Anda di halaman 1dari 11

Bul. Littro. Vol. 22 No.

2, 2011, 166 - 176

PERTUMBUHAN AKAR RAMBUT PURWOCENG PADA BEBERAPA


KOMPOSISI MEDIA DAN SUMBER KARBON
Rohimatun dan Ireng Darwati
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111
Telp. 0251 – 8321879 E-mail : hitoxann@yahoo.com

(terima tgl. 03/09/2011 – disetujui tgl. 12/10/2011)

ABSTRAK %) diperoleh pada perlakuan komposisi


media ½ MS dengan penambahan suk-
Purwoceng (Pimpinella pruatjan) merupa- rosa. Kandungan sitosterol, stigmasterol,
kan tanaman asli Indonesia dan digunakan dan saponin pada akar rambut purwo-
untuk afrodisiak, karena mengandung me- ceng umur 3 bulan tersebut lebih tinggi
tabolit sekunder sitosterol, stigmasterol, 2,22, 17,03, dan 39,35 kali dibanding
bergapten dan saponin. Salah satu usaha akar tanaman purwoceng di lapang umur
untuk memproduksi metabolit sekunder 9 bulan (sitosterol 0,1558%, stigmasterol
purwoceng adalah dengan kultur akar 0,4830% dan saponin 0,1111 %).
rambut in vitro. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui komposisi media dan sumber Kata kunci : Pertumbuhan, Pimpinella prua-
karbon terbaik terhadap pertumbuhan akar tjan, akar rambut, komposisi
media, sumber karbon
rambut purwoceng. Penelitian disusun
dalam Rancangan Acak Lengkap Faktorial ABSTRACT
dengan dua faktor, dengan 3 ulangan.
Faktor pertama yaitu 7 macam komposisi The Growth of Pruatjan’s Hairy
media (B5/Gamborg, DKW/Driver Kuniyaki Roots on Some Media Compo-
Walnut, MS/Murashige Skoog, ½ B5, ½ sitions and Carbon Sources
DKW, ½ MS, dan MS Vit DKW). Faktor ke-
Pruatjan (Pimpinella pruatjan) is one of
dua yaitu 2 sumber karbon (sukrosa dan
Indonesian’s indigenous species use as
glukosa). Akar rambut dipanen pada bulan
aphrodiac due to its secondary metabo-
ketiga. Parameter yang diamati meliputi
lites content such as sitosterol, stigmaste-
bobot basah dan kering akar rambut serta
rol, bergapten and saponin. An effort to
kandungan metabolit sekunder. Pertum-
produce pruatjan’s secondary metabolites
buhan akar rambut purwoceng terbaik di-
can be performed by hairy roots in vitro
peroleh pada komposisi media ½ MS
culture. The experiment was aimed to
dengan sumber karbon sukrosa, ditunjuk-
investigate the best media composition
kan dengan penambahan bobot kering ter-
and carbon source for pruatjan’s hairy
tinggi pada bulan ketiga (0,126 g). Suk-
roots growth. The experiment was ar-
rosa adalah sumber karbon terbaik untuk
ranged in a completely randomized fac-
pertumbuhan akar rambut purwoceng, di-
torial design with two factors, and 3 re-
tunjukkan dengan penambahan bobot ba-
plications. First factor was media compo-
sah bulan kedua (0,441 g) dan ketiga
sition (B5, Driver Kuniyaki Walnut/DKW,
(0,834 g) lebih tinggi daripada sumber kar-
Murashige Skoog/MS, ½ B5, ½ DKW, ½
bon glukosa. Kandungan sitosterol terting-
MS, and MS Vit DKW). Second factor was
gi (0,3809%) diperoleh pada perlakuan
2 carbon sources (sucrose and glucose).
komposisi media ½ DKW dengan penam-
Hairy roots were harvested at 3 month
bahan sukrosa. Kandungan stigmasterol
after cultured. Parameters observed were
dan saponin tertinggi (8,2255 dan 4,3715
increase of fresh and dry weight of hairy

166
Rohimatun dan Ireng Darwati : Pertumbuhan Akar Rambut Purwoceng pada Beberapa Komposisi Media ...

roots and its secondary metabolite con- dan sphondin (Sidik et al. 1975), stig-
tent. The best of pruatjan’s hairy roots masterol (Suzery et al. 2004), senya-
growth was obtained on the media com- wa turunan kumarin, seperti bergap-
position of ½ MS medium in sucrose car- ten, xanthotoksin, mermesin, 6,8 di-
bon source, which were represented by
metoksi umbeliferon (Hernani dan
the highest increase of hairy roots dry
weight at 2nd month age (0.126 g). The Rostiana 2004), dan vitamin E (Rahar-
sucrose was the best carbon source for the djo et al. 2006). Produksi metabolit
growth of pruatjan’s hairy roots which sekunder secara alami relatif rendah,
were shown by the highest increase of sehingga tidak akan mampu meme-
fresh weight at 2nd (0.441 g) and 3rd nuhi kebutuhan industri skala besar.
(0.834 g) months of cultures. The highest Metabolit sekunder pada pur-
content of sitosterol (0.3809%) was obser- woceng dapat diproduksi melalui kul-
ved on ½ DKW medium with the addition tur akar rambut in vitro. Kultur akar
of sucrose. Furthermore, the highest stig- rambut in vitro memiliki kelebihan an-
masterol and saponin component were
tara lain pertumbuhannya relatif ce-
observed on ½ MS medium (8.2255% and
4.3715%) with an addition of sucrose. pat, produktif dan stabil dalam
Those cytosterol, stigmasterol, and sapo- menghasilkan senyawa yang diingin-
nin in pruatjan’s hairy roots at three kan (Ernawati 1992). Pertumbuhan
months age were 2.22, 17.03, 39.35 times akar rambut dapat dioptimalkan de-
higher as compared to the field pruatjan’s ngan menginokulasi Agrobacterium
roots harvested at 9 MAP (sitosterol rhizogenes (Ercan dan Taskin 1997;
0.1558%, stigmasterol 0.4830% and Hooykaas 2000).
saponin 0.1111%). Agrobacterium merupakan je-
Key words : Growth, Pimpinella pruatjan, nis bakteri tanah yang mempunyai ke-
hairy roots, medium compositi- mampuan untuk mentransfer T-DNA
on, carbon source dari Ri plasmid (root inducing plas-
PENDAHULUAN mid) ke dalam sel tanaman melalui
pelukaan (Nilson and Olsson 1997;
Purwoceng merupakan tanam- Sukma 2002). T-DNA akan terinte-
an asli Indonesia yang tumbuh pada grasi pada kromosom tanaman dan
ketinggian 1.800-3.500 m dpl seperti akan mengekspresikan gen-gen untuk
Dataran Tinggi Dieng (Jawa Tengah), mensintesis senyawa opin, yaitu tu-
Gunung Pangrango (Jawa Barat), dan runan asam amino yang diproduksi
area pegunungan di Jawa Timur (Bur- oleh tanaman terinfeksi A. rhizogenes
kill 1935; Heyne 1987). Tanaman ini dan digunakan bakteri tersebut seba-
dilaporkan berkhasiat obat sebagai af- gai sumber karbon dan nitrogen (Ar-
rodisiak (meningkatkan gairah seksu- yanti 2001). T-DNA juga mengandung
al), diuretik (melancarkan air seni), onkogen yaitu gen-gen yang berperan
dan tonik (meningkatkan stamina/sup- untuk menyandi hormon pertumbuh-
lemen) (Heyne 1987; Hernani dan an auksin dan sitokinin. Ekspresi on-
Yuliani 1990). kogen pada plasmid Ri mencirikan
Purwoceng mengandung meta- pembentukan akar adventif secara
bolit sekunder yaitu turunan kumarin, besar-besaran pada tempat yang di-
sterol, saponin, alkaloid (Caropeboka infeksi dan dikenal dengan hairy root
dan Lubis 1975), kelompok furanoku- (Nilson and Olsson 1997; Aryanti
marin seperti bergapten, isobergapten, 2001).

167
Bul. Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 166 - 176

Produksi metabolit sekunder lah mengalami periode kultur selama


dengan kultur akar rambut perlu mem- 1 tahun pada medium DKW (Driver
pertimbangkan dua hal, yaitu produksi and Kuniyaki 1984), unsur hara mak-
biomassa dan metabolit sekunder yang ro, mikro, dan vitamin untuk media
diinginkan (Darwati 2007). Untuk DKW, MS (Murashige and Skoog
memperoleh metabolit sekunder yang 1962), dan B5 (Gamborg et al. 1968).
diinginkan dengan produksi biomassa Akar rambut diinduksi dengan
yang tinggi memerlukan medium tum- cara mengkulturkan potongan daun
buh dengan komponen yang tepat pa- purwoceng di dalam media padat
da konsentrasi optimal, diantaranya DKW yang telah dimodifikasi dengan
adalah komponen media dan sumber penambahan gula pasir 30 g/l, gelrite
karbon (gula). Hasil penelitian Darwati 2,5 g/l, dan BAP 1 mg/l. Planlet yang
(2007) menyebutkan bahwa komposisi tumbuh baik dengan tingkat multipli-
media MS (Murashige Skoog) membe- kasi tinggi diambil daun dan petiolnya
rikan bobot basah (BB) (0,7405 g) dan sebagai eksplan untuk diinokulasi de-
kering (BK) (0,0774 g) tertinggi diban- ngan A. rhizogenes strain ATCC 15384
dingkan media ½ MS, B5 (Gamborg), yang berasal dari koleksi Puslit Bio-
dan ½ B5 akar rambut in vitro purwo- teknologi LIPI, Cibinong.
ceng pada umur 3 bulan. Pada kultur Akar rambut hasil inokulasi A.
kalus Eurycoma longifolia Jack (pasak rhizogenes ATCC 15834 disubkultur
bumi), komponen media MS dengan kedalam media MS padat selama 1
konsentrasi lebih rendah menghasilkan bulan. Kemudian akar rambut disub-
metabolit sekunder lebih tinggi (Rosli kultur kedalam media perlakuan padat
et al. 2009). Sementara itu hasil pene- yaitu B5, DKW, MS. ½ B5 (konsentra-
litian Suskendriati et al. (2004) menye- si unsur hara makro sebanyak ½ dari
butkan bahwa pemberian sukrosa 30 konsentrasi komposisi standar), ½
g/l memberikan peningkatan bobot se- DKW (konsentrasi unsur hara makro
gar kalus 100,83% pada tanaman sebanyak ½ dari konsentrasi kompo-
Talinum paniculatum Gaertn, sedang- sisi standar), ½ MS (konsentrasi un-
kan pemberian glukosa 3% hanya sur hara makro sebanyak ½ dari kon-
11,46%. sentrasi komposisi standar), dan MS
Penelitian ini bertujuan untuk Vit DKW (komposisi vitamin media MS
mengetahui komposisi media dan sum- diganti dengan komposisi vitamin me-
ber karbon terbaik terhadap pertum- dia DKW). Kisaran berat awal eksplan
buhan akar rambut purwoceng dan ba- adalah 0,2-0,4 g. Kultur diinkubasi pa-
han aktifnya. da suhu 16-18oC dengan penyinaran
lampu TLD 80 watt dengan periode
BAHAN DAN METODE terang 16 jam dan gelap 8 jam.
Penelitian dilakukan di Labora- Penelitian ini menggunakan
torium Ekofisiologi, Balai Penelitian Ta- Rancangan Acak Lengkap (RAL) de-
naman Obat dan Aromatik Bogor, ngan 2 faktor. Faktor pertama yaitu 7
sejak Agustus 2008 sampai Februari macam komposisi media (B5, DKW,
2009. Bahan tanaman yang digunakan MS, ½ B5, ½ DKW, ½ MS, dan MS
adalah daun in vitro dari purwoceng Vit DKW) dan faktor kedua yaitu 2
yang berasal dari Gunung Putri dan te- sumber karbon (sukrosa 3% dan glu-
kosa 3%), diulang tiga kali, sehingga

168
Rohimatun dan Ireng Darwati : Pertumbuhan Akar Rambut Purwoceng pada Beberapa Komposisi Media ...

jumlah total satuan percobaan 42 bo- BB pada perlakuan B5 dan MS Vit


tol. DKW. Sedangkan media dengan kon-
Parameter pengamatan terdiri sentrasi unsur hara makro rendah (½
dari BB dan BK akar rambut umur 1, 2, B5, ½ DKW, ½ MS) dan MS Vit DKW
dan 3 bulan, warna serta morfologi menghasilkan BK yang nilainya tinggi.
akar rambut secara visual. Akar ram- Media dengan komposisi ½ MS mem-
but yang mempunyai BK tertinggi berikan penambahan BB bulan kedua
umur 3 bulan dianalisis kandungan si- dan ketiga tertinggi dan berbeda nya-
tosterol, stigmasterol, saponin, dan ta dibandingkan dengan perlakuan
bergapten, berdasarkan metode stan- MS. Hal ini disebabkan dengan ada-
dar Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Se- nya penurunan konsentrasi komposisi
bagai pembanding dilakukan analisis unsur hara makro sebanyak ½ dari
akar tanaman purwoceng dari lapang konsentrasi komposisi standar, meng-
umur 9 bulan. Data dianalisis sidik ra- akibatkan terjadinya keseimbangan
gam dengan selang kepercayaan 95%. antara unsur hara makro dan mikro,
Apabila perlakuan berpengaruh nyata sehingga pertumbuhan akar rambut
dilakukan analisis lanjut dengan Uji menjadi lebih optimal.
Duncan/Duncan Multiple Range Test Dilihat dari komposisi unsur
(DMRT). hara makronya, media MS memiliki
kandungan Ca paling tinggi dibanding
HASIL DAN PEMBAHASAN media lain. Ca memainkan peranan
Pertumbuhan akar rambut pur- penting dalam mitosis selama sel
woceng sampai bulan ketiga ditunjuk- membelah dan membentuk kalsium
kan dengan adanya penambahan BB pektat ditengah lamela dari lapisan sel
dan BK. Secara umum rata-rata pe- yang membentuk sel tetangga (White
nambahan BB dan BK terjadi setelah dan Broadley 2003). Selain itu, sum-
bulan kedua. Pada bulan kesatu, pe- ber N pada media MS berasal dari
nambahan BB dan BK tidak dipenga- NO3- dan NH4+ dalam jumlah hampir
ruhi oleh perlakuan media, sumber sama yaitu KNO3 1.900 mg/l dan
karbon, maupun interaksi antara me- NH4NO3 1.650 mg/l. Defisiensi N da-
dia dan sumber karbon. Hal ini dise- pat menyebabkan terganggunya pro-
babkan pada umur 1 bulan transfer T- ses pertumbuhan, menyebabkan ta-
DNA dari bakteri A. rizhogenes, yang naman kerdil, menguning dan berku-
berperan dalam pembentukan akar rang hasil panennya (Novizan 2005).
dan fenotipe akar ke dalam genom ta- Kandungan Mg pada media MS juga
naman belum optimal. lebih besar dibanding pada media la-
Penambahan BB dipengaruhi in. Menurut Sivakumar et al. (2005),
faktor tunggal komposisi media dan NH4+, Mg 2+, dan Ca2+ merupakan ele-
sumber karbon. Komposisi media terli- men yang penting untuk pertumbuh-
hat pengaruhnya terhadap penambah- an akar rambut ginseng.
an BB bulan kedua dan ketiga (Tabel Sementara itu, penambahan
1) serta BK bulan ketiga (Tabel 3). BK pada bulan kedua dipengaruhi
Pada bulan ketiga penambahan BB oleh interaksi antara komposisi media
terendah dicapai pada perlakuan MS dan sumber karbon (Tabel 2). Perla-
meskipun tidak berbeda nyata dengan kuan media ½ MS yang ditambah de-
ngan sukrosa menghasilkan penam-

169
Bul. Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 166 - 176

bahan bobot kering (BK) bulan kedua genes, yang berperan dalam pemben-
tertinggi dan berbeda nyata dengan tukan akar dan fenotipe akar ke da-
perlakuan lain. Pada bulan kedua, lam genom tanaman sudah optimal.
transfer T-DNA dari bakteri A. rizho-
Tabel 1. Rata-rata penambahan BB (g) bulan kedua dan ketiga akar rambut
purwoceng pada beberapa media
Table 1. The average-increase of pruatjan’s hairy root fresh weight (FW) (g) at
the 2nd and 3rd months on several media
Penambahan BB bulan Penambahan BB bulan
Media/Media kedua/Increase of FW at ketiga/Increase of FW at
2nd month1) 3rd month1)
B5 0,467 a 0,614 ab
DKW 0,445 a 0,806 a
MS 0,197 b 0,408 b
1/2 B5 0,404 a 0,793 a
1/2 DKW 0,398 a 0,871 a
1/2 MS 0,505 a 1,017 a
MS VIT DKW 0,353 a 0,726 ab
KK (%)/CV (%) 6,796 8,892
Keterangan/Note :
1) Data ditransformasi ke dalam √x +1/The numbers are transformed by √x +1.
2) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata dengan uji DMRT taraf 5%/ The numbers followed by the same letters on same
column are not significantly different by DMRT test at 5% level

Tabel 2. Rata-rata penambahan bobot kering (BK) (g) akar rambut purwoceng
pada perlakuan komposisi media dan sumber karbon yang berbeda
bulan kedua
Table 2. The average-increase of pruatjan’s hairy roots dry weight (DW) (g) on
several media and different carbon sources at 2nd month
Sumber karbon/ Carbon sources
Media/Media
Sukrosa/Sucrose1) Glukosa/Glucose1)
B5 0,017 cde 0,034 bcd
DKW 0,012 e 0,022 cde
MS 0,015 de 0,015 de
1/2 B5 0,015 de 0,041 bc
1/2 DKW 0,065 b 0,032 cde
1/2 MS 0,126 a 0,020 cde
MS VIT DKW 0,034 bc 0,034 cde
KK (%)/CV (%) 3,094
Keterangan/Note :
1) Data hasil transformasi dengan √x + 1/The numbers are transformed by √x + 1
2) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata dengan uji DMRT taraf 5%/Numbers followed by the same letters on same
column are not significantly different by DMRT test at 5% level

170
Rohimatun dan Ireng Darwati : Pertumbuhan Akar Rambut Purwoceng pada Beberapa Komposisi Media ...

Tabel 3. Rata-rata penambahan BK (g) akar rambut purwoceng bulan ketiga


pada beberapa media
Table 3. The average-increase of pruatjan’s hairy root dry weight (DW) (g) at the
3rd month on several media
Penambahan BK bulan ketiga/
Media/Media
Increase of DW at 3rd month1)
B5 0,036 bc
DKW 0,028 c
MS 0,033 bc
1/2 B5 0,056 abc
1/2 DKW 0,113 a
1/2 MS 0,110 ab
MS VIT DKW 0,070 abc
KK (%)/CV (%) 6,40
Keterangan/Note :
1) Data ditransformasi ke dalam √x +1/The numbers are transformed by √x +1
2) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata dengan uji DMRT taraf 5%/The numbers followed by the same letters on same
column are not significantly different by DMRT test at 5% level

Pertumbuhan optimal setara dan MS VIT DKW. Seperti halnya pa-


dengan penambahan BK. BK mencer- da komposisi media ½ MS, pada kom-
minkan hasil asimilat yang tertimbun posisi media ½ DKW terjadinya kese-
pada akar rambut. Hasil asimilat opti- imbangan antara unsur hara makro
mal diduga terjadi pada penambahan dan mikro, sehingga pertumbuhan
BK bulan kedua. Interaksi media dan akar rambut menjadi lebih optimal.
sumber karbon mendukung untuk Tabel 4 menunjukkan bahwa
pembentukan asimilat. Sumber karbon penambahan BB pada bulan kedua
merupakan unsur utama pembentukan dan ketiga lebih tinggi pada perlakuan
asimilat yang didukung dengan hara sukrosa dan berbeda nyata diban-
makro dan mikro. Hara makro dan dingkan dengan media yang ditambah
mikro juga dapat mempengaruhi pe- glukosa. Hal ini menunjukkan bahwa
nyerapan sumber karbon yang diper- sukrosa sebagai sumber karbon mem-
lukan dalam pembentukan asimilat. berikan hasil optimal untuk pertum-
Interaksi antara media dan buhan akar rambut. Sukrosa adalah
sumber karbon tidak berpengaruh nya- sumber karbon yang paling mudah
ta terhadap penambahan BK bulan ke- ditranslokasi dalam jaringan tanaman
tiga. Pengaruh yang nyata hanya di- dibandingkan karbohidrat lain. Sukro-
tunjukkan oleh faktor tunggal kompo- sa masuk dalam glikolisis dan siklus
sisi media dan sumber karbon (Tabel Krebs untuk membentuk ATP dan
3). Penambahan BK pada bulan ketiga NADH. Sukrosa merupakan disakarida
tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dan terhidrolisis menjadi glukosa dan
media ½ DKW, meskipun tidak me- fruktosa yang dapat digunakan seba-
nunjukkan perbedaan yang nyata de- gai sumber karbon dan energi lebih
ngan perlakuan media ½ B5, ½ MS besar untuk pertumbuhan. Glukosa

171
Bul. Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 166 - 176

Tabel 4. Rata-rata penambahan berat basah (BB) (g) bulan kedua dan ketiga
akar rambut purwoceng pada media dengan sumber karbon sukrosa
atau glukosa
Table 4. The average-increase of pruatjan’s hairy roots fresh weight (FW) (g) at
the 2nd and 3rd months on media with the addition of sucrose or glucose
as carbon sources
Penambahan BB bulan Penambahan BB bulan
Sumber karbon/
kedua/FW increase at 2nd ketiga/FW increase at 3rd
Carbon sources
month1) month 1)
Sukrosa 0,441 a 0,834 a
Glukosa 0,339 b 0,622 b
Keterangan/Note :
1) Data hasil transformasi dengan √x + 1/The numbers are transformed by √x + 1
2) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata dengan uji DMRT taraf 5%/Numbers followed by the same letters on same
column are not significantly different by DMRT test at 5% level
merupakan monosakarida yang meng- Faktor penting yang perlu di-
hasilkan energi lebih rendah dibanding perhatikan dalam budidaya tanaman
sukrosa. Hal ini menyebabkan sukrosa obat, adalah kandungan bahan aktif.
mampu menyuplai energi dan karbon Penggunaan tanaman dalam indus-
yang lebih besar dibanding glukosa, tri farmasi, kosmetika, makanan, dan
sehingga penambahan BB dan BK pada minuman tergantung pada bahan ak-
akar rambut purwoceng lebih optimal. tif yang terkandung di dalamnya. Oleh
Hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan karena itu, mutu simplisianya perlu
fruktosa dalam sel mempengaruhi te- diperhatikan (Rostiana et al. 2007).
kanan osmotik sel. Hidrolisis sukrosa Salah satu keuntungan kultur
ini menyebabkan penyerapan air ke akar rambut adalah kandungan meta-
dalam sel lebih banyak sehingga te- bolit sekunder yang dihasilkan lebih
kanan turgor meningkat, yang selan- tinggi daripada kandungan metabolit
jutnya menyebabkan pembesaran dan sekunder yang dihasilkan dari tanam-
pemanjangan sel (Suskendriyati et al. an yang dibudidayakan secara kon-
2004). vensional (Ernawati 1992). Untuk me-
Pada fase awal pertumbuhan, ngetahui media terbaik untuk pertum-
morfologi akar rambut umumnya ter- buhan akar rambut yang dicerminkan
lihat lebih halus dan berwarna putih. dengan BK tertinggi apakah juga
Selanjutnya pada fase pertumbuhan mempunyai kandungan metabolit se-
optimum (3 bulan), struktur akar ram- kunder tinggi, maka analisa bahan ak-
but yang diharapkan mempunyai ciri tif dilakukan pada kombinasi perlaku-
morfologi akar rambut lebih kompak an BK tertinggi setelah panen.
dan berwarna putih kekuningan (Ta- Kandungan metabolit sekunder
bel 5). Struktur kalus terbaik diper- (sitosterol, stigmasterol, dan saponin)
oleh dari media½ DKW sukrosa dan ½ akar rambut purwoceng umur 3 bulan
MS sukrosa (Gambar 1). pada perlakuan ½ DKW dan ½ MS
sukrosa terlihat lebih tinggi dibanding-

172
Rohimatun dan Ireng Darwati : Pertumbuhan Akar Rambut Purwoceng pada Beberapa Komposisi Media ...

Tabel 5. Warna dan morfologi akar rambut purwoceng pada berbagai komposisi
media dan sumber karbon
Table 5. Colour and morphology of pruatjan’s hairy roots on some media
compositions and carbon sources
Warna Morfologi
Media
Sukrosa Glukosa Sukrosa Glukosa
B5 putih kekuningan putih kekuningan Akar berkalus Akar berkalus
DKW putih kekuningan putih kekuningan Akar berkalus Akar tidak berkalus
MS putih kekuningan putih kehijauan Akar berkalus Akar berkalus
½ B5 putih kekuningan putih kekuningan Akar berkalus Akar berkalus
½ DKW hijau pucat putih kekuningan Akar tidak berkalus Akar berkalus
½ MS putih kekuningan putih kekuningan Ujung akar rambut berkalus Akar berkalus
MS Vit DKW kuning kehijauan hijau kekuningan Akar berkalus Keluar tunas

A B

Gambar 1. Akar rambut purwoceng umur 3 bulan pada media ½ DKW sukrosa
(A) terlihat kompak dan tumbuh kalus pada ujung akar, sedangkan
pada media ½ MS sukrosa, akar rambut lebih banyak tanpa
pertumbuhan kalus (B)
Figure 1. Pruatjan’s hairy roots at 3rd months age on ½ DKW Sucrose medium, a
compact hairy roots‘s structure with calli at the end of hairy roots (A),
while vigorous hairy roots without calli was found on ½ MS sucrose
medium (B)
kan kandungan metabolit sekunder Seperti halnya dengan perban-
akar purwoceng umur 9 bulan dila- dingan kandungan metabolit sekunder
pang. Kandungan sitosterol akar ram- tanaman di lapang umur 9 bulan,
but yang terbentuk pada perlakuan de- kandungan metabolit sekunder dari
ngan media ½ DKW dan sumber kar- akar rambut ini juga lebih tinggi dari-
bon sukrosa 2,44 kali, stigmasterol pada tanaman di lapang umur 6 bu-
12,23, dan saponin 31,78 lebih tinggi lan. Hasil penelitian Rostiana et al.
dibanding dengan bahan aktif bahan (2007) menunjukkan bahwa bahan
tersebut pada purwoceng yang di- tanaman umur 6 bulan yang ditanam
tanam dilapang. Sedangkan kandung- di Gunung Putri mempunyai kandung-
an sitosterol akar rambut dengan me- an bahan aktif sitosterol tertinggi
dia ½ MS dan sumber karbon sukrosa 0,159%, stigmasterol 0,138%, sapo-
lebih tinggi 2,22 kali, stigmasterol nin 0,188%, dan bergapten 0,069%.
17,03, dan saponin 39,35 kali (Tabel Kandungan sitosterol akar rambut pa-
6).

173
Bul. Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 166 - 176

Tabel 6. Kadungan metabolit sekunder (%) akar rambur purwoceng umur 3


bulan dan akar tanaman asal lapang umur 9 bulan
Table 6. Secondary metabolites contents (%) of pruatjan’s hairy roots at 3rd
months and roots from field at 9th months
Sitosterol/ Stigmasterol/ Saponin/ Bergapten/
Bahan/Materials
Cytosterol Stigmasterol Saponin Bergapten
Akar rambut ½ DKW sukrosa 0,3809 5,9047 3,5308 0,0000
Akar rambut ½ MS sukrosa 0,3451 8,2255 4,3715 0,0000
Akar tanaman lapang umur 9
bulan 0,1558 0,4830 0,1111 0,0391

da media ½ DKW lebih tinggi 2,40 kali, perlakuan komposisi media ½ DKW
stigmasterol 43,42, dan saponin 18,78 dengan penambahan sukrosa. Kan-
kali dibanding akar tanaman purwo- dungan stigmasterol dan saponin ter-
ceng di lapang umur 9 bulan. Sedang- tinggi (8,2255% dan 4,3715%) diper-
kan kandungan sitosterol akar rambut oleh pada perlakuan komposisi media
½ MS lebih tinggi 2,17 kali, stigma- ½ MS dengan penambahan sukrosa.
sterol 60,48, dan saponin 23,25 kali. Kandungan sitosterol, stigmasterol,
Pada simplisia purwoceng dari dan saponin pada akar rambut purwo-
lapang terdeteksi adanya bergapten, ceng umur 3 bulan lebih tinggi 2,22,
sedangkan pada akar rambut tidak ter- 17,03, dan 39,35 kali dibanding akar
deteksi. Hal ini kemungkinan disebab- tanaman purwoceng di lapang umur 9
kan lingkungan dan faktor budidaya bulan (sitosterol 0,1558%, stigmaste-
mempengaruhi produksi bergapten. rol 0,4830%, saponin 0,1111%).
Rahardjo et al. (2006) menyatakan
bahwa perlakuan pemupukan anorga- UCAPAN TERIMA KASIH
nik pada tanaman purwoceng yang di- Ucapan terima kasih diberikan
lakukan di DT. Dieng terbukti mening- kepada Susi Noor Syamsiah yang te-
katkan kandungan bahan aktifnya se- lah membantu pelaksanaan penelitian
cara signifikan. ini.
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Pertumbuhan akar rambut pur- Aryanti. 2001. Variasi Kandungan Arte-
woceng terbaik diperoleh pada kompo- misinin dari Akar Rambut dan Rege-
sisi media ½ MS dengan sumber kar- nerasi Artemisia cina Berg ex Polja-
bon sukrosa, ditunjukkan dengan pe- kov sebagai Antikanker. Thesis. Ins-
nambahan bobot kering tertinggi pada titut Pertanian Bogor. http://reposi-
bulan kedua (0,126 g). Sukrosa adalah tory.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123-
sumber karbon terbaik untuk pertum- 3456789/4012/2001ary.pdf?sequenc
buhan akar rambut purwoceng, ditun- e=4. Diakses tanggal 6 Juni 2011.
jukkan dengan penambahan bobot ba-
Burkill, I.H. 1935. A Dictionary of The
sah bulan kedua (0,441 g) dan ketiga
Economic Product of The Malay
(0,834 g) lebih tinggi daripada sumber
Peninsula Vol II. London. 1281 p.
karbon glukosa. Kandungan sitosterol
tertinggi (0,3809%) diperoleh pada Caropeboka, A.M. dan I. Lubis. 1975.
Pemeriksaan Pendahuluan Kandung-

174
Rohimatun dan Ireng Darwati : Pertumbuhan Akar Rambut Purwoceng pada Beberapa Komposisi Media ...

an Kimia Akar Pimpinella alpina (Pur- tarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat


woceng). hlm. 153-158. Prosiding dari Hutan Tropis Indonesia. Jurusan
Simposium Penelitian Tanaman Obat Konservasi Sumber Daya Hutan Fa-
I, Bogor, 8-9 Desember 1975. Bagian kultas Kehutanan Institut Pertanian
Farmakologi-Departemen Fisiologi Bogor dan Yayasan Pembinaan Sua-
dan Farmakologi, Fakultas Kedokter- ka Alam dan Margasatwa Indonesia
an Hewan. Institut Pertanian Bogor. (The Indonesian Wildlife Fund)
Darwati, I. 2007. Optimasi Pertumbuhan Bogor.
Akar Rambut Purwoceng pada Ber- ________ dan O. Rostiana. 2004. Ana-
bagai Komposisi Media Dasar dan lisis Kimia Akar Purwoceng (Pimpi-
Konsentrasi Glukosa. hlm. 111-124. nella pruatjan). Makalah pada Semi-
Dalam Kultur Kalus dan Kultur Akar nar Indonesia Biopharmaka Exhibi-
Rambut Purwoceng (Pimpinella prua- tion and Conference. Yogyakarta,
tjan Molk.) untuk Menghasilkan Meta- 13-15 Juli 2004. 10 p.
bolit Sekunder. Disertasi. Institut Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna
Pertanian Bogor. Indonesia III. Diterjemahkan oleh
Driver, J.A. dan A.H. Kuniyaki. 1984. In Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.
Vitro propogation of paradox walnut pp. 1550.
rootstock. Hort. Science. 19 : 507- Hooykaas, P.J.J. 2000. Agrobacterium, A
509. Natural Metabolic Engineer of Plants,
Ercan, A.G. dan K.M. Taskin. 1997. pp. 51-67. Dalam Verpoorte, R. dan
Agrobacterium rhizogenes-Mediated A. W. Alfermann (Eds.). Metabolic
Hairy Root Formation in Some Rubia Engineering of Plant Secondary Me-
tinctorum L. Population Growth In tabolism. Kluwer Academic Publis-
Turkey. Tr. J. Bot. 23 : 373-377. hers. Netherlands.
Ernawati, A. 1992. Produksi Senyawa- Murashige, T. dan Skoog, F.A. 1962. A
senyawa Metabolit Sekunder dengan revised medium for rapid growth
Kultur Jaringan Tanaman. hlm. 169- and bioassays with tobacco tissue
208. Dalam G.A. Wattimena, N.A. culture physial. Plant. 15 : 473-497.
Mattjik, E. Syamsudin, N.M.A. Wien- Nillson, O. dan O. Olsson. 1997. Geeting
di, dan A. Ernawati (Penyusun). Bio- to The Root: The Role of The Agro-
teknologi. Departemen Pendidikan bacterium rhizogenes Rol Genes in
dan Kebudayaan. Direktorat Jen- The Formation of Hairy Roots.
deral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Physiol. Plant., 100, 463-473.
Universitas, Institut Pertanian Bogor.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan
Gamborg, O.L., Miller, R.A., dan Ojima, K. yang Efektif. AgroMedia Pustaka.
1968. Nutrient requirements of Jakarta. 116 hlm.
suspension cultures of soybean roots
cells. Experimental Cell Research. 50 Rahardjo, M., S. Wahyuni, O. Trisilawati,
: 151-158. dan E. Djauhariya. 2006. Ciri Agro-
nomis, Mutu, dan Lingkungan Tum-
Hernani dan Yuliani, S. 1990. Obat-obat buh Tanaman Obat Langka Purwo-
afrodisiak yang bersumber dari bahan ceng (Pimpinella pruatjan Molk.).
alam. hlm. 130-134. Dalam. hlm. 62-71. Dalam Supriadi, M.
Zuhud, E.A.M. (Ed.). Prosiding Peles- Januwati, R. Balfas, N. Bermawi, M.

175
Bul. Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 166 - 176

Rahardjo (Ed.). Prosiding Seminar Sivakumar, G.K.W.Y.U., E.J. Hahn dan


Nasional dan Pameran Tumbuhan K.Y. Peak. 2005. optimization of
Obat Indonesia XXVIII. Kerjasama organic nutrients for ginseng hairy
Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan roots production in large-scale
Obat Indonesia, Direktorat Tanaman bioreactor. Current Sci. 89 : 641-
Sayuran dan Biofarmaka, dan Badan 649.
Penelitian dan Pengembangan Perta- Sukma, D. 2002. Uji Pengaruh Sukrosa
nian, Pusat Penelitian dan Perkem- dan Stabilitas Produksi Biomassa
bangan Perkebunan. Balai Penelitian serta Protein Total dari Akar Trans-
Tanaman Rempah dan Obat. Bogor, genik Trichosanthes cucumerina L.
15-16 Sepetember 2005. hlm. 54-76. Dalam Kultur Akar
Rosli, N., M. Naziah, K.L. Chan, dan S. Transgenik dari Trichosanthes cucu-
Sreeramanan. 2009. Factors affecting merina L.: Beberapa Faktor yang
the accumulation of 9-metho-xycan- Berpengaruh terhadap Biomassa
thin-6-one in callus cultures of Eury- dan Hasil Protein Total, serta Aktivi-
coma longifolia. Journal of Forestry tas Cendawan dari Protein Asal Akar
Research. 20 : 54-58. Transgenik. Thesis. Institut Pertani-
Rostiana, O., W. Haryudin, Rosita, S.M. an Bogor.
D., S.F. Syahid, S. Aisyah dan Nas- Suskendriyati, H., Solichatun, dan A.D.
run. 2007. Karakterisasi Nomor-no- Setyawan. 2004. Pertumbuhan dan
mor Koleksi Purwoceng. hlm. 274- Poduksi Saponin Kultur Kalus Tali-
284. Dalam Supriadi, J. Pitono, M. num paniculatum Gaertn. dengan
Rizal, E. Hadipoentyanti, M. Rahardjo, Variasi Pemberian Karbon. BioSmart
O. Trisilawati, L. Mauludi, dan Much- 6 : 19-23. http://www.mipa.
tar (Ed.). Laporan Teknis Penelitian uns.ac.id., diakses tanggal 11 Maret
TA 2007. Balai Penelitian Tanaman 2009.
Obat dan Aromatik. Bogor. Suzery, M., B. Cahyono, Ngadiwiyana,
Sidik, Sasongko, E. Kurniati dan Ursula. dan H. Nurhasnawati. 2004. Senya-
1975. Usaha Isolasi Turunan Kuma- wa Stigmasterol dari Pimpinella alpi-
rin dari Akar Purwoceng (Pimpinella na Molk. (Purwoceng). Suplemen 39
alpina Molk.) Asal Dataran Tinggi : 39-41.
Dieng. hlm. 135-138. Dalam Prosi- White, P.J. dan M.R. Broadley. 2003.
ding Simposium Penelitian Tanaman Calsium in Plants. Oxford Journal. 92
Obat I, Bogor, 8-9 Desember 1975. : 487-511.
Bagian Farmakologi-Departemen Fi-
siologi dan Farmakologi, Fakultas
Kedokteran Hewan. Institut Perta-
nian Bogor.

176

Anda mungkin juga menyukai