Anda di halaman 1dari 6

Pengobatan Hipertensi

Manajemen Hipertensi
Banyak panduan guideline untuk mengelola hipertensi. Sebagian besar kelompok pembuat
guideline seperti JNC, the American Diabetes Associate (ADA), dan the American Heart
Association/American Stroke Association (AHA/ASA) merekomendasikan modifikasi gaya
hidup sebagai langkah pertama untuk mengelola hipertensi.

Modifikasi Gaya Hidup

Rekomendasi The Seventh Report of the Joint National Committee of Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) untuk menurunkan tekanan darah
dan mengurangi risiko kardiovaskuler antara lain:

 Penurunan berat badan (kisaran penurunan tekanan darah sistolik sekitar 5 – 20 mm


Hg per 10 kg); rekomendasi ini termasuk pola makan dengan diet DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertension) yang kaya akan buah, sayuran serta
merekomendasikan konsumsi susu dan produk susu rendah lemak (kisaran penurunan
tekanan darah sistolik sekitar 8 – 14 mm Hg per 10 kg).

 Membatasi konsumsi alkohol sekitar 30 mL etanol setiap hari untuk pria atau 15 mL
setiap hari untuk wanita serta orang dengan berat badan lebih ringan (kisaran
penurunan tekanan darah sistolik 2-4 mm Hg)

 Megurangi asupan natrium hingga batas maksimal 100 mmol/hari (2,4 g natrium atau
6 g; kisaran penurunan tekanan darah sistolik sekitar 2-8 mm Hg)

 Jaga asupan kalium supaya cukup (sekitar 90 mmol/hari)

 Jaga asupan kalsium dan magnesium supaya cukup untuk menjaga kualitas kesehatan
secara umum

 Berhenti merokok

 Kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol untuk jantung sehat

 Berolahraga aerobic setidaknya 30 menit setiap hari selama minimal 5 hari dalam
seminggu sesuai rekomendasi dokter (kisaran penurunan tekanan darah sistolik 4-9
mm Hg)

Penurunan tekanan darah akan lebih optimal jika dilakukan modifikasi gaya hidup kombinasi
2 poin atau lebih.

Modifikasi gaya hidup ternyata memiliki efek yang lebih besar pada tahap prehipertensi dan
hipertensi 1. Penderita yang melakukan modifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor
risiko yang dimiliki bisa mengalami regresi dari tahap prehipertensi menjadi normal.
Sebaliknya para pemilik faktor risiko yang tidak melakukan modifikasi gaya hidup ini pun
akan berubah menjadi stadium prehipertensi meski sebelumnya normal. Pada penderita
hipertensi yang melakukan perubahan gaya hidup berhasil menurunkan risiko kumulatif
hipertensi stadium 2 sebesar 14%. dibanding kelompok kontrol yang persentasenya 23.6%.

Perubahan Pola Makan

Sejumlah penelitian telah membuktikan hubungan antara konsumsi natrium klorida (garam
NaCl) dengan tekanan darah. Pengurangan konsumsi garam hingga jumlah sedang
bermanfaat untuk menurunkan sedikit tekanan darah. Efek garam NaCl pada orang usia
pertengahan hingga usia lanjut yang memiliki riwayat keluarga hipertensi sangat penting. The
American Heart Association merekomendasikan konsumsi garam NaCl tidak melebihi 6 g per
hari dimana bermanfaat menurunkan tekanan darah sistolik sekitar 2-8 mm Hg.

Pedoman diet DASH merupakan perencanaan pola makan memakai menu yang kaya akan
buah-buahan, sayuran serta produk susu rendah lemak dengan kemungkinan bisa
menurunkan tekanan darah sekitar 8 – 14 mm Hg. Konsumsi kalium, kalsium dan magnesium
dalam bahan makanan memiliki efek berbanding terbalik dengan tingkat tekanan darah.
Semakin sedikit konsumsi elemen ini akan menyebabkan natrium meningkatkan tekanan
darah. Suplementasi kalium kemungkinan bisa menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik. Suplementasi kalsium dan magnesium bisa sedikit mengurangi tekanan darah.
Konsumsi coklat hitam (dark chocholate) dikatakan bisa menurunkan tekanan darah, namun
masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan teori ini. Konsumsi alkohol juga
bisa memberikan efek terhadap peningkatan tekanan darah sehingga direkomendasikan
pembatasan konsumsi alkohol.

Penurunan Berat Badan dan Olahraga

Sebanyak 60% penderita hipertensi kelebihan berat badan 20%. Distrimusi lemak sentripetal
berkaitan dengan resistensi insulin dan hipertensi. Pengurangan berat badan meskipun hanya
sedikit (5%) bisa memperbaiki sensitivitas insulin dan tekanan darah. Penurunan berat badan
bisa memberi kisaran penurunan tekanan darah sistolik sekitar 5 – 20 mm Hg per 10 kg pada
penderita tekanan darah tinggi yang memiliki berat badan 10% di atas berat badan ideal.

Aktivitas fisik aerobic teratur dapat membantu penurunan berat badan, mengurangi tekanan
darah dan mengurangi keseluruhan risiko kardiovaskuler. Tekanan darah bisa diturunkan
sekitar 4-9 mm Hg dengan aktivitas fisik intensitas sedang. Aktivitas ini seperti jalan cepat 30
menit dalam sehari, 5 hari dalam seminggu. Olahraga intensitas lebih besar selama 20 – 30
menit, 3-4 kali dalam seminggu juga bisa menurunkan tekanan darah dan memberikan
keuntungan kesehatan lainnya.

Terapi Pengobatan

Jika modofikasi gaya hidup gagal untuk memperbaik tekanan darah, maka pasien harus
mendapat terapi pengobatan untuk mengelola tekanan darahnya. Diuretik thiazide menjadi
pilihan pada pasien tanpa kondisi khusus. Kondisi khusus merupakan kondisi yang berisiko
tinggi seperti gagal jantung, penyakit jantung iskemik, penyakit ginjal kronis dan stroke
berulang.
Kondisi khusus di atas biasanya terkait dengan hipertensi, diabetes mellitus dan risiko
penyakit jantung coroner yang tinggi. Intoleransi dan kontraindikasi terkait obat juga
termasuk dalam faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan obat. Angiotensin-converting
enzyme (ACE) inhibitor, angiotensin receptor blocker (ARB), calcium channel blocker
(CCB), dan beta-blocker bisa menjadi obat alternatif terkait kondisi khusus tertentu tersebut.

Berikut ini beberapa trial rekomendasi untuk penderita hipertensi disertai kondisi khusus:

 Gagal jantung: Diuretic, beta-blocker, ACE inhibitor, ARB, aldosterone antagonist

 Postmyocardial infarction: Beta-blocker, ACE inhibitor, aldosterone antagonist

 Risiko penyakit jantung coroner tinggi: Diuretic, beta-blocker, ACE inhibitor, CCB

 Diabetes: Diuretic, beta-blocker, ACE inhibitor, ARB, CCB

 Penyakit ginjal kronis: ACE inhibitor, ARB

 Prevensi stroke berulang: Diuretic, ACE inhibitor

Penderita hipertensi membutuhkan obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah.


Biasanya obat hipertensi diberikan dokter dengan memilih dosis rendah terlebih dahulu.
Dosis ditingkatkan secara bertahap jika diperlukan. Beberapa kasus membutuhkan kombinasi
dua atau tiga jenis obat. Pengobatan aman jika dilakukan sesuai pengawasan oleh dokter.
Jarang orang mengalami efek samping yang tidak menyenangkan. Setiap terapi obat untuk
hipertensi akan dipantau secara hati-hati oleh dokter. Jangan mengubah dosis obat hipertensi
atau berhenti berobat tanpa berkonsultasi dengan dokter.

Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg merupakan kondisi yang sangat ideal meskipun
terkadang sulit dicapai. Target terapi kira-kira tekanan darah mencapai kurang dari 150/90
mmHg pada pasien dewasa sehat berumur 60 tahun atau lebih, kurang dari 140/90 mmHg
pada pasien dewasa muda yang berumur kurang dari 60 tahun dan kurang dari 140/90 mmHg
pada pasien yang memiliki penyakit ginjal kronis, diabetes, penyakit jantung coroner atau
berisiko tinggi terkena penyakit jantung coroner. Pemilihan obat biasanya bergantung pada
hasil pengukuran tekanan darah dan kondisi kesehatan masing-masing pasien.

Berbagai kelas obat anti-hipertensi:

Diuretik Thiazide

Obat diuretic bekerja di ginjal untuk membantu tubuh membuang natrium dan air sehingga
mengurangi volume darah. Diuretik thiazide biasanya menjadi pilihan pertama terapi
hipertensi pada pasien tanpa kondisi khusus seperti gagal jantung, penyakit jantung iskemik,
penyakit ginjal kronis dan stroke berulang. Jika dengan pengobatan diuretic thiazide ini
tekanan darah tetap tinggi maka dokter biasanya akan memberikan terapi kombinasi. Contoh
obat jenis ini yaitu hydrochlorothiazide, chlorthalidone dan lain-lain. Efek samping biasanya
menyebabkan sering kencing.

Beta Blocker
Obat beta blocker ini bekerja dengan mengurangi beban kerja jantung dan membuat supaya
pembuluh darah lebih terbuka supaya jantung bekerja lebih ringan dan tekanannya menurun.
Contoh obat jenis ini yaitu acebutolol, atenolol dan lain-lain. Terkadang beta blocker ini lebih
efektif jika diberikan sebagai terapi kombinasi sebab kurang efektif jika sebagai agen terapi
tunggal pada pasien yang berumur tua atau pada ras kulit hitam.

Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitor

Obat ACE-inhibitor ini bekerja dengan cara membantu supaya pembuluh darah lebih rileks
dengan cara menghambat pembentukan angiotensin, sehingga kerja jantung dalam memompa
darah menjadi lebih ringan. Contoh obat jenis ini yaitu lisinopril, captopril, dan lain-lain.
Obat ini biasanya digunakan untuk terapi kombinasi pada pasien dengan penyakit ginjal
kronis.

Angiotensin II Reseptor Blockers (ARBs)

Obat ARBs ini bekerja dengan cara membantu supaya pembuluh darah lebih rileks dengan
cara menghambat aksi kerja angiotensin, sehingga kerja jantung dalam memompa darah
menjadi lebih ringan. Contoh obat jenis ini yaitu candesartan, losartan dan lain-lain. Obat ini
biasanya digunakan untuk terapi kombinasi pada pasien dengan penyakit ginjal kronis.

Calcium Channel Blocker

Obat calcium channel blocker ini membantu otot di dinding pembuluh darah untuk rileks.
Contoh obat jenis ini yaitu amlodipine, diltiazem dan lain-lain. Calcium Channel Blocker
biasanya bekerja lebih baik pada pasien berusia lanjut atau pada ras kulit hitam dibanding
ACEi tunggal. Obat ini berinteraksi dengan jus
grapefruit.

Renin Inhibitor

Obat jenis renin inhibitor ini akan bekerja dengan target pada renin dengan cara
memperlambat produksi atau mengurangi kinerja renin dalam menaikkan tekanan darah
sehingga kenaikan tekanan darah bisa dicegah. Contoh obat jenis ini yaitu Aliskiren.

Obat tambahan selain jenis di atas terkadang digunakan jika tekanan darah yang ditargetkan
sulit tercapai. Obat tambahan yang mungkin dokter gunakan dalam peresepan antara lain:

Alpha Blocker

Obat jenis alpha blocker ini bekerja dengan cara mengurangi impuls persarafan ke pembuluh
darah sehingga mengurangi efek neurotransmitter yang menyebabkan pembuluh darah
menyempit akibat vasokonstriksi. Contoh obat jenis ini yaitu doxazosin, prazosin dan lain-
lain.

Alpha-beta Blocker

Obat jenis alpha-beta blocker ini bekerja dengan cara memperlambat denyut jantung sehingga
mengurangi jumlah volume darah yang harus dipompa ke seluruh tubuh, juga mengurangi
impuls persarafan ke pembuluh darah sehingga mengurangi efek neurotransmitter yang
menyebabkan pembuluh darah menyempit akibat vasokonstriksi. Contoh obat jenis ini yaitu
carvedilol, labetalol dan lain-lain.

Central-acting Agent

Obat jenis central-acting agent ini akan bekerja di pusat persarafan otak supaya otak tidak
mengirimkan sinyal untuk meningkatkan kerja jantung dan penyempitan pembulih darah.
Efeknya denyut jantung lebih lambat dan pembuluh darah tidak mengalami vasokonstriksi
sehingga aliran darah menjadi lebih lancar. Contoh obat jenis ini yaitu clonidine, guanfacine
dan methyldopa.

Vasodilator

Obat jenis vasodilator ini bekerja di otot polos dinding pembuluh darah supaya otot tidak
berkontraksi dan pembuluh darah tidak menyempit. Contoh obat jenis ini yaitu hydralazine
dan minoxidil.

Aldosterone Antagonist

Obat jenis aldosterone antagonist ini bekerja dengan cara memblokade aldosterone yang
menyebabkan retensi Natrium dan air sehingga volume darah bisa berkurang. Contoh obat
jenis ini yaitu spironolactone dan eplenerone. Dokter terkadang akan meresepkan terapi
kombinasi untuk pengobatan hipertensi sebab kombinasi beberapa obat biasanya lebih efektif
dalam mengontrol tekanan darah.

Menemukan obat yang tepat sesuai kondisi masing-masing individu membutuhkan uji coba
dan evaluasi sehingga dibutuhkan kerja sama yang harmonis antara pasien dengan dokter.
Jika Anda tidak meminum obat sesuai anjuran dokter, maka tekanan darah anda yang akan
mendapat maslaah. Jika Anda lupa meminum obat, tidak mampu membeli obat atau
mengalami efek samping yang tidak nyaman segera saja konsultasikan bersama dokter untuk
mendapat solusinya. Berbagai pengobatan, makanan tertentu, suplemen atau obat herbal bisa
saja mengganggu kerja pengobatan atau memperburuk kondisi tekanan darah yang ada,
sehingga selalu konsultasikan dengan dokter anda saat akan melakukan terapi. Jangan pernah
mengubah pengobatan tanpa arahan dokter anda.

Terbuka dan kerja sama yang baik sebagai satu kesatuan tim bersama tenaga
kesehatan akan membantu mengontrol gejala hipertensi. Pengobatan dengan obat
antihipertensi ini bertujuan untuk mengontrol tekanan darah supaya tidak semakin
parah dan penderita tidak mengalami komplikasi. Obat dan gaya hidup sehat akan
saling melengkapi. Pengobatan yang diberikan juga harus didukung dengan perubahan
gaya hidup supaya tujuan terapi tercapai. Anda tetap bisa menikmati hidup produktif
serta bahagia dengan terus rajin mengontrol tekanan darah.

Baca selanjutnya: Komplikasi Hipertensi

PERHATIAN!

WEBSITE INI BUKAN UNTUK TUJUAN PENGOBATAN. ARTIKEL HANYA BERSIFAT SEBAGAI
EDUKASI UNTUK MENYEDIAKAN INFORMASI DAN TIDAK MENGGANTIKAN PENANGANAN
MEDIS DARI DOKTER/AHLI PROFESIONAL SECARA LANGSUNG. PERIKSAKAN KE
DOKTER/AHLI JIKA ANDA MEMILIKI PERMASALAHAN KESEHATAN/KONDISI LAIN YANG
MENGGANGGU. SEGERA KE RUMAH SAKIT ATAU UGD JIKA ANDA MERASA SAKIT,
MENGALAMI GANGGUAN KESEHATAN ATAU DALAM KONDISI DARURAT.

Anda mungkin juga menyukai