Askep Ductus Arteriosus
Askep Ductus Arteriosus
PENDAHULUAN
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP) adalah kelainan
jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus
yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca
kelahiran bayi. Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2
bulan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum arteriosum.
PDA dapat merupakan kelainan yang berdiri sendiri (isolated), atau disertai kelainan jantung
lain.
Kegagalan penutupan ductus anterior (arteri yang menghubungkan aorta & arteri
pulmonalis) dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada pembuluh
darah yang terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tek yang > rendah di
arteri pulmunal menyebabkan Left to Right Shunt.
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang duktus
arteriosus paten (PDA)
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah:
Untuk mengetahui definisi duktus arteriosus paten (PDA).
Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi pada duktus arteriosus paten (PDA) .
Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang di berikan pada pasien duktus
arteriosus paten (PDA).
1
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi duktus arteriosus paten (PDA)?
2. Bagaimana etiologi pada penyakit duktus arteriosus paten (PDA) ?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit duktus arteriosus paten (PDA) ?
4. Bagaimanakah gejala penyakit duktus arteriosus paten (PDA) ?
5. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang pada duktus arteriosus paten (PDA) ?
6. Bagaimanakah pemeriksaan medis pada duktus arteriosus paten (PDA) ?
7. Bagaimanakah asuhan keperawatanya ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus
tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi
ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus
Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI,
2001 ; 227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang
bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir,
yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke
dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan :
Faktor Prenatal :
1. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2. Ibu alkoholisme.
3. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
Faktor Genetik :
1. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
2. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3
3. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)
2.3 Patofisiologi
Awalnya darah mengalir melalui aorta masuk ke arteri pulmonalis (karena tekanan darah
aorta >>) Lama-kelamaan karena darah memenuhi pembuluh darah paru-paru, terjadilah
hipertensi pulmonal Karena peningkatan tahanan a. pulmonalis terjadilah aliran balik, dari
a. pulmonalis menuju aorta Karena darah yang terdeoxydasi masuk ke arteri sistemik,
otomatis akan timbul sianosis.
4
• Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
2.5 Komplikasi
Endokarditis
Obstruksi pembuluh darah pulmonal
CHF
Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
Enterokolitis nekrosis
Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia
bronkkopulmoner)
Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.
Aritmia
Gagal tumbuh
(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rit
2.6 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid
(lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek
kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk
mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah
endokarditis bakterial. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus. Non pembedahan
: Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.(Betz &
Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
5
4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau
Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.(Betz & Sowden,
2002 ;377)
6
BAB III
Agama : …………………………….
Pekerjaan : …………………………….
Pendidikan : …………………………….
Alamat : …………………………….
7
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :
8
Karakteristik batuk (batuk produktif dan non produktif, serangan batuk kuat dan
hebat), karakteristik sputum (warna, konsistensi, bau), pengobatan yang sudah
dilakukan, sesak nafas, nyeri dada (PQRST), demam, kelemahan, berkeringat
pada malam hari.
Hidung:
Inspeksi: Nafas cuping hidung, Secret / ingus, epistaksis, polip, warna mukosa,
oedem pada mukosa, kebersihan, intak septumnasi, deformitas, naso faringeal
tube, pemberian O2: nasal, masker.
Palpasi: nyeri tekan, adakah fraktur tulang nasal.
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir (sianosis), Alat bantu nafas ETT, oro faringeal tube.
Sinus paranasalisInspeksi : pemeriksaan sinus paranasalis
Palpasi : nyeri tekan
Leher
Inspeksi : trakheostomi.
Palpasi : Nyeri tekan, adanya massa, pembesaran kelenjar limfe, posisi trachea.
Faring :
Inspeksi : kemerahan, oedem / tanda-tanda infeksi, pseudomembran
Area dada:
Inspeksi: pola nafas, penggunaan otot Bantu pernafasan, rytme dan kedalaman
inspirasi, pergerakan dada simetris/tidak, waktu inspirasi ekspirasi (rasio inspirasi
: ekspirasi/ normalnya 1:2), perbedaan kesimetrisan intercosta kiri dan kanan,
kesimetrisan supraklavikula, bentuk dada ( barrel chest, pigeon chest, funnelchest,
normal, dada cembung atau cekung), trauma dada, pembengkakan, penyebaran
warna kulit, cikatrik.
Palpasi: nyeri tekan, kelainan pada dinding thorax, bengkak (konsistensi, suhu,
denyutan, dapat di gerakkan / tidak), kulit terasa panas, krepitasi, vocal fremitus
melemah / mengeras kanan dan kiri sama atau tidak.
Perkusi : pada daerah anterior posterior ( resonansi diatas seluruh permukaan
paru, pekak di intercoste V kanan, intercoste II-V kiri, tympani di intercoste VI
kanan).
9
Auskultasi : suara nafas trakeal, bronkial, bronkovesikuler, vesikuler (sesuai
dengan lokasi), ronkhi, wheezing, stridor, pleural friction rub.
3.3.2 Cardiovaskuler Dan Limfe
Anamnesa:
nyeri dada (PQRST), sesak saat istirahat/beraktivitas, tidur dengan berapa bantal,
mudah lelah, diaphoresis, perubahan berat badan, pusing (sesuai dengan etiologi),
tension headache.
Wajah
Inspeksi : sembab, pucat, oedem periorbital, sianosis, pembuluh darah mata pecah,
konjungtiva pucat/tidak.
Leher
Dada
10
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis, clubbing finger, perfusi (merah, pucat
Palpasi : CRT, suhu akral, perfusi (hangat, dingin, kering, basah)
EkstrimitasBawah
Inspeksi:Varises,sianosis,clubbingfinger,oedem
Palpasi : CRT, pulsasi arteri (iliaka, femoralis, dorsalis pedis), suhu akral, pitting
oedem
3.3.3 Persyarafan
Anamnesis :
11
Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan
misalnya : katarak, infeksi konjungtiva atau infeksi lainnya. Bila pasien
menggunakan kaca mata tetap diperkenankan dipakai.
a. Ketajaman penglihatan
Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai
apakah pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa
lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan klien, catat jarak baca
klien tersebut.
Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang dilihat
jelas/kabur, dua bentuk atau tidak terlihat sama sekali /buta.
b. Lapangan penglihatan
4. Nervus IV toklearis
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang
diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal
dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil dan
12
midiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran antara
kedua pupil (isikor / sama, anisokor / tidak sama), dan reak pupil terhadap
cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada
kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil (diperiksa
dengan funduskopi).
Sensibilitas wajah.
Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi
air dingin dan air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien
disuruh meyebutkan panas atau dingin yang dirasakan.
Rasa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta
menyebutkan area wajah yang disentuh (atas atau bawah).
Rasa gelar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu
penala yang dientuhkan k e wajah pasien.
6. Nervus VI abdusen :
13
Diperiksa bersama-sama karena sama-sama mengatur otot-otot
ekstraokuler.
Pemeriksaan :tatap mata klien dan anjurkan klien menggerakkan mata dari
dalam ke luar. Observasi kelopak mata, kesimetrisan gerakan bola mata,
bentuk pupil.
14
11. nervus XI aksesorius : gerakan kepala dan bahu. Anjurkan klien
menggeleng dan menoleh kekiri kanan, dan anjurkan mengangkat bahu
dan beri tekanan pada bahu untuk mengetahui kekuatannya.
12. nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : minta klien untuk menjulurkan lidah
ke garis tengah dan menggerakkannya ke samping kanan dan ke samping
kiri.
Tes Koordinasi
15
Respon:ekstensi lengan bawah sendi siku
jari-jari kaki.
16
o Gonda : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari longlegs ke-4. Respon :
seperti babinsky.
o Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon : fleksi jari-jari longlegs
pada sendi interfalangeal.
o Trommer : colekan pada ujung jari tengah pasien. Respon : seperti
Hoffman.
Pemeriksaan rangsangan selaput otak :
1. Kaku kuduk : Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga
dagu tidak dapat menempel pada dada —- kaku kuduk positif (+).
2. Tanda kernig:Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan
tungkai bawah pada sendi lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut
1350 terhadap tungkai atas. Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan
rasa sakit terhadap hambatan.
3. Test Laseque : Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan
menimbulkan nyeri sepanjang m. ischiadicus.
Tingkat kesadaran (kualitas):
Coma : keadaan tidak sadar yang terendah. Tidak ada respon terhadap rangsangan
nyeri, refleks tendon, refleks pupil dan refleks batuk menghilang, inkontinensia
urin dan tidak ada aktivitas motorik spontan.
Apatis : pasien tampak segan berhubungan dengan sekitarnya, tampak acuh tak
acuh.
17
Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
- Motorik (M) :
6 = dapat bergerak sesuai perintah
3 = dengan rangsangan nyeri dapat bereaksi fleksi pada pergelangan tangan atau
jari atau fleksi spastic pada tungkai atau abduksi lengan atas/fleksi abnormal
2 = respon ekstensi
1 = tidak bereaksi
- Verbal/bicara (V) :
4 = jawaban kacau
18
1 = tidak ada suara
Nyeri saat miksi / disuria (PQRST), menggigil /panas tubuh, saat BAK mengejan,
inkontinensia urine (ketidakmampuan seseorang untuk menahan urin yang keluar
dari buli-buli baik disadari maupun tidak disadari), poliuria (banyak kencing >
19
1500 cc/24 jam), anuria (jumlah urin < 200 ml/24 jam), oliguri (jumlah urin 600
ml/24 jam), skrotum membesar, karakteristik urin (jumlah, warna, bau), gatal,
nafas berbau amoniak/ureum, nokturi (sering kencing pada malam hari). Urgensi
(rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit), hesitansi (sulit untuk memulai
kencing, sehingga untuk memulai kencing kadang-kadang harus mengejan),
terminal dribbling ( masih didapatkannya tetesan-tetesan urin pada akhir miksi),
intermitensi ( terputus-putusnya pancaran urin pada saat miksi), residual urine
(masih terasa ada sisa urine yang belum tuntas setelah miksi), retensi urine
(ketidakmampuan buli-buli untuk mengeluarkan urin yang telah melampaui batas
kapasitas maksimalnya), polakisuri (frekuensi kencing yang lebih sering dari
biasanya), disuria (perasaan nyeri saat kencing), enuresis/ ngompol ( keluarnya
urin secara tidak dasadari pada saat tidur), chiluria ( urin yang berwarna putih
seperti cairan limfe)
Laki-Laki :
Penis
Scrotum
20
transiluminasi positif atau deafanoskopi positif), hipoplasi kulit (sering dijumpai
pada kriptorkismus), luka /trauma, tanda infeksi, kebersihan.
Perempuan :
Genetalia eksterna
Kandung kemih:
Inspeksi : adanya massa/ benjolan, jaringan parut bekas irisan atau operasa di
suprasimfisis, pembesaran kandung kemih dan keteganganya, sistostomi
Palpasi : adanya nyeri tekan, tahanan lunak diatas simpisis pubis, teraba massa
Ginjal :
Palpasi : dengan cara ( memakai dua tangan, tangan kiri diletakkan disudut
kostevertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan tangan kanan meraba
ginjal dari depan), adanya nyeri tekan abdomen kuadran I dan II diatas umbilikus,
suhu kulit, massa
Perkusi : nyeri ketok (dengan cara memberikan ketokan pada sudut kostavertebra,
yaitu sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra)
21
Nafsu makan, pola makan klien, porsi makan dan jumlah minum per hari, alergi
terhadap makan, keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan, telan, melakukan diet,
disfagia, riwayat penggunaan pencahar. Jika ada keluhan nyeri perut dijelaskan
secara PQRST. Gangguan defekasi (diare, konstipasi/obstipasi), nyeri BAB, pola
BAB, karakteristik feses meliputi bentuk/konsistensi, bau, warna, darah, lendir
dalam feses, flatus, hemorroid, perubahan BB,
Mulut:
Lidah
Faring - Esofagus :
Inspeksi : hiperemi, warna dan bentuk palatum. Tonsil (bentuk, warna dan
ukuran)
22
Palpasi:
Kuadran I:
Kuadran II:
Lien splenomegali
Kuadran III:
Kuadran IV:
Warna kulit
Kekuatan otot :
Keterangan:
23
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
Fraktur
Feel :Nyeri, pulsasi (nadi bagian distal), Perfusi (normal : hangat, kering, merah),
krepitasi tulang.
Luka :
Lesi kulit :
24
Kista : Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel maupun sisa sel. Isi kista
terdiri atas hasil dindingnya yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel
epitel lapisan tanduk dan rambut
Riwayat KB : Ditanyakan apakah klien pernah ikut KB, metode apa yang
digunakan, kapan menggunakannya, alasan mengikuti KB, alasan berhenti,
side efek.
Kepala :
Inspeksi : distribusi rambut, ketebalan, kerontokan ( hirsutisme), alopesia
(botak), moon face
Leher
Inspeksi : bentuk, pembesaran kelenjar thyroid, perubahan warna
Palpasi : pembesaran kelenjar (thyroid, parathyroid), nyeri tekan,
suhu
Payudara
25
Inspeksi : pembesaran mamae (pada laki-laki)
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis ( distribusi, ketebalan, kerontokan), kebersihan,
pengeluaran (darah, cairan, lendir).
Palpasi : adakah benjolan, kegagalan penurunan testis (kriptokismus),
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitti
3.3.10 Sistem Reproduksi
Anamnesa :
Payudara
Inspeksi : bentuk, kebersihan, warna areola, bentuk papilla mamae,
adanya massa, kulit seperti kulit jeruk, adanya luka, kesimetrisan payudara
Palpasi : ada /tidak benjolan abnormal, pengeluaran ( cairan, darah
), nyeri tekan,
Axilla :
Inspeksi : tampak /tidak adanya benjolan abnormal,
Palpasi : teraba/ tidak benjolan abnormal
26
Abdomen:
Inspeksi : pembesaran abdomen , luka post SC, strie ( albican, livide).
Palpasi : pembesaran (kontur, ukuran), adakah massa.
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan, pengeluaran
(darah, cairan, lendir), adakah tanda-tanda infeksi.
Palpasi : adakah benjolan/ massa dan nyeri tekan.
Laki-laki :
Anamnesa :
Genetalia :
Inspeksi : bentuk, rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan, pengeluaran
(darah, cairan, lendir), turunnya testis, luka/keadaan luka. priapismus
Apakah ada nyeri yang dirasakan pada mata, Keluhan penurunan tajam
penglihatan, Keluhan mata berkunang-kunang, kabur, penglihatan ganda (
diplopia )., Keluhan mata berair, gatal, kering, adanya benda asing dalam mata
Mata
Inspeksi :
27
Kesimetrisan mata, bentuk mata, lesi Papelbra ( ukuran, bentuk, warna, cairan
yang keluar ), Bulu mata (pnyebaran, posisi masuk :Enteropion, keluar
:ksteropion), produksi air mata.
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran, uji reflek cahaya pada pupil
Lensa : Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg ada cincin putih seputar
iris (Arkus senilis)
Palpasi:
Teraba lunak/ keras, nyeri dan pembengkakan kelopak mata, palpasi kantong
lakrimal, pemeriksaan TIO
D. Penciuman (Hidung) :
Pemeriksaan penunjang
28
BAB IV
ASUHAN KERAWATAN KASUS
Pada pemeriksaan selanjutnya : pada EKG tampak hipertropi ventrikel kiri dan
pembesaran atrium kiri, pada thoraxphoto tampak kardiomegali, corakan vaskuler paru
bertambah. Diagnosa medis mengarah pada Patent Ductus arteriosus dengan dekompensasi
jantung kiri dan kanan. Anak mendapatkan terapi digoxin, furosemid, diet 120 kcal/kg BB
dg rendah natrium, intake cairan disesuaikan dengan diuresis, dan saat ini ia harus
memperbaiki kondisinya untuk menjalani operasi jantung.
29
Agama : Islam
Pendidikan : …………………………….
Alamat : …………………………….
Akibat penyakit yang diderita sekarang ini, membuat andhika walau sudah umur
menginjak 2 tahun tetapi tidak seaktif seperti teman sebayanya di saat bermain.
Dan yang dikeluhkan pada saat menyusu terengah-engah tampak lelah berkeringat
dan tetap mengalami ISPA.
30
Tekanan Darah: 90/40 x/menit
31
Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis tidak ada
Palpasi : Arteri carotis communis(-)
Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, odema tidak ada.
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2) tidak ada kelainan bunyi
jantung.
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis(-), clubbing finger(-)
Palpasi : CRT kembali kurang dari 2 detik, suhu akral hangat
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Varises(-), sianosis(-), clubbing finger(-), oedem(-)
Palpasi : CRT kembali kurang dari 2 detik, suhu akral hangat, oedemq(-)
4.4.3 Persyarafan
Anamnesis : Pada pasien tidak mengalami nyeri kepala berputar-putar,nyeri kepala
sebelah,hilang keseimbangan, mual dan muntah, perubahan berbicara, dan tremor.
• Pemeriksaan nervus (diperiksa jika ada indikasi dengan kelainan persyarafan):
1. Uji nervus I olfaktorius ( pembau)
Pasien dapat membedakan bau-bau yang menyengat dan tidak menyengat (seperti
minyak kayu putih,parfum dan kopi).
2. Uji nervus II opticus ( penglihatan)
Pada pasien pandangan sudah agak kabur dikarenakan faktor usia.
Jarak pandangan antara 20-30cm.
3. Uji nervus III oculomotorius
Pada pasien tidak terdapat oedema kelopak mata,tidak terdapat sklera mata
jauh,bola mata menonjol dan celah mata sempit,tetapi pasien konjungtiva matanya
anemis.
4. Nervus IV toklearis
Pasien diperiksa pupilnya normal dan refleks pupilnya normal pada saat diberi
sinaran oleh cahaya.
32
5. Nervus V abdusen :
Pada pasien saat dilakukan pemeriksaan gerak bola mata, pergerakannya adalah
normal antar mata kanan dan kiri.
6. Uji nervus VI facialis dengan cara : kedua alis mata simetris
7. Nervus VII auditorius/AKUSTIKUS :
Pada pasien pendengaran normal tidak ada gangguan pada pendengaran.
8. Nervus VIII vagus:
Pada pasien pergerakan lidahnya dapat bergerak penuh dan tidak ada gangguan
pada pergerakan lidah pasien,dapat menelan secara normal.
9. Nervus IX aksesorius :
Pada pasien pergerakan kepala dan bahu normal. Kepala dapat menggeleng,
menoleh kanan dan kiri. Dan bahu dapat bergerak penuh.
Tingkat kesadaran (kualitas):
Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya,dapat berkomunikasi dengan baik.
Tingkat kesadaran (Kuantitas) :
GCS (Glasgow Coma Scale), yang dinilai yaitu : E4,M6,V5
- Eye/membuka mata (E) :
4 = dapat membuka mata spontan
- Motorik (M) :
6 = dapat bergerak sesuai perintah
- Verbal/bicara (V) :
5 = orientasi baik : orang, tempat, waktu
4.4.4 Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa: Pasien bisa merasakan miksi dengan tidak memakai kateter. Dan dapat
BAK dengan normal. Urine yang dikeluarkan pasien sehari 4 kali antara 1500-
1600cc
Kandung kemih:
Inspeksi : Tidak ada benjolan, jaringan parut (-), kandung kemih tidak tegang
Palpasi : nyeri tekan(-), tidak teraba massa
Ginjal :
33
Inspeksi : tidak terjadi pembesaran ginjal
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran ginjal
Perkusi : nyeri ketok (-)
E. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : Nafsu makan pasien bagus, pasien makan dengan pola pagi-siang-
malam tetapi tidak selalu habis, tidak ada keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan,
maupun gangguan menelan. Pada hari dilakukan pengkajian pasien belum BAB.
Pasien merasakan nyeri pada perut bagian bawah kanan.
Provokatif : nyeri ditimbulkan dari peradangan pada appendik
Qualitas : nyeri seperti tertusuk-tusuk
Regio : kuadaran IV, pada titik Mc Burney
Skala : 5
Time : hilang timbul
Mulut:
Inspeksi : mukosa bibir kering, pada gigi terdapat gigi yang tanggal (1) karies (-),
terdapat plak pada sela gigi. Stomatitis (-), pembesaran kelenjar parotis (-)
Palpasi : nyeri tekan pada rongga mulut (-), massa(-)
Lidah
Inspeksi : letak simetris, warna merah muda pucat, tidak ada gerakan tremor.
Palpasi : Nodul(-), oedema(-), nyeri tekan(-)
Faring - Esofagus :
Inspeksi : warna palatum merah muda
Palpasi : pembesaran kelenjar(-)
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi: tidak ada pembesaran abdomen yang abnormal, tidak tampak vena porta
hepatika
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : hipertympai
Palpasi:
Kuadran I:
Hepar hepatomegali(-), nyeri tekan(-)
34
Kuadran II:
Gaster nyeri tekan abdomen(-)
Lien splenomegali(-)
Kuadran III:
Terdapat massa
Kuadran IV:
Nyeri tekan pada titik Mc Burney
4.4.5 Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Anamnese : tidak ada nyeri dan tidak terjadi kelemahan ekstremitas
Warna kulit
Hiperpigmentasi(-), hipopigmentasi(-), kulit tidak bersisik
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Fraktur : pasien tidak mengalami fraktur dan tidak pernah ada riwayat fraktur
Luka : tidak ditemukan luka pada tubuh pasien
4.4.6 Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa: tidak merasakan kram, pandangan kabur sesuai penambahan usia,
perubahan berat badan dan tinggi badan normal, kesulitan menelan(-), berkeringat(-
), tremor(-), hot flushes (panas pada wajah tidak ada)
Riwayat KB : pasien tidak pernah melakukan KB karena setiap selesai melahirkan
pasien langsung melakukan kiret.
Kepala :
Inspeksi : distribusi rambut(menyebar), tebal, kerontokan(-)
Leher
Inspeksi : bentuk(normal), pembesaran kelenjar thyroid(-), perubahan warna(-).
Palpasi : pembesaran kelenjar(thyroid, parathyroid tidak ada), nyeri tekan(-
),suhu badan hangat
Payudara
Inspeksi : pembesaran mamae (-)
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis (ketebalan merata, kerontokan tidak ada), bersih,
35
pengeluaran (darah, cairan, lender tidak ada).
Palpasi : benjolan(-),
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting(-)
4.4.7 Sistem Reproduksi
Anamnesa :
1. cyclus haid (normal), lama haid(7hari),darah banyak & sifat(cair), flour albus
(normal tidak bau dan warna normal),disminore(-), terjadi nyeri punggung saat
menstruasi
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, Keluarga berencana
a. Pernah hamil,4x hamil,keguguran pada hamil ke dua,penyulit dalam kehamilan
adalah sakit pinggang. jarak kehamilan anak ke-1 dan ke-2 7tahun.
b. Selama 3x persalinan:persalinan 1&2 normal dan kiret,persalinan terakhir
melalui SC.
Payudara
Inspeksi : bentuk(normal),kebersihan(+), warna areola(coklat kehitaman),
bentuk papilla mamae(normal),massa(-),luka(-),payudara(simetris).
Palpasi :benjolan(-), pengeluaran(-), nyeri tekan(-).
Axilla :
Inspeksi : benjolan(-).
Palpasi : teraba benjolan(-).
Abdomen:
Inspeksi : pembesaran abdomen(-), luka post SC(-).
Palpasi : pembesaran (-),massa(-).
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis(merata),kebersihan(+),odema(-),varices(-),benjolan(-),
pengeluaran (-), tanda-tanda infeksi(-).
Palpasi : benjolan(-), massa(-), dan nyeri tekan(-).
4.4.8 Persepsi sensori :
Anamnesa : Nyeri mata(-),penurunan tajam penglihatan(+),mata berkunang-
kunang(-), penglihatan ganda( -),mata berair(-), gatal(-), kering(-), benda asing
36
dalam mata(-), penurunan pendengaran(-), nyeri(-).
Mata
Inspeksi : Mata simetris, bentuk normal, lesi Papelbra ( normal ), Bulu mata
(menyebar), produksi air mata(normal).
Kornea : Normal berkilau, transparan
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran(normal),reflek cahaya pada pupil(normal).
Lensa : Normal jernih dan transparan.
Sclera : warna ( putih normal)
Palpasi:
Teraba lunak, nyeri dan pembengkakan kelopak mata(-), palpasi kantong
lakrimal(normal).
Penciuman (Hidung) :
Palpasi : Sinus (tidak ada nyeri tekan), Palpasi fossa kanina (tidak
nyeri),Pembengkakan(-), Deformitas(-).
Perkusi : regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila palpasi
pada keduanya menimbulkan reaksi hebat(-).
NS.
DIAG
NOSIS
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
:
(NAND
A-I)
DEFIN Ketidak mampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk
DEFIN o Gelisah
37
CHAR o Mata terbuka lebar
ACTE o Ortopnea
RISTI o Penurunan bunyi nafas
CS o Batuk tidak efektif
o Perubahan frekuensi nafas
o Perubahan pola nafas
o Sianosis
o Sputum dalam jumlah yang berlebihan
o Suara nafas bertambah
RELA
TED
FACT
ORS:
Subjective data entry Objective data entry
RR : 44x/mnt
38
3.3 Intervensi
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR
Manajemen Menyediakan Level Nyeri Laporan
jalan nafas jalan nafas nyeri : 5
buatan oroparingeal atau Def : Lamanya
mencegah pada Kekuatan dari nyeri: 5
Def : tube endotracheal nyeri yang Kurang
Perawatan tube Menyediakan diamati atau Istirahat : 5
endotrakeal udara untuk dilaporkan. Mengekspr
dan dispirasi tang esikan
tracheostomy, 100% wajah dari
serat dilembabkan nyeri : 5
pencegahan Meniup/ RR : 5
komplikasi mengembangkan
yang cuff
disebabkan endotracheal/trac
oleh heostoma dengan
pengguanaan teknik volume
alat-alat minimal
tersebut. kebocoran
dll
3.4 Implementasi
39
kolaboratif
Sesak nafas 10-04- Melakukan pengkajian sesak
2016s/ nafasnya secara komprehensif
08.00 termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi.
Melakukan observasi reaksi non
verbal dari ketidaknyamanan
Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman sesak nafas pasien
40
dan interpersonal)
Mengkaji tipe dan sumber sesak
untuk menentukan intervensi
Mengajarkan tentang teknik non
farmakologi
Melakukan evaluasi keefektifan
pada sesak nafas
Meningkatkan istirahat
3.5 Evaluasi
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ductus Arteriosus adalah saluran yang berasal dr arkus aorta VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta descenden. Bayi normal menutup secara
fungsional 10-15 jam setelah lahir secara anatomis mjd ligamentum arteriosum usia 2-3
mgg. Jika tidak menutup PDA.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP) adalah kelainan
jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus
yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca
kelahiran bayi. Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2
bulan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum arteriosum.
PDA dapat merupakan kelainan yang berdiri sendiri (isolated), atau disertai kelainan jantung
lain.
Kegagalan penutupan ductus anterior (arteri yang menghubungkan aorta & arteri
pulmonalis) dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada pembuluh
darah yang terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tek yang > rendah di
arteri pulmunal menyebabkan Left to Right Shunt.
5.2 saran
1. Untuk mencapai asuhan keparawatan dalam merawat klien, pendekatan dalam proses
keperawatan harus dilaksanakan sedacara sistematis.
2. Pelayanan keperawatan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan tetap
memperhatikan dan menjaga privacy klien.
3. Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik/ kolaborasi baik
kepada teman sejawat, dokter atau para medis lainnya dalam hal pelaksanaan Asuhan
Keperawatan maupun dalam hal pengobatan kepada klien agar tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.
42
DAFTAR PUSTAKA
http://anindita649.multiply.com/journal/item/2
http://dokterfoto.com/2008/03/04/anatomi-dan-fisiologi-jantung/
http://fraxawant.wordpress.com/
http://lindseylaff.blogspot.com/
http//:www.scribd.com
http://masalawiners.blogspot.com/
Hidayat,Azis A.A. 2008. “ Pengantar Ilmu Keperawatan Anak”. Jakarta: Salemba Medika.
Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376
43
44