergi
meliputi:
1. dari Kota Solok menuju Koto Baru;
2. dari Kota Solok menuju Pianggu;
3. dari Kota Solok menuju Sumani-Tembok;
4. dari Kota Solok menuju Paninggahan;
5. dari Kota Solok menuju Lubuk Selasih;
6. dari Kota Solok menuju Muara Panas;
7. dari Kota Solok menuju Sirukam;
8. dari Kota Solok menuju Bukit Sileh;
9. dari Kota Solok menuju Aripan-Tanjung Balit;
10. dari Kota Solok menuju Terminal Alahan
Panjang;
11. dari Kota Solok menuju Batu Bajanjang;

24
12. dari Terminal Alahan Panjang menuju Talang
Babungo;
13. dari Terminal Alahan Panjang menuju Surian;
14. Rencana pengembangan trayek dari Kota Solok
menuju Surian; dan
15. Rencana pengembangan trayek dari Terminal
Bareh Solok menuju Talang Babungo;
b. jaringan lintas angkutan barang meliputi seluruh
wilayah kecamatan.
(7) Jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. pembangunan dermaga pelabuhan penumpang di
Kawasan Danau Singkarak Kecamatan X Koto
Singkarak dan Kecamatan Junjung Sirih.
b. penyediaan kapal perintis penyeberangan danau yang
melayani rute-rute yang menghubungkan simpul-
simpul pusat kegiatan, meliputi:
1. Kabupaten Tanah Datar dengan Kecamatan X
Koto Singkarak melalui Danau Singkarak;
2. Paninggahan di Kecamatan Junjung Sirih
dengan Sumani di Kecamatan X Koto Singkarak;
dan
3. jorong-jorong di sebelah Barat Danau Diatas dan
Danau Dibawah dengan jorong di sebelah Timur
danau, yang menghubungkan antara Kecamatan
Lembah Gumanti dengan Kecamatan Danau
Kembar.
c. pembangunan dermaga pelabuhan wisata meliputi:
1. Danau Singkarak di Kecamatan X Koto
Singkarak;
2. Danau Diatas di Kecamatan Lembah Gumanti
dan Kecamatan Danau Kembar; dan
3. Danau Dibawah di Kecamatan Danau Kembar.

Pasal 10
Sistem jaringan transportasi perkeretaapian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf b meliputi:

25
a. pengembangan jaringan jalur rel kereta api yang
menghubungkan Lintas Teluk Bayur–Padang–Lubuk
Alung–Padang Panjang–Solok-Sawahlunto; dan
b. pembangunan jalur shortcut (jalan pintas) Pauh Limo
(Padang)–Solok.

Paragraf 2
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi

Pasal 11
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan energi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b meliputi:
a. peningkatan jangkauan dan pelayanan PLN Cabang
Solok;
b. peningkatan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS);
c. pengembangan sumber pembangkit baru; dan
d. peningkatan jaringan distribusi listrik untuk
mendukung kegiatan industri.
(2) Rencana peningkatan jangkauan dan pelayanan PLN
Cabang Solok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dilakukan secara bertahap hingga menjangkau seluruh
wilayah Kabupaten Solok.
(3) Rencana peningkatan kapasitas PLTMH dan PLTS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. PLTMH di Kecamatan Tigo Lurah;
b. PLTMH di Kecamatan Hiliran Gumanti;
c. PLTMH di Kecamatan X Koto Diatas;
d. PLTMH di Kecamatan Payung Sekaki;
e. PLTMH di Kecamatan Lembang Jaya;
f. PLTMH di Kecamatan Pantai Cermin;
g. PLTMH di Kecamatan Lembah Gumanti;
h. PLTMH di Kecamatan Kubung;
i. PLTMH di Kecamatan X Koto Singkarak;
j. PLTS di Kecamatan Tigo Lurah;
k. PLTS di Kecamatan X Koto Diatas;

26
l. PLTS di Kecamatan Payung Sekaki;
m. PLTS di Kecamatan Lembang Jaya;
n. PLTS di Kecamatan Bukit Sundi;
o. PLTS di Kecamatan IX Koto Sei Lasi;
p. PLTS di Kecamatan Kubung;
q. PLTS di Kecamatan X Koto Singkarak; dan
r. PLTS di Kecamatan Hiliran Gumanti.
(4) Rencana pengembangan sumber pembangkit baru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah
pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTPB) di:
a. Gunung Talang dengan potensi kapasitas 94 MW dan
akan dikembangkan transmisi 150 KV dari PLTPB
Gunung Talang ke Solok;
b. Bukit Kili Kecamatan Kubung; dan
c. Koto Sani–Sumani Kecamatan X Koto Singkarak.
(5) Rencana peningkatan jaringan distribusi listrik untuk
mendukung kegiatan industri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d meliputi :
a. Arosuka;
b. Alahan Panjang;
c. Sumani; dan
d. Muara Panas.

Paragraf 3
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 12
Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c meliputi:
a. peningkatan jangkauan dan pelayanan pengembangan
sistem jaringan telekomunikasi kabel dan nirkabel di
seluruh wilayah Kabupaten Solok;
b. peningkatan jangkauan dan pelayanan pengembangan
sistem jaringan telekomunikasi kabel terutama untuk
layanan kegiatan industri meliputi:
1. Kecamatan Gunung Talang;

27
2. Kecamatan Lembah Gumanti; dan
3. Kecamatan Kubung.
c. peningkatan kualitas dan kuantitas sistem jaringan
telekomunikasi kabel dengan mengutamakan jaringan
bawah tanah pada daerah tertentu di seluruh wilayah
Kabupaten Solok;
d. mempertahankan dan mengembangkan sistem jaringan
telekomunikasi selular di wilayah Kabupaten Solok;
e. peningkatan kerjasama antar sistem jaringan
telekomunikasi selular/antar operator telepon seluler; dan
f. penggunaan fasilitas stasiun pemancar (Base Transceiver
Station) terpadu dalam rangka efisiensi ruang.

Paragraf 4
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan
Sumber Daya Air

Pasal 13
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d terdiri
atas:
a. jaringan sungai, rawa, waduk, situ/danau dan
embung; dan
b. jaringan irigasi.
(2) Sistem jaringan sungai, rawa, waduk, situ/danau dan
embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. pengelolaan sumber daya air dalam wilayah
Kabupaten Solok sebagai bagian dari Wilayah Sungai
(WS) meliputi:
1. WS Lintas provinsi meliputi WS Indragiri
Luangan–Akuaman dan WS Batanghari DAS
Indragiri Rokan; dan
2. WS Lintas Kabupaten yaitu WS Silaut Tarusan
Das Batang Hari.

28
b. pengelolaan sumber daya air dalam wilayah
Kabupaten Solok sebagai bagian dari Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang meliputi:
1. DAS Indragiri-Akuaman;
2. DAS Batanghari; dan
c. pengelolaan dan konservasi embung di seluruh
wilayah Kabupaten Solok sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
d. pengendalian daya rusak air melalui pengamanan
abrasi pada kawasan danau dan sekitarnya yang
meliputi
1. Danau Singkarak;
2. Danau Talang;
3. Danau Diatas; dan
4. Danau Dibawah.
(3) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b berupa perlindungan Daerah Irigasi (DI) terdiri
atas:
a. Daerah Irigasi lintas Kabupaten yang terletak di
Kabupaten Solok dan Kota Solok meliputi:
1. DI Bandar Lawas Kiri Sirukam seluas 2.890
hektare;
2. DI Bandar Pamujan seluas 190,31 hektare;
3. DI Bandar Panjang Selayo seluas 128 hektare;
4. DI Batang Lembang seluas 750 hektare;
5. DI Bandar Halim seluas 638 hektare; dan
6. DI Pompa VII seluas 111,97 hektare.
b. Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Provinsi
yang terletak di Kabupaten Solok meliputi:
1. DI Bandar Lawas Kiri Kanan Sirukam seluas
2.890 hektare;
2. DI Bandar Gadang seluas 1.525 hektare;
3. DI Bandar Ubo seluas 1.250 hektare; dan
4. DI Bandar Sapan Kayu Manang seluas 1.185
hektare.

29
c. Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten
meliputi 256 (dua ratus lima puluh enam) Daerah
Irigasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV
Peraturan Daerah ini.

Paragraf 5
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Limbah

Pasal 14
Rencana pengembangan sistem jaringan limbah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf e meliputi:
a. penyehatan lingkungan permukiman dan fasilitas umum
lainnya dengan pembangunan instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) untuk kawasan perkotaan serta bagian
Selatan dan Utara dari wilayah Kabupaten Solok;
b. peningkatan sarana dan prasarana sanitasi permukiman
di kawasan perdesaan dan pengolahan air limbah secara
komunal untuk daerah perkotaan; dan
c. pembangunan instalasi pengolahan limbah B3 di
kawasan industri yang dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Paragraf 6
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sampah

Pasal 15
Rencana pengembangan sistem jaringan sampah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf f meliputi:
a. perluasan cakupan layanan bidang persampahan;
b. pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) di wilayah
Selatan Kabupaten Solok yaitu di Kecamatan Pantai
Cermin;
c. pengembangan TPA Regional di Ampang Kualo bekerja
sama dengan Pemerintah Kota Solok;
d. peningkatan sarana dan prasarana pendukung
pengelolaan persampahan; dan

30
e. program pemanfaatan limbah dan sampah untuk
mengurangi kuantitas sampah dan limbah.

Paragraf 7
Rencana Pengembangan Sistem Prasarana
Wilayah Lainnya

Pasal 16
Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf g terdiri atas:
a. prasarana air bersih;
b. prasarana drainase; dan
c. prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana.

Pasal 17
Rencana pengembangan sistem prasarana air bersih
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a meliputi:
a. peningkatan jangkauan dan pelayanan air bersih;
b. pengembangan sarana dan prasarana pendukung air
bersih;
c. peningkatan kualitas dan kuantitas air hasil olahan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai air minum;
d. optimalisasi pemanfaatan sumber air bersih dengan
memanfaatkan kapasitas yang belum terpakai;
e. menekan penurunan kehilangan air pada sistem
perpipaan sesuai dengan standar pelayanan bidang air
minum; dan
f. peningkatan kualitas sumber daya pengelola dan
pengembangan air bersih.

Pasal 18
Rencana pengembangan sistem prasarana drainase
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b meliputi:
a. program antisipasi banjir wilayah perkotaan;
b. peningkatan kapasitas buangan air limbah; dan
c. operasional dan pemeliharaan saluran pembuangan
permukiman.

31
Pasal 19
(1) Rencana prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana
dan gempa bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
huruf c terdiri atas:
a. bencana tanah longsor;
b. bencana banjir;
c. bencana letusan gunung berapi; dan
d. bencana gerakan tanah dan gempa bumi akibat
pergeseran Patahan Sumatera.
(2) Prasarana jalur dan ruang evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. jalur evakuasi bencana meliputi:
1. jalur jalan arteri dan kolektor di wilayah
Kabupaten Solok;
2. jalur jalan lokal di setiap kecamatan; dan
3. jalur jalan lingkungan di setiap nagari.
b. ruang evakuasi bencana meliputi:
1. balai nagari;
2. bangunan sekolah di setiap nagari;
3. lapangan terbuka di setiap nagari; dan
4. fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya.

BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 20
(1) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Solok terdiri atas:
a. kawasan lindung; dan
b. kawasan budidaya.
(2) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Solok
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam
peta dengan tingkat ketelitian skala 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

32
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Kawasan Lindung
Kabupaten Solok

Pasal 21
Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
(1) huruf a terdiri atas:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam dan pelestarian alam;
e. kawasan rawan bencana alam; dan
f. kawasan lindung geologi.

Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung

Pasal 22
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 huruf a dengan luas seluruhnya lebih kurang 118.141
(seratus delapan belas ribu seratus empat puluh satu)
hektare, tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Solok kecuali
di Kecamatan Bukit Sundi.

Paragraf 2
Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap
Kawasan Bawahannya

Pasal 23
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 huruf b berupa kawasan resapan air.
(2) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi wilayah Kecamatan:
a. Gunung Talang;
b. Lembang Jaya;

33
c. Payung Sekaki;
d. Bukit Sundi;
e. Hiliran Gumanti; dan
f. Tigo Lurah.

Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat

Pasal 24
(1) Kawasan perlindungan setempat, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 huruf c meliputi:
a. kawasan sempadan sungai;
b. kawasan sekitar danau atau waduk; dan
c. kawasan sekitar mata air.
(2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a terletak di:
a. Kecamatan Pantai Cermin, meliputi:
1. Batang Lolo;
2. Batang Indarung;
3. Batang Kulemban;
4. Batang Kayu Manang;
5. Batang Limau Hantu; dan
6. Batang Suliti.
b. Kecamatan Lembah Gumanti, meliputi:
1. Batang Gumanti;
2. Batang Hari;
3. Batang Andaleh; dan
4. Batang Sungai Rotan.
c. Kecamatan Payung Sekaki, meliputi:
1. Batang Kipek;
2. Batang Laweh; dan
3. Batang Luo.
d. Kecamatan Tigo Lurah, meliputi:
1. Batang Palangki; dan
2. Batang Kapujan.

34
e. Batang Lembang di Kecamatan Lembang Jaya.
f. Kecamatan Gunung Talang, meliputi:
1. Batang Talang;
2. Batang Sumani;
3. Batang Paneh Gadang;
4. Batang Paneh Kaciak; dan
5. Batang Baruih.
g. Batang Air Halim di Kecamatan Bukit Sundi;
h. Kecamatan IX Koto Sungai Lasi meliputi:
1. Batang Sungai Lasi;
2. Batang Pamo; dan
3. Batang Laweh.
i. Kecamatan Kubung, meliputi:
1. Batang Air Gantiang;
2. Sungai Sariang;
3. Batang Air Gawan, dan
4. Batang Imang.
j. Kecamatan X Koto Singkarak, meliputi :
1. Batang Air Kuek; dan
2. Batang Air Sumani.
k. Kecamatan Junjung Sirih, meliputi:
1. Batang Air Paninggahan; dan
2. Batang Air Muaro Pingai.
l. Batang Katialo di Kecamatan X Koto Diatas.
(3) Kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Danau Diatas terletak di Kecamatan Lembah
Gumanti dan Kecamatan Danau Kembar;
b. Danau Dibawah terletak di Kecamatan Danau
Kembar;
c. Danau Talang terletak di Kecamatan Danau Kembar;
d. Danau Singkarak terletak di Kecamatan X Koto
Singkarak dan Kecamatan Junjung Sirih; dan
e. Danau Tuo Ujuang Ladang di Kecamatan X Koto
Singkarak.

35
(4) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi nagari-nagari yang mempunyai
sumber mata air.

Paragraf 4
Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam

Pasal 25
(1) Kawasan suaka alam dan pelestarian alam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 huruf d berupa Kawasan Suaka
Alam meliputi:
a. Kawasan Suaka Alam Barisan I;
b. Kawasan Suaka Alam Air Tarusan; dan
c. Taman Nasional Kerinci Seblat.
(2) Kawasan suaka alam dan pelestarian alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) seluas lebih kurang 47.279
(empat puluh tujuh ribu dua ratus tujuh puluh sembilan)
hektare.

Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam

Pasal 26
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 huruf e terdiri atas:
a. rawan bencana tanah longsor;
b. rawan bencana banjir;
c. rawan bencana letusan gunung api; dan
d. rawan bencana gempa bumi/gerakan tanah.
(2) Kawasan rawan bencana tanah longsor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan zona gerakan
tanah dengan kerentanan tinggi tersebar di seluruh
kecamatan;
(3) Kawasan rawan bencana banjir sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi wilayah kecamatan:
a. Bukit Sundi;
b. IX Koto Sungai Lasi;

36
c. Kubung;
d. Junjung Sirih;
e. X Koto Singkarak; dan
f. Lembah Gumanti.
(4) Kawasan rawan bencana letusan gunung api
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi
wilayah kecamatan:
a. Lembang Jaya;
b. Gunung Talang;
c. Bukit Sundi; dan
d. Danau Kembar.
(5) Kawasan rawan bencana gempa bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi wilayah
kecamatan:
a. Pantai Cermin;
b. Lembah Gumanti;
c. Lembang Jaya;
d. Bukit Sundi;
e. X Koto Singkarak;
f. Danau Kembar;
g. Kubung;
h. Gunung Talang;
i. X Koto Diatas; dan
j. Junjung Sirih.

Paragraf 6
Kawasan Lindung Geologi

Pasal 27
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 huruf f terdiri atas:
a. rawan bencana letusan gunung berapi Gunung
Talang; dan
b. rawan bencana akibat pergeseran patahan Sumatera
(Sesar Semangko).

37
(2) Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi Gunung
Talang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. daerah bahaya dengan radius 5 (lima) kilometer dari
pusat erupsi meliputi:
1. Kecamatan Gunung Talang;
2. Kecamatan Danau Kembar; dan
3. Kecamatan Lembang Jaya.
b. daerah waspada dengan radius 10 (sepuluh)
kilometer dari pusat erupsi meliputi daerah-daerah
sekitar aliran sungai yang berhulu di sekitar Gunung
Talang meliputi:
1. Batang Air Muaro Paneh; dan
2. Batang Lembang.
(3) Kawasan rawan bencana akibat pergeseran patahan
Sumatera dengan kerentanan tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi kecamatan:
a. Pantai Cermin;
b. Lembah Gumanti;
c. Lembang Jaya;
d. Bukit Sundi;
e. X Koto Singkarak;
f. Gunung Talang;
g. Kubung; dan
h. Junjung Sirih.

Bagian Ketiga
Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Pasal 28
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (1) huruf b adalah:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan perikanan;
d. kawasan peruntukan pertambangan;
e. kawasan peruntukan perumahan dan permukiman;

38
f. kawasan peruntukan pariwisata;
g. kawasan peruntukan industri; dan
h. kawasan peruntukan lainnya.

Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Pasal 29
(1) Kawasan peruntukkan hutan produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 huruf a terdiri atas:
a. kawasan hutan produksi terbatas;
b. kawasan hutan produksi tetap; dan
c. kawasan hutan produksi konversi.
(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a seluas lebih kurang 12.793 (dua
belas ribu tujuh ratus sembilan puluh tiga) hektare,
tersebar di kecamatan:
a. IX Koto Sungai Lasi;
b. Lembah Gumanti;
c. Payung Sekaki; dan
d. Tigo Lurah.
(3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b seluas lebih kurang 5.685 (lima
ribu enam ratus delapan puluh lima) hektare, tersebar di
kecamatan:
a. Danau Kembar;
b. Gunung Talang;
c. IX Koto Sungai Lasi;
d. Lembah Gumanti;
e. Lembang Jaya;
f. Payung Sekaki;
g. Tigo Lurah; dan
h. X Koto Diatas.
(4) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas
lebih kurang 9.810 (sembilan ribu delapan ratus sepuluh)
hektare, tersebar di kecamatan:

39
a. Bukit Sundi;
b. IX Koto Sungai Lasi;
c. Kubung;
d. Payung Sekaki; dan
e. X Koto Diatas.

Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Pertanian

Pasal 30
(1) Kawasan peruntukkan pertanian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 huruf b terdiri atas:
a. kawasan pertanian tanaman pangan;
b. kawasan hortikultura;
c. kawasan perkebunan; dan
d. kawasan peternakan.
(2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas lebih kurang
33.973 (tiga puluh tiga ribu sembilan ratus tujuh puluh
tiga) hektare yang tersebar di kecamatan:
a. Kubung;
b. Gunung Talang;
c. Bukit Sundi;
d. X Koto Singkarak;
e. Lembang Jaya;
f. X Koto Diatas;
g. IX Koto Sungai Lasi;
h. Payung Sekaki; dan
i. Junjung Sirih.
(3) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dengan luas lebih kurang 72.475 (tujuh puluh
dua ribu empat ratus tujuh puluh lima) hektare terdapat
di seluruh kecamatan.
(4) Pengembangan Kawasan hortikultura dipusatkan di
Kecamatan Lembah Gumanti dan Kecamatan Danau
Kembar.

40
(5) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c dengan luas lebih kurang 42.778 (empat puluh
dua ribu tujuh ratus tujuh puluh depalan) hektare
diarahkan di seluruh kecamatan.
(6) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d diarahkan di seluruh kecamatan.

Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perikanan

Pasal 31
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 huruf c terdiri atas:
a. budidaya perikanan air tawar; dan
b. perikanan tangkap perairan danau.
(2) Kawasan peruntukkan budidaya perikanan air tawar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan luas
lebih kurang 10.182,5 (sepuluh ribu seratus delapan
puluh dua koma lima) hektare terdiri atas:
a. pengembangan kegiatan budidaya ikan di sawah
meliputi seluruh kecamatan kecuali Kecamatan
Danau Kembar;
b. pengembangan kegiatan budidaya ikan karamba
meliputi seluruh kecamatan kecuali Kecamatan X
Koto Singkarak:
c. pengembangan kegiatan budidaya ikan di kolam air
deras meliputi kecamatan:
1. X Koto Singkarak;
2. Gunung Talang;
3. Bukit Sundi;
4. Kubung; dan
5. X Koto Diatas.
d. pengembangan kegiatan budidaya ikan di saluran
irigasi meliputi Kecamatan:
1. Junjung Sirih;
2. X Koto Singkarak;
3. Lembang Jaya;

41
4. Bukit Sundi;
5. Gunung Talang;
6. Kubung;
7. Payung Sekaki;
8. Pantai Cermin;
9. Lembah Gumanti;
10. Hiliran Gumanti; dan
11. IX Koto Sungai Lasi.
(3) Kawasan peruntukkan perikanan tangkap perairan danau
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas
lebih kurang 168,95 (seratus enam puluh delapan koma
sembilan puluh lima) hektare meliputi Kecamatan :
a. X Koto Singkarak;
b. Lembah Gumanti;
c. Junjung Sirih; dan
d. Danau Kembar.
(4) Kawasan peruntukkan kegiatan budidaya ikan keramba
jaring apung (KJA).

Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pasal 32
(1) Kawasan peruntukkan pertambangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 huruf d meliputi pertambangan
mineral dan batu bara serta energi.
(2) Kawasan peruntukkan pertambangan mineral dan batu
bara serta energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. bahan galian asbes, tersebar di Kecamatan Lembah
Gumanti;
b. bahan galian batu bara, tersebar di kecamatan:
1. X Koto Diatas;
2. Tigo Lurah;
3. Payung Sekaki;
4. Lembah Gumanti; dan
5. Hiliran Gumanti;

42
c. bahan galian batu permata, tersebar di kecamatan:
1. Lembah Gumati;
2. Gunung Talang;
3. Hiliran Gumanti; dan
4. Pantai Cermin.
d. bahan galian besi, tersebar di kecamatan:
1. Lembah Gumanti;
2. X Koto Diatas;
3. Tigo Lurah;
4. Payung Sekaki;
5. Pantai Cermin;
6. Gunung Talang;
7. Junjung Sirih;
8. IX Koto Sungai Lasi; dan
9. Danau Kembar.
e. bahan galian emas, tersebar di kecamatan :
1. X Koto Diatas;
2. Tigo Lurah;
3. Hiliran Gumanti;
4. Payung Sekaki;
5. Gunung Talang;
6. Pantai Cermin;
7. IX Koto Sungai Lasi; dan
8. Lembang Jaya.
f. bahan galian obsidian, tersebar di Kecamatan X Koto
Singkarak;
g. bahan galian rijang (batu api), tersebar di kecamatan:
1. X Koto Singkarak;
2. Bukit Sundi;
3. Hiliran Gumanti; dan
4. Pantai Cermin.
h. bahan galian pasir dan batu, tersebar di seluruh
kecamatan.
i. bahan galian tanah liat, tersebar di kecamatan :
1. X Koto Singkarak;
2. X Koto Diatas;
3. Kubung;

43
4. Payung Sekaki;
5. Gunung Talang; dan
6. Bukit Sundi.
j. bahan galian timah hitam, tersebar di kecamatan:
1. Lembah Gumanti; dan
2. Gunung Talang.
k. bahan galian batu kapur tersebar di kecamatan:
1. Junjung Sirih;
2. X Koto Diatas;
3. Bukit Sundi;
4. IX Koto Sungai Lasi;
5. Payung Sekaki;
6. Danau Kembar;
7. Gunung Talang;
8. Lembah Gumanti; dan
9. Pantai Cermin.
l. bahan galian granit, tersebar di kecamatan:
1. Junjung Sirih;
2. X Koto Diatas;
3. IX Koto Sungai Lasi;
4. Payung Sekaki;
5. Tigo Lurah; dan
6. Hiliran Gumanti.
m. Bahan galian tembaga yang tersebar di kecamatan:
1. X Koto Diatas;
2. Pantai Cermin;
3. Junjung Sirih;
4. Tigo Lurah;
5. Lembah Gumanti; dan
6. Payung Sekaki.
n. Mangan di Kecamatan Pantai Cermin;
o. Radioaktif tersebar di kecamatan:
1. Tigo Lurah; dan
2. Hiliran Gumanti.
p. Belerang di Kecamatan Lembang Jaya;
q. Zeolit di Kecamatan Lembah Gumanti;
r. Batu Sabak di Kecamatan Hiliran Gumanti;

44
s. Pasir Kuarsa tersebar di kecamatan :
1. IX Koto Sungai Lasi;
2. Hiliran Gumanti; dan
3. Gunung Talang.
t. Marmer di Kecamatan Pantai Cermin.
(3) Kegiatan pertambangan dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan
hidup termasuk perbaikan kualitas lingkungan pasca
tambang secara berkelanjutan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Perumahan dan Permukiman

Pasal 33
(1) Kawasan peruntukkan perumahan dan permukiman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf e terdiri
atas:
a. perumahan dan permukiman perkotaan; dan
b. perumahan dan permukiman perdesaan.
(2) Kawasan peruntukkan perumahan dan permukiman
perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
seluas lebih kurang 1.348 (seribu tiga ratus empat puluh
delapan) hektare yang tersebar di PKL, PKLp, dan PPK.
(3) Kawasan peruntukkan perumahan dan permukiman
perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dengan luas lebih kurang 5.690 (lima ribu enam ratus
sembilan puluh) hektare yang tersebar di masing-masing
PPL.

Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 34
(1) Kawasan peruntukkan pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 huruf f terdiri atas:
a. pariwisata alam; dan

45
b. pariwisata budaya.
(2) Kawasan peruntukkan pariwisata alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengembangan kawasan pariwisata Danau Singkarak
dan sekitarnya meliputi:
1. Kecamatan X Koto Singkarak, terdiri atas objek
wisata taman wisata/dermaga Singkarak,
Ketapiang Indah, Taluak Indah, Tapian Endah
Permai Kacang, Panorama Tanjuang Sopan
Kacang, Panorama Angin berhembus Aripan,
Panorama Gunung Tampa Dado, Pincuran
Ruyuang Aripan, Panorama Sitinjau Lauik
Tanjung Alai, Villa Terapung Puruak Saning
Baka, Dermaga Tikalak dan Landing Paralayang
Tikalak;
2. Kecamatan Junjung Sirih, terdiri atas objek
wisata Guo Barang Paninggahan, Kapalo Asia
dan Guo Indah; dan
3. Kecamatan X Koto Diatas, terdiri atas objek
wisata Gunung Merah Putih-Sulit Air, Batu
Tagantuang, Janjang Saribu, Bekas Lubang
Tambang, Batu Tikuluak Sulit Air, Guo Gantiang
Sopi Tanjuang Balik, Batu Alang Sibarambang,
Batu Kutu, Puncak Kutu-Kutu Siberambang dan
Take Off Paralayang Tanjuang Alai;
b. pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Kembar
dan sekitarnya meliputi:
1. Kecamatan Danau Kembar, terdiri atas objek
wisata villa resort di Kawasan Pariwisata Danau
Kembar, Panorama Alahan Panjang, Dermaga
Danau Diatas, Taluak Indah, Danau Talang, dan
Wisata Agro Kebun Markisah;
2. Kecamatan Lembah Gumanti, terdiri atas objek
wisata Danau Kembar Resort, Pantai Usak, Goa
Aia Dingin, Goa Bukit Boleng Sungai Nanam,
Panorama Bukit Cambai;

46
3. Kecamatan Pantai Cermin, terdiri atas objek
wisata Air angek, Goa Besar Surian, Gunuang
Intan Surian, Panorama Batu Salimpai, Pincuran
Tujuah Surian, Panorama Bukit Nariah,
Panaroma Bukit Salimpat dan Subarang, dan
Tanam Batu Lolo; dan
4. Kecamatan Lembang Jaya, Aie Angek Batu
Bajanjang dan Aie Angek Bukik Gadang.
c. pengembangan Kawasan Wisata di sekitar kawasan
Arosuka dan sekitarnya meliputi:
1. Kecamatan Gunung Talang, terdiri atas objek
wisata Aia Angek Sonsang, Aie Angek Garara
Cupak, Kolam Renang Sungai Janiah, Tabek
Panjang Guguak, Sari Manggis Resort, Rest Area
Bukit Subang, Objek Wisata Taman Hutan Kota
Terpadu dan Agrowisata Kebun Teh;
2. Kecamatan Kubung, terdiri atas objek wisata Aia
Angek Bukit Kili, Kapalo Bukit Sawah Suduik,
Air Terjun Koto Hilalang; dan
3. Kecamatan X Koto Singkarak, terdiri atas objek
wisata Danau Tuo dan Aia Tajun Ujung Ladang,
Air Hangat Padang Belimbing, Air Tajun Gadih
Mananti.
(3) Kawasan peruntukkan pariwisata budaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Kecamatan X Koto Singkarak, terdiri atas Balai Adat
Singkarak dan Sumani, Makam Dalam Musholla
Sungai Balai, Rumah Adat Tujuah Ruang, Rumah
Gadang Suku Panyalai;
b. Kecamatan Junjung Sirih, terdiri atas objek wisata
Batu Basurek, Rumah Gadang Muchtar Baina Dt.
Majolelo dan kuburan panjang;
c. Kecamatan Lembang Jaya, terdiri atas objek wisata
Makam Rajo Koto Anau, Istano Rajo Koto Anau, dan
Balai Batu Nan Baampang Aia Duo;

47
d. Kecamatan Lembah Gumanti, terdiri atas objek
wisata Kuburan Sipadeh Tingga, Kuburan Belanda di
Sungai Nanam, dan Rumah Adat Lipek Pageh;
e. Kecamatan Hiliran Gumanti, terdiri atas objek wisata
Balairung Sari Talang Babungo, Kuburan Angku
Badarah Putiah Talang Babungo, Tambang Sapek
Sungai Abu, dan Padang Jinawi Sungai Abu;
f. Kecamatan Pantai Cermin, terdiri atas objek wisata
Makam Pahlawan Surian, Tampek Bakaua;
g. Kecamatan Payung Sekaki, terdiri atas objek wisata
Guo Batu Air Luo, Guo Ameh Supayang, Makam
Syech Supayang, Makam Syeh Junjungan dan
Makam Syech Muhksin;
h. Kecamatan Gunung Talang, terdiri atas objek wisata
Masjid Tuo Kayu Jao Batang Baruih, Makam Syech
Tuanku Balinduang di Talang, Rumah Gadang Inyiak
Cupak, Rumah Gadang Tigo Niniak Guguak, dan
Rumah Gadang Pincuran Rajo Sungai Rotan;
i. Kecamatan Kubung, terdiri atas objek wisata Masjid
Tuo Tanjuang Bingkuang, Makam Dt. Parpatih Nan
Sabatang, Balai Adat Koto Baru, Tabuah Larangan,
Goa Batu Kubuang, Batu Mamanjang, Batu Tapak
Inyiak Sikulambai;
j. Kecamatan Bukit Sundi, terdiri atas objek wisata Guo
Cikara, Batu Kudo-kudo, Kuburan Sawah lueh, Batu
Pasidangan Angku Kuramek Dilam, Kuburan Angku
Ikua Lubuak;
k. Kecamatan X Koto Diatas, terdiri atas objek wisata
Rumah Gadang 20 Ruang Sulit Air, Balairung Sari
Sulik Aia, Makam Keramat Aripan (Santua), Rumah
Gadang Pusako Tuo Tanjuang Balik, Makam Syeh
Batu Ampa Tanjuang Balik, Makam Keramat Kuncia,
Makam Padri dan Sultan Manang Bukik Kanduang,
Balai adat Katialo dan Lubuak Panjang Paninjauan,
Batu Tapak Nabi dan Tabuah Larangan; dan
l. Kecamatan Danau Kembar terdiri atas Gua Andaleh
dan Makam Tuanku Ali Tabek Baampang.

48
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 35
(1) Kawasan peruntukkan industri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 huruf g terdiri atas:
a. kawasan peruntukkan industri besar;
b. kawasan peruntukkan industri menengah; dan
c. kawasan peruntukkan industri kecil.
(2) Kawasan peruntukkan industri besar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi jenis industri
pangan di Kecamatan Gunung Talang
(3) Kawasan peruntukkan industri menengah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi jenis industri:
a. Industri perbengkelan dan logam di Kecamatan
Kubung;
b. Industri bahan bangunan dan kimia di Kecamatan X
Koto Singkarak; dan
c. Industri Pangan di Kecamatan Gunung Talang.
(4) Kawasan peruntukkan industri kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa jenis industri
kerajinan terletak di Kecamatan Kubung dan Kecamatan
Gunung Talang meliputi jenis kerajinan:
a. Industri kerajinan tersebar pada seluruh kecamatan;
b. Industri pangan tersebar pada seluruh kecamatan;
c. Industri sandang meliputi;
1. Kecamatan Gunung Talang;
2. Kecamatan Kubung;
3. Kecamatan X Koto Singkarak;
4. Kecamatan X Koto Diatas; dan
5. Kecamatan Bukit Sundi.
d. Industri bahan bangunan dan kimia tersebar pada
seluruh kecamatan; dan
e. Industri perbengkelan, logam dan elektronik di
Kecematan Kubung.

49
(5) Pengembangan kawasan peruntukan industri dilakukan
dengan mempertimbangkan aspek sosial, pengelolaan
sampah, dan limbah B3 di kawasan industri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Lainnya

Pasal 36
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 huruf h berupa kawasan pertahanan dan
keamanan.
(2) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. kawasan kantor Komando Distrik Militer (Kodim)
0309 di Solok;
b. kawasan kantor Komando Rayon Militer (Koramil),
meliputi:
1. Koramil 01 di Salayo, Kecamatan Kubung;
2. Koramil 02 di Bukit Sileh, Kecamatan Lembang
Jaya;
3. Koramil 04 di Kubang Nan Duo, Kecamatan
Payung Sekaki;
4. Koramil 05 di Sulit Air, Kecamatan X Koto
Diatas;
5. Koramil 06 di Singkarak, Kecamatan X Koto
Singkarak;
6. Koramil 07 di Sungai Lasi, Kecamatan IX Koto
Sungai Lasi;
7. Koramil 08 di Muara Panas, Kecamatan Bukit
Sundi;
8. Koramil 09 di Talang, Kecamatan Gunung
Talang;
9. Koramil 10 di Alahan Panjang, Kecamatan
Lembah Gumanti; dan
10. Koramil 11 di Surian, Kecamatan Pantai Cermin.

50
c. kawasan kantor Kepolisian Resort (Polres) Solok di
Arosuka dan Polres Solok Kota yang membawahi
Kecamatan Junjung Sirih, X Koto Singkarak, X Koto
Diatas, IX Koto Sungai Lasi, dan Bukit Sundi;
d. kawasan kantor Kepolisian Sektor (Polsek), meliputi:
1. Polsek Talang di Kecamatan Gunung Talang;
2. Polsek Salayo di Kecamatan Kubung;
3. Polsek Kubang Nan Duo di Kecamatan Payung
Sekaki dan atau Kecamatan Tigo Lurah;
4. Polsek Simpang Tanjung Nan IV di Kecamatan
Danau Kembar;
5. Polsek Bukit Sileh di Kecamatan Lembang Jaya;
6. Polsek Alahan Panjang di Kecamatan Lembah
Gumanti;
7. Polsek Talang Babungo di Kecamatan Hiliran
Gumanti;
8. Polsek Surian di Kecamatan Pantai Cermin;
9. Polsek Muara Panas di Kecamatan Bukik Sundi;
10. Polsek Sulit Air di Kecamatan X Koto Diatas;
11. Polsek Sungai Lasi di Kecamatan IX Koto Sungai
Lasi;
12. Polsek Singkarak di Kecamatan X Koto
Singkarak; dan
13. Polsek Paninggahan di Kecamatan Junjung
Sirih.

BAB V
KAWASAN STRATEGIS

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 37
(1) Kawasan strategis yang berada di wilayah Kabupaten
Solok meliputi:
a. Kawasan Strategis Nasional;
b. Kawasan Strategis Provinsi; dan

51
c. Kawasan Strategis Kabupaten Solok.
(2) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian skala 1:50.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Kawasan Strategis Nasional

Pasal 38
Kawasan strategis Nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (1) huruf a adalah Taman Nasional Kerinci
Seblat (TNKS) dengan sudut kepentingan lingkungan hidup.

Bagian Ketiga
Kawasan Strategis Provinsi

Pasal 39
Kawasan strategis Provinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (1) huruf b berupa kawasan strategis dengan
fungsi dan daya dukung lingkungan, meliputi:
a. kawasan Danau Singkarak; dan
b. kawasan strategis Danau Diatas, Danau Dibawah dan
Danau Talang.

Bagian Keempat
Kawasan Strategis Kabupaten Solok

Pasal 40
(1) Kawasan Strategis Kabupaten Solok sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. kawasan strategis dari aspek kepentingan
pertumbuhan ekonomi;
b. kawasan strategis dari aspek kepentingan sosial dan
budaya; dan
c. kawasan strategis dari aspek kepentingan
pertahanan dan keamanan.

52
(2) Kawasan strategis dari aspek kepentingan pertumbuhan
ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. kawasan wisata Danau Singkarak;
b. kawasan wisata Danau Kembar;
c. kawasan perkotaan Arosuka;
d. Kawasan agropolitan di Kecamatan Lembah Gumanti;
e. Kawasan perkotaan Alahan Panjang di Kecamatan
Lembah Gumanti;
f. Kawasan perkotaan Sumani di Kecamatan X Koto
Singkarak; dan
g. Kawasan perkotaan Muara Panas di Kecamatan
Bukit Sundi.
(3) Kawasan strategis dari aspek kepentingan sosial dan
budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Kawasan Masjid Tuo Kayu Jao dan sekitarnya di
Kecamatan Gunung Talang;
b. Kawasan Masjid Raya Tanjung Bingkung dan
sekitarnya di Kecamatan Kubung;
c. Kawasan Makam Datuk Perpatih Nan Sabatang dan
sekitarnya di Kecamatan Kubung;
d. Kawasan Balairung Sari dan sekitarnya di Kecamatan
X Koto Diatas;
e. Kawasan Rumah Gadang Sulit Air dan sekitarnya di
Kecamatan X Koto Diatas;
f. Kawasan Makam Syech Muchsin dan sekitarnya di
Kecamatan Payung Sekaki;
g. Kawasan Makam Syech Imam Marajo dan sekitarnya
di Kecamatan Kubung; dan
h. Kawasan Sentra Pendidikan Koto Baru dan
sekitarnya di Kecamatan Kubung.
(4) Kawasan strategis dari aspek kepentingan pertahanan
dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c ditetapkan dengan kriteria:

53
a. diperuntukan bagi kepentingan pemeliharaan dan
pertahanan negara berdasarkan geostrategis
nasional;
b. diperuntukan bagi basis militer, daerah latihan
militer, daerah pembuangan amunisi, daerah ujicoba
sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri
sistem persenjataan; dan
c. terkait dengan diperuntukan kawasan strategis dari
aspek kepentingan pertahanan dan keamanan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b
dapat diakomodasikan dengan mempertimbangkan
peruntukan kawasan yang sudah diatur dengan
RTRW Kabupaten Solok.
(5) Pengesahan dokumen rencana tata ruang untuk kawasan
strategis Kabupaten Solok sebagai rencana rinci dari
RTRW Kabupaten Solok ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.

BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK

Pasal 41
(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Solok
berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola
ruang.
(2) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Solok
dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan
program pemanfaatan ruang beserta perkiraan
pendanaannya.
(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang
disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

54
Pasal 42
(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 ayat (2) disusun berdasarkan indikasi
program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam
Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta dan
kerja sama pendanaan.
(3) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 43
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten Solok digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten Solok.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.
(3) Ketentuan penataan ruang wilayah Kabupaten Solok
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) khusus
untuk PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
dan PKLp sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
selanjutnya diatur dengan Peraturan Daerah.

55
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 44
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf a digunakan
sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam
menyusun peraturan zonasi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
budidaya; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
sekitar sistem prasarana, terdiri atas :
1. kawasan sekitar prasarana transportasi;
2. kawasan sekitar prasarana energi;
3. kawasan sekitar prasarana telekomunikasi; dan
4. kawasan sekitar prasarana sumber daya air.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih
lanjut di dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan

Pasal 45
(1) Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang
berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang
berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan kewenangannya, yang
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

56
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut
prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 46
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah.
(2) Dalam setiap kegiatan pembangunan perlu dilengkapi
dengan kajian kelayakan lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
selanjutnya diatur dengan Peraturan Daerah.

Bagian Keempat
Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif

Pasal 47
(1) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf c
merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam
pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai
dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan
ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur dalam
Peraturan Daerah ini.
(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang
perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya
berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 48
(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam
pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Solok dilakukan
oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.
(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan
oleh instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya.

57
Pasal 49
(1) Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) terdiri atas:
a. insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan
ruang yang mendukung pengembangan kawasan
lindung, yaitu dalam bentuk:
1. pemberian kompensasi;
2. imbalan;
3. penyediaan infrastruktur; dan
4. penghargaan.
b. insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan
ruang yang mendukung pengembangan kawasan
budidaya, yaitu dalam bentuk :
1. keringanan pajak daerah;
2. pemberian kompensasi;
3. imbalan;
4. sewa ruang;
5. penyediaan infrastruktur
6. kemudahan prosedur perizinan; dan
7. penghargaan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
insentif diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 50
(1) Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1), terdiri
atas:
a. disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan
pemanfaatan ruang yang menghambat
pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam
bentuk:
1. pengenaan pajak daerah yang tinggi;
2. pembatasan penyediaan infrastruktur; dan
3. pengenaan kompensasi.

58
b. disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan
pemanfaatan ruang yang menghambat
pengembangan kawasan budidaya, yaitu dalam
bentuk:
1. pengenaan pajak daerah yang tinggi;
2. pencabutan izin;
3. pembatasan penyediaan infrastruktur; dan
4. pengenaan kompensasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan
disinsentif diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kelima
Arahan Sanksi

Pasal 51
(1) Setiap orang atau badan hukum yang melanggar
ketentuan peraturan zonasi, ketentuan perizinan, serta
ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44 sampai dengan Pasal 50 dikenakan sanksi
administratif.
(2) Sanksi administratif dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara
pengenaan sanksi administratif diatur dengan Peraturan
Bupati.

59
Pasal 52
(1) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan
izin pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan Izin yang
tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Solok.
(2) Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh dengan tidak
melalui prosedur yang benar dan/atau tidak sesuai
dengan RTRW Kabupaten Solok, dibatalkan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menurut kewenangan
masing-masing sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Izin pemanfaatan ruang yang telah diperoleh melalui
prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak
sesuai dengan RTRW Kabupaten Solok, termasuk akibat
adanya perubahan RTRW Kabupaten Solok, dapat
dibatalkan dan dapat dimintakan penggantian yang layak
kepada instansi pemberi izin.

BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu
Hak Masyarakat

Pasal 53
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat
penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang
timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang
sesuai dengan rencana tata ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang
terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang di wilayahnya;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang kepada pejabat berwenang; dan

60
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah
dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
menimbulkan kerugian.

Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat

Pasal 54
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang dari pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan
izin pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan
sebagai milik umum.

Bagian Ketiga
Peran Masyarakat

Pasal 55
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan antara
lain melalui:
a. partisipasi dalam perencanaan tata ruang;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 56
Bentuk peran masyarakat dalam partisipasi perencanaan tata
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf a terdiri
atas:
a. memberi masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;

61
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau
kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah
pembangunan wilayah atau kawasan; dan/atau
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang.
b. bekerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah
Propinsi, Pemerintah Daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Pasal 57
Bentuk peran masyarakat dalam partisipasi pemanfaatan
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf b terdiri
atas :
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah
Propinsi, Pemerintah Daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan
kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam
pemanfaatan ruang darat, ruang udara, dan ruang di
dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan
serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 58
Bentuk peran masyarakat dalam partisipasi pengendalian
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
huruf c terdiri atas:

62
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta
pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi
pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang
berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan
atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang
melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang
berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak
sesuai dengan rencana tata ruang.

Pasal 59
Tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dapat
disampaikan secara langsung dan/atau tertulis kepada Bupati
dan/atau melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 60
Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah
daerah membangun sistem informasi dan dokumentasi
penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat.

Pasal 61
Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan
ruang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.

BAB IX
KELEMBAGAAN

Pasal 62
(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama
antar wilayah, dibentuk Badan Koordinasi Penataan
Ruang Daerah.

63
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, susunan
organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan
Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB X
PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 63
(1) Penyelesaian sengketa penataan ruang pada tahap
pertama diupayakan berdasarkan prinsip musyawarah
untuk mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak diperoleh kesepakatan, para
pihak dapat menempuh upaya penyelesaian sengketa
melalui pengadilan atau di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan yang
berlaku.

BAB XI
PENYIDIKAN

Pasal 64
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah diberikan wewenang untuk
melaksanakan penyidikan terhadap pelanggaran
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang penataan ruang agar keterangan
atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau badan tentang

64
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan bidang penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari pribadi
atau badan sehubungan dengan tindak pidana di
bidang penataan ruang;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan
dokumen-dokumen lain berkenaan tindak pidana di
bidang penataan ruang;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan
bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-
dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti dimaksud;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di
bidang penataan ruang;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak
pidana di bidang penataan ruang;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
penataan ruang menurut hukum yang berlaku.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyelidikannya kepada penuntut
umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-undang Hukum Acara Pidana.

65
BAB XII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 65
(1) Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang
telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
huruf a yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang,
dipidana dengan pidana penjara sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2006 tentang
Penataan Ruang.
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau
kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penataan Ruang.
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan
pidana penjara sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penataan Ruang.

Pasal 66
(1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai
dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf
b, dipidana dengan pidana penjara sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2006
tentang Penataan Ruang.
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana
dengan pidana penjara sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penataan
Ruang.
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau

66
kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penataan Ruang.
(4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan
pidana penjara sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penataan Ruang.

Pasal 67
Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan
dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 huruf c, dipidana dengan pidana
penjara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
27 Tahun 2006 tentang Penataan Ruang.

Pasal 68
Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan
yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai
milik umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf d,
dipidana dengan pidana penjara sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2006 tentang
Penataan Ruang.

Pasal 69
(1) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang
menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1), dipidana
dengan pidana penjara sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penataan
Ruang.
(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa
pemberhentian secara tidak dengan hormat dari
jabatannya.

67
Pasal 70
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 66, Pasal 67, Pasal 68, dan Pasal 69 dilakukan oleh
suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda
terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan
terhadap korporasi berupa pidana denda dengan
pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66, Pasal 67, Pasal 68, dan Pasal
69.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.

Pasal 71
(1) Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66, Pasal 67,
Pasal 68, dan Pasal 69, dapat menuntut ganti kerugian
secara perdata kepada pelaku tindak pidana.
(2) Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
hukum acara pidana.

BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 72
(1) Jangka waktu RTRW Kabupaten Solok adalah 20 (dua
puluh) tahun yaitu Tahun 2012-2031 dan dapat ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun;
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang
berkaitan dengan bencana alam skala besar dan/atau
perubahan batas teritorial provinsi yang ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan, RTRW

68
Kabupaten Solok dapat ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan nasional
dan strategis yang mempengaruhi pemanfaatan ruang
Kabupaten Solok dan/atau dinamika internal Kabupaten
Solok.
(4) Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten Solok Tahun
2012-2031 dilengkapi dengan Rencana dan Album Peta
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(5) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh
Menteri Kehutanan terhadap bagian Wilayah Kabupaten
Solok yang kawasan hutannya belum disepakati pada
saat Perda ini ditetapkan, rencana dan album peta
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disesuaikan dengan
peruntukan kawasan hutan.

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 73
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua
peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan
ruang daerah yang telah ada tetap dinyatakan berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti
berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan
telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini
tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan yang telah dikeluarkan tetapi tidak
sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini
berlaku ketentuan:

69
1. untuk yang belum dilaksanakan
pembangunannya, izin tersebut disesuaikan
dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan
pembangunannya, dilakukan penyesuaian
dengan masa transisi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan
pembangunannya dan tidak memungkinkan
untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin
yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan
terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat
pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian yang layak.
c. pemanfaatan ruang di daerah yang diselenggarakan
tanpa izin dan bertentangan dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini, akan ditertibkan dan
disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini, agar dipercepat untuk
mendapatkan izin yang diperlukan.

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 74
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, Peraturan Daerah
Nomor 27 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Solok (Lembaran Daerah Kabupaten Solok Tahun
2000 Nomor 37) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

70
Pasal 75
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Solok.

Ditetapkan di Arosuka
pada tanggal 2013
BUPATI SOLOK,

dto

SYAMSU RAHIM

Diundangkan di Arosuka
pada tanggal 2013
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SOLOK,

dto

M. SALEH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SOLOK TAHUN 2013 NOMOR …

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM dan HAM

EDRIZAL

71
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK
NOMOR TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK
TAHUN 2012–2031

I. UMUM
Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, bahwa penataan ruang wilayah
Nasional, wilayah Provinsi, wilayah Kabupaten/Kota dilakukan secara
terpadu dan tidak dipisah-pisahkan. Penataan ruang dimaksud,
disamping meliputi ruang daratan, juga mencakup ruang lautan dan
ruang udara sampai batas tertentu yang diatur dengan peraturan
perundang-undangan.
Ruang Kabupaten Solok merupakan satu kesatuan ruang dengan
cakupan luasan sebesar 737.800 Hektare atau 7.378,00 Km2 yang
terdiri atas 14 Kecamatan yang terdiri atas komponen ruang meliputi :
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri atas
kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;
kawasan perlindungan setempat; kawasan suaka alam, pelestarian
alam, dan cagar budaya; dan kawasan rawan bencana. Kawasan
budidaya terdiri atas kawasan hutan produksi; kawasan pertanian;
kawasan perkebunan, kawasan perikanan, kawasan pertambangan,
kawasan industri, kawasan pariwisata, dan kawasan permukiman.
Ruang wilayah Kabupaten Solok dalam rangka pelaksanaan
pembangunan perlu dikelola, dimanfaatkan dan dilindungi untuk
sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Ruang dalam arti wadah kehidupan manusia yang meliputi tanah, air
dan ruang angkasa beserta sumber alam yang terkandung di dalamnya
sebagai satu kesatuan, ketersediaannya bukan tak terbatas, baik dalam
pengertian mutlak maupun dalam pengertian nisbi, sehingga kegiatan
budidaya untuk pemanfataannya yang tak terkendali akan
menyebabkan rusaknya lingkungan ruang itu sendiri yang pada
akhirnya dapat berakibat malapetaka bagi penghuninya.

72
Pada dasarnya ruang mempunyai sifat hubungan komplementer
dengan kegiatan manusia, baik kehidupan sehari-hari maupun
kegiatan-kegiatan usaha. Semua kegiatan manusia membutuhkan
ruang dan terkait dengan pengembangan wilayah melalui lokasi dan
besaran kegiatan tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa suatu
ruang tertentu pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk menampung
berbagai kegiatan, demikian juga suatu kegiatan tertentu dapat
berlokasi pada beberapa alternatif ruang. Sehubungan dengan hal
tersebut diatas maka penataan ruang merupakan kebutuhan yang
sangat menarik, dan oleh karena itu perlu adanya Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Solok yang mengatur semua rencana dan kegiatan
pemanfaatannya agar dapat dilakukan secara optimal dengan
memperhatikan keserasian, keseimbangan, keterpaduan, ketertiban,
kelestarian dan dapat dipertahankan secara terus menerus dan
berkelanjutan.
Bahwa perkembangan pembangunan di Kabupaten Solok yang
berkaitan dengan pembangunan sektor-sektor ekonomi disatu sisi
berjalan sangat cepat yang berakibat bagi terjadinya tekanan-tekanan
terhadap lingkungan fisik, sebaliknya pada sisi yang lain sangat
dibutuhkan upaya-upaya untuk mencegah/mengatasi tekanan atau
ancaman dari kegiatan tersebut agar tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial-budaya. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah
melakukan kegiatan penataan ruang yang meliputi proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang
dalam lingkup Wilayah Kabupaten Solok, yang perencanaannya
dituangkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Solok
dan selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Solok Tahun 2012-
2031 ini dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang.
RTRW Kabupaten Solok yang bersifat umum disusun berdasarkan
pendekatan wilayah administratif Kabupaten dengan muatan substansi
meliputi rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. RTRW juga
disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau
kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup
hingga penetapan ketentuan umum zonasi peruntukan. Penetapan
ketentuan umum zonasi tersebut dimaksudkan sebagai

73
operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar
penetapan indikasi arahan peraturan zonasi. Ketentuan umum
peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan
disusun untuk setiap zona peruntukan.
Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula
melalui perizinan pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sanksi. Perizinan pemanfaatan ruang
dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga
setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata
ruang. Izin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah
Kabupaten sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik
yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai
sanksi adminstratif, sanksi pidana, dan/atau sanksi perdata sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan
dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat
maupun oleh Pemerintah Daerah. Bentuk insentif tersebut, antara lain,
dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan sarana
(infrastruktur), pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perizinan,
dan pemberian penghargaan. Disinsentif dimaksudkan sebagai
perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, dan/atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang,
yang antara lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi,
pembatasan penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan
kompensasi dan penalti. Pengenaan sanksi, yang merupakan salah
satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang, dimaksudkan sebagai
perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang dan ketentuan umum peraturan
zonasi.
Dalam Peraturan Daerah ini pengenaan sanksi tidak hanya
diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan
perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat
pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

74
Sesuai dengan hal-hal tersebut, maka untuk mencapai tujuan
pemanfaatan ruang wilayah secara optimal, serasi, seimbang dan
lestari diperlukan tindak penetapan fungsi ruang yang jelas, tegas dan
menyeluruh serta memberikan kepastian hukum bagi upaya
perencanaan dan pemanfaatan ruang serta pengendalian dan
pengawasan pembangunan, melalui penetapan Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Solok.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
Kriteria Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang
melayani skala kabupaten/kota atau beberapa
kecamatan; dan/atau
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul transportasi yang melayani skala
kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
Huruf b
Kriteria Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) adalah:
a. kawasan perkotaan yang berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala
kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan/atau

75
b. kawasan perkotaan yang berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala kabupaten/kota
atau beberapa kecamatan.
Huruf c
Kriteria Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah Kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa nagari.
Huruf d
Kriteria Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala antar nagari.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.

76
Huruf d
Yang dimaksud dengan ruas jalan 3 (tiga) poros utama
Wilayah Tengah Selatan Kabupaten Solok adalah ruas
jalan utama yang akan direncanakan di Kabupaten Solok
sebanyak 3 (tiga) buah yaitu Poros Barat, Poros Tengah
dan Poros Timur untuk menjaga aksesibilitas seluruh
wilayah Kabupaten Solok.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Sistem jaringan telekomunikasi kabel adalah sistem yang
memanfaatkan jaringan kabel logam maupun kabel serat optik
sebagai sarana komunikasi suara maupun data.
Sistem jaringan telekomunikasi nirkabel adalah sistem yang
memanfaatkan gelombang radio yang diterima dan dipancarkan
melalui menara telekomunikasi sebagai sarana komunikasi suara
maupun data.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.

77
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
dan memelihara kesuburan tanah.
Luasan hutan lindung di Kabupaten Solok mengacu pada Peta
Kawasan Hutan Kabupaten Solok sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 141/Menhut-II/2012 tanggal 15 Maret
2012.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Huruf a
Kawasan sempadan sungai ditetapkan dengan ketentuan:
a. sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai
besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang
berada di luar pemukiman;
b. untuk sungai di kawasan permukiman sempadan
sungai diperkirakan cukup untuk dibangun jalan
inspeksi antara 10-15 meter; dan
c. daratan sepanjang aliran sungai tidak bertanggul di
luar kawasan permukiman dengan lebar sempadan
minimal 50 meter dari tepi sungai, sedang untuk
sungai bertanggul lebar sempadan minimal 100
meter dari tepi sungai.

78
Huruf b
Kawasan sempadan danau ditetapkan dengan ketentuan:
a. daratan dengan jarak 50-100 meter dari titik pasang
tertinggi air danau/waduk; dan
b. daratan sepanjang tepian danau/waduk yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi
fisik tepian danau/waduk.
Huruf c
Kawasan sempadan sekitar mata air ditetapkan dengan
ketentuan:
a. daratan dengan jarak 50-100 meter mengelilingi mata
air; dan
b. secara fisik berupa jalur hijau yang ditanami pohon
atau tanaman yang memiliki fungsi konservasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Huruf a
Yang dimaksud dengan hutan produksi adalah kawasan hutan
yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
Kawasan peruntukan hutan produksi dimaksudkan untuk
menyediakan komoditas hasil hutan untuk memenuhi
kebutuhan untuk keperluan industri, sekaligus untuk
melindungi kawasan hutan yang ditetapkan sebagai hutan
lindung dan hutan konservasi dari kerusakan akibat
pengambilan hasil hutan yang tidak terkendali.

79
Penerapan kriteria kawasan peruntukan hutan produksi
secara tepat diharapkan akan mendorong terwujudnya
kawasan hutan produksi yang dapat memberikan manfaat
berikut:
a. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor
dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
b. meningkatkan fungsi lindung;
c. menyangga kawasan lindung terhadap pengembangan
kawasan budi daya;
d. menjaga keseimbangan tata air dan lingkungan;
e. meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya
hutan;
f. meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah
setempat;
g. meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
h. meningkatkan kesempatan kerja terutama untuk
masyarakat daerah setempat;
i. meningkatkan nilai tambah produksi hasil hutan dan
industri yang mengolahnya;
j. meningkatkan ekspor; dan/atau
k. mendorong perkembangan usaha dan peran masyarakat
terutama di daerah setempat.
Huruf b
Yang dimaksud dengan kawasan peruntukan pertanian
meliputi kawasan pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan peternakan.
Pengembangan kawasan pertanian diarahkan dengan
pemanfaatan potensi lahan yang memiliki kesesuaian untuk
perkebunan, berada pada kawasan budidaya, dan
menghindarkan timbulnya konflik pemanfaatan lahan dengan
kawasan lindung, kawasan hutan produksi tetap dan produksi
terbatas, kawasan industri, dan kawasan permukiman.
Penerapan kriteria kawasan peruntukan pertanian secara tepat
diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan pertanian
yang dapat memberikan manfaat berikut:
a. memelihara dan meningkatkan ketahanan pangan
nasional;

80
b. meningkatkan daya dukung lahan melalui pembukaan
lahan baru untuk pertanian tanaman pangan (padi sawah,
padi gogo, palawija, kacang-kacangan, dan umbi-umbian),
c. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor
dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
d. meningkatkan upaya pelestarian dan konservasi sumber
daya alam untuk pertanian serta fungsi lindung;
e. menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan
pendapatan serta kesejahteraan masyarakat;
f. meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
g. mendorong perkembangan industri hulu dan hilir melalui
efek kaitan;
h. mengendalikan adanya alih fungsi lahan dari pertanian ke
non pertanian agar keadaan lahan tetap abadi;
i. melestarikan nilai sosial budaya dan daya tarik kawasan
perdesaan; dan/atau
j. mendorong pengembangan sumber energi terbarukan.
Huruf c
Penerapan kriteria kawasan peruntukan perikanan secara
tepat diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan
perikanan yang dapat memberikan manfaat berikut:
a. meningkatkan produksi perikanan dan mendayagunakan
investasi;
b. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor
dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
c. meningkatkan fungsi lindung;
d. meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya
alam;
e. meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
g. meningkatkan kesempatan kerja;
h. meningkatkan ekspor; dan/atau
i. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

81
Huruf d
Penerapan kriteria kawasan peruntukan pertambangan secara
tepat diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan
pertambangan yang diharapkan dapat memberikan manfaat
berikut:
a. meningkatkan produksi pertambangan dan
mendayagunakan investasi;
b. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor
dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
c. tidak mengganggu fungsi lindung;
d. memperhatikan upaya pengelolaan kemampuan sumber
daya alam;
e. meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
g. menciptakan kesempatan kerja;
h. meningkatkan ekspor; dan/atau
i. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Huruf e
Penerapan kriteria kawasan peruntukan perumahan dan
permukiman secara tepat diharapkan akan mendorong
terwujudnya kawasan perumahan dan permukiman yang
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. meningkatkan ketersediaan perumahan dan permukiman
dan mendayagunakan prasarana dan sarana perumahan
dan permukiman;
b. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor
dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
c. tidak mengganggu fungsi lindung;
d. tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber
daya alam;
e. meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
g. menyediakan kesempatan kerja; dan/atau
h. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

82
Huruf f
Penerapan kriteria kawasan peruntukan pariwisata secara
tepat diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan
pariwisata yang diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. meningkatkan devisa dari pariwisata dan mendayagunakan
investasi;
b. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor
dan subsektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
c. tidak mengganggu fungsi lindung;
d. tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber
daya alam;
e. meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
g. menciptakan kesempatan kerja;
h. melestarikan nilai warisan budaya, adat istiadat, kesenian
dan mutu keindahan lingkungan alam; dan/atau
i. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Huruf g
Penerapan kriteria kawasan peruntukan industri secara tepat
diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan
peruntukan industri yang diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
a. meningkatkan produksi hasil industri dan meningkatkan
daya guna investasi di daerah sekitarnya;
b. mendorong perkembangan pembangunan lintas sektor dan
sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
c. tidak mengganggu fungsi lindung;
d. tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber
daya alam;
e. meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
g. menciptakan kesempatan kerja;
h. meningkatkan ekspor; dan/atau
i. meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berbudaya
industri dan berdaya saing

83
Huruf h
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Huruf a
Penetapan kawasan strategis dari aspek kepentingan
pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; dan atau
b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi; dan/atau
c. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang
kegiatan ekonomi atau yang pengembangan
infrastrukturnya mudah dilakukan; dan atau

84
d. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi
pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan;
e. diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan
kawasan tertinggal.
Huruf b
Kawasan strategis dari aspek kepentingan sosial dan
budaya ditetapkan dengan kriteria:
a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan
adat istiadat atau budaya skala Kabupaten atau
provinsi atau nasional yang ada di Kabupaten Solok;
b. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan
budaya serta jati diri daerah Kabupaten Solok;
c. merupakan kawasan tempat kegiatan sosial budaya
masyarakat skala Kabupaten;
d. merupakan aset nasional atau internasional yang
harus dilindungi dan dilestarikan yang berada di
Kabupaten Solok;
e. merupakan tempat pelestarian peninggalan budaya
daerah;
f. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman
budaya; atau
g. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial
skala daerah.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.

85
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.

86
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SOLOK NOMOR …

87

Anda mungkin juga menyukai